Anda di halaman 1dari 66

Laporan Kasus

TRAUMA KAPITIS

Oleh: dr. Nur Ilmi Sofiah

Pembimbing:
dr. M. El Yandiko, Sp.An
dr. Herawati

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAYANG MANGURAI
JAMBI
2021
PENDAHULUAN
• Head trauma  are among the most common types of
trauma encountered in ED.
• Approximately:
– 75% mild injuries
– 15% moderate injuries
– 10% severe injuries
• Primary goal of treatment for patient with susp TBI
 prevent secondary brain injury
– Maintain oxygenation and maintain blood pressure at a
level that is sufficient to perfuse the brain
Status Pasien

Identifikasi Pasien

Nama : Ny. TS
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 12 Februari 1974
Usia : 47 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jalan Marene RT.024 Kelurahan Eka Jaya
Warga Negara : Warga Negara Indonesia
Tanggal masuk RS : 10 Maret 2021 pukul 13.05 WIB
Status Pasien
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
Keluhan Utama
Nyeri kepala.
Keluhan Tambahan
Benjol dan kepala terasa berat.

Riwayat Perjalanan Penyakit

+ 2 jam SMRS pasien mengeluh nyeri kepala setelah tertimpa kayu dari arah atas. Nyeri
dirasakan terus menerus, tidak berputar, dan dirasakan pada bagian atas kepala. Selain itu juga
pasien mengeluh benjol (+) pada bagian atas kepalanya dan mengeluh kepala terasa berat (+).
Keluhan lain seperti pingsan/tidak sadar (-), mengantuk (-), kejang (-), lupa ingatan
sebelum/setelah kejadian (-), keluar darah atau cairan dari telinga dan hidung pasien (-),
kelemahan anggota gerak atas dan bawah (-), gangguan pendengaran (-), penglihatan kabur atau
ganda (-), bicara pelo (-).
Status Pasien

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
 
Riwayat Pengobatan
Riwayat pengobatan disangkal.
 
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit dalam keluarga disangkal.
Status Pasien

Primary Survey (Tanggal 10 Maret 2021 pukul 13.05 WIB di IGD)

A: Paten/Clear, tidak ada sumbatan jalan nafas, stridor (-), snoring (-), gurgling (-)

B: Nafas spontan (+), reguler (+), laju pernafasan = 22x/m, suara nafas vesikuler
normal (+), gerakan dinding dada statis/dinamis simetris kanan-kiri, SpO2 98%

C: Akral hangat, nadi 75x/menit, isi dan tegangan cukup, irama reguler, CRT <2 detik,
TD 130/70 mmHg

D: GCS = E4M6V5, pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, RC +/+

E: Scalp: hematoma (+) diameter +10 cm pada regio vertex parietal, luka terbuka (-).
Jejas pada regio tubuh lain (-), T 36,5 C.
Status Pasien

SECONDARY SURVEY
History
Allergies :-
Medication : -
Past illness : -
Last meal : Nasi putih
Event : Tertimpa kayu dari arah atas
Status Pasien
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : GCS = E4M6V5 = 15
Kooperasi  : Kooperatif
Keadaan gizi : Baik
Postur : Athletikus
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 75x/menit, isi dan tegangan cukup, reguler
Suhu Badan : 36,70 C
Pernafasan :22x/menit, irama reguler, tipe torakoabdominal
VAS score :7
SpO2 : 98%
Status Pasien

Keadaan Spesifik
Kepala : lihat status lokalis.
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor,
diameter 3mm/3mm reflex cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-)
Hidung : Deviasi septum nasal (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
Telinga : Otorrhae (-/-), keluar darah (-/-)
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), perdarahan (-), sianosis (-) leher
simetris, trakea lurus ditengah, pembesaran KGB dan tiroid (-).
Status Pasien

Thorax : jejas (-), peningkatan WOB (-)


Paru-paruI : statis dinamis simetris, retraksi (-), jejas (-)
P: stem fremitus kanan = kiri, sela iga melebar (-), nyeri tekan
(-), krepitasi (-)
P: sonor pada kedua lapang paru
A: suara napas vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing
(-/-).
Jantung I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis tidak teraba
P: batas jantung dalam batas normal
A: bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Status Pasien

Abdomen: I: datar, jejas (-)


P: lemas, hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-/-)
P: timpani
A: bising usus (+) normal
Genitalia : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Akral dingin (-), pucat (-), deformitas (-), edema
pretibial (-), ROM aktif dan pasif baik

Status Lokalis (Kepala)


Inspeksi (look): hematoma (+) diameter +10 cm pada regio vertex parietal,
laserasi (-).
Palpasi (feel) : krepitasi (-)
Status Pasien

Status Neurologis
Pemeriksaan 12 saraf kranialis: dalam batas normal
Sistem Motorik : dalam batas normal
Sistem sensorik : dalam batas normal
Fungsi vegetatif : dalam batas normal
Kolumna vertebralis : dalam batas normal
Gejala Rangsang Meningeal : dalam batas normal
Gait dan keseimbangan : dalam batas normal
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Pemeriksaan laboratorium
(11/3/2021)

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


11,5– 15 g/dl
Hb 13,9 g/dl
4000 – 10.000/ mm3
WBC 10.850/ mm3
36 – 47 %
Hematokrit 41,1%
100 – 350 x 103/ mm3
Trombosit 202.000/ mm3
4,00-5,00 x 106/mm3
RBC 4,32 x 106/mm3
80-100 um3
MCV 95,2 um3
27-34 pg
MCH 32,1 pg
32-36 g/dl
MCHC 33,7 g/dl
11-16 %
RDW 12%
Diff Count    

Basofil 0,2% 0–1%

Eosinofil 1,9% 0,5 – 5,0 %

Neutrofil 79,8% 50 – 70 %

Limfosit 15,1% 20 – 40 %

Monosit 3,0% 3.0 – 12.0 %


Pemeriksaan Radiologi
(11/3/2021)

Hasil pemeriksaan foto cranium AP/Lateral


- Tidak tampak kelainan pada tabula eksterna, diploe, dan tabula
interna
- Sutura jelas dan vaskular baik
- Tidak tampak fraktur pada frontal. temporal, parietal, oksipital,
dan tulang wajah
- Sella tursika baik
- Tampak massa jaringan lunak vertex
- Tak tampak soft tissue lusensi

Kesan:
Soft tissue tumor vertex
DD/ Subgaleal hematoma
Tidak tampak kelainan radiologis pada tulang kranium
Status Pasien

Diagnosis Kerja
Cephalgia + CKR GCS 15 + soft tissue tumor vertex susp. Hematoma subgaleal
Status Pasien
TATALAKSANA
• Non-farmakologis
Prognosis
- Konsul dr. SpS
- Saran rawat inap Quo ad vitam : dubia ad bonam

- Tirah Baring Quo ad functionam : dubia ad bonam


- Posisi tidur, bagian kepala ditinggikan sekitar
30-450 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

- Diet nasi biasa


• Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% + Tramadol 1 ampul 10 tpm
- Injeksi asam traneksamat 3x250 mg IV
- Injeksi ranitidin 2x1 ampul
- Analsik tab (Diazepam 2mg + Methampirone
500mg) 1x1 (malam)
Follow Up
Tanggal CATATAN KEMAJUAN (S/O/A) RENCANA TATALAKSANA
– Jam
11 Maret S: nyeri kepala (+) muntah (-) pandangan kabur (-) lemas P:
2021 (-)
Nonfarmakologi
  O:
- Tirah Baring
07.00 KU : Tampak sakit sedang
- Posisi tidur, bagian kepala ditinggikan
WIB
TD 120/70mmHg Nadi 75x/m, RR 20x/m, T 36,7 C sekitar 30-450
VAS: 6/10 - Diet nasi biasa
Keadaan Spesifik : Farmakologi
Kepala: hematom (+) regio vertex, konjungtiva anemis (-), - IVFD NaCl 0,9% + Tramadol 1 ampul 10
sklera ikterik (-) tpm
Thorax : simetris, retraksi intercostal (-). Abdomen: tidak - Injeksi asam traneksamat 3x250 mg IV
ada kelainan. Extremitas: akral hangat, CRT <2”
- Injeksi ranitidin 2x1 ampul IV
Status neurologis: dalam batas normal.
- Analsik tab (Diazepam 2mg +
A: Cephalgia + CKR GCS 15 + soft tissue tumor vertex Methampirone 500mg) 1x1 (malam) PO
susp. Hematoma subgaleal
Follow Up
Tanggal CATATAN KEMAJUAN (S/O/A) RENCANA TATALAKSANA
– Jam
12 Maret S: nyeri kepala (+) berkurang, muntah (-) pandangan P:
2021 kabur (-) lemas (-)
Nonfarmakologi
  O:
- Tirah Baring
08.00 KU : Tampak sakit ringan
- Posisi tidur, bagian kepala ditinggikan
WIB
TD 110/70mmHg Nadi 85x/m, RR 20x/m, T 36,5 C sekitar 30-450
VAS: 5/10 - Diet nasi biasa
Keadaan Spesifik : Farmakologi
Kepala: hematom (+) regio vertex, konjungtiva anemis (-), - IVFD NaCl 0,9% + Tramadol 1 ampul 10
sklera ikterik (-) tpm
Thorax : simetris, retraksi intercostal (-). Abdomen: tidak - Injeksi asam traneksamat 3x250 mg IV
ada kelainan. Extremitas: akral hangat, CRT <2”
- Injeksi ranitidin 2x1 ampul IV
Status neurologis: dalam batas normal.
- Analsik tab (Diazepam 2mg +
A: Cephalgia + CKR GCS 15 + soft tissue tumor vertex Methampirone 500mg) 1x1 (malam) PO

susp. Hematoma subgaleal


Follow Up
Tanggal CATATAN KEMAJUAN (S/O/A) RENCANA TATALAKSANA
– Jam
13 Maret S: nyeri kepala (+) sedikit, muntah (-) pandangan kabur (-) P:
2021 lemas (-)
- Tirah Baring
  O:
- Posisi tidur, bagian kepala ditinggikan
07.00 KU : Baik sekitar 30-450
WIB
TD 120/80mmHg Nadi 80x/m, RR 20x/m, T 36,4 C - Diet nasi biasa
VAS: 2/10 - Aff infus
Keadaan Spesifik : - Pasien diperbolehkan pulang
Kepala: hematom (+) regio vertex, konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-)
Thorax : simetris, retraksi intercostal (-). Abdomen: tidak
ada kelainan. Extremitas: akral hangat, CRT <2”
Status neurologis: dalam batas normal.

A: Cephalgia + CKR GCS 15 + soft tissue tumor vertex


susp. Hematoma subgaleal
Tinjauan Pustaka
ANATOMI KEPALA
1. Kulit kepala
(SCALP)
2. Kranium
3. Selaput otak
(meningen)
4. Otak
5. CSS

21
1. SCALP

S : Tebal, kelenjar
sebasea, rambut
C : Jar. Lemak
A : Aponeurosis
L : Banyak
mengandung arteri
kecil
P : Menutupi
permukaan kranium
Tinjauan Pustaka
Anatomi
Vaskularisasi

Kulit kepala juga kaya akan


vaskularisasi --> lapisan connective
tissue

Arteri yang memperdarahi kulit kepala


berasal dari percabangan;

Beranastomosis dengan arteri dari


kontralateral

arteri carotis eksterna:


a. oksipitalis, a. aurikularis posterior,
dan a. temporalis superfisial)

arteri karotis interna:


a. supraorbital dan a. supratrochlear)
2. Kranium
Tulang tengkorak disusun dari beberapa tulang yang saling bersendi pada sendi yang tidak
bergerak disebut sutura.
Cranium bagian atas disebut calvaria dan cranium bagian bawah disebut basis cranii
BASIS
CRANII
• Basis Cranii : fossa anterior, fossa media, dan fossa posterior.
• Fossa anterior adalah tempat lobus frontalis
• fossa media adalah tempat lobus temporalis
• fossa posterior adalah tempat bagian-bagian otak belakang, yaitu medulla
oblongata, pons, dan cerebellum
3. Meningen
4. Otak

Anatomi
Otak

Otak terdiri dari beberapa bagian


yaitu

Proensefalon (otak depan) terdiri


dari serebrum dan diensefalon

Mesensefalon (otak tengah)

Rhombensefalon (otak belakang)


terdiri dari pons, medula oblongata
dan serebellum
5. CSF
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh
plexus khoroideus dengan kecepatan produksi
sebanyak 20 ml/jam.

CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena


melalui granulasio arakhnoid yang terdapat
pada sinus sagitalis superior.

Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat


granulasio arakhnoid sehingga mengganggu
penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan
tekanan intracranial.

Angka rata-rata pada kelompok populasi


dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan
dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.
Tinjauan Pustaka
Fisiologi
Tekanan Intrakranial

• TIK normal pada saat istirahat kira-kira 10 mmHg (136 mmH 20), TIK lebih tinggi dari 20
mm Hg dianggap tidak normal dan TIK lebih dari 40 mm Hg termasuk dalam kenaikan
TIK berat

Doktrin Monro-Kellie

• Volume intrakranial harus selalu konstan, karena struktur kranium merupakan rongga
yang rigid dan tidak bisa mengembang.

Tekananan Perfusi Otak

• TPO = TAR – TIK


• (TAR = Tekanan Arteri Rata-rata; Mean arterial pressure)
• (TIK = Tekanan Intra Kranial)

Aliran Darah Otak (ADO)

• ADO normal ke dalam otak kira-kira 50 mL/100 gr jaringan otak per menit. Bila ADO
menurun sampai 20-25 mL/100 gr/menit maka aktivitas EEG akan hilang dan pada
ADO 5 ml/100 gr/menit sel-sel otak mengalami kematian dan terjadi kerusakan
menetap
• Mekanisme autoregulasi sering mengalami gangguan pada penderita cedera kepala
Doktrin Monro-Kellie
Volume – Pressure Curve

60- Herniation
55- ICP
50- (mm Hg)
45-
40-
35- Point of
30- Decompensation
25-
20-
15-
10-
5- Compensation
Volume of Mass ©ACS
Tinjauan Pustaka:
Trauma Kapitis
Trauma Kapitis
adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung ataupun tidak
langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan
fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.

Trauma kapitis dapat disebut juga dengan cedera kepala (head injury)
ataupun traumatic brain injury.

Head injury adalah perlukaan pada kulit kepala, tulang tengkorak, ataupun
otak sebagai akibat dari trauma.

Traumatic brain injury adalah gangguan fungsi otak ataupun patologi pada
otak yang disebabkan oleh kekuatan (force) eksternal yang dapat terjadi di
mana saja
CEDERA KEPALA

• Epidemiologi
90% trauma-related deaths  Head Injury
75% Cedera Kepala Ringan
15% Cedera Kepala Sedang
10% Cedera Kepala Berat

37
CEDERA KEPALA
KLASIFIKASI CEDERA
KEPALA

• Mekanisme Cedera
– Trauma Tumpul
– Trauma Tembus

• Berat-Ringan Cedera
– Cedera Kepala Ringan (GCS 13-15)
– Cedera Kepala Sedang (GCS 9-12)
– Cedera Kepala Berat (GCS 3-8)

• Morfologi
– Fraktur Kranium
– Lesi Intrakranial 38
KLASIFIKASI
CEDERA KEPALA
Trauma Kulit Kepala (SCALP)
CEDERA KEPALA
• Fraktur Kranium
– Dapat terjadi pada Calvaria
maupun Basis Cranii
– Ro Kepala & CT Scan
“Bone Window”
– Fraktur Kranium
• Fraktur linear
• Fraktur compound
– Fraktur basis Cranii
• Anterior
• Media
• Posterior

41
CEDERA KEPALA
• LESI INTRAKRANIAL
– Focal
• Perdarahan Epidural
• Perdarahan Subdural
• Perdarahan Intraserebral
– Diffuse
• Konkusio
• Multipel kontusio
• HIE
• DAI
42
CEDERA KEPALA
• PERDARAHAN EPIDURAL
– Hematoma epidural  bikonveks atau cembung
– Area Temporal atau temporoparietal  robeknya arteri meningea
media
– Lucid Interval

43
CEDERA KEPALA
• PERDARAHAN SUBDURAL
– 30% dari cedera otak berat
– robekan pembuluh darah/vena-vena kecil dipermukaan korteks serebri.
– Prognosis lebih buruk dari Perdarahan Epidural
– CT Scan  Crescent Sign

44
CEDERA KEPALA
• KONTUSIO SEREBRI & PERDARAHAN
INTRAKRANIAL
– 20% sampai 30% dari cedera otak berat
– Sering terjadi di lobus frontal maupun lobus temporal
– Kontusio serebri dalam waktu beberap jam atau hari dapat berkumpul
menjadi perdarahan intraserebral atau kontusio yang luas.

45
Patofisiologi Trauma Kepala
• Akselerasi:
– Gerakan yang cepat dan mendadak yang terjadi jika benda yang
bergerak membentur kepala yang diam
• Deselerasi
– Penghentian akselerasi secara mendadak yaitu jika kepala membentur
benda yang tidak bergerak

Coup : lesi yang berada di tempat benturan


Countercoup : letak lesi berlawanan dengan tempat benturan
CEDERA KEPALA
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA

Cedera otak primer


cedera yang terjadi sebagai akibat langsung dari efek mekanik dari luar
pada otak  kontusio, laserasi parenkim otak, kerusakan neuron, akson
dan dendrit pada otak hingga batang otak.

Cedera otak sekunder


Proses metabolisme, hemostasis ion sel otak serta pengaturan
hemodinamik intrakranial yang dimulai segera setelah trauma tetapi tidak
tampak secara klinis  menimbulkan kematian sel melalui proses
biokimia yang dimulai dengan adanya trauma atau iskemia.

48
Tinjauan Pustaka
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis
Usia pasien
Mekanisme dan waktu terjadinya trauma
Gejala peningkatan TIK
Gangguan neurologis
Perdarahan/otorrhea/rhinorrhea
Tinjauan Pustaka
Penegakkan Diagnosis

Pemeriksaan Fisik • Fungsi motorik: lateralisasi,


• Kesadaran berdasarkan GCS
kekuatan otot
• Tanda-tanda vital
• Refleks patologis
• Otorrhea/rhinorrhea
• Pemeriksaan fungsi batang otak:
• Ecchymosis periorbital
pupil, refleks kornea
bilateral/raccoon eyes • Monitor pola pernafasan:
• Ecchymosis mastoid
hyperventilation, apneusitic breath,
bilateral/battle sign
• Gangguan fokal neurologis
Tinjauan Pustaka

Penegakkan Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang
• Foto polos kepala AP/lateral
• Dari hasil foto perlu diperhatikan kemungkinan adanya fraktur linear/depresi,
pneumosefal, benda asing
• CT scan kepala
Penanganan Awal cedera Kepala
Airway dengan proteksi servikal
1. Penilaian (look, listen, feel)
1. Mengenal patensi airway
2. Penilaian cepat akan adanya obstruksi
2. Pengelolaan
1. Melakukan jaw thrust
2. Membersihkan airway dari benda asing
3. Memasang pipa orofaringeal/nasofaringeal
4. Memasang airway definitive  intubasi jika jalan nafas atau ventilasi tak adekuat atau
GCS <8
5. Fiksasi leher setelah memasang airway

Breathing
• Pulseoxymeter  memantau kadar SpO2
• Pertahankan PC02 pada level 35-45mmHg
(Cont.)
Circulation
• Syok biasanya terjadi karena perdarahan dari sumber
lain
• Kontrol perdarahan
• Resusitasi cairan dengan larutan saline isotonik
• Syok dapat memperberat cedera kepala, pertahankan
sistol > 90 mmHg
Cedera Kepala Ringan (CKR)
• Ditandai dengan :
GCS antara 13 − 15
Dapat berbicara dengan riwayat disorientasi,
amnesia atau kehilangan kesadaran sesaat
• Pemeriksaan CT scan dianjurkan untuk pasien
CKR dengan faktor risiko tinggi
(Cont.)
• CT scan dianjurkan pada kasus CKR yang
memenuhi kriteria faktor risiko tinggi sebagai
berikut :
Faktor risiko tinggi perlu tindakan bedah syaraf
• GCS < 15 pd 2 jam stelah cedera
• Suspek fraktur deppressed atau terbuka
• Tanda fraktur basis cranii : otorhea, rinorhea,
racoon eye, battle sign
• Muntah > 2x
• Usia >65 tahun
Cedera Kepala Sedang (CKS)
• GCS 9 − 12
• kesadaran bingung/mengantuk
• dapat disertai defisit neurologis fokal
Cedera Kepala Berat (CKB)
Terapi Medikamentosa

• Cairan intravena
- ringer laktat atau NaCl 0,9%
• Hiperventilasi
- dilakukan scr selektif dan hanya dalam waktu tertentu 
normocapnia
• Mannitol
- menurunkan TIK yg meningkat
- mannitol 20% 0,25-1 g/kgBB IV
- awal: 1 gr/kgBB dalam 20 menit IV bolus
- 0,25-0,5 gr/kgBB/6 jam selama 24-48 jam tap off
(Cont.)

• Barbiturat
- menurunkan TIK yg meningkat yg tidak respon oleh
mannitol/obat lain
- tidak diberikan pada fase akut
ANALISIS KASUS
Analisis Kasus

Seorang wanita berusia 47 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala setelah tertimpa
kayu dari arah atas + 2 jam SMRS.

Anamnesis muntah, pingsan/mengalami penurunan kesadaran, mengantuk, dan kejang


ditanyakan untuk mencari kemungkinan kenaikan tekanan intrakranial.
Keluar cairan atau perdarahan dari telinga, dan hidung untuk mencari kemungkinan
adanya fraktur basis cranii.

Kelemahan anggota gerak, penglihatan ganda, gangguan pendengaran, bicara pelo,


amnesia ditanyakan untuk mencari kemungkinan adanya defisit atau gangguan neurologis..

Dari hasil anamnesis:


1. Trauma tumpul & mekanisme akselerasi  kayu jatuh menimpa kepala
2. Pasien menunjukkan gejala peningkatan TIK berupa nyeri kepala, namun tidak ditemukan
gejala peningkatan TIK lainnya ataupun gejala defisit neurologis.
3. Gejala fraktur basis cranii disangkal
Analisis Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan primary survey ABCDE didapatkan airway, breathing, dan
circulation yang stabil dengan GCS E4M6V5.

Selanjutnya dilakukan secondary survey dan pemeriksaan fisik spesifik, didapatkan


hematoma (+) diameter +10 cm pada regio vertex parietal.

Dilakukan pemeriksaan penunjang foto cranium AP/lateral dan didapatkan kesan


adanya soft tissue tumor vertex parietal dengan DD/ Hematoma subgaleal..

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik melalui primary survey dan secondary
survey dapat ditegakkan diagnosis bahwa pasien mengalami cedera kepala ringan tertutup
GCS 15 dan soft tissue tumor vertex susp. Hematoma subgaleal.
Analisis Kasus

Secara umum, tatatalaksana pada pasien trauma adalah manajemen ABCDE. Pada pasien
ini, airway, breathing, circulation dalam keadaan stabil dengan GCS E4M6V5.

Tatalaksana nonfarmakologis pada pasien ini adalah adalah dengan mengobservasi KU


dan tanda vital, tirah baring, dan elevasi kepala 30-45 o.

Tatalaksana farmakologis:
IVFD NaCl 0,9%.  mempertahankan keadaan normovolemia & mencegah
hiponatremia
Tramadol drip IV & analsik tab PO  anti nyeri pada pasien (VAS : 7)
Inj. asam traneksamat  antifibrinolitik  mencegah perdarahan pada pasien
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai