ASFIKSIA NEONATORUM
PEMBIMBING :
DR. CATHARINA DIAN, SP.A
DISUSUN OLEH :
TITO HAPOSAN MANGATUR TOBING
1261050012
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
PERIODE 07 MEI 2018 – 21 JULI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
TAHUN 2018
PENDAHULUAN
Transisi dari keadaan tidak bernapas dengan paru (janin) menjadi bernapas dengan paru
memerlukan patensi jalan napas, perkembangan paru yang fungsional, dan maturitas kontrol
respirasi
Cairan paru fetus harus digantikan oleh udara bermula prenatal karena transpor natrium
aktif di sepanjang epitel paru memindahkan paru dari lumen paru menuju interstisium
dengan penyerapan ke pembuluh darah.
Peningkatan sirkulasi katekolamin, vasopresin, prolaktin, dan glukokortikoid membantu
adsorpsi cairan paru dan memicu perubahan epitel paru dari sekretori-klorida menjadi
reabsorptif-natrium.
Kapasitas residual fungsional (KRF) harus ditegakkan dan dipertahankan untuk membangun
hubungan ventilasi-perfusi yang akan menyediakan pertukaran oksigen dan karbondioksida
yang memadai antara alveolus dan darah.
FISIOLOGI PERNAPASAN:
Transisi Menjadi Pernapasan dengan Paru
Tekanan
Tekanan
ekspirasi Tekanan
Tekanan ygyg
ekspirasi tinggi
Surfaktan esofagus
esofagus tinggi
Surfaktan dibutuhkan
yang Bayi
Bayi yang
yang beberapa
beberapa dibutuhkan
yang untuk
mengelilingi bernapas
bernapas pernapasan
pernapasan untuk
mengelilingi menginisiasi
alveolus spontan
spontan tidak
tidak pertama
pertama bayibayi menginisiasi
alveolus napas
membantu membutuhka
membutuhka baru
baru lahir
lahir napas
membantu diperlukan Dari
Saat n
n tekanan 45-90 cm diperlukan Dari jumlah
jumlah
Saat partus
partus aerasi
aerasi paru
paru tekanan 45-90 cm untuk tersebut,
per pembuka H
H22O,
O, akibat untuk tersebut, 20-
20-
per vaginam,
vaginam, yg
yg belum
belum pembuka akibat melawan 30
kompresi terisi untuk melawan 30 mL/kgBB
mL/kgBB
kompresi terisi udara
udara untuk ekspirasi
ekspirasi gaya
intermiten (mengurangi membuat dengan gaya tekanan
tekanan akan
akan tersisa
tersisa
intermiten (mengurangi membuat dengan glotis
glotis permukaan
permukaan & & setelah
setelah napas
napas
dari
dari toraks
toraks tekanan
tekanan airflow,
airflow, bayi-
bayi- yang
yang
bayi viskositas
viskositas pertama
pertama
membantu
membantu permukaan,
permukaan, bayi yang
yang setengah
setengah cairan
pemindahan dan memerlukan tertutup) cairan yg
yg untuk
untuk
pemindahan dan memerlukan tertutup) tersisa pada
tersisa pada menegakkan
menegakkan
cairan
cairan paru
paru menurunkan
menurunkan VTP
VTP saat
saat lahir
lahir membantu
membantu
memerlukan saluran
saluran KRF
KRF
tekanan
tekanan yang
yang memerlukan terbentuknya
terbentuknya
tekanan napas,
napas, & & juga
juga
dibutuhkan
dibutuhkan tekanan KRF
KRF tptp sulit
sulit
pembuka untuk
untuk
untuk
untuk pembuka 13- 13- dilakukan
dilakukan memasukkan
membuka 32
32 cmcm H
H22OO dengan memasukkan
membuka dengan 50
alveolus) pemberian 50 mL/kgBB
mL/kgBB
alveolus) pemberian udara
ventilasi udara ke
ke
ventilasi dalam
dalam paru
paru
artifisial
artifisial
FISIOLOGI PERNAPASAN:
Transisi Menjadi Pernapasan dengan Paru
Inisiasi napas pertama disebabkan: 1) penurunan PaO2 dan pH, dan 2) peningkatan
PaCO2 akibat interupsi sirkulasi plasental, 3) redistribusi cardiac output, dan 4)
penurunan temperatur tubuh serta 4) berbagai input taktil dan sensori lainnya.
Jika dibandingkan dengan neonatus cukup bulan, neonatus kurang bulan lebih
memiliki dinding dada yang compliant dan dapat menjadi kesulitan saat
menegakkan KRF didapatkan paling rendah pada bayi-bayi imatur karena
sedikitnya jumlah alveolus.
Abnormalitas perbandingan ventilasi : perfusi lebih banyak & lebih lama pada bayi
kurang bulan dapat menyebabkan hipoksemia dan hiperkarbia akibat
atelektasis, shunting intrapulmoner, hipoventilasi, dan trapping udara.
FISIOLOGI PERNAPASAN:
Transisi Menjadi Pernapasan dengan Paru
Pre-konseptional
Pre-konseptional Antepartum
Antepartum Intrapartum
Intrapartum Segera
Segera Paskapartum
Paskapartum
• Usia ibu ≥35 tahun • Penyakit protrombotik • HR abnormal selama • Kelainan sekunder akibat
• Faktor-faktor sosial pada ibu persalinan abnormalitas pulmonal,
• Riwayat kejang atau • Penyakit tiroid ibu • Korioamnionitis neurologis, atau
penyakit neurologis di • Preeklamsia yang parah • Demam / infeksi kardiobaskular
keluarga • Gestasi multipel (gemelli) • Mekonium yang kental
• Pengobatan infertilitas • Abnormalitas • Persalinan per vaginam
• Kematian neonatus genetik/kromosomal dengan tindakan
sebelumnya • Malformasi kongenital • Anestesi umum
• Intrauterine growth • Operasi Caesaria cito
restriction (IUGR) • Abrupsio plasenta
• Trauma antepartum • Trauma persalinan
• Presentasi sungsang • Prolaps korda umbilikal
• Perdarahan antepartum • Ruptur uteri
• Terganggunya sirkulasi • Henti jantung ibu
uteroplasental/kompresi • Eksanguinasi fetus
umbilikus • BBLR
PATOFISIOLOGI
Biasanya, pemberian rangsangan dan oksigen selama periode apneu primer dapat
merangsang terjadinya pernapasan spontan kembali jika asfiksia berlanjut, bayi
akan bernapas megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan
darah bayi menurun, dan bayi menjadi lemas (flaccid).
Pernapasan makin lama makin melemah, dan bayi memasuki periode apneu yang
kedua yang disebut apneu sekunder akan menjadi apneu terminal.
Pada apneu terminal, TD menurun tajam & nadi menjadi bradikardia berat, yang
lama kelamaan akan menjadi henti jantung.
MANIFESTASI KLINIS
DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari TD rendah karena kekurangan O2 pada
100x/menit dan tidak teratur otot jantung, kehilangan darah atau
kekurangan aliran darah yang kembali ke
Mekonium dalam air ketuban pada janin
plasenta sebelum dan selama proses
letak kepala persalinan
Tonus otot buruk karena kekurangan Takipnu (pernafasan cepat) karena
oksigen pada otak, otot, dan organ lain kegagalan absorbsi cairan paru-paru atau
Depresi pernafasan karena otak nafas tidak teratur/megap-megap
kekurangan oksigen Sianosis (warna kebiruan) karena
Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) kekurangan oksigen didalam darah
karena kekurangan oksigen pada otot- Penurunan terhadap spinkters
otot jantung atau sel-sel otak Pucat
MANIFESTASI KLINIS
Secara klinis bayi yg lahir dengan asfiksia tidak dapat bernapas spontan dan
teratur segera setelah lahir
Kesepakatan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM bayi yg lahir dengan nilai
Apgar menit pertama 0-3 sebagai asfiksia berat, nilai Apgar menit kedua 4-6 sebagai
asfiksia sedang.
Meskipun demikian, nilai Apgar yang rendah pada bayi prematur dan bayi kecil masa
kehamilan (KMK) bukan merupakan petunjuk asfiksia, karena bayi-bayi tersebut
cenderung hipotonus, sianosis pada ekstremitas, dan lebih lemah.
Nilai Apgar 6 atau 7 mungkin sudah maksimal untuk bayi prematur, sedangkan pada
bayi dengan masa gestasi kurang dari 30 minggu sering lahir dgn nilai Apgar 2-3
tanpa adanya asfiksia.
MANIFESTASI KLINIS
Klinis 0 1 2
Detak Jantung Tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit
Pernapasan Tidak ada Tidak teratur Tangisan kuat
Refleks saat pembersihan jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
napas
Tonus Lunglai Fleksi ekstremitas Fleksi kuat, gerak aktif
(lemas)
Warna Kulit Biru/pucat Tubuh merah, Merah seluruh tubuh
ekstremitas biru
MANIFESTASI KLINIS
Bayi yang diduga mengalami asfiksia segera setelah lahir harus segera
dilakukan langkah pertama: resusitasi neonatus.
Pada saat bayi baru lahir, nilai apakah bayi cukup bulan, apakah cairan amnion
jernih, apakah bayi bernapas atau menangis, dan apakah tonus ototnya baik. Jika
ya, bayi cukup dilakukan perawatan rutin jika tidak, tempatkan bayi di bawah
pemancar panas, posisikan kepala bayi sedikit terngadah agar jalan napas
terbuka, dan jila perlu lakukan pembersihan jalan napas dengan pengisapan pada
mulut hingga orofaring, kemudian hidung.
Keringkan bayi dan rangsang taktilnya, kemudian reposisi kepala agar sedikit
terngadah. Langkah awal ini harus diselesaikan dalam ≤30 detik
RESUSITASI NEONATUS
Ventilasi tekanan positif (VTP) dilakukan Sungkup harus menutupi hidung dan mulut,
jika pada penilaian paska langkah awal, tidak menekan mata dan tidak menggantung di
dagu.
didapatkan salah satu keadaan berikut:
Tekan sungkup dengan jari tangan, jika
Apneu terdengar udara keluar dari sungkup, perbaiki
Frekuensi jantung <100 kali/menit perlekatan sungkup.
Tetap sianosis sentral walaupun telah
Kebocoran paling umum antara hidung &
diberi oksigen aliran bebas pipi. VTP menggunakan balon sungkup
diberikan selama 30 detik dengan kecepatan
Sebelum VTP dilakukan, pastiKan bayi 40-60 kali per menit, yang menghasilkan 20-30
dalam posisi kepala setengah terngadah. kali VTP dalam 30 detik.
Pilih ukuran sungkup 1 untuk bayi Pastikan bahwa dada bergerak naik turun dan
berat normal, 0 untuk bayi BBLR. tidak terlalu tinggi, secara simetris. Lakukan
penilaian setelah VTP 30 detik
RESUSITASI NEONATUS
mg/kgBB/menit
Kondisi harus dijelaskan pada orang tua,
dan pastikan ibu memegang bayinya jika
diinginkan Ketidakmampuan Tonus motorik yg
menghisap buruk
Selain resusitasi efektif, beberapa hari • Minumkan susu lewat OGT • Spastis atau lemas setelah
setelah kelahiran mungkin timbul masalah • Hati-hati keterlambatan asfiksia
akibat terganggunya suplai oksigen ke pengosongan lambung
regurgitasi minum
organ-organ sebelum, selama, atau segera
sesudah kelahiran.
PROGNOSIS
Hipoksemia
Hipoksemia Iskemia
Iskemia
Merupakan kelainan neuropatologis yg
Glukosa yang
masuk ke otak paling sering ditemui pada bayi dengan
meningkat
peningkatan asfiksia, selain perdarahan
glikogenolisis,
glikolisis, dan
Perfusi otak ke
sebagian atau periventrikular-intraventrikular yg
penurunan glukosa
otak (pemakaian
seluruh otak
menurun terutama terjadi pada bayi kurang bulan
glukosa lebih
banyak
dibandingkan Kelainan neurologis yang dapat
glukosa yang
masuk) ditimbulkan gangguan intelegensia,
Gllukosa yang
masuk dalam sel
kejang, gangguan perkembangan
Peningkatan
produksi asam
otak menurun
meningkatkan
psikomotor dan kelainan motorik yang
laktat (H+), karena
glikolisis anaerob
glikogenolisis,
glikolisis,
termasuk di dalam cerebral palsy.
dan gangguan pembentukan
penggunaan
piruvat fosforilasi
laktat
menghasilkan
Disebabkan oleh defisit suplai oksigen
oksidatif menurun
& produksi ATP
asidosis,
penurunan ATP,
yang disebabkan hipoksemia dan iskemia
menurun akumulasi asam &
no reflux
phenomenon
KOMPLIKASI:
SSP (Ensefalopati Hipoksik-Iskemik)
Penanganan:
Ventilasi yang adekuat untuk mengatasi hipoksemia dan asidosis
Hindari beban volume yang berlebihan
Pemantauan TD, tekanan vena sentral, saturasi oksigen dan diuresis
Atasi syok kardiogenik dengan dopamin atau dobutamin.
Pada kasus berat diperlukan reduksi afterload dengan ß-agonis (isoproterenol), α-bloker perifer
(fentolamin atau tolazolin), atau nitroprusside.
Prognosis iskemia miokardium baik. Fungsi jantung akan menjadi normal dalam tiga
minggu dan EKG menjadi normal dalam tiga bulan. Jika terjadi syok kardiogenik yang
berat biasanya bayi meninggal karena kerusakan otak dan kerusakan organ vital lainnya.
KOMPLIKASI:
Ginjal
Gangguan perfusi dan dilusi ginjal, serta kelainan filtrasi glomerulus, yang terjadi
karena proses redistribusi aliran darah yang menimbulkan nekrosis tubulus dan
perdarahan medula
Gejala utama oliguria + peningkatan blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin
Hipoksia yang terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan akan mengakibatkan
iskemia ginjal yang awalnya bersifat sementara, namun bila hipoksia berlanjut,
akan menyebabkan kerusakan korteks dan medula yang menetap.
Bayi dengan asfiksia mempunyai risiko untuk terjadinya nekrosis tubular akut dan
SIADH. Perlu dilakukan pemantauan jumlah urin, urinalisis, berat jenis urin,
osmolaritas dan elektrolit urin dan serum
KOMPLIKASI:
Ginjal
Pengukuran:
Kreatinin urin dan serum + kadar natrium urin dan serum
Kadar mikroglobulin urin
Ukuran ginjal (dengan USG)
Tatalaksana:
Infus dopamin 1,25-2,5 mg/kgBB/jam (IV) dapat memperbaiki perfusi ginjal.
Penelitian lain melaporkan pemberian teofolin 8 mg/kgBB yang diberikan beberapa jam
setelah lahir pada neonatus cukup bulan dengan asfiksia berat secara bermakna dapat
menurunkan kreatinin serum dan b2–mikroglobulin urin, serta terjadinya peningkatan
klirens kreatinin
KOMPLIKASI:
Saluran Cerna
Hati dapat mengalami kerusakan yang berat (shock liver), sehingga fungsinya
dapat terganggu.
Kadar transaminase serum (SGOT, SGPT), faktor pembekuan (PT, PTT, dan
fibrinogen), albumin dan bilirubin harus dipantau. Kadar amonia serum juga harus
diukur.
Jika perlu, diberikan faktor-faktor pembekuan darah.
Kadar gula darah dipertahankan pada 75- 100 mg/dL.
Obat-obat yang didetoksifikasi di hati juga harus dimonitor kadarnya secara ketat.
Kegagalan fungsi hati merupakan pertanda prognosis yang buruk.
KOMPLIKASI:
Hematologi
Pitsawong C, Panichkul P. Risk Factor Associated with Rahajoe NN, Supriyanto B, Setyanto DB. Buku Ajar
Birth Asphyxia in Phramongkutklao Hospital. Thai J Respirologi Anak. Ed 4. 2015. Jakarta: Badan Penerbit
Obstet Gynaecol 2012; 19(4): 165-71. IDAI.
Bryce J, Boschi-pinto C, Shibuya K, Black RE. WHO Carlo WA, Ambalavanan N. Respiratory Tract Disorders.
Estimates of The Causes of Death in Children. Lancet. Dalam: Kliegman RM, Stanton BF, St Geme III JW,
2005; 365(9465): 1147-52. Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. Ed 20. 2016.
Philadelphia: Elsevier. 848-9.
Widiani NN, Kurniati DP, Windiani IG. Maternal and
Infant Risk Factors on The Incidence of Neonatal Saifuddin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Asphyxia in Bali: Case Control Study. Public Health and Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009. Jakarta: PT
Preventive Medicine Archive. 2016 Des; 4(2): 120-6. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
World Health Organization. Buku Saku Pelayanan Manoe VM, Amir I. Gangguan Fungsi Multi Organ pada
Kesehatan Anak di Rumah Sakit. 2009. Jakarta: WHO. Bayi Asfiksia Berat. Sari Pediatri. 2003 Sep; 5(2): 72-8.
50-4. World Health Organization. Buku Saku Pelayanan
Antonucci R, Porcella A, Pilloni MD. Perinatal Asphyxia Kesehatan Neonatal Esensial. 2010. Jakarta:
in The Term Newborn. JPNIM. 2014 Okt; 3(2): e030269. Departemen Kesehatan. 5-6.