ANALISIS PROTEIN
Dosen Pengampu :
Siska Alicia Farma,S.Pd,M.Biomed
Disusun Oleh :
Nama : Atika Ayu Rahmawati
NIM : 20032052
Prodi : Biologi (NK) /D
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
ANALISIS PROTEIN
A. Tujuan praktikum:
1. Mahasiswa dapat melihat bahwa protein mempunyai ikatan peptida yang bereaksi
positif dengan uji biuret. Reaksi ini tidak terjadi pada makro molekul lain.
2. Mahasiswa dapat mengamati kelarutan albumin pada bererapa jenis larutan (asam,
basa dan garam)
B. Dasar Teori
Protein adalah molekul organic yang terbanyak di dalam sel. Lebih dari 50% berat
kering sel terdiri atas protein. Selain itu, protein adalah biomolekul sesungguhnya, karena
senyawa ini yang menjalankan berbagai fungsi dasar kehidupan.
Secara kimia, protein adalah heteropolimer dari asam-asam amino, yang terikat satu
sama lain dengan ikatan peptida. Ada suatu universalisme di dalam molekul protein. Protein
apapun dan berasal dari makhluk hidup apapun juga ternyata hanya tersusun dari 20 macam
asam amino saja. Perbedaan protein yang satu dengan yang lain disebabkan oleh jumlah dan
kedudukan asam-asam amino tersebut di dalam tiap molekul. Kedua puluh asam amino itu
mempunyai ciri-ciri umum. Pertama, semuanya mempunyai konfigurasi L. Kedua, sama-sama
memiliki 1 gugus COOH dan 1 gugus NH2 yang terikat ke atom Cα. Perbedaan individual dari
asam-asam amino ini dikarenakan perbedaan rantai sampingnya. Perbedaan struktur kimia ini
menyebabkan perbedan sifat kimia dan biologis protein (Sadikin M dalam Bagian Biokimia
FKUI, 2000).
Ikatan- ikatan peptida yang menyusun protein dan polipeptida dalam larutan
bersuasana alkali akan berwarna lembayung bila direaksikan dengan Cu2+. Ikatan inilah yang
diuji dalam uji kualitatif protein dengan uji biuret.
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Melalui
ikatan hidrogennya, molekul protein berinteraksi dengan molekul air membentuk mantel air.
Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang
sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform.
Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal
(terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molkeul
protein.
Secara kualitatif penentuan kadar protein dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Salah satunya dengan prinsip spektrofotometri ataupun nanofotometri yang pada prinsipnya
adalah sama (silahkan lihat praktikum 1 dasar-dasar spektrofotometri). Protein menyerap
cahaya pada daerah ultraviolet dengan panjang gelombang 280 nm. Serapan cahaya
terutama disebabkan oleh adanya residu asam amino triptofan dan tirosin yang terdapat dalam
protein tersebut. Metode ini kurang spesifik dibandingkan metode kalorimetri, tetapi
keuntungannya, larutan uji tidak rusak, sehingga dapat dikumpulkan da digunakan kembali.
Senyawa yang dapat mengganggu asam nukleat, karena dibandingkan dnegan protein per
gram asam nukleat menyerap cahaya lebih besar sepuluh kali (Tim Biokimia FKUI, 2012).
C. Kegiatan Praktikum
Kegiatan 1 : UJI BIURET
Cara Kerja
1. Siapkan 4 tabung reaksi yang bersih. Pipetkan ke dalam tabung reaksi,seperti pada tabel
di bawah ini:
Bahan 1 2 3 4
Larutan albumin (putih telur) 1 ml - - -
Air liur - 1 ml - -
Larutan pati - - 1 ml -
Air suling - - - 1 ml
Bahan 1 2 3 4
NaOH 10 % 1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
Terdapat
seperti 3
lapisan warna
Ungu Biru
Putih bening , yaitu biru tua
muda muda
Warna larutan setelah bereaksi sedikit , ungu , dan
(ungu (biru
kekuningan putih bening
bening) bening)
serta ada
endapan
berwarna biru
Ket :
Bila belum terbentuk warna lembayung, CuSO4 dapat ditambahkan lagi sampai 10 tetes.
Pertanyaan
b. Asam amino non-esensial adalah asam amino yang bisa diproduksi sendiri oleh
tubuh, sehingga memiliki prioritas konsumsi yang lebih rendah dibandingkan dengan
asam amino esensial.
c. Asam amino esensial bersyarat adalah kelompok asam amino non-esensial, namun
pada saat tertentu, seperti setelah latihan beban yang keras, produksi dalam tubuh
tidak secepat dan tidak sebanyak yang diperlukan sehingga harus didapat dari
makanan maupun suplemen protein.
Pada reaksi uji biuret, jika larutan protein dalam suasana basa kuat direaksikan dengan
larutan CuSO4 pekat, akan dihasilkan warna lembayung atau ungu . Warna yang dihasilkan
tersebut disebabkan oleh adanya ikatan koordinasi antara ion Cu2+ dengan pasangan
elektron bebas dari N yang berasal dari protein dan pasangan elektron bebas dari O molekul
air (H2O) . Reaksi ini tidak berlaku untuk peptide. Pada Uji Biuret yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa larutan yang menghasilkan warna lembayung atau ungu
mengandung protein . Pada putih telur atau albumin larutannya bening sedikit kekuningan.
Bila belum terbentuk warna lembayung, CuSO4 dapat ditambahkan lagi sebanyak 10 tetes.
Standar (mg/mL)
Tabung Uji
0,1 0,2 0,4 0,8 1,0
Standar BSA
0,1 mL 0,2 mL 0,4 mL 0,8 mL 1 mL -
1 mg/mL
Akuades 0,9 mL 0,8 mL 0,6 mL 0,2 mL - -
Larutan uji - - - - - 1,0 mL
Baca serapan pada panjang gelombang 280 nm
Buat kurva standar BSA dengan menggunakan kadar BSA sebagai sumbu x
dan serapan sebagai sumbu y (lihat praktikum spektrofotometri)
Hitung kadar protein larutan uji dengan membandingkan serapan larutan uji
terhadap kurva standar BSA
Berikut adalah hasil pembacaan beberapa sampel dari serum atlet renang yang melalukan
latihan renang gaya bebas sejauh 200m. Kadar protein total diukur pada Panjang gelombang
280.
Persamaan
Tabung Serapan (A) Kadar protein
Regresi Standar
Sampel 280nm total (mg/ml)
BSA
1 0,224 Y = 0,0008x + 0 280
2 0,241 Y = 0,0008x + 0 301,25
3 0,257 Y = 0,0009x + 0 285,6
4 0,269 Y = 0,0009x + 0 298,9
5 0,252 Y = 0,0009x + 0 280
6 0,61 Y = 0,0021x + 0 290,47
7 0,622 Y = 0,0022x + 0 282,72
✓ TABUNG SAMPEL 1
a= N (∑xy)−(∑x)(∑y)
(∑2)−(∑)2
= 200 (62,72)−(280)(0,224)
200(78.400)−(78.400)
= 12.544−62,72
15.680.000−78.400
= 12.481,28
15.601.600
= 0,0008
(∑)(∑2)−(∑)(∑)
b=
(∑2)−(∑)2
(0,224)(78.400)−(280)(62,72)
=
200(78.400)−(78.400)
(17.561,6)−(17.561,6)
=
15.680.000−78.400
0
=
15.601.600
= 0
Jadi, Persamaan Regresi Standar BSA adalah y= 0,0008x+0
✓ Kadar protein sampel 1
Y = 0,0008x + 0
0,224 = 0,0008x + 0
0,0008x = 0,224 – 0
0,224
X =
0,0008
X = 280 mg/ml
✓ TABUNG SAMPEL 2
N (∑xy)−(∑x)(∑y)
a=
(∑2)−(∑)
200 (62,48)−(280)(0,241)
=
200(78.400)−(78.400)
13.496−67,48
=
15.680.000−78.400
13.428,52
=
15.601.600
= 0,0008
(∑)(∑2)−(∑)(∑)
b=
(∑2)−(∑)2
(0,241)(78.400)−(280)(67,48)
=
200(78.400)−(78.400)
(18.894,4)−(18.894,4)
=
15.680.000−78.400
0
=
15.601.600
=0
Y = 0,0008x + 0
0,241 = 0,0008x + 0
0,0008x = 0,241 – 0
0,241
X =
0,0008
X = 301,25 mg/ml
✓ TABUNG SAMPEL 3
N (∑xy)−(∑x)(∑y)
a=
(∑2)−(∑)2
200 (280)(0,257)−(280)(0,257)
=
15.680.000−78.400
14.392−71,96
=
15.680.000−78.400
14.320,04
=
15.601.600
= 0,0009
(∑)(∑2)−(∑)(∑)
b=
(∑2)−(∑)2
(0,257)(78.400)−(280)(71,96)
=
200(78.400)−(78.400)
(20.148,8)−(20.148,8)
=
15.680.000−78.400
0
=
15.601.600
= 0
Y = 0,0009x + 0
0,257 = 0,0009x + 0
0,0009x = 0,257 – 0
0,257
X =
0,0009
X = 285,6 mg/ml
✓ TABUNG SAMPEL 4
a= N (∑xy)−(∑x)(∑y)
(∑2)−(∑)2
= 200 (280)(0,269)−(280)(0,269)
15.680.000−78.400
= 0,0009
b= (∑)(∑2)−(∑)(∑)
(∑2)−(∑)2
= (0,269)(78.400)−(280)(75,32)
200(78.400)−(78.40)
= 0
15.601.60
=0
Jadi, Persamaan Regresi Standar BSA adalah y= 0,0009x+0
✓ Kadar Protein Sampel 4
Y = 0,0009x + 0
0,269 = 0,0009x + 0
0,0009x = 0,269 – 0
0,269
X =
0,0009
X = 298,9 mg/ml
✓ TABUNG SAMPEL 5
a = N (∑xy)−(∑x)(∑y)
(∑2)−(∑)2
= 200 (280)(0,257)−(280)(0,257)
15.680.000−78.400
= 14.392−71,96
15.680.000−78.400
= 14.320,04
15.601.600
= 0,0009
b= (∑)(∑2)−(∑)(∑)
(∑2)−(∑)2
= (0,252)(78.400)−(280)(70,56)
200(78.400)−(78.400)
= 0
15.601.600
=0
Jadi, Persamaan Regresi Standar BSA adalah y= 0,0009x+0
✓ Kadar protein sampel 5
Y = 0,0009x + 0
0,252 = 0,0009x + 0
0,0009x = 0,252 – 0
0,252
X =
0,0009
X = 280 mg/ml
✓ TABUNG SAMPEL 6
a= N (∑xy)−(∑x)(∑y)
(∑2)−(∑)2
= 200 (280)(0,61)−(280)(170,8)
15.680.000−78.400
= 0,0009
b= (∑)(∑2)−(∑)(∑)
(∑2)−(∑)2
= (0,61)(78.400)−(280)(71,96)
200(78.400)−(78.400)
= 0
15.601.600
=0
Jadi, Persamaan Regresi Standar BSA adalah y= 0,0021x+0
✓ Kadar protein sampel 6
Y = 0,0021x + 0
0,61 = 0,0021x + 0
0,0021x = 0,61 – 0
0,61
X =
0,0021
X = 290,47 mg/ml
✓ TABUNG SAMPEL 7
a= N (∑xy)−(∑x)(∑y)
(∑2)−(∑)2
= 200 (280)(0,0,622)−(280)(0,622)
15.680.000−78.400
= 0,0009
b= (∑)(∑2)−(∑)(∑)
(∑2)−(∑)2
= (0,622)(78.400)−(280)(173,6)
200(78.400)−(78.400)
= 0
15.601.600
=0
Jadi, Persamaan Regresi Standar BSA adalah y= 0,0022x+0
✓ Kadar protein sampel 7
Y = 0,0022x + 0
0,622 = 0,0022x + 0
0,0022x = 0,622 – 0
0,622
X =
0,0022
X = 282,72 mg/ml
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.0008 0.0008 0.0009 0.0009 0.0009 0.0021 0.0022
Uji Biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada suatu bahan.
Terbentuknya warna ungu pada larutan sampel karena terbentuk senyawa kompleks antara
Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida yaitu gugus peptida ( -CO NH-). Makin banyak atau
makin panjang ikatan peptida dalam protein maka warna ungu akan makin kuat intensitasnya.
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan
protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa
kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat
pada ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida memberikan
warna biru, tripeptida ungu, dan tetrapeptida serta peptida kompleks memberikan warna
merah.
Dari hasil percobaan Reaksi Biuret merupakan bila larutan protein dalam suasana basa
kuat direaksikan dengan larutan CuSO4 pekat, akan dihasilkan warna ungu. Warna yang
dihasilkan dari reaksi tersebut disebabkan oleh ikatan koordinasi antara ion Cu2+ dengan
pasangan elektron bebas dari N yang berasal dari protein dan pasangan elektron bebas dari
O molekul air. Reaksi ini tidak berlaku untuk peptide. Uji Biuret yang telah dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa larutan yang menghasilkan warna lembayung mengandung protein
pada uji biuret ini. Pada putih telur atau albumin larutannya tidak berwarna. Bila belum
terbentuk warna lembayung, CuSO4 dapat ditambahkan lagi sampai 10 tetes.
Dari hasil percobaan penetapan kadar protein diperoleh Persamaan Regresi Standar
BSA adalah y = 2,475X + 4,. Reagen yang digunakan pada metode ini yaitu reagen bradford.
Kebanyakan protein mengabsorbsi sinar ultraviolet maximum pada 280 nm. Hal ini tertutama
oleh adanya asam amino tirosin triptophan dan fenilalanin yang ada pada protein tersebut.
Pengukuran protein berdasarkan absorbsi sinar UV adalah cepat, mudah dan tidak merusak
bahan. Untuk keperluan perhitungan juga diperlukan kurva standar yang melukiskan
hubungan antara konsentrasi protein dengan OD.
DAFTAR PUSTAKA