Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Protein sangatlah penting bagi kehidupan manusia, karena merupakan salah

satu kebutuhan utama jasmani manusia. Protein merupakan polimer dari asam amino

dimana struktur dari protein ada 4 macam yaitu : stuktur primer; sekunder; tersier; an

kuartener. Struktur primer protein ditentukan oleh ikatan kovalen antara residu asam

amino yang berurutan membentuk ikatan peptide. Struktur sekuner terjadi karena

ikatan hydrogen antara atom O dari gugus karbonil dengan atom H dari gugus amina

dalam suatu rantai polipeptida membentuk konfirmasi spiral yang disebut struktur

helix.

Asam amino adalah senyawa organic yang merupakan satuan penyusun

protein yang mempunyai gugus amino dan karboksilat. Oleh karena itu asam amino

mempunyai sifat-sifat asam maupun basa. Asam amino bersifat tidak seperti

senyawa-senyawa organic, tetapi mirip dengan garam-garam organic. Pada umumnya

asam amino larut dalam air, tetapi hanya larut sebagian didalam pelarut organic. Titik

leleh asam-asam amino sangat tinggi untuk senyawa-senyawa organic dengan massa

molekul relative rendah dan kebanyakan lebih besar dari 200 oC. hal ini dapat

dijelaskan karena asam amino didalam larutan netral akan membentuk zwitter ion

atau ion yang bermuatan ganda.

Tentunya berbicara tentang asam amino dan protein bukanlah sesuatu yang

mudah untuk dipahami, oleh karena itu, dilakukanlah praktikum ini untuk mengenal

lebih dalam mengenai asam amino dan protein itu sendiri dengan harapan akan

bermanfaat kedepannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah salah satu yang berhubungan dengan suplemen makanan yang

paling populer yang dibutuhkan oleh atlit dan aktivis. Protein telah menjadi

kebutuhan atlit untuk meningkatkan daya ingat dan peningkatan otot, untuk

mencegah katabolisme protein selama berlatih dan untuk mencegah atlit terkena

anemia dengan meningkatkan sintesis hemoglobin, mioglobin, enzim oksidatif, dan

mitokondria selama respirasi aerob (Williams, 2005).

Analisa protein dilakukan dengan beberapa cara yaitu (Maharani, dkk., 2010):

1. Analisa kualitatif: Test Biuret, Test Molish, Test Xanthoprotein, Test Millon dan

Test Ninhidrin.

2. Analisa kuantitatif: Metode Dumas, Spektrofotometri UV, Titrasi formol dan

Turbidimetri atau kekeruhan.

Asam glutamik terbentuk dari kebanyakan organisme dari amonia dan asam

α-ketoglutarik. Asam α-ketoglutarik adalah salah satu dari pertengahan di dalam

siklus asam trikarboksilat ( biasa juga disebut dengan siklus krebs). Amonia bereaksi

dengan gugus karbonil keton untuk memberikan imina, dimana kemumdian direduksi

menjadi fungsi dari asam amino α. Hasil reduksi dari nicotinamida adenine difosfor-

kleotida (NADPH) adalah ko-enzim dan berfungsi sebagai reduktor

(Carey, 2000).

Sebuah asam amino adalah senyawa yang mengandung gugus karbonil dan

juga gugus amina. Walapun banyak tipe-tipe asam amino telah diketahui, asam

amino α adalah yang paling signifikan dalam dunia biologi karena asam amino ini

adalah monomer dari penyusun protein. Pada tahun 1902, Emil Fischer mengagaskan
bahwa protein adalah rantai panjang asam amino yang telah bergabung bersama oleh

ikatan amina antara gugus karbonil α dengan satu asam amino dan gugus asam

amino α yang lain (Brown,dkk, 2012).

Protein memiliki banyak fungsi biologis. Beberapa, seperti keratin pada

kuliat, rambut, dan kuku jari, menyajikan tujuan structural. Lainnya, seperti insulin

yang mengontrol metabolism karbohidrat, berperan sebagai hormon-hormon-

pembawa pesan kimia yang mengkoordinasikan aktivitas dari sel yang berbeda dari

sebuah organisme. Tetapi protein-protein yang lain, seperti DNA Polimerasi,

merupakan enzim, katalis biologis yang menjalankan reaksi kimia pada

tubuh (Murry, 2012).

Protein adalah polimer dari asam amino, yang memainkan peran utama dalam

hampir semua proses biologis. Enzim-enzim, yang merupakan katalis reaksi biologi-

kimia merupakan kebanyakan protein. Protein juga memfasilitasi fungsi dalam

cakupan yang cukup luas, seperti transport dan penyimpanan dari substrat yang vital,

dukungan mekanik, dan perlindungan terhadap penyakit. Tubuh manusia

diestimasikan mengandung 100,000 jenis protein yang berbeda-beda, yang tiap

protenin tersebut memiliki fungsi yang spesifik (Chang, 2007)

Asam amino adalah asam karbon yang berisi suatu fungsi amina. Di bawah

kondisi-kondisi amina tertentu kelompok satu molekul dan suatu kelompok karboksil

dapat bereaksi, menyatukan dua asam amino oleh suatu amida (Carey, 2000).

Asam amino sederhana adalah asam amino asetat (H 2NCH2CO2H), yang

disebut glisin, yang tidak memiliki rantai samping dan tidak mengandung satu

karbon kiral. Semua asam amino lain memiliki rantai samping, dan karena itu karbon

α-nya bersifat kiral. Asam amino yang berasal dari protein termasuk dalam deret L,
artinya gugus-gugus disekeliling karbon alfa mempunyai konfigurasi yang sama

seperti dalam L-gliseraldehida (Fessenden dan Fessenden, 1986).

Asam amino tidak selalu bersifat seperti senyawa-senyawa organik.

Misalnya, titik lelehnya di atas 200 ºC, sedangkan kebanyakan senyawa organik

dengan bobot molekul sekitar itu berupa cairan pada temperatur kamar. Asam amino

larut dalam air dan pelarut polar lain, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar seperti

dietil eter atau benzena. Asam amino mempunyai momen dipol yang besar. Kurang

bersifat asam dibandingkan sebagian besar asam karboksilat dan kurang basa

dibandingkan sebagian besar amina (Fessenden dan Fessenden, 1986).

Beberapa asam amino dapat disintesis oleh suatu organisme dari persediaan

senyawa organiknya. Satu cara sintesis semacam itu adalah pengubahan suatu asam

amino yang terdapat berlebih menjadi asam amino yang diinginkan oleh suatu reaksi

transaminasi (Fessenden dan Fessenden, 1986).

Tidak semua asam amino dapat diperoleh dengan interkonversi dari asam

amino lain atau dengan sintesis dari senyawa lain. Asam amino yang diperlukan

untuk sintesis protein dan ini tidak disintesis sendiri oleh organisme itu tetapi harus

terdapat dalam makanannya. Senyawa semacam ini dirujuk sebagai asam amino

esensial. Asam amino yang esensial bergantung pada spesi hewan itu dan bahkan

bergantung pada perbedaan individu (Fessenden dan Fessenden, 1986).

Suatu asam amino mengandung suatu gugus amino yang yang bersifat basa

dan gugus karboksil yang bersifat asam dalam molekul yang sama. Suatu asam

amino mengalami reaksi asam basa internal yang menghasilkan suatu ion dipolar,

yang juga diberi zwitter ion. Terbentuknya muatan ion, suatu asam

amino mempunyai sifat garam. pKa suatu asam amino bukanlah pKa dari

gugus –CO2H, melainkan dari gugus –NH3+. pKa bukan dari gugus amino yang

bersifat basa, melainkan dari gugus –CO2 yang bersifat basa

sangat lemah (Fessenden dan Fessenden, 1986).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan protein,

glisin, sistein, sistin, alanin, tirosin, triptolisin, arginin, gelatin, meteonin, tirosin

padat, pereaksi Millon, larutan ninhidrin 0,1%, NaOH 2N, CuSO 4 0,01N, air dan

tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak

tabung reaksi, pipet tetes, penjepit tabung, gelas piala, kaki tiga, kasa dan lampu

spritus.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Uji Millon

Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi

dengan 2 mL larutan asam amino dan protein. ditambahkan 5 tetes peresksi Millon.

Kemudian dikocok dan dipanaskan sambil digoyang-goyang dan diamati. Lalu

dicatat perubahan yang terjadi. Jika pereaksi berlebih warna akan hilang.

3.3.2 Uji Ninhidrin

Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi

dengan 2 mL larutan asam amino dan protein. Selenjutnya ditambahkan 0,5 mL

larutan ninhidrin 0,1% dan dikocok. Selanjutnya dipanaskan sampai mendidih.

Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.


3.3.3 Uji Biuret

Disiapkan 10 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. Kemudian diisi

dengan 2 mL larutan asam amino dan protein. Selanjutnya ditambahkan 1 mL

NaOH 2N, dikocok kemudian ditambahkan setetes CuSO4 0,01N. Lalu dikocok dan

diamati serta dicatat perubahan yang terjadi. Jika tidak timbul warna ditambahkan

setetes atau lebih CuSO4.


DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. W., Christopher, S. F., Brent, L. I., 2012, Organic Chemistry, Sixth
Edition, Belmont: Brooks/Cole, Cencage Learning

Carey, F.A., 2000, Organic Chemistry, Fourth Edition, Boston: University of


Virginia.

Chang, R., 2010, Chemistry, Tenth Edition, New York : McGraw-Hill Companies

Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1986, Dasar-dasar Kimia Organik, Erlangga,
Jakarta.

Maharani, E.T. dan Yusrin, 2010, Kadar Protein Kista Artemia Curah yang Dijual
Petambak Kota Rembang dengan Variasi Suhu Penyimpanan, Prosiding
Seminar Nasional Unimus 2010, 30-35.

McMurry, J. E., Robert, C. F., Fantini, J., 2012, Chemistry, Sixth Edition, London:
Pearson.

Williams, M., 2005, Dietary Supplements and Sports Performance: Amino Acids,
Journal of the International Society of Sports Nutrition, 2 (2): 63-67.

Anda mungkin juga menyukai