PERCOBAAN 7
ANALISA PROTEIN
7.1 PENDAHULUAN
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh,
karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang
mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang dan ada jenis
protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 2002).
Protein ialah polimer alami yang terdiri atas sejumlah unit asam amino
(amino acid) yang berikatan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (atau peptida).
Peptida ialah oliginer dari asam amino yang memainkan peran penting dalam
banyak proses biologis. Contohnya peptida hormon insulin yang mengatur kadar
gula darah, bradykinin mengatur tekanan darah dan oksitosin meregulasi kontraksi
uterus dan lakstasi. Jadi, protein, peptida, dan asam amino merupakan bahan-bahan
penting bagi struktur fungsi dan reproduksi makhluk hidup. Asam amino yang
diperoleh dari hidrolisis protein ialah asam amino α. Artinya, gugus amino berada
pada atom karbon α, yaitu disebelah gugus karboksil. Kecuali, glisina yang bersifat
aktif optis. Asam amino itu mempunyai konfigurasi relatif terhadap gliseran dehida
(Hart, 1990).
Molekul protein tersusun dari sejumlah asam amino sebagai bahan dasar
yang saling berkaitan satu sama lain. Ternyata ada 24 jenis rantai cabang (R) yang
berbeda ukuran, bentuk, muatan dan relativitasnya. Rantai cabang (R) dapat berupa
atom H pada glisin, metal pada alanin atau berupa gugus lainnya. Baik gugus
alifatik, hidroksi maupun aromatic (Winarno, 2002).
Asam amino merupakan satuan yang menyusun peptida dan protein.
Demikian banyak ragam struktur yang dapat dijumpai, hanya 20 asam amino saja
yang penting. Corak umum dari semua asam amino ialah adanya paling sedikit atau
gugus asam amino dan satu gugus asam karboksilat. Asam amino yang menyusun
protein terdiri dari asam amino, karena gugus aminonya dirangkaikan dengan
karbon alfa (nomor dua) suatu asam karboksilat (Pine, 1998).
Protein itu sendiri tidak dibutuhkan dalam makanan manusia, terdapat
kandungan beberapa asam amino tertentu yang essensial di dalam nutrisi. Orang
dewasa membutukan 9 asam amino essensial dalam jumlah yang berkisar antara
0,5g/hari (triptofan) sampai dengan kira-kira 2g/hari (lensin, fenilalanin). Bayi dan
anak-anak yang sedang tumbuh membutuhkan 10 asam amino, satu sebagai
tambahan yaitu arginin. Meskipun arginin secara normal dibuat oleh hati sebagai
salah satu tahap dalam sintesis urea dan sintesisi protein tubuh (Lehninger, 1982).
Setiap protein mempunyai berat molekul yang unik, Mr yang diitung
relative terhadap massa atom 12C. Massa molekul, umumnya dinyatakan dalam
satuan Dalton (Da) atau kidoltan (KDa), dengan 1 Da sama dengan ½ massa atom
12
C (1,66 × 10-24 g). Massa molar adalah massa sebanyak satu mol yang dinyatakan
dalam gram. Ketiga besaran tersebut mempunyai nilai numerik yang sama tetapi
dengan satuan yang berbeda. Fungsi protein ditentukan oleh konformasinya, atau
pola lipatan tiga dimensinya, yang merupakan pola dari rantai polipeptida.
Beberapa protein seperti keratin rambut dan bulu, berupa serabut, dan tersusun
membentuk struktur linear atau struktur seperti lembaran dengan pola lipatan yang
berulang dan terukur. Protein lainnya seperti kebanyakan enzim, terlipat
membentuk konformasi glokular yang padat dan hampir menyerupai bentuk bola,
konformasi glokular yang padat dan hampir menyerupai bentuk bola, konformasi
akhir tergantung pada berbagai macam interaksi yang terjadi (Kuchel, 2006).
Protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagi tubuh, yaitu
(Winarno, 2002) :
1. Sebagai enzim
2. Aalat pengukur dan alat penyimpan
3. Pengantar pergerakan
4. Penunjang mekanis
5. Pertahanan tubuh/imulsi
6. Media perambat impuls saraf
7. Pengendalian pertumbuhan
Asam amino adalah senyawa dengan molekul yang mengandung baik
gugus fungsional amino (-NH2) maupun karboksil (-CO2H). Meskipun ratusan asam
ini telah disintesis hanya 20 yang diperoleh dengan hodrolisis protein. Dalam asam-
asam ini gugus amino selalu terletak pada atom karbon didekat gugus karboksil.
Berikut adalah gambar struktur asam amino (Keenan, 1992) :
Gambar 7.1 Struktur Asam Amino
Bila suatu protein dihidrolisis dengan asam, alkali, atau enzim, akan
dihasilkan campuran asam amino terdiri dari sebuah gugus amino, sebuah gugus
karboksil, sebuah atom hidrogen, dan gugus R yang terikat pada sebuah atom C
yang dikenal sebagai karbon X, serta gugus R merupakan rantai cabang. Semua
asam amino berkonfigurasi α dan mempunyai konfigurasi L kecuali glisin yang
tidak mempunyai atom C asimetrik. Hanya asam amino L yang merupakan
komponen protein, dan bila tidak ada tanda apa-apa , maka yang dimaksud asam
amino L. Simbol D dan L tidak memiliki tanda rotasi optic, tetapi menunjukkan
hubungan konfigurasi yang dicocokkan dengan konfigurasi senyawa L-
gliseraldehida. Berikut adalah gambar struktur L-gliseraldehida dan D-alanin
(Winarno, 2002) :
Uji biuret yang paling umum digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
peptide yang membentuk suatu protein. Uji positif ditandai dengan munculnya
warna merah muda sampai ungu (Winarno, 1992).
Uji Xanthoprotein dilakukan untuk mengetahui protein dengan asam
amino yang mengandung cincin benzena misalnya tirosin, fenilalanin dan triptofan.
Apabila dipanaskan dengan HNO3 encer menghasilkan endapan putih yang segera
berubah menjadi kuning tua. Penambahan alkali atau ammonia pekat mengubah
warna zat menjadi warna jingga (Winarno, 1992).
Uji Millon digunakan untuk mengidentifikasi protein yang mengandung
tirosin dalam suatu sampel yang ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna
merah pada sampel protein. Tirosin merupakan asam amino yang mengandung
gugus fenol pada rantai sampingnya (gugus R). Pereaksi Millon mengandung
merkuri dan ion merkuri dalam nitrit dan asam nitrit. Gugus fenol pada tirosin akan
ternitrasi membentuk garam merkuri dengan pereaksi Millon yang akan membentuk
kompleks berwarna merah (Poedjiadi, 2007).
Uji Hopkins-Cole merupakan uji kimia yang digunakan untuk
menunjukan adanya asam amino triptofan. Pereaksi yang dipakai menggunakan
asam glioksilat. Kondensasi α inti induk dari triptofan oleh asam glioksilat akan
menghasilkan senyawa berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukan dengan adanya
cincin ungu pada bidang batas dari reaksi. Prinsip uji coba Hopkins-Cole adalah
kondensasi inti indol dengan aldehid (Poedjadi, 2007).
Uji sakaguchi merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukan
adanya gugus guadinum. Pereaksi yang digunakan adalah ion nafsol dan natrium
hipobromit. Reaksi sakaguchi memberikan hasil positif apabila ada gugus guadinin,
jadi arginin atau protein yang megandung arginin dapat menghasilkan warna merah
(Poedjiadi, 2007).
Sumber protein hewani dapat berbntuk daging dan organ dalam seperti
hati, pankreas, ginjal, paru, jantung, dan jeroan. Susu dan telur termasuk pula
sumber protein hewani berkualitas tinggi. Ikan, kerrang-kerangan dan jenis udang
merupakan kelompok sumber protein yang baik, karena mengandung sedikit lemak.
Sumber nabati termasuk sereal (gandum, gandum hitam, dan beras jagung), kacang-
kacangan (kacang tanah, kacang polong kering , dan kacang kedelai) serta biji-
bijian (Winarno, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan protein adalah (Damodaran,
1997) :
1. Panas
Panas merupakan agen fisik umum yang dapat mendenaturasikan protein.
2. pH
Dalam larutan encer, denaturasi yang dipengaruhi oleh pH dan suhu sangat dekat
hubungannya dengan proses denaturasi yang jarang halnya dapat digunakan dengan
panas saja.
3. Ion logam
Kedua pH dan kekuatan ion suatu larutan menentukan beban sepenuhnya
molekul protein dan kerentanan mereka terhadap denaturasi panas.
4. Gula dan Polyosis
Gula dan polyosis dapat menunjukan pengaruh stabilitas panas pada protein
makanan.
5. Sifat protein
Penambahan bahan kimia seperti urea, gandum, klorida, dan detergen tidak
bermuatan ion dapat mengubah struktur dan mempengaruhi jalannya panas.
Rangkaian Alat:
Keterangan :
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung reaksi
1
2
Gambar 7.2 Rangkaian Alat Analisa Protein
7.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, NaOH
1N, HCl 25%, HNO3 encer, asam asetat glasial, CuSO4 5%, amonia 10%, HgSO4
5%. H2SO4, NaNO3 5%, formaldehid 1:500, putih telur itik tambak, susu chill go,
dan aluminium foil.
Putih telur dipisahkan dari kuning telurnya, lalu dimasukkan ke dalam gelas
beker. Susu chill go dimasukkan ke dalam gelas beker lainnya. Kedua gelas ditutupi
dengan aluminium foil. Kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker menggunakan
pipet tetes. Setekah itu masing-masing sampel dipindahkan dari gelas ukur ke
dalam tabung reaksi. Kemudian akuades sebanyak 2 mL ditambahkan 10 tetes
NaOH 1N dan 10 tetes HCl 25% ke masing-masing sampel, setelah itu dikocok dan
dicatat perubahan fisik sampelnya.
Tabung Reaksi 2
Hasil
Tabung Reaksi 3
Hasil
Hasil
Tabung Reaksi
Hasil
Hasil Hasil
Gambar 7.11 Diagram Alir Reaksi Xanthoprotein
Tabung Reaksi
Hasil
Tabung Reaksi
Hasil
No Putih Telur
Langkah Percobaan Susu chill go 1 mL
. 1 mL
1. Ditambahkan 2 mL Larutan berwarna Menghasilkan
akuades, 1 mL HgSO4 putih dan terdapat gumpalan putih dan
dipanaskan, ditambahkan 5 gumpalan putih merah, larutan putih
tetes NaNO3 5% dan keruh
dipanaskan
7.4.2 Pembahasan
7.4.2.1 Reaksi Pengendapan
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah putih telur itik tambak
dan susu Chill go. Pada reaksi pengendapan akan terjadi denaturasi dan renaturasi.
Denaturasi menurut (Fessenden,1989) dapat diartikan sebagai hilangnya sifat-sifat
struktur lebih tinggi yang disebabkan oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-
gaya sekunder lain yang mengutuhkan molekul itu. Terjadinya denaturasi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya seperti panas, PH, dan bahan kimia.
Sedangkan renaturasi menurut (Parawita, 2015) adalah proses pembentukan
kembali asam amino pada protein. Reaksi yang terjadi pada tabung reaksi
pengendapan asam adalah sebagai berikut :
| |
| |
Reaksi (7.2) menunjukkan reaksi yang terjadi ketika sampel ditambahkan NaOH
sehingga terjadi penataan kembali atau renaturasi. Dalam hal ini faktor yang
mempengaruhi adalah pH perubahan yang terjadi pada sampel susu Chill go dan
putih telur itik tambak yaitu membentuk gumpalan putih. Sehingga susu Chill go
dan putih telur itik tambak bernilai positif. Berikut adalah gambar reaksi
pengendapan asam pada sampel :
pada Sampel Putih Telur Itik Tambak
Gambar 7.15 Pengendapan Asam
pada Sampel Susu Chill go
Gambar 7.14
Pengendapan Asam
Tabung reaksi kedua, dimana terjadi reaksi pengendapan HNO3 yang dapat
dituliskan sebagai berikut :
Reaksi (7.3) adalah reaksi yang terjadi ketika sampel diberi larutan HNO3. Jika
diamati, sampel tersebut mengalami denaturasi. Pada kandungan proteinnya.
Perubahan yang terjadi pada telur itik tambak terdapat endapan berwarna kuning
sehingga hal ini menandakan Susu Chill go dan putih telur itik tambak positif
mengandung protein. Berikut adalah gambar reaksi pengendapan HNO3 pada
sampel :
Gambar 7.14 Pengendapan HNO3
pada Sampel Putih Telur Itik
Tambak
| |
Reaksi (7.4) menunjukkan reaksi yang telah terjadi ketika sampel ditambahkan
akuades dan dipanaskan, terjadi denaturasi pada protein. Sehingga protein itu akan
menuntun kemampuannya dalam mengikat air. Energi panas yang ditambahkan
pada saat pemanasan mengakibatkan terputusnya ikatan non-kovalen berupa
ikatan polipeptida. Perubahan yang terjadi pada susu Chill go yaitu larutan
berwarna putih keruh sama halnya dengan putih telur itik tambak positif
mengandung protein. Berikut adalah gambar reaksi pengendapan murni pada
sampel :
| |
Reaksi (7.5) menunjukkan reaksi yang telah terjadi ketika sampel diberi asam
asetat glasial terjadi proses denaturasi akibat adanya penambahan asam asetat
glasial hal ini adanya ion polar yang terbentuk pada asam amino. Selain itu
penambahan asam asetat glasial menurunkan PH sampel akibat konsentrasi H +
yang bertambah dari penambahan tersebut sehingga terjadi pengendapan
perubahan yang terjadi dalam susu Chill go terdapat gumpalan putih sedangkan
telur itik tambak terdapat endapan bercak cokelat dan lebih padat. Hal ini
menyatakan bahwa sampel susu Chill go dan putih telur itik tambak positif
mengandung protein. Berikut gambar reaksi pengendapan asam asetat glasial pada
sampel :
| |
R – CH – COO
R – CH – COOH
NH2 …(7.7)
Reaksi (7.6) dan (7.7) merunjukkan mekanisme reaksi uji biuret sampel yang
diberikan perlakuan penambahan NaOH yang merupakan katalis yaitu
mempercepat reaksi antara asam amino dengan CuSO4. Dilihat dari pengamatan
yang dilakukan, reaksi biuret akan membuat larutan berwarna putih keruh yang
menandakan adanya kandungan protein pada sampel.
Perubahan yang terjadi pada susu Chill go yaitu terdapat endapan putih
dan larutan berwarna ungu keruh pada sampel susu chill go sedangkan pada
sampel putih telur itik tambak terdapat endapan putih dan larutan berwarna ungu.
Hal ini menunjukkan adanya pembentukan kompleks antara ion Cu2+ dan gugus
NH2 sehingga percobaan ini sudah sesuai dengan teori dan menunjukkan hasil
yang positif. Berikut adalah Gambar reaksi biuret pada sampel :
H+ NaNO3
Gambar 7.28 Reaksi Millon Nase Gambar 7.29 Reaksi Millon Nase
pada Sampel Putih Telur Itik pada Sampel Susu Chill go
Tambak
NH2 ...(7.11)
Gambar 7.30 Reaksi Hopkins Cole Gambar 7.31 Reaksi Hopkins Cole
pada Sampel Putih Telur Itik pada Sampel Susu Chill go.
Tambak
7.5 PENUTUP
7.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1. Reaksi pengendapan terjadi disebabkan oleh beberapa faktor dari protein
yaitu bersifat amfoter dan menunjukan bahwa protein dapat mengalami denaturasi
dan renaturasi. Uji ini positif dengan terbentuknya endapan putih pada sampel
susu chill go dan putih telur itik tambak.
2. Reaksi biuret bertujuan untuk mengetahui bahwa asam amino memiliki
ikatan peptida lebih dari satu. Uji ini positif ditandai dengan perubahan warna
pada sampel susu chill go dan putih telur itik tambak menjadi ungu.
3. Reaksi Xanthoprotein bertujuan untuk mengetahui adanya inti benzena
yang terpadat pada molekul protein. Uji ini positif ditandai dengan endapan atau
gumpalan berwarna kuning pada sampel susu chill go dan putih telur itik tambak.
4. Reaksi Millon - Nasse bertujuan untuk menunjukan adanya asam amino
pada protein mempunyai gugus fenol. Uji ini negatif pada susu chill go
dikarenakan hanya terdapat larutan dan gumpalan berwarna putih, tetapi positif
pada telur karena adanya gumpalan merah.
5. Reaksi Hopkins – Cole bertujuan untuk menunjukan adanya asam amino
triptofan. Uji ini positif pada sampel putih telur itik tambak dikarenakan
terbentuknya cincin berwarna ungu, tetapi negatif untuk sampe susu chill go
dikarenakan terdapat cincin yang berwarna kuning.
7.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah dengan menambah variasi
lain untuk uji protein selain beberapa variasi diatas misalnya uji protein dengan
bulu ayam. Bulu ayam yang dibakar digunakan sebagai kontrol dalam
menentukan bahan makanan yang mengandung protein. Supaya mendapat hasil
yang berbeda dari uji protein yang sudah ada.
Daftar Pustaka
Damodaran, S and Paraf A. 1997. Food Proteins and Their Applications. Marcel
Pekker Inc. New York.
Fessenden, Ralp J. Joans. Fessenden. 1989. Kimia Organik Edisi Ketiga.
Erlangga. Jakarta.
Hart dan Suminar. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta. Erlangga.
Keenan, 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta. Erlangga.
Kuchel, P dan Raiston G.B. 2006. Biokimia Schaum’s Easy Outlines. Jakarta.
Erlangga.
Lehninger, 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta. Erlangga.
Pine, Stanley. H. dkk. 1998. Kimia Organik 2. Bandung. ITB
Poedjiadi, A. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta. UI Press Parawita
Parawita, T. Z. 2015. Asam Amino Protein Biokimia.
http://www.academia.edu/
Diakses pada 25 April 2020.