PERCOBAAN 8
ANALISA GLUKOSA
DOSEN PEMBIMBING: Dr. ABUBAKAR TUHULOULA, S.T., M.T.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IX (SEMBILAN)
2020
ABSTRAK
Glukosa merupakan gula sederhana yang merupakan bagian dari karbohidrat sehingga
glukosa sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Glukosa merupakan salah satu molekul
utama yang dibutuhkan makhluk hidup sebagai sumber energi. Glukosa dapat ditemukan pada
makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan misalnya gula darah, buah-buahan, umbi-umbian, sayur,
sari pohon dan lain-lain.
. Tepung yang digunakan pada percobaan ini adalah tepung jagung. Percobaan ini
bertujuan untuk menganalisa bahan alam (jagung) yang berupa bahan makanan untuk menentukan
kadar glukosa. Pati tepung jagung dihidrolisis dengan larutan HCl 0,8 N 125 mL dengan suhu
70 C selama 60 menit. Larutan hasil hidrolisis dinetralkan dengan NaOH 0,1 N. Penambahan
NaOH bertujuan untuk menetralkan asam berlebih pada larutan. Larutan yang telah dinetralkan
ditambahkan fehling A dan fehling B. Larutan campuran dititrasi dengan glukosa standar dan
volume titran yang didapatkan sebanyak 13 mL. Berdasarkan hasil perhitungan kadar glukosa
yang diperoleh dari 2,5 gram pati tepung jagung sebesar 51,2%.
VIII-i
PERCOBAAN 8
ANALISA GLUKOSA
8.1 PENDAHULUAN
VIII-1
8.2 DASAR TEORI
HO 3 H
H 4 OH
H 5 OH
CH2OH
VIII-2
VIII-3
CH2OH C HCOH
D-Ribosa
CH2OH CH2OH
D-Glukosa D-Galaktosa
Lemak
Kolestrol dan
O steroid lain
Glukosa CH3C
Gugus asetil Protein
Dalam asetil Koenzim A
pati diikuti dengan kristalisasi dari larutan dalam air. Filtrat yang tinggal dikenal
sebagai tetes, terdiri dari 65 % D-glukosa dan 35 % disakarida (Pine, 1988).
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida (aldosa) atau polihidroksi keton
(ketosa). Karbohidrat dibagi beberapa golongan yaitu sebagai berikut
(Respati, 1980):
1. Monosakarida : tidak dapat dihidrolisa menjadi molekul yang lebih
sederhana yang terdapat di alam umumnya mempunyai 5 atom C
(pentosa) : ribosa, arabirosa, ksilosa atau 6 atom C (heksosa): glukosa,
mannosa, galaktosa, fruktosa.
2. Disakarida : disusun oleh dua molekul monosakarida : sukrosa
(gula pasir), laktosa, dan maltosa.
3. Polisakarida : disusun oleh banyak sekali molekul-molekul monosakarida
(amilum, sellulosa).
4. Glikosida : molekul monosakarida mengikat molekul bukan gula
(non sugar), molekul bukan gula ini disebut aglikon dan umumnya
merupakan senyawa aromatik (arbutin, amigdalin).
Monosakarida sangat beraneka ragam sifatnya. Misalnya, sukrosa
(gula pasir) dan kapas, keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan utama
antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida
(sering disebut gula sederhana) adalah satuan karbohidrat yang lebih kecil.
Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membelah dimer, trimer,
dan sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut disakarida. Sukrosa
adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satu-satuan glukosa dan
satu-satuan fruktosa. Monosakarida dan disakarida larut dalam air dan umumnya
terasa manis
H2O, H+
1 sukrosa 1 glukosa + 1 fruktosa …(8.1)
Kalor
Disakarida
VIII-6
Karbohidrat yang tersusun dari dua sampai delapan satuan monosakarida dirujuk
sebagai oligosakarida (Yunani, oligu = beberapa). Jika lebih dari delapan satuan
monosakarida yang diperoleh dari hidrolisis, maka karbohidrat itu disebut
polisakarida. Contoh polisakarida adalah pati yang di jumpai dalam gandum dan
tepung jagung, dan selulosa, penyusun yang bersifat serat dari tumbuhan dan
komponen utama dari kapas (Fessenden, 1986).
H2O, H+
Pati atau selulosa banyak satuan glukosa …(8.2)
Kalor
Polisakarida
Tepung tapioka biasa disebut tepung kanji. Tepung tapioka adalah pati
dari umbi singkong yang dikeringkan dan dihaluskan. Pembuatan kudapan,
tepung tapioka berfungsi sebagai bahan pengental (thickener), bahan pemadat atau
pengisi (filler), bahan pengikat atau perekat. Daya awet tepung tapioka mencapai
1-2 tahun. Daya awet ini dipengaruhi oleh kadar produk, pengemasan, dan
penyimpanan. Kadar air tepung tapioka yang diharapkan adalah 8%. Biasanya
tepung tapioka hanya dikemas dengan menggunakan karung goni yang berlubang-
lubang kecil. Kemasan seperti ini sangat mudah untuk ditembus oleh mikroba, air,
debu dan udara sekitar (Purnomowati, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis (Perwitasari, 2008):
1. Temperature
Temperature hidrolisis yang rendah 60 ⁰C umumnya diperoleh gelatin
dengan sifat-sifat fisik yang baik, sehingga pada suhu atau temperature
yang tinggi 100 ⁰C sifat-sifat gelatin menurun.
2. Waktu
Hidrolisis pada temperature yang lebih rendah biasanya dibutuhkan waktu
yang lama. semakin lama waktu maka hidrolisis akan semakin rata dan
luas kontak permukaan antara partikel dengan liquid semakin tinggi.
VIII-7
74,58 C (175,2F). Indikator fenolftalein (PP) mudah larut dalam air dingin, air
panas, metanol, dietil eter, dan aseton. Pertolongan jika terkena mata yaitu segera
dibasahi mata dengan air yang mengalir setidaknya 15 menit, dari keadaan mata
tetap terbuka (Sciencelab, 2013).
Natrium hidroksida atau sodium hydroxide memiliki rumus molekul yaitu
NaOH. NaOH merupakan basa kuat yang berbentuk padatan atau solid dan
berwarna putih. NaOH dapat larut secara disotermis dalam air, etanol, metanol,
dan gliserol. Densitas NaOH adalah 2130 kg/m3 (Labchem, 2012).
Asam klorida atau HCl merupakan asam kuat yang berbentuk cairan tak
berwarna dan memiliki bau yang menyengat. Memiliki densitas 1190 kg/m 3. HCl
dapat larut dalam air dan pH yang dimiliki bisa kurang dari 1. HCl sangat
berbahaya jika terurai saat terpapar oleh kenaikan suhu yang dapat menghasilkan
uap beracun (Labchem, 2012).
8.3 METODOLOGI PERCOBAAN
Keterangan :
1. Statif dan klem.
1 2. 2. Kondensor spiral.
2
3. Labu leher tiga.
4. Magnetic Heated
6 stirrer.
5. Stirrer
3
5 6. Termometer
Air pendingin keluar
4
Air pendingin masuk
8.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tepung jagung,
fehling A, fehling B, kertas saring, akuades, larutan glukosa standar 0,02 M,
NaOH 0,1 N, HCl 0,8 N, indikator metil biru dan indikator fenolftalein (PP).
VIII-9
VIII-10
sampai warna biru benar-benar hilang dan terbentuk endapan merah bata. Lalu
volume titran dicatat (M) untuk menghitung kadar glukosa yang dihasilkan.
Metil Biru
Tepung jagung
HCl 0,8 N
Metil Biru
Hasil
VIII-14
VIII-15
.
1. Tepung jagung ditimbang menggunakan mTepung jagung = 2,5 gram (w)
neraca o’hauss.
2 Ditambahkan HCl 0,8 N dan dimasukkan - VHCl = 125 mL.
ke dalam labu leher tiga. - Larutan berwarna putih
susu.
3. Campuran dipanaskan dengan labu leher Larutan menjadi putih
tiga yang disambungkan ke kondensor dan keruh.
dihidrolisis selama 1 jam dengan suhu
70 ⁰C.
4. Larutan hasil hidrolisis didinginkan dan Larutan menjadi bening.
disaring menggunakan kertas saring.
5. Diambil larutan hasil hidrolisis yang telah V = 5 mL.
disaring
6. Larutan hasil hidrolisis diencerkan. Vlarutan pengenceran = 100 mL.
7. Dinetralkan dengan NaOH dan Larutan menjadi merah
ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein muda.
(PP).
8. Diambil dan diencerkan larutan yang telah - VLarutan netral = 5 mL.
netral - VLarutan pengenceran = 10 mL.
9. Dicampurkan larutan fehling A dan - VFehling A = 5 mL.
larutan fehling B, serta larutan hasil - VFehling B = 5 mL.
pengenceran lalu dimasukkan ke dalam - Vlarutan pengenceran + akuades
erlenmeyer = 5 mL + 5 mL = 10 mL
- Larutan berwarna biru
10. Ditambahkan 15 mL larutan glukosa Larutan berwarna biru.
standar 0,02 M, lalu dipanaskan pada suhu
160C selama 4 menit
selama 2 menit
13. Larutan dititrasi dengan larutan glukosa - Vtitran 2 = 3,5 mL.
standar 0,02 M. - Terbentuk endapan merah
bata.
14. Dicatat volume titran total (M) ƩV = Vtitran 1 + Vtitran 2
= 1,5 mL + 3,5 mL
= 5 mL.
15. Kadar glukosa. Kadar glukosa (%) = 51,2 %
8.4.2 Pembahasan
Percobaan ini menggunakan bahan berupa tepung jagung. Tepung jagung
adalah tepung pati yang didapatkan dari endosperma biji jagung. Tepung jagung
merupakan bahan makanan populer yang biasa digunakan sebagai bahan
pengental sup atau saus, dan digunakan untuk membuat sirup jagung dan pemanis
lainnya.
Proses untuk menganalisis kadar glukosa pada percobaan ini
menggunakan metode hidrolisis. Menurut Perwitasari (2008) hidrolisis adalah
proses pemecahan senyawa air (H2O) dalam suatu bahan. Katalis yang digunakan
pada proses hidrolisis adalah HCl. Penggunaan HCl sendiri sebagai katalis
bertujuan untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Selain menggunakan katalis,
proses hidrolisis pada percobaan ini juga dilakukan dengan pemanasan pada suhu
70C selama 1 jam menggunakan magnetic heated stirrer untuk dapat
memanaskan pati yang berada dalam labu leher tiga yang sudah dihubungkan
dengan kondensor. Pemanasan pada hidrolisis bertujuan agar pati dapat menyerap
air sehingga tidak terjadi gelatinasasi (pembentukan gas). Gelatinasasi adalah
berkurangnya viskositas juga tegangan muka dan sifat larutan lainnya. Reaksi
hidrolisis pati terjadi sebagai berikut:
antar partikel zat yang bereaksi semakin cepat. Labu leher tiga yang digunakan
pada proses hidrolisis berfungsi sebagai wadah bagi sampel, tempat penghubung
dengan kondensor dan sebagai tempat meletakkan termometer.
Kondensor adalah alat yang digunakan untuk mengubah uap menjadi zat
cair atau sebagai tempat terjadinya proses pengembunan. Prinsip kerjanya adalah
volume larutan yang dipanaskan akan konstan karena tidak ada uap yang dilepas
ke udara. Uap yang terbentuk akan masuk ke dalam kondensor yang tertahan pada
spiral yang terbentuk bagian luarnya terdapat air dingin. Air tersebut membuat
uap yang naik berkondensasi atau mengembun membentuk aliran cairan dan akan
turun kembali ke dalam labu leher tiga.
Pendinginan larutan setelah diproses hidrolisis bertujuan untuk
menonaktifkan molekul yang masih aktif agar memudahkan saat proses penetralan
dan larutan menjadi stabil karena tidak ada lagi senyawa yang bereaksi pada
larutan. Penyaringan larutan hasil hidrolisis dilakukan untuk memisahkan larutan
dengan endapannya. Maka dari itu, pada percobaan ini larutan hasil penyaringan
menjadi warna bening. Larutan hasil penyaringan kemudian diencerkan. Tujuan
dari pengenceran adalah agar konsentrasi asam pada larutan tidak terlalu tinggi
(pekat) sehingga lebih mudah saat penetralan.
Penambahan NaOH berfungsi untuk menetralkan HCl berlebih alam
larutan. Reaksi penetralan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Metil biru digunakan sebagai indikator larutan karena indikator metil biru
memiliki trayek pH 10,6-13,4. Indikator ini sesuai dengan larutan yang dalam
suasana basa karena adanya NaOH berlebih pada saat penambahan fehling B.
Penambahan indikator ini bertujuan untuk mengamati titik ekuivalen pada larutan
menjadi lebih mudah. Hilangnya warna biru dan terjadinya endapan merah bata
menunjukkan telah tercapainya kesetimbangan atau titik ekuivalen pada titrasi.
Titik ekuivalen yaitu titik disaat sejumlah mol larutan standar tepat
bereaksi dengan mol larutan sampel dimana terjadi kesetimbangan pada reaksi
yang terjadi. Kadar glukosa yang diperoleh dari percobaan ini adalah 51,2%
dengan volume titran analisa glukosa sebanyak 13 mL serta dari berat tepung
jagung sebanyak 2,5 gram. Volume titran dari titrasi larutan glukosa standar
(titrasi blanko) lebih besar dari volume titran untuk titrasi sampel, karena tidak
adanya penambahan glukosa pada titrasi blanko sehingga memerlukan lebih
banyak volume titran untuk titrasi blank dibandingkan titrasi sampel.
VIII-19
1. Glukosa bisa didapatkan dari pati tepung jagung melalui hidrolisis yang
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata.
2. Hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu, waktu,
konsentrasi, katalis, pengadukan, dan perbandingan zat pereaksi.
3. Kadar glukosa yang didapat dari percobaan ini adalah sebesar 51,2%.
8.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah katalis HCl bisa
diganti dengan asam kuat lainnya, seperti HNO3, HClO3, dan HClO4. Percobaan
selanjutnya bisa juga menggunakan sampel yang berbeda, misalnya tepung terigu,
tepung tapioka dan tepung sagu. Hal ini bertujuan menambah wawasan praktikan
tentang analisa glukosa.
VIII-20
DAFTAR PUSTAKA
Arief, R.V. Alvi Yani, Azropi, dan Fatma Dewi. 2014. Kajian Pembuatan Tepung
Jagung dengan Proses Pengolahan Jagung Yang Berbeda.
http://Kalsel.Litbang.Pertanian.go.id.
Diakses pada 19 Maret 2020
Fessenden, R.J dan J.S. Fessenden. 1987. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
DP.VIII-1
DP.VIII-2
Diketahui:
F = 13 mL
M = 5 mL
W = 2,5 gram
Jadi, persentase kadar glukosa yang didapatkan pada percobaaban ini adalah
51,2%.
LP.VIII-1