Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA 1


(HKKK 217)

PERCOBAAN 8
ANALISA GLUKOSA
DOSEN PEMBIMBING: Dr. ABUBAKAR TUHULOULA, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IX (SEMBILAN)

ABDUL RAHMAN WAHID 1910814210009


IRFAN DWI PURNOMO 1910814210021
PASKAH FRANSISKA AFRIDA SIMATUPANG 1910814120013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK KIMIA
BANJARBARU

2020
ABSTRAK

Glukosa merupakan gula sederhana yang merupakan bagian dari karbohidrat sehingga
glukosa sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Glukosa merupakan salah satu molekul
utama yang dibutuhkan makhluk hidup sebagai sumber energi. Glukosa dapat ditemukan pada
makhluk hidup dan tumbuh-tumbuhan misalnya gula darah, buah-buahan, umbi-umbian, sayur,
sari pohon dan lain-lain.
. Tepung yang digunakan pada percobaan ini adalah tepung jagung. Percobaan ini
bertujuan untuk menganalisa bahan alam (jagung) yang berupa bahan makanan untuk menentukan
kadar glukosa. Pati tepung jagung dihidrolisis dengan larutan HCl 0,8 N 125 mL dengan suhu
70 C selama 60 menit. Larutan hasil hidrolisis dinetralkan dengan NaOH 0,1 N. Penambahan
NaOH bertujuan untuk menetralkan asam berlebih pada larutan. Larutan yang telah dinetralkan
ditambahkan fehling A dan fehling B. Larutan campuran dititrasi dengan glukosa standar dan
volume titran yang didapatkan sebanyak 13 mL. Berdasarkan hasil perhitungan kadar glukosa
yang diperoleh dari 2,5 gram pati tepung jagung sebesar 51,2%.

Kata kunci : Glukosa, pati, hidrolisis, fehling, titrasi.

VIII-i
PERCOBAAN 8
ANALISA GLUKOSA

8.1 PENDAHULUAN

8.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah menganalisa bahan alam yang berupa
bahan makanan untuk menentukan kadar gukosa.

8.1.2 Latar Belakang


Glukosa merupakan gula sederhana yang merupakan bagian dari
karbohidrat sehingga glukosa sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari .
Glukosa merupakan salah satu molekul utama yang dibutuhkan makhluk hidup
sebagai sumber energi. Glukosa dapat ditemukan pada makhluk hidup dan
tumbuh-tumbuhan misalnya gula darah, buah-buahan, umbi-umbian, sayur, sari
pohon dan lain-lain.
Glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis sukrosa (gula tebu) atau pati
(amilum). Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air menjadi
kation hidrogen dan anion hidroksida. Salah satu prosedurnya yaitu standarisasi
larutan fehling menggunakan fehling A dan B yang dimasukkan untuk mendeteksi
adanya glukosa dengan menggunakan prinsip titrasi blanko. Titrasi blanko adalah
titrasi yang dilakukan tanpa menyertakan sampel yang berfungsi untuk
mengetahui jumlah titran yang bereaksi dengan pereaksi.
Pemanfaatan glukosa sangat beraneka ragam. Pemanfaatannya dapat
terbagi menjadi beberapa bidang, antara lain dalam bidang industri, makanan dan
farmasi. Aplikasi dalam penggunaan pati dalam sektor kimia misalnya pembuatan
surfaktan, resin, dan lain sebagainya. Dalam industri farmasi glukosa digunakan
sebagai ramuan obat-obatan. Oleh karena itu, percobaan ini penting dilakukan
agar praktikan dapat mengetahui berbagai macam pemanfaatannya baik itu dalam
dunia industri maupun untuk kehidupan sehari-hari yng dapat membawa manfaat
untuk kehidupan dan diri kita sendiri.

VIII-1
8.2 DASAR TEORI

Karbohidrat merupakan karbon, hidrogen dan juga oksigen yang terdapat


di alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O, misalnya rumus
molekul pada glukosa yaitu C6H12O6 (enam kali CH2O). Senyawa ini pernah
disangka “hidrat dari karbon”, sehingga disebut karbohidrat. Tahun 1880-an
disadari bahwa gagasan “hidrat dari karbon” merupakan gagasan yang salah dan
karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksil aldehida dan keton atau turunan
mereka (Fessenden, 1986).
Karbohidrat didefinisikan secara tepat sebagai senyawa dengan rumus
molekul Cn(H2O)n. Namun kata “karbohidrat” umumnya digunakan dalam
pengertian lebih terbatas untuk menunjukkan zat yang terdiri atas polihidroksil
aldehida dan keton serta turunannya. Gula yang juga digunakan sebagai sakarida,
umumnya diperlukan sebagai karbohidrat khas. Monosakarida adalah karbohidrat
yang biasanya memiliki tiga sampai sembilan atom karbon. Sambungan dua
monosakarida atau lebih melalui jembatan oksigen menjadikannya oligosakarida
dan polisakarida. Misalnya monosakarida yang amat penting adalah D-glukosa
(sering dikenal dekstrosa) (Pine, 1988).
O
C
H
H 2 OH

HO 3 H

H 4 OH

H 5 OH

CH2OH

Gambar 8.1 D(+)-Glukosa

VIII-2
VIII-3

Sakarida untuk gula dengan konfigurasi-D telah ditentukan dengan


analisa secara rajin dan teliti dari D-gliseraldehida dengan menggunakan reaksi-
reaksi yang stereokimia pereaksi telah tetap dipertahankan. Gula D-penting dalam
seluruh alam pada sistem-sistem hidup, bayangan cerminnya yaitu bentuk
timbangan-L jarang ditemukan dalam alam. Beberapa pasangan-L terdapat di
dalam struktur dinding sel bakteri tertentu dapat dilihat pada Gambar 8.2 berikut
(Page, 1997):

CHO CHO CHO CHO

HCOH HCOH HCOH HCOH

CH2OH HCOH HCOH HCOH


D-gliseraldehida
HCOH C HCOH

CH2OH C HCOH
D-Ribosa
CH2OH CH2OH
D-Glukosa D-Galaktosa

Gambar 8.2 Struktur Beberapa Gula-D Penting

Glukosa, monosakarida yang terpenting, kadang-kadang disebut gula


darah (karena dijumpai dalam darah), gula anggur (karena dijumpai dalam buah
anggur), atau dekstrosa (karena memutar bidang polarisasi ke kanan). Binatang
menyusui (mamalia) dapat mengubah sukrosa, laktosa (gula susu), maltosa, dan
pati menjadi glukosa, yang kemudian dapat digunakan sebagai energi, atau
disimpan sebagai glikogen (suatu polisakarida). Bila organisme itu memerlukan
energi, glikogen diubah menjadi glukosa karbohidrat yang berlebih dapat diubah
menjadi lemak. Karbohidrat dapat diubah menjadi steroid dan secara terbatas
VIII-4

menjadi protein (untuk sintesis protein diperlukan juga sumber nitrogen).


Sebaliknya, suatu organisme dapat mengubah lemak dan protein menjadi
kerbohidrat (Fessenden, 1987).

Lemak
Kolestrol dan
O steroid lain

Glukosa CH3C
Gugus asetil Protein
Dalam asetil Koenzim A

CO2 + H2O + energi

Gambar 8.3 Struktur Perubahan Glukosa

Pati merupakan polisakarida paling melimpah kedua. Pati dapat


dipisahkan menjadi dua fraksi utama berdasarkan kelarutan bisa dibubur (tritusi)
dengan air panas, sekitar 20% pati adalah amilosa (larut) dan 80% sisanya ialah
amilopektin (tidak larut). Hidrolisis lengkap amilosa menghasilkan hanya D-
glukosa. Amilosa adalah polimer yang linear dari -D-glukosa yang dihubungkan
(Fessenden, 1986).
Glukosa berkelakuan baik sebagai penyimpan energi dalam sel maupun
bahan awal untuk biosintesis dari sejumlah besar senyawa. Di dalam otot, glukosa
dipecah secara anaerob menjadi hasil akhir laktat dan energi dilepaskan. Proses ini
juga disebut glikolisis dan proses dapat berlangsung balik. Laktat dibawa oleh
darah ke hati dimana glukosa dapat disintesis kembali (Sastrohamidjojo, 1996).
D-glukosa adalah monosakarida yang paling banyak terdapat dalam darah
(gula darah) dan berbagai cairan tubuh lainnya dari dalam cairan tanaman (gula
anggur), serta juga merupakan komponen monosakarida utama dari banyak
oligosakarida dan polisakarida. Glukosa ini didapat secara niaga dengan hidrolisis
VIII-5

pati diikuti dengan kristalisasi dari larutan dalam air. Filtrat yang tinggal dikenal
sebagai tetes, terdiri dari 65 % D-glukosa dan 35 % disakarida (Pine, 1988).
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida (aldosa) atau polihidroksi keton
(ketosa). Karbohidrat dibagi beberapa golongan yaitu sebagai berikut
(Respati, 1980):
1. Monosakarida : tidak dapat dihidrolisa menjadi molekul yang lebih
sederhana yang terdapat di alam umumnya mempunyai 5 atom C
(pentosa) : ribosa, arabirosa, ksilosa atau 6 atom C (heksosa): glukosa,
mannosa, galaktosa, fruktosa.
2. Disakarida : disusun oleh dua molekul monosakarida : sukrosa
(gula pasir), laktosa, dan maltosa.
3. Polisakarida : disusun oleh banyak sekali molekul-molekul monosakarida
(amilum, sellulosa).
4. Glikosida : molekul monosakarida mengikat molekul bukan gula
(non sugar), molekul bukan gula ini disebut aglikon dan umumnya
merupakan senyawa aromatik (arbutin, amigdalin).
Monosakarida sangat beraneka ragam sifatnya. Misalnya, sukrosa
(gula pasir) dan kapas, keduanya adalah karbohidrat. Salah satu perbedaan utama
antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya. Monosakarida
(sering disebut gula sederhana) adalah satuan karbohidrat yang lebih kecil.
Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membelah dimer, trimer,
dan sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut disakarida. Sukrosa
adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satu-satuan glukosa dan
satu-satuan fruktosa. Monosakarida dan disakarida larut dalam air dan umumnya
terasa manis

H2O, H+
1 sukrosa 1 glukosa + 1 fruktosa …(8.1)
Kalor

Disakarida
VIII-6

Karbohidrat yang tersusun dari dua sampai delapan satuan monosakarida dirujuk
sebagai oligosakarida (Yunani, oligu = beberapa). Jika lebih dari delapan satuan
monosakarida yang diperoleh dari hidrolisis, maka karbohidrat itu disebut
polisakarida. Contoh polisakarida adalah pati yang di jumpai dalam gandum dan
tepung jagung, dan selulosa, penyusun yang bersifat serat dari tumbuhan dan
komponen utama dari kapas (Fessenden, 1986).

H2O, H+
Pati atau selulosa banyak satuan glukosa …(8.2)
Kalor

Polisakarida

Tepung tapioka biasa disebut tepung kanji. Tepung tapioka adalah pati
dari umbi singkong yang dikeringkan dan dihaluskan. Pembuatan kudapan,
tepung tapioka berfungsi sebagai bahan pengental (thickener), bahan pemadat atau
pengisi (filler), bahan pengikat atau perekat. Daya awet tepung tapioka mencapai
1-2 tahun. Daya awet ini dipengaruhi oleh kadar produk, pengemasan, dan
penyimpanan. Kadar air tepung tapioka yang diharapkan adalah 8%. Biasanya
tepung tapioka hanya dikemas dengan menggunakan karung goni yang berlubang-
lubang kecil. Kemasan seperti ini sangat mudah untuk ditembus oleh mikroba, air,
debu dan udara sekitar (Purnomowati, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis (Perwitasari, 2008):
1. Temperature
Temperature hidrolisis yang rendah 60 ⁰C umumnya diperoleh gelatin
dengan sifat-sifat fisik yang baik, sehingga pada suhu atau temperature
yang tinggi 100 ⁰C sifat-sifat gelatin menurun.
2. Waktu
Hidrolisis pada temperature yang lebih rendah biasanya dibutuhkan waktu
yang lama. semakin lama waktu maka hidrolisis akan semakin rata dan
luas kontak permukaan antara partikel dengan liquid semakin tinggi.
VIII-7

3. Air yang digunakan


Sifat-sifat air yang digunakan untuk hidrolisis harus sesuai dengan produk
yang digunakan.
4. Pengadukan
Pengadukan akan mempercepat terjadinya homogenitas antara partikel dan
liquid. Pengadukan juga mencegah terjadinya suatu pengendapan.
Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung
kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung dari bentuk tepung lebih dianjurkan
dibanding produk setengah jadi lainnya, karena tepung lebih tahan disimpan,
mudah dicampur, dapat diperkaya dengan zat gizi (fastifikasi), dan lebih praktis
serta mudah digunakan untuk pengolahan lanjutan. Jagung kuning maupun putih
dapat diolah menjadi tepung jagung, perbedaan produk hanya terletak pada warna
tepung yang dihasilkan. Selama proses pengolahan tepung jagung, cara-cara
penanganan yang diterapkan oleh pekerja akan berdampak terhadap mutu jagung.
Cara-cara yang tidak bersih dan tidak higienis akan menyebabkan penurunan
mutu dan tercemarnya jagung hasil olahan (Arief, 2014).
Masalah utama yang dihadapi pada komoditas jagung terletak pada
kandungan asam aminonya serta gula sebagai sumber energi yang masih rendah.
Berdasarkan hal itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kandungan asam aminonya adalah melalui proses fermentasi tepung jagung
dengan menggunakan mikroba/ kapang tertentu, karena aktivitas kapang selama
fermentasi mampu menghasilkan enzim extraseluler alfa amylase dan enzim
protease yang bisa menghidrolisis pati menjadi gula fruktosa dan mensubstitusi
kekurangan asam amino pada tepung jagung (Arief, 2014).
Keadaan fisik dan kimia metil biru adalah cair, tidak berbau, berwarna
biru gelap. Titik lelehnya yaitu 190C dengan pH normal, tidak memiliki titik
lebur dan suhu kritis. Tekanan uap  0,1 hPa, densitas uap 0,62, dan mudah larut
dalam air dingin dan air panas. Reaktif dengan oksidator, reduktor, dan alkali
(Labchem, 2012).
Indikator fenolftalein (PP) memiliki sifat fisik yaitu berwujud cair dan
tidak berwarna. Titik didih paling rendah yaitu 78,5 ⁰C rata-rata terhitung
VIII-8

74,58 C (175,2F). Indikator fenolftalein (PP) mudah larut dalam air dingin, air
panas, metanol, dietil eter, dan aseton. Pertolongan jika terkena mata yaitu segera
dibasahi mata dengan air yang mengalir setidaknya 15 menit, dari keadaan mata
tetap terbuka (Sciencelab, 2013).
Natrium hidroksida atau sodium hydroxide memiliki rumus molekul yaitu
NaOH. NaOH merupakan basa kuat yang berbentuk padatan atau solid dan
berwarna putih. NaOH dapat larut secara disotermis dalam air, etanol, metanol,
dan gliserol. Densitas NaOH adalah 2130 kg/m3 (Labchem, 2012).
Asam klorida atau HCl merupakan asam kuat yang berbentuk cairan tak
berwarna dan memiliki bau yang menyengat. Memiliki densitas 1190 kg/m 3. HCl
dapat larut dalam air dan pH yang dimiliki bisa kurang dari 1. HCl sangat
berbahaya jika terurai saat terpapar oleh kenaikan suhu yang dapat menghasilkan
uap beracun (Labchem, 2012).
8.3 METODOLOGI PERCOBAAN

8.3.1 Alat dan RangkaianAlat


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas beker 250 mL,
erlenmeyer 250 mL, labu leher tiga 500 mL, corong, buret 50 mL, statif dan klem,
kondensor spiral, gelas arloji, pipet volume (5 mL dan 10 mL), gelas ukur (10 mL
dan 100 mL), sudip, termometer, pengaduk kaca, stirrer, magnetic heated stirrer,
botol semprot, propipet, pipet tetes, neraca o’hauss, dan labu ukur 100 mL.

Rangkaian alat Hidrolisis

Keterangan :
1. Statif dan klem.
1 2. 2. Kondensor spiral.
2
3. Labu leher tiga.
4. Magnetic Heated
6 stirrer.
5. Stirrer
3
5 6. Termometer
Air pendingin keluar
4
Air pendingin masuk

Gambar 8.4 Rangkaian Alat Hidrolisis

8.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tepung jagung,
fehling A, fehling B, kertas saring, akuades, larutan glukosa standar 0,02 M,
NaOH 0,1 N, HCl 0,8 N, indikator metil biru dan indikator fenolftalein (PP).

VIII-9
VIII-10

8.3.3 Prosedur Percobaan


8.3.3.1 Standarisasi Larutan Fehling
Larutan Fehling A dan Fehling B diambil masing-masing sebanyak 5 mL
dan larutan glukosa standar sebanyak 15 mL ditambahkan ke dalam erlenmeyer
250 mL. Kemudian larutan campuran dipanaskan pada magnetic heated stirrer
dengan suhu 160C selama 4 menit. Lalu, dititrasi dengan larutan glukosa standar
sampai larutan berwarna biru kemerahan. Selanjutnya, indikator metil biru
ditambahkan sebanyak 3 tetes. Lalu dipanaskan kembali pada suhu 160C selama
2 menit. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan glukosa standar sampai warna
biru benar-benar hilang dan terbentuk endapan merah bata, kemudian volume
titran yang diperlukan dicatat (F).

8.3.3.2 Analisis Kadar Glukosa


Tepung jagung ditimbang sebanyak 2,5 gram menggunakan neraca
o’hauss (w). Lalu, dimasukkan kedalam gelas beker 250 mL dan ditambahkan
HCl 0,8 N sebanyak 125 mL, lalu diaduk hingga homogen. Selanjutnya larutan
campuran dipindahkan ke dalam labu leher tiga yang telah dihubungkan dengan
kondensor spiral. Selanjutnya larutan dihidrolisis selama 1 jam dengan suhu 70C.
Setelah itu larutan didinginkan dan disaring dengan kertas saring. Larutan hasil
hidrolisis diambil sebanyak 5 mL dan diencerkan menjadi 100 mL pada gelas
beker. Kemudian dipindahkan ke dalam Erlenmeyer dan dinetralkan dengan
menambahkan NaOH 1 N hingga berwarna merah muda. Lalu, ditambahkan 3
tetes indikator PP untuk menandai keadaan netral. Lalu, larutan hasil hidrolisis
yang sudah netral diambil sebanyak 5 mL, lalu diencerkan hingga 10 mL di dalam
gelas ukur. Kemudian ditambahkan larutan fehling A, larutan fehling B, serta
larutan glukosa standar sebanyak 15 mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
mL. Kemudian larutan campuran dipanaskan pada magnetic heated stirrer dengan
suhu 160C selama 4 menit. Selanjutnya larutan dititrasi dengan larutan glukosa
standar 0,02 M sampai berubah warna menjadi biru kemerahan. Kemudian
ditambahkan 3 tetes indikator metil biru, lalu dipanaskan kembali selama 2 menit
dengan suhu 160C. Kemudian dititrasi dengan larutan glukosa standar 0,02 M
VIII-11

sampai warna biru benar-benar hilang dan terbentuk endapan merah bata. Lalu
volume titran dicatat (M) untuk menghitung kadar glukosa yang dihasilkan.

8.3.4 Diagram Alir


8.3.4.1 Standarisasi Larutan Fehling

Fehling A dan Fehling B

- Masing-masing diambil sebanyak 5 mL ke dalam Erlenmeyer


250 mL
-
Larutan Glukosa Standar 0,02 M

- Ditambahkan sebanyak 15 mL ke dalam erlenmeyer 250 mL


- Dipanasakan larutan campuran di magnetic heated stirrer pada
suhu 160C selama 4 menit
- Didinginkan
- Dititrasi hingga warna biru kemerahan.

Metil Biru

- Ditambahkan sebanyak 3 tetes.


- Dipanaskan pada suhu 160 °C selama 2 menit.
- Didinginkan
-
Larutan Glukosa Standar 0,02 M

- Dititrasi hingga warna biru larutan benar-benar hilang dan


terbentuk endapan merah bata.
- Dicatat volume titran yang diperlukan (F).
-
Hasil

Gambar 8.5 Diagram Alir Standarisasi Larutan Fehling


VIII-12

8.3.4.2 Analisis Kadar Glukosa

Tepung jagung

- Ditimbang sebanyak 2,5 gram menggunakan neraca o’hauss.

HCl 0,8 N

- Ditambahkan sebanyak 125 mL dan dimasukkan ke dalam


gelas beker 250 mL bersamaan dengan tepung jagung.
- Dipindahkan larutan campuran ke dalam labu leher tiga .
- Dihubungkan dengan kondensor spiral.
- Dihidrolisis pada suhu 95C selama 1 jam.
- Didinginkan.
-
Larutan Hasil Hidrolisis

- Disaring dengan kertas saring.


- Diambil sebanyak 5 mL.
- Diencerkan menjadi 100 mL.
- Dinetralkan dengan NaOH 0,1 N dan ditambahkan indikator
fenolftalein (PP) hingga larutan berubah warna menjadi merah
muda.
- Diambil sebanyak 5 mL.
- Diencerkan hingga 10 mL.
-
Larutan Hasil Pengenceran

- Diambil sebanyak 5 mL.


- Ditambahkan larutan fehling A dan fehling B masing-masing
5 mL serta larutan glukosa standar 0,02 M sebanyak 15 mL.
- Dicampur dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL
- Dipanaskan pada magnetic heated stirrer dengan suhu 160°C
selama 4 menit.
- Didinginkan
VIII-13

Larutan Glukosa Standar 0,02 M

Dititrasi hingga warna biru kemerahan.

Metil Biru

- Ditambahkan sebanyak 3 tetes.


- Dipanaskan pada suhu 160C selama 4 menit.
- Didinginkan.

Larutan Glukosa Standar 0,02 M

- Dititrasi hingga warna biru benar-benar hilang dan terbentuk


endapan merah bata.
- Dicatat volume titran yang diperlukan (M).

Hasil

Gambar 8.6 Diagram Alir Analisis Glukosa


8.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

8.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 8.1 Hasil Pengaman Standarisasi Larutan Fehling
N Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
O
1. Diambil larutan fehling A dan larutan - VFehling A = 5 mL.
fehling B dan ditambahkan larutan - VFehling B = 5 mL.
glukosa standar 0,02 M ke dalam - VLarutan Glukosa Standar = 15 mL.
erlenmeyer. - Larutan berwarna biru tua
2. Campuran dipanaskan pada suhu 160 Larutan berwarna biru tua.
℃selama 4 menit.
3. Larutan dititrasi dengan larutan - Vtitran 1 = 2 mL
glukosa standar 0,02 M. - Larutan berwarna biru
kemerahan.
4. Ditambahkan 3 tetes indikator metil - Larutan berwarna biru
biru dan dipanaskan selama 2 menit kemerahan.
dengan suhu 160C
5. Larutan dititrasi dengan larutan - Vtitran 2 = 11 mL.
glukosa standar 0,02 M. - Larutan membentuk endapan
merah bata, warna biru
memudar.
6. Dicatat t volume total titran (F). ƩV= Vtitran 1 + Vtitran 2
= 2 mL + 11 mL
= 13 mL.

Tabel 8.2 Hasil Pengamatan Analisa Kadar Glukosa


No Langkah Percobaan Hasil Percobaan

VIII-14
VIII-15

.
1. Tepung jagung ditimbang menggunakan mTepung jagung = 2,5 gram (w)
neraca o’hauss.
2 Ditambahkan HCl 0,8 N dan dimasukkan - VHCl = 125 mL.
ke dalam labu leher tiga. - Larutan berwarna putih
susu.
3. Campuran dipanaskan dengan labu leher Larutan menjadi putih
tiga yang disambungkan ke kondensor dan keruh.
dihidrolisis selama 1 jam dengan suhu
70 ⁰C.
4. Larutan hasil hidrolisis didinginkan dan Larutan menjadi bening.
disaring menggunakan kertas saring.
5. Diambil larutan hasil hidrolisis yang telah V = 5 mL.
disaring
6. Larutan hasil hidrolisis diencerkan. Vlarutan pengenceran = 100 mL.
7. Dinetralkan dengan NaOH dan Larutan menjadi merah
ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein muda.
(PP).
8. Diambil dan diencerkan larutan yang telah - VLarutan netral = 5 mL.
netral - VLarutan pengenceran = 10 mL.
9. Dicampurkan larutan fehling A dan - VFehling A = 5 mL.
larutan fehling B, serta larutan hasil - VFehling B = 5 mL.
pengenceran lalu dimasukkan ke dalam - Vlarutan pengenceran + akuades
erlenmeyer = 5 mL + 5 mL = 10 mL
- Larutan berwarna biru
10. Ditambahkan 15 mL larutan glukosa Larutan berwarna biru.
standar 0,02 M, lalu dipanaskan pada suhu
160C selama 4 menit

Tabel 8.2 Hasil Pengamatan Analisa Kadar Glukosa (Lanjutan)


11. Larutan dititrasi dengan larutan glukosa - Vtitran 1= 1,5 mL.
standar 0,02 M - Larutan berwarna biru
kemerahan.
12. Ditambahkan 3 tetes indikator metil Larutan berwarna biru
biru dan dipanaskan pada suhu 160C kemerahan.
VIII-16

selama 2 menit
13. Larutan dititrasi dengan larutan glukosa - Vtitran 2 = 3,5 mL.
standar 0,02 M. - Terbentuk endapan merah
bata.
14. Dicatat volume titran total (M) ƩV = Vtitran 1 + Vtitran 2
= 1,5 mL + 3,5 mL
= 5 mL.
15. Kadar glukosa. Kadar glukosa (%) = 51,2 %

8.4.2 Pembahasan
Percobaan ini menggunakan bahan berupa tepung jagung. Tepung jagung
adalah tepung pati yang didapatkan dari endosperma biji jagung. Tepung jagung
merupakan bahan makanan populer yang biasa digunakan sebagai bahan
pengental sup atau saus, dan digunakan untuk membuat sirup jagung dan pemanis
lainnya.
Proses untuk menganalisis kadar glukosa pada percobaan ini
menggunakan metode hidrolisis. Menurut Perwitasari (2008) hidrolisis adalah
proses pemecahan senyawa air (H2O) dalam suatu bahan. Katalis yang digunakan
pada proses hidrolisis adalah HCl. Penggunaan HCl sendiri sebagai katalis
bertujuan untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Selain menggunakan katalis,
proses hidrolisis pada percobaan ini juga dilakukan dengan pemanasan pada suhu
70C selama 1 jam menggunakan magnetic heated stirrer untuk dapat
memanaskan pati yang berada dalam labu leher tiga yang sudah dihubungkan
dengan kondensor. Pemanasan pada hidrolisis bertujuan agar pati dapat menyerap
air sehingga tidak terjadi gelatinasasi (pembentukan gas). Gelatinasasi adalah
berkurangnya viskositas juga tegangan muka dan sifat larutan lainnya. Reaksi
hidrolisis pati terjadi sebagai berikut:

(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6 ...(8.3)

Pemanasan juga berfungsi untuk mempercepat reaksi pelarutan, karena


pati tidak dapat larut dalam air dingin. Peningkatan suhu reaksi, maka tumbukan
VIII-17

antar partikel zat yang bereaksi semakin cepat. Labu leher tiga yang digunakan
pada proses hidrolisis berfungsi sebagai wadah bagi sampel, tempat penghubung
dengan kondensor dan sebagai tempat meletakkan termometer.
Kondensor adalah alat yang digunakan untuk mengubah uap menjadi zat
cair atau sebagai tempat terjadinya proses pengembunan. Prinsip kerjanya adalah
volume larutan yang dipanaskan akan konstan karena tidak ada uap yang dilepas
ke udara. Uap yang terbentuk akan masuk ke dalam kondensor yang tertahan pada
spiral yang terbentuk bagian luarnya terdapat air dingin. Air tersebut membuat
uap yang naik berkondensasi atau mengembun membentuk aliran cairan dan akan
turun kembali ke dalam labu leher tiga.
Pendinginan larutan setelah diproses hidrolisis bertujuan untuk
menonaktifkan molekul yang masih aktif agar memudahkan saat proses penetralan
dan larutan menjadi stabil karena tidak ada lagi senyawa yang bereaksi pada
larutan. Penyaringan larutan hasil hidrolisis dilakukan untuk memisahkan larutan
dengan endapannya. Maka dari itu, pada percobaan ini larutan hasil penyaringan
menjadi warna bening. Larutan hasil penyaringan kemudian diencerkan. Tujuan
dari pengenceran adalah agar konsentrasi asam pada larutan tidak terlalu tinggi
(pekat) sehingga lebih mudah saat penetralan.
Penambahan NaOH berfungsi untuk menetralkan HCl berlebih alam
larutan. Reaksi penetralan yang terjadi adalah sebagai berikut:

HCl + NaOH NaCL + H2O ...(8.4)


Penambahan indikator fenolftalein (PP) dalam larutan encer hasil penyaringan
bertujuan untuk memudahkan pengamatan pada saat titik ekuivalen terjadi.
Indikator PP digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi asam kuat dengan
basa kuat. Indikator PP mempunyai trayek pH 8,3-10,0 yang berfungsi sebagai
untuk menandai kondisi netral yang ditunjukkan dengan terjadinya warna bening
menjadi merah muda. Larutan yang dinetralkan sebelumnya ditetesi dengan
indikator PP yang memiliki warna bening jika pH  8,2 dan merah muda ≥ 8,2.
Titrasi larutan fehling A dan fehling B menggunakan larutan glukosa
standar sebagai titran. Larutan fehling A adalah campuran larutan CuSO4,
VIII-18

sedangkan larutan fehling B adalah campuran larutan NaOH dengan kalium


natrium tartat. Tujuan dari ditambahkan fehling A dan fehling B adalah sebagai
penanda ada atau tidaknya glukosa pada larutan. Larutan yang terbentuk endapan
merah bata di dalamnya menandakan bahwa terdapat glukosa pada larutan
tersebut. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CuSO4 + 2 NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4 ...(8.5)


Fehling A Fehling B garam

Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi, sehingga


endapan merah bata dapat terbentuk dengan mudah. Pada saat titrasi, digunakan
larutan glukosa standar sebagai titran. Glukosa standar memiliki gugus aldehid
yang merupakan pereduksi, sehingga dapat mereduksi fehling menjadi Cu2O.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

RCHO + 2Cu2+ + SOH- RCOO- + CH2O + 3H2O ...(8.6)

Metil biru digunakan sebagai indikator larutan karena indikator metil biru
memiliki trayek pH 10,6-13,4. Indikator ini sesuai dengan larutan yang dalam
suasana basa karena adanya NaOH berlebih pada saat penambahan fehling B.
Penambahan indikator ini bertujuan untuk mengamati titik ekuivalen pada larutan
menjadi lebih mudah. Hilangnya warna biru dan terjadinya endapan merah bata
menunjukkan telah tercapainya kesetimbangan atau titik ekuivalen pada titrasi.
Titik ekuivalen yaitu titik disaat sejumlah mol larutan standar tepat
bereaksi dengan mol larutan sampel dimana terjadi kesetimbangan pada reaksi
yang terjadi. Kadar glukosa yang diperoleh dari percobaan ini adalah 51,2%
dengan volume titran analisa glukosa sebanyak 13 mL serta dari berat tepung
jagung sebanyak 2,5 gram. Volume titran dari titrasi larutan glukosa standar
(titrasi blanko) lebih besar dari volume titran untuk titrasi sampel, karena tidak
adanya penambahan glukosa pada titrasi blanko sehingga memerlukan lebih
banyak volume titran untuk titrasi blank dibandingkan titrasi sampel.
VIII-19

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi hidrolisis pati antara lain: suhu,


waktu, konsentrasi katalis, pengadukan, dan perbandingan zat pereaksi. Pati
apabila dalam suhu tinggi, maka ikatan antar molekul dalam pati akan mudah
putus. Apabila waktu terlalu lama dalam pemanasan, maka akan menimbulkan
karbon. Konsentrasi katalis saat hidrolisis menggunakan asam berlebih, maka
akan mempengaruhi hasil akhir dan juga menyebabkan garam yang dihasilkan
akan lebih banyak dan mempengaruhi analisis glukosa. Pengadukan dilakukan
agar larutan menjadi homogen. Dengan adanya pengadukan, zat-zat pereaksi
dapat saling bertumbukkan sehingga hasil hidrolisis dapat bertambah besar.
Perbandingan zat pereaksi, jika salah satu zat pereaksi lebih banyak jumlahnya
maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan. Oleh karena itu, suspensi pati yang
kadarnya rendah memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan suspensi
pati yang kadarnya tinggi.
8.5 PENUTUP
8.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah:

1. Glukosa bisa didapatkan dari pati tepung jagung melalui hidrolisis yang
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata.
2. Hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu, waktu,
konsentrasi, katalis, pengadukan, dan perbandingan zat pereaksi.
3. Kadar glukosa yang didapat dari percobaan ini adalah sebesar 51,2%.

8.5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah katalis HCl bisa
diganti dengan asam kuat lainnya, seperti HNO3, HClO3, dan HClO4. Percobaan
selanjutnya bisa juga menggunakan sampel yang berbeda, misalnya tepung terigu,
tepung tapioka dan tepung sagu. Hal ini bertujuan menambah wawasan praktikan
tentang analisa glukosa.

VIII-20
DAFTAR PUSTAKA

Arief, R.V. Alvi Yani, Azropi, dan Fatma Dewi. 2014. Kajian Pembuatan Tepung
Jagung dengan Proses Pengolahan Jagung Yang Berbeda.
http://Kalsel.Litbang.Pertanian.go.id.
Diakses pada 19 Maret 2020

Fessenden, R.J dan J. S. Fessenden.1986.Kimia Organik Jilid 2.Jakarta : Erlangga.

Fessenden, R.J dan J.S. Fessenden. 1987. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Labchem. 2012. Hydroloxic Acid 37% 10/10 Safety Data Sheet.


http://Labchem.com/.
Diakses pada 19 Maret 2020.

Labchem. 2012. MSDS Methyle blue.


http://Labchem.com/.
Diakses pada 19 Maret 2020.

Page, D.S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.

Perwitasari, D.S. 2008. Hidrolisis Makanan Tulang Sapi Menggunakan HCl


Untuk Pembuatan Gelatin. Makalah Seminar Nasional. Soebardjo
Brotohardjojo: Surabaya.

Purnomowati, Ida. dkk. 2007. Ragam Olahan Bandeng Cetakan 1. Yogyakarta:


Kanisius.

Pine, Stainley. H. dkk. 1988. Kimia Organik 2. Bandung: ITB.

DP.VIII-1
DP.VIII-2

Sastrohamidjojo, Hardjono. 1996. Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: UGM press.

Sciencelab. 2013. MSDS Phenolphtalein.


http://sciencelab.com/.
Diakses pada 19 Maret 2020.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Diketahui:
F = 13 mL
M = 5 mL
W = 2,5 gram

Ditanya : Kadar glukosa (%) = ...?


Penyelesaian :
2
( F−M ) × × 40
Kadar Glukosa (%) = 500
x 100 %
W
2
( 13−5 ) × × 40
= 500
x 100 %
2,5
8

= 50
x 100 %
2,5
= 51,2%

Jadi, persentase kadar glukosa yang didapatkan pada percobaaban ini adalah
51,2%.

LP.VIII-1

Anda mungkin juga menyukai