Asisten : Amellia
PROTEIN (1)
Kelompok 6
PROGRAM DIPLOMA
2015
Pendahuluan
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat
empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H),
dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping
yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat
tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus
karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh
karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan
asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia
rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat
asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik
jika nonpolar.
Gambar 1. Struktur asam α-amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan gugus
karboksil di sebelah kanan.
Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan
molekul lain seperti oksigen, mendukung secara mekanis sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakan tubuh, sebagai transmitor gerakan
syaraf dan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan. Analisa elementer
protein menghasilkan unsur-unsur C, H, N dan 0 dan sering juga S. Disamping itu
beberapa protein juga mengandung unsur-unsur lain, terutama P, Fe, Zi dan Cu
(Soerodikoesoemo & Hari: 1989). Peran dan aktivitas protein dalam proses
biologis antara lain sebagai katalis enzimatik, bahwa hampir semua reaksi kimia
dalam · sistem biologi dikatalis oleh makromolekul yang disebut enzim yang
merupakan satu jenis protein. Sebagian reaksi seperti hidrasi karbondioksida
bersifat sederhana, sedangkan reaksi lainnya seperti replikasi kromosom sangat
rumit (Staryer: 1995). Peran lainnya dari protein dalam sistem biologi adalah
sebagai transport, penyimpanan dan koordinasi gerak. Penggolongan protein
dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
Struktur ini terdiri dari asam-asam amino yang dihubungkan satu sama lain
secara kovalen melalui ikatan peptida.
Struktur sekunder
Struktur Tersier
Terbentuk dari beberapa bentuk tersier, dengan kata lain multi sub unit.
Interaksi intermolekul antar sub unit protein ini membentuk struktur
keempat/kuartener
Protein globular
Terdiri dari polipeptida yang bergabung satu sama lain (berlipat rapat)
membentuk bulat padat. Misalnya enzim, albumin, globulin, protamin. Protein
ini larut dalam air, asam, basa, dan etanol.
Terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat yang tersusun
memanjang, dan memberikan peran struktural atau pelindung. Misalnya
fibroin pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Protein ini tidak
larut dalam air, asam, basa, maupun etanol.
Globulin Glutelin. Tidak larut dalam larutan netral, larut asam dan basa
encer. Glutenin (gandum), orizenin (padi).
Gliadin (prolamin). Larut etanol 70-80%, tidak larut air dan etanol 100%.
Gliadin/gandum, zein/jagung
Protamin. Larut dalam air dan bersifat basa, dapat berikatan dengan asam
nukleat menjadi nukleoprotamin (sperma ikan). Contohnya salmin
5. Protein Majemuk
Tujuan
Metode
Protein merupakan salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan mahluk
hidup. Protein memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan, selain itu untuk mendukung aktifitas yang dilakukan oleh
manusia, hewan dan tumbuhan. Protein merupakan zat gizi kunci untuk
pertumbuhan fisik manusia dan hewan karena sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan tulang dan otot. Sejalan dengan manfaat protein sebagai zat gizi
yang berperan dalam pertumbuhan, perkembangan, maka dibutuhkan 15%-20.%
protein dari total kebutuhan atau keluaran per hari. Oleh karena itu perlu
memperhatikan asupan protein pada makanan yang dikonsumsi untuk
mengoptimalkan pengaruhnya. (Annonymous,2012)
Protein merupakan suatu polimer dari asam amino. Asam amino
merupakan turunan asam karboksilat yang mengandung gugus amina. Jadi setiap
molekul asam amino sekurang-kurangnya mengandung dua buah gugus
fungsional, yaitu gugus karboksil (-COOH) dan gugus amina (-NH2). Asam
amino dapat diperoleh dari hasil hidrolisis protein. Struktur asam amino
mengandung gugus -NH2 yang terikat pada atom C alfa (a), yaitu atom C yang
terikat pada gugus karboksil. Struktur asam amino secara umum adalah satu atom
C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH),
atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus
atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino
lainnya.
Hasil
Uji Hopkins-Cole
Uji Biuret
Tabel. Hasil Uji Biuret
Keterangan :
( + ) mengandung asam amino (ikatan peptida)
( - ) tidak mengandung asam amino (ikatan peptida)
Uji Millon
Keterangan :
( + ) mengandung tirosin
( - ) tidak mengandung tirosin
Uji Belerang
Tabel. Hasil Uji Belerang
Sampel Hasil Gambar Keterangan
Gelatin 0.1% - bening
Keterangan :
( + ) mengandung sistein / sulfur
( - ) tidak mengandung sistein / sulfur
Uji Xantoproteat
Tabel. Hasil Uji Xantoproteat
Sampel Hasil Gambar Keterangan
Gelatin 0,1% + Orange
Kasein 0,1% + Orange
Pepton 0,1% + Orange
Keterangan :
( + ) mengandung inti benzena
( - ) tidak mengandung inti benzena
Uji Ninhidrin
Tabel. Hasil Uji Ninhidrin
Sampel Hasil Gambar Keterangan
Gelatin 0,1%
- Putih
Kasein 0,1%
- Putih
Pepton 0,1%
- Putih
Keterangan :
( + ) mengandung gugus amino bebas
( - ) tidak mengandung gugus amino bebas
Pembahasan
Uji hopkins cole merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan
adanya asam amino triptofan. Pereaksi yang dipakai mengandung asam glioksilat.
Kondensasi 2 inti induk dari trptofan oleh asam glioksilat akan menghasilkan
senyawa berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya cincin ungu
pada bidang batas.
H H
CH2 CH2 CO 2H HC O CO 2H
+ HC O
N NH
N H
H H H
triptofan asam glioksilat asam
2,3,4,5,tetrahidro-
-karbolin-4-karboksilat
Uji Ninhidrin
Adanya kandungan gugus karboksil (COOH) dan amino bebas (NH3) pada sampel
protein tersebut ditunjukkan dengan perubahan warna sampel menjadi biru muda.
Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat
warnanya. Pemanasan yang dilakukan pada tiap uji percobaan bertujuan untuk
koagulasi protein sehingga tidak dapat larut dalam air dan terbentuknya endapan.
Uji Belerang
Ikatan disulfida merupakan jenis ikatan kovalen lain yang dimiliki oleh
peptida dan asam amino dalam protein (Hart 2003). Sistein merupakan asam
amino yang mengandung atom S pada molekulnya. Reaksi Pb-asetat dengan
asam-asam amino tersebut akan membentuk endapan berwarna gelap, yaitu garam
PbS. Penambahan NaOH dalam percobaan ini adalah untuk mendenaturasikan
protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-
asetat membentuk PbS, sedangkan Pb berfungsi sebagai donor Pb+ (Girindra
1986). Hasil percobaan pada literatur sampel albumin 0.02% akan membentuk
endapan PbS, sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut mengandung
asam amino yang rantainya samping mempunyai senyawa belerang.
Sistein merupakan asam amino non esensial bagi manusia yang memiliki
atom S, bersama-sama dengan metionin, karena memiliki atom S, sistein menjadi
sumber utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang mengandung
belerang. Sistein dan metionin pada protein juga berperan dalam
menentukan konformasi protein karena adanya ikatan hidrogen pada gugus tiol.
Sumber utama sisteina pada makanan adalah cabai, bawang putih, bawang
bombay, brokoli, haver, dan inti bulir gandum (embrio). L-sistein juga diproduksi
secara industri melalui hidrolisis rambut manusia dan babi serta bulu unggas
(Arbianto Purwo 1993).
Uji Xantoproteat
Uji Xantoproteat merupakan uji untuk menunjukan adanya inti benzene (cincin
fenil) pada suatu sampel protein. Dalam uji Xantoproteat, inti benzene akan
ternitrasi oleh asam nitrat pekat membentuk turunan nitrobenzene berwarna
kuning tua. Pada suasana basa (ditambahkan larutan basa), uji Xantoproteat akan
mengubah kompleks warna kuning tua pada sampel menjadi warna
orange.
Dalam percobaan ini semua sampel menghasilkan uji yang positif terhadap reagen
xantropoteat yang ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna kuning
tua/kuning muda ketika berada dalam suasana asam (ditambahkan HNO3) dan
terbentuk kompleks berwarna jingga/kuning ketika berada dalam suasana basa
(ditambahkan NaOH). (Poedjiadi 2007) Fungsi penambahan HNO 3 adalah
sebagai penyebab terjadinya reaksi nitrasi karena inti benzena dari asam amino
akan bereaksi dengan HNO3 dan menghasilkan campuran berwarna kuning.
(Girindra 1986)
Uji Millon
Hasil percobaan yang kami lakukan reagen yang positif adalah kasein 0,1%
dengan menghasilkan warna kuning merahan, sedangkan untuk gelatin 0,1% ,
pepton 0,1% dan urea 0,1 % berwarna putih yang berarti negatif. Hal ini sesuai
dengan pendapat sedangkan menurut Sajuthi Dondin et.al. (2010) bahwa kasein
merupakan protein yang paling banyak mengandung asam amino tirosin.
Uji Biuret
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan
dua molekul urea. Uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida
pada sampel protein. Komposisi dari reagen ini adalah senyawa kompleks yang
mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N) dan
merupakan hasil reaksi antara dua senyawa urea (CO(NH2)2). Dalam suasana basa
(penambahan NaOH), ion Cu2+ yang berasal dari pereaksi biuret (CuSO4) akan
bereaksi dengan gugus –CO dan – NH dari rantai peptida yang menyusun protein
membentuk kompleks berwarna violet.
Pada Uji Biuret hanya larutan gelatin yang positif mengandung peptida. Karena
pada larutan gelatin menunjukkan warna violet dengan CuSO 4. Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam sampel tersebut terdapat ikatan peptida yang
menggabungkan asam amino yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan larutan
kasein dan pepton negatif, tidak mengandung peptida. Hal ini ditunjukkan kedua
larutan tersebut tidak menunjukkan warna violet. Larutan kasein menunjukkan
warna biru dikarenakan pengaruh dari larutan CuSO4 yang berlebih.
Simpulan
Berdasarkan hasil uji yang sudah telah dilakukan, diketahui bahwa protein
merupakan bentuk polimer dari asam amino. Asam amino tersebut memeliki 3
komponen penting, yaitu gugus karboksil, gugus amin dan gugus bebas yang
dapat berikatan dengan unsur lainnya sehingga menjadikan asam amino memeliki
20 jenis yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan uji
Ninhidrin dan Uji Biuret. Dimana untuk Uji Ninhidrin untuk mengidentifikasi
gugus bebas asam amino. Uji ini tidak spesifik untuk asam amino tertentu,
sehingga uji ini dapat digunakan untuk uji umum protein, hasil positif jika
terdapat warna ungu pada hasil percobaan, namun karena pada saat proses
praktikum banyaknya larutan tidak sesuai dengan prosedur karena keterbatasan
pereaksi dan bahan uji maka, hasilnya pun tidak maksimal sehingga hasil
praktikum kami semua negatif. Sedangkan untuk Uji Biuret digunakna untuk
mengidentifikasi ikatan peptida, hasil positif pada Gelatin 0,1% dengan warna
ungu yang dihasilkan, hal ini berarti pada Gelatin 0,1% terdapat ikatan ikatan
peptida.
Hart Harold et al. 2003. Kimia Organik. Suminar Setiati Achmadi, penerjemah;
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.
Sajuthi Dondin.et al . 2010. Purifikasi dan Pencirian Enzim Protease Fibrinolitik
dari Ekstrak Jamur Merang. Jurnal Makara Sains. 14 (2): 145-150
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): GramediaLehninger.
1982.Dasar-Dasar Biokimia Jilid I . Maggy Thenawidjaja, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga.Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Katili, Abubakar Sidik. 2009. Struktur dan Fungsi Protein Kolagen. Pelangi Ilmu.
Vol.2. Hal.22 No. 5
http://www.g-excess.com/penggolongan-protein-dan-strukturnya.html [ 1 Maret
2015 ]