Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum Hari : Jumat

Biokimia Hewan Tanggal : 27 Februari 2015

Pukul : 07.00 – 11.00

PJP : Ukhradiya M Safira, M.Si

Asisten : Amellia

Widia Ayu Lestari

PROTEIN (1)

(Uji Millon, Uji Hopkins-Cole, Uji Ninhidrin, Uji Belerang, Uji


Xantoproteat, Uji Biuret)

Kelompok 6

Ilmi Amalia Yasin J3P114001

Fika Andarwati J3P114004

Nur Hidayat J3P114006

Grillinda Vicky N.P J3P114007

Fazar Ismail J3P114025

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015
Pendahuluan

Protein adalah senyawa organic kompleks berbobot molekul tinggi yang


merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.

Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional


karboksil (-COOH) dan amina (biasanya –NH 2). Dalam biokimia seringkali
pengertiannya dipersempit, keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang
sama (disebut atom C “alfa” atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan
gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat
amfoterik, cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada
larutan asam.

Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat
empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H),
dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping
yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat
tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus
karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh
karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan
asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia
rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat
asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik
jika nonpolar.

Gambar 1. Struktur asam α-amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan gugus
karboksil di sebelah kanan.
Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan
molekul lain seperti oksigen, mendukung secara mekanis sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, menghasilkan pergerakan tubuh, sebagai transmitor gerakan
syaraf dan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan. Analisa elementer
protein menghasilkan unsur-unsur C, H, N dan 0 dan sering juga S. Disamping itu
beberapa protein juga mengandung unsur-unsur lain, terutama P, Fe, Zi dan Cu
(Soerodikoesoemo & Hari: 1989). Peran dan aktivitas protein dalam proses
biologis antara lain sebagai katalis enzimatik, bahwa hampir semua reaksi kimia
dalam · sistem biologi dikatalis oleh makromolekul yang disebut enzim yang
merupakan satu jenis protein. Sebagian reaksi seperti hidrasi karbondioksida
bersifat sederhana, sedangkan reaksi lainnya seperti replikasi kromosom sangat
rumit (Staryer: 1995). Peran lainnya dari protein dalam sistem biologi adalah
sebagai transport, penyimpanan dan koordinasi gerak. Penggolongan protein
dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Berdasarkan struktur molekulnya

Struktur protein terdiri dari empat macam:

 Struktur primer (struktur utama)

Struktur ini terdiri dari asam-asam amino yang dihubungkan satu sama lain
secara kovalen melalui ikatan peptida.

 Struktur sekunder

Protein sudah mengalami interaksi intermolekul, melalui rantai samping asam


amino. Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi oleh ikatan hidrogen
antar rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi
ikatan hidrogennya. Ada dua jenis struktur sekunder, yaitu: ?-heliks dan ?-
sheet.

 Struktur Tersier

Terbentuk karena adanya pelipatan membentuk struktur yang kompleks.


Pelipatan distabilkan oleh ikatan hidrogen, ikatan disulfida, interaksi ionik,
ikatan hidrofobik, ikatan hidrofilik.
 Struktur Kuartener

Terbentuk dari beberapa bentuk tersier, dengan kata lain multi sub unit.
Interaksi intermolekul antar sub unit protein ini membentuk struktur
keempat/kuartener

2. Berdasarkan Bentuk dan Sifat Fisik :

 Protein globular

Terdiri dari polipeptida yang bergabung satu sama lain (berlipat rapat)
membentuk bulat padat. Misalnya enzim, albumin, globulin, protamin. Protein
ini larut dalam air, asam, basa, dan etanol.

 Protein serabut (fibrous protein)

Terdiri dari peptida berantai panjang dan berupa serat-serat yang tersusun
memanjang, dan memberikan peran struktural atau pelindung. Misalnya
fibroin pada sutera dan keratin pada rambut dan bulu domba. Protein ini tidak
larut dalam air, asam, basa, maupun etanol.

3. Berdasarkan Fungsi Biologi

Pembagian protein didasarkan pada fungsinya di dalam tubuh, antara lain:

 Enzim (ribonukease, tripsin)

 Protein transport (hemoglobin, mioglobin, serum, albumin)

 Protein nutrien dan penyimpan (gliadin/gandum, ovalbumin/telur,


kasein/susu, feritin/jaringan hewan)

 Protein kontraktil (aktin dan tubulin)

 Protein Struktural (kolagen, keratin, fibrion)

 Protein Pertahanan (antibodi, fibrinogen dan trombin, bisa ular)

 Protein Pengatur (hormon insulin dan hormon paratiroid)


4. Berdasarkan Daya Larutnya

 Albumin. Larut air, mengendap dengan garam konsentrasi tinggi.


Misalnya albumin telur dan albumin serum

 Globulin Glutelin. Tidak larut dalam larutan netral, larut asam dan basa
encer. Glutenin (gandum), orizenin (padi).

 Gliadin (prolamin). Larut etanol 70-80%, tidak larut air dan etanol 100%.
Gliadin/gandum, zein/jagung

 Histon. Bersifat basa, cenderung berikatan dengan asam nukleat di dalam


sel. Globin bereaksi dengan heme (senyawa asam menjadi hemoglobin).
Tidak larut air, garam encer dan pekat (jenuh 30-50%). Misalnya globulin
serum dan globulin telur.

 Protamin. Larut dalam air dan bersifat basa, dapat berikatan dengan asam
nukleat menjadi nukleoprotamin (sperma ikan). Contohnya salmin

5. Protein Majemuk

Adalah protein yang mengandung senyawa bukan hanya protein

 Fosfoprotein. Protein yang mengandung fosfor, misalnya kasein pada


susu, vitelin pada kuning telur

 Kromoprotein. Protein berpigmen, misalnya asam askorbat oksidase


mengandung Cu

 Fosfoprotein. Protein yang mengandung fosfor, misalnya kasein pada


susu, vitelin pada kuning telur

 Kromoprotein. Protein berpigmen, misalnya asam askorbat oksidase


mengandung Cu

 Protein Koenzim. Misalnya NAD+, FMN, FAD dan NADP+

 Protein Koenzim. Misalnya NAD+, FMN, FAD dan NADP+


 Lipoprotein. Mengandung asam lemak, lesitin

 Metaloprotein. Mengandung unsur-unsur anorganik (Fe, Co, Mn, Zn, Cu,


Mg dsb)

 Glikoprotein. Gugus prostetik karbohidrat, misalnya musin (pada air liur),


oskomukoid (pada tulang)

 Nukleoprotein. Protein dan asam nukleat berhubungan (berikatan valensi


sekunder) misalnya pada jasad renik

Tujuan

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui sifat dan struktur


asam amino dan protein melalui uji-uji kualitatif. Serta mempelajari beberapa
reaksi uji terhadap asam amino dan protein.

Metode

Uji Millon. Tambah 5 tetes pereaksi Millon ke dalam 3 ml larutan protein.


Memanaskan kedua cairan tersebut dengan baik- baik. Jika menggunakan pereaksi
terlalu banyak maka warna menghilang saat pemanasan berlangsung. Uji ini
dilakukan terhadap larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan
fenol 2%.
Uji Hopkins- Cole. Campur 1.5 ml larutan yang akan diperiksa dengan 1.5
ml pereaksi Hopkins- Cole dalam tabung reaksi. Hati- hati dalam menambahkan 2
ml asam pekat melalui dinding tabung yang dimiringkan sehingga membentuk
lapisan cairan pada dinding tabung. Tidak diperbolehkan mengocok larutan.
Beberapa detik pada pertemua kedua lapisan cairan tersebut terbentuk sebuah
cincin violet (ungu). Warna ini menunjukkan reaksi positif terhadap adanya
triptofan. Uji ini dilakukan terhadap albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, dan
pepton 2%.
Uji Ninhidrin. Tambah 0.5 ml larutan ninhidrin 0.1% ke dalam 3 ml
larutan protein. Memanaskan kedua larutan ke dalam penangas air mendidih
selama 10 menit, perhatikan perubahan warna larutan yang terjadi. Uji ini
dilakukan terhadap larutan albumin 0.02%, kasein 0.02%, gelatin 0.02%, dan
pepton 0.02%.
Uji Belerang. Tambah 1 ml larutan protein dalam larutan 2.5 ml NaOH
10%, didihkan beberapa menit. Tambah 1 tetes larutan Pb-asetat 5%, lanjut
pemanasan beberapa menit kembali sambil mengamati warna yang terjadi. Uji ini
dilakukan terhadap albumin 0.02%, kasein 0.02%, gelatin 0.02%, dan pepton
0.02%.
Uji Xantoproteat. Menambahkan 1 ml HNO3 pekat dalam 2 ml larutan
protein. Campur baik- baik dan memanaskan dengan hati- hati. Memperhatikan
warna kuning tua yang timbul. Mendinginkan tabung, tambah tetes demi tetes
larutan NaOH pekat hingga larutan basa. Mengamati perubahan warna yang
terjadi pada larutan. Uji ini dilakukan terhadap albumin 2%, kasein 2%, gelatin
2%, pepton 2%, dan fenol 2%.
Uji Biuret. Tambah 1 ml NaOH dalam 3 ml larutan protein dan kocok.
Tambah 1 tetes larutan CuSO4 0.1%, kocok kembali. Jika tidak terjadi perubahan
warna, tambah larutan CuSO4 1 atau 2 tetes.
Hasil dan Pembahasan

Protein merupakan salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan mahluk
hidup. Protein memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan, selain itu untuk mendukung aktifitas yang dilakukan oleh
manusia, hewan dan tumbuhan. Protein merupakan zat gizi kunci untuk
pertumbuhan fisik manusia dan hewan karena sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan tulang dan otot. Sejalan dengan manfaat protein sebagai zat gizi
yang berperan dalam pertumbuhan, perkembangan, maka dibutuhkan 15%-20.%
protein dari total kebutuhan atau keluaran per hari. Oleh karena itu perlu
memperhatikan asupan protein pada makanan yang dikonsumsi untuk
mengoptimalkan pengaruhnya. (Annonymous,2012)
Protein merupakan suatu polimer dari asam amino. Asam amino
merupakan turunan asam karboksilat yang mengandung gugus amina. Jadi setiap
molekul asam amino sekurang-kurangnya mengandung dua buah gugus
fungsional, yaitu gugus karboksil (-COOH) dan gugus amina (-NH2). Asam
amino dapat diperoleh dari hasil hidrolisis protein. Struktur asam amino
mengandung gugus -NH2 yang terikat pada atom C alfa (a), yaitu atom C yang
terikat pada gugus karboksil. Struktur asam amino secara umum adalah satu atom
C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH),
atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus
atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino
lainnya.

Gambar. Struktur Asam Amino (Annonymous,2012)


Semua asam amino yang ditemukan pada protein memiliki ciri yang sama, yaitu
gugus karboksil dan amina terikat pada atom karbon yang sama. Perbedaan asam
amino satu sama lain terletak pada rantai sampingnya. Rantai samping yang
dilambangkan dengan R dapat berupa alkil, cincin benzena, alkohol, dan
turunannya.
Dalam uji yang dilakukan, terdapat beberapa macam protein diantaranya
Urea, Gelatin, Kasein dan Pepton. Urea adalah senyawa organik yang tersusun
dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau
(NH2)2CO. Urea biasa ditemukan pada hasil perombakan eritrosit pada sel-sel
hati. Eritrosit atau sel darah merah yang sudah rusak (120 hari) dirombak menjadi
'haemo' dan 'globin'. Selanjutnya 'haemo' akan diubah menjadi zat warna empedu
yaitu bilirubin dan urobilin yang mengandung urea dan amonia yang akan keluar
bersama urin dan feses. Gelatin adalah asam amino non essensial yaitu glisin dan
prolin, gelatin banyak ditemukan sebagai protein penyusun kulit. Kasein paling
banyak ditemukan pada susu karena kasein merupakan komponen utama protein
penyusun susu, kasein mengandung asam amino tirosin. Pepton adalah hidrolisat
protein yang berasal dari reaksi hidrolisis protein oleh enzim protease. Pepton
digunakan sebagai sumber nitrogen pada media pembiakan mikroorganisme untuk
dapat tumbuh dengan baik.

Gambar. Urea (Annonymous,2012) Gambar. Alpha-Kasein (Annonymous,2012)

Gambar. Gelatin (Annonymous,2012) Gambar. Pepton (Annonymous,2012)


Pada uji tersebut digunakan beberapa macam larutan pereaksi seperti larutan
pereaksi biuret, millon, ninhidrin, dan hopkins-cole. Sedangkan untuk uji
belerang, dan xantoproteat tidak menggunakan larutan pereaksi khusus.
Berikut ,merupakan komposisi dan cara pembuatan masing-masing pereaksi yang
digunakan pada uji Protein 1.

Biuret : NaOH 10% : 10 g NaOH dilarutkan dalam 100 ml H2O


CuSO4 0,1 % : 0,1 g CuSO4 dilarutkan dalam 100 ml H2O
Ninhidrin : 0,1 g Ninhidrin dilarutkan dalam 100  ml aseton
Hopkins- Cole : H2C2O4 + sebuk Mg dalam 100 ml H2O
Millon : Hg dilarutkan dalam HNO3, diencerkan dengan H2O

Hasil

Uji Hopkins-Cole

Tabel. Hasil Uji Hopkins-Cole

Sampel Hasil Gambar Keterangan


Gelatin 0,1% - Tidak Terdapat
cincin violet

Kasein 0,1% - Tidak terdapat


cincin violet

Pepton 0,1% + Terdapat cincin


violet
Keterangan :
( + ) mengandung triptofan
( - ) tidak mengandung triptofan

Uji Biuret
Tabel. Hasil Uji Biuret

Sampel Hasil Gambar Keterangan


Gelatin 0,1% + Ungu

Kasein 0,1% - Biru

Pepton 0,1% - Putih

Keterangan :
( + ) mengandung asam amino (ikatan peptida)
( - ) tidak mengandung asam amino (ikatan peptida)
Uji Millon

Tabel. Hasil Uji Millon

Sampel Hasil Gambar Keterangan


Gelatin 0,1% - Putih

Kasein 0,1% + Kuning Kemerahan

Pepton 0,1% - Putih

Urea 0,1% - Putih

Keterangan :
( + ) mengandung tirosin
( - ) tidak mengandung tirosin

Uji Belerang
Tabel. Hasil Uji Belerang
Sampel Hasil Gambar Keterangan
Gelatin 0.1% - bening

Kasein 0.1% - Tidak berwarna

Pepton 0.1% - Cokelat

Keterangan :
( + ) mengandung sistein / sulfur
( - ) tidak mengandung sistein / sulfur

Uji Xantoproteat
Tabel. Hasil Uji Xantoproteat
Sampel Hasil Gambar Keterangan
Gelatin 0,1% + Orange
Kasein 0,1% + Orange
Pepton 0,1% + Orange
Keterangan :
( + ) mengandung inti benzena
( - ) tidak mengandung inti benzena

Uji Ninhidrin
Tabel. Hasil Uji Ninhidrin
Sampel Hasil Gambar Keterangan
Gelatin 0,1%

- Putih

Kasein 0,1%

- Putih

Pepton 0,1%

- Putih

Keterangan :
( + ) mengandung gugus amino bebas
( - ) tidak mengandung gugus amino bebas
Pembahasan

Uji Hopkins - Cole

Uji hopkins cole merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan
adanya asam amino triptofan. Pereaksi yang dipakai mengandung asam glioksilat.
Kondensasi 2 inti induk dari trptofan oleh asam glioksilat akan menghasilkan
senyawa berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya cincin ungu
pada bidang batas.

Triptofan merukan salah satu asam amino essensial


yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh.
Gugus fungsinal triptofan adalah Indol, yang tidak
dimiliki oleh asam amino lainnya membuat triptofan
menjadi prekusor dari banyak senyawa penting
tubuh seperti melatonin (hormon perangsang tidur),
serotonin (suatu transmiter pada sistem saraf) dan
niasin (suatu vitamin).

Gambar. Triptofan (Annonymous, 2012)

H H
CH2 CH2 CO 2H HC O CO 2H
+ HC O
N NH
N H
H H H
triptofan asam glioksilat asam
2,3,4,5,tetrahidro-
-karbolin-4-karboksilat

Gambar. Reaksi Hopkins-Cole (Annonymous, 2012)

Karena percobaan ini tidak dilakukan maka, hasil yang di dapatkan


berdasarkan hasil yang ada dalam literatur. Berdasarkan hasil yang didapatkan
yang memiliki hasil positif terhadap uji hopkins-cole adalah Pepton. Cincin ungu
yang terbentuk pada larutan yang positif disebebkan oleh pereaksi yang terdiri
dari asam glioksilat (CHO.COOH) dalam H2SO4 triptofan akan berkondensasi
dengan aldehid dan membentuk kompleks berwarna dari jenis asam 2,3,4,5-
tetrahidro-ß-karbolin-4-karboksilat. Reaksi tersebut hanya akan berhasil jika ada
oksidator kuat. Dalam praktikum ini digunakan H2SO4, Sehingga dapat dikatan
bahwa fungsi H2SO4 dalam percobaan ini adalah oksidator agar terbentuk cincin
ungu pada larutan bahan yang positif mengandung triptofan. Untuk bahan uji yang
menghasilkan hasil negatif, didasarkan karena asam amino penyusun gelatin
maupun kasein tidak terdapat asam amino triptofan. Gelatin terdiri dari asam
amino glisin dan prolin sedangkan, Kasein terdiri dari asam amino tirosin. Oleh
sebab itu tidak terdapat cincin ungu pada hasil percobaan gelatin dan kasein.

Uji Ninhidrin

Uji Ninhidrin digunakan untuk identifikasi asam amino bebas yang


terdapat dalam sampel. Asam amino bebas adalah asam amino yang gugus
aminonya tidak terikat (Robinson 1995). Ninhidrin adalah reagen yang berguna
untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan.
Senyawa ini merupakan hidrat dari triketon siklik dan bila bereaksi dengan asam
amino akan menghasilkan zat warna ungu. Hanya atom nitrogen dari zat warna
ungu yang berasal dari asam amino, selebihnya terkonversi menjadi aldehid dan
karbondioksida. Jadi, zat warna ungu yang sama dihasilkan dari semua asam
amino α dengan gugus amino primer dan intensitas warnanya berbanding lurus
dengan konsentrasi asam amino yang ada (Hart 2003).

Gambar 3 Reaksi uji Ninhidrin (Bintang M ,2010)

Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua sampel yang diuji bereaksi


negatif yakni tidak mengandung gugus amino bebas. Hal tersebut disebabkan
karena konsentrasi bahan uji yang digunakan tidak sesuai dengan metode yang
harus dilakukan.

Adanya kandungan gugus karboksil (COOH) dan amino bebas (NH3) pada sampel
protein tersebut ditunjukkan dengan perubahan warna sampel menjadi biru muda.
Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat
warnanya. Pemanasan yang dilakukan pada tiap uji percobaan bertujuan untuk
koagulasi protein sehingga tidak dapat larut dalam air dan terbentuknya endapan.

Uji Belerang

Ikatan disulfida merupakan jenis ikatan kovalen lain yang dimiliki oleh
peptida dan asam amino dalam protein (Hart 2003). Sistein merupakan asam
amino yang mengandung atom S pada molekulnya. Reaksi Pb-asetat dengan
asam-asam amino tersebut akan membentuk endapan berwarna gelap, yaitu garam
PbS. Penambahan NaOH dalam percobaan ini adalah untuk mendenaturasikan
protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-
asetat membentuk PbS, sedangkan Pb berfungsi sebagai donor Pb+ (Girindra
1986). Hasil percobaan pada literatur sampel albumin 0.02% akan membentuk
endapan PbS, sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut mengandung
asam amino yang rantainya samping mempunyai senyawa belerang.

S2+(aq) + Pb2+(aq)     PbS(s)

Gambar. Reaksi Uji belerang (Girindra,1986)

Sistein merupakan asam amino non esensial bagi manusia yang memiliki
atom S, bersama-sama dengan metionin, karena memiliki atom S, sistein menjadi
sumber utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang mengandung
belerang. Sistein dan metionin pada protein juga berperan dalam
menentukan konformasi protein karena adanya ikatan hidrogen pada gugus tiol.
Sumber utama sisteina pada makanan adalah cabai, bawang putih, bawang
bombay, brokoli, haver, dan inti bulir gandum (embrio). L-sistein juga diproduksi
secara industri melalui hidrolisis rambut manusia dan babi serta bulu unggas
(Arbianto Purwo 1993).

Uji Xantoproteat

Uji Xantoproteat merupakan uji untuk menunjukan adanya inti benzene (cincin
fenil) pada suatu sampel protein. Dalam uji Xantoproteat, inti benzene akan
ternitrasi oleh asam nitrat pekat membentuk turunan nitrobenzene berwarna
kuning tua. Pada suasana basa (ditambahkan larutan basa), uji Xantoproteat akan
mengubah kompleks warna kuning tua pada sampel menjadi warna
orange.

Gambar. Reaksi Uji Xantoproteat (Bintang,2010)

Dalam percobaan ini semua sampel menghasilkan uji yang positif terhadap reagen
xantropoteat yang ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna kuning
tua/kuning muda ketika berada dalam suasana asam (ditambahkan HNO3) dan
terbentuk kompleks berwarna jingga/kuning ketika berada dalam suasana basa
(ditambahkan NaOH). (Poedjiadi 2007) Fungsi penambahan HNO 3  adalah
sebagai  penyebab terjadinya reaksi nitrasi karena inti benzena dari asam amino
akan  bereaksi dengan HNO3 dan menghasilkan campuran berwarna kuning.
(Girindra 1986)

Gambar. Asam Amino Mengandung Inti Benzena (Fidanci,2013)


Hasil percobaan menunjukkan, larutan protein yang menghasilkan reaksi  positif
terhadap uji ini adalah kasein 0,1%pepton 0,1% gelatin 0,1% dan fenol 0,1% Hal
ini menunjukkan bahwa di dalam ketiga zat uji tersebut terdapat asam amino yang
mengandung inti benzena, yaitu tirosin, fenilalanin, atau triptofan.

Uji Millon

Uji Millon digunakan untuk mengidentifikasi protein yang mengandung tirosin


dalam suatu sampel yang ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna merah
pada sampel protein. Tirosin merupakan asam amino yang mengandung gugus
fenol pada rantai samping-nya (gugus R-nya). Pereaksi millon mengandung
merkuri dan ion merkuro dalam asam nitrit dan asam nitrat. Gugus fenol pada
tirosin ini akan ternitrasi membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon yang
akan membentuk kompleks berwarna merah. (Poedjiadi 2007) Uji ini dilakukan
pada sampel, gelatin, kasein, pepton, dan urea dengan konsentrasi 0,1%.

Gambar. Reaksi Uji Millon (Annonymous,2012)

Hasil percobaan yang kami lakukan reagen yang positif adalah kasein 0,1%
dengan menghasilkan warna kuning merahan, sedangkan untuk gelatin 0,1% ,
pepton 0,1% dan urea 0,1 % berwarna putih yang berarti negatif. Hal ini sesuai
dengan pendapat sedangkan menurut Sajuthi Dondin et.al. (2010) bahwa kasein
merupakan protein yang paling banyak mengandung asam amino tirosin.

Tirosin merupakan gugus R dari asam amino polar


yang larut dalam air atau lebih hidrofilik
dibandingkan dengan asam amino nonpolar, karena
golongan ini mengandung gugus fungsional yang
mengikat ikatan hydrogen dengan air. Bentuk yang

Gambar. Asam Amino


Tirosin
umum adalah L-tirosin (S -tirosin), yang juga ditemukan dalam tiga isomer
struktur: para, meta,dan orto (Lehninger 1982). Tirosin dalam bentuk tirosina,
memiliki peran kunci dalampengaktifan beberapaenzim tertentu melalui  proses
fosforilasi (membentuk fosfotirosina) pada transduksi signal. Bagi manusia,
tirosina merupakan prekursor  hormon tiroksin dan triiodotironin yang dibentuk
dikelenjar  tiroid, pigmen kulit melanin, dan dopamin, norepinefrin dan epinefrin
(Winarno FG 2004).

Uji Biuret

Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada  pemanasan
dua molekul urea. Uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida
pada sampel protein. Komposisi dari reagen ini adalah senyawa kompleks yang
mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N) dan
merupakan hasil reaksi antara dua senyawa urea (CO(NH2)2). Dalam suasana basa
(penambahan NaOH), ion Cu2+ yang berasal dari pereaksi  biuret (CuSO4) akan
bereaksi dengan gugus  –CO dan  – NH dari rantai peptida yang menyusun protein
membentuk kompleks berwarna violet.

Gambar. Reaksi Uji Biuret

Pada Uji Biuret hanya larutan gelatin yang positif mengandung peptida. Karena
pada larutan gelatin menunjukkan warna violet dengan CuSO 4. Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam sampel tersebut terdapat ikatan peptida yang
menggabungkan asam amino yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan larutan
kasein dan pepton negatif, tidak mengandung peptida. Hal ini ditunjukkan kedua
larutan tersebut tidak menunjukkan warna violet. Larutan kasein menunjukkan
warna biru dikarenakan pengaruh dari larutan CuSO4 yang berlebih.

Simpulan

Berdasarkan hasil uji yang sudah telah dilakukan, diketahui bahwa protein
merupakan bentuk polimer dari asam amino. Asam amino tersebut memeliki 3
komponen penting, yaitu gugus karboksil, gugus amin dan gugus bebas yang
dapat berikatan dengan unsur lainnya sehingga menjadikan asam amino memeliki
20 jenis yang berbeda. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan uji
Ninhidrin dan Uji Biuret. Dimana untuk Uji Ninhidrin untuk mengidentifikasi
gugus bebas asam amino. Uji ini tidak spesifik untuk asam amino tertentu,
sehingga uji ini dapat digunakan untuk uji umum protein, hasil positif jika
terdapat warna ungu pada hasil percobaan, namun karena pada saat proses
praktikum banyaknya larutan tidak sesuai dengan prosedur karena keterbatasan
pereaksi dan bahan uji maka, hasilnya pun tidak maksimal sehingga hasil
praktikum kami semua negatif. Sedangkan untuk Uji Biuret digunakna untuk
mengidentifikasi ikatan peptida, hasil positif pada Gelatin 0,1% dengan warna
ungu yang dihasilkan, hal ini berarti pada Gelatin 0,1% terdapat ikatan ikatan
peptida.

Untuk mengidentifikasi jenis asam amino lainnya dapat menggunakan Uji


Millon, Uji Xantoproteat, Uji Belerang dan Uji Hopkins. Uji Millon digunakan
untuk mengidentifikasi protein yang mengandung tirosin dalam suatu sampel
yang ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna merah, dalam uji tersebut
Kasein 0,1% positif mengandung asam amino tirosin. Uji Xantoproteat
merupakan uji untuk menunjukan adanya inti benzene pada asam amino. Asam
amino yang mengandung inti benzene adalah Tirosin, Triptofan dan Fenilalanin
dalam uji ini semua bahan uji menunjukkan hasil yang positif yaitu Gelatin 0,1%,
Kasein 0,1% dan Pepton 0,1%. Uji Belerang adalah uji yang dilakukan untuk
mengidentifikasi unsur sulfur pada asam amino, Sistein merupakan asam amino
yang mengandung atom S pada molekulnya. Pada uji ini semua bahan uji
menunjukkan hasil negatif Gelatin 0,1%, Kasein 0,1% dan Pepton 0,1%, karena
menurut literatur protein yang mengandung sistein adalah Albumin, sedangkan
protein albumin tidak kami ujikan pada percobaan ini. Uji hopkins cole
merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino
triptofan. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya cincin ungu pada bidang
batas. Pepton 0,1% menunjukkan hasil positif pada uji ini.
Daftar Pustaka

Arbianto Purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung (ID): ITB Pr

Hart Harold et al. 2003. Kimia Organik. Suminar Setiati Achmadi, penerjemah;
Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Organic Chemistry.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Padmawinata K,


penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr

Mendel. Friedman, John W. Finley. 1971.Jurnal of Agricultural and Food


Chemistry. http://pubs.acs.org// [ 28 Februari 2015 ]

Mendel. Friedman, John W. Finley. 1971.Methods of Tryptopan Analysis


. http://pubs.acs.org// [ 28 Februari 2015 ]

Annonymous, 2012. Biokimia Paper Asam Amino. http://ub.ac.id//


[ 28 Februari 2015 ]

Kumala, Poppy. 1998.Kamus Kedokteran Dorland. ECG. Penerbit; Jakarta


(ID):Buku Kedokteran.

Girindra A. 1986.  Biokimia I . Jakarta: Gramedia.

Poedjiadi. 2007.  Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press

Bintang Maria. 2010.  Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Erlangga

Sajuthi Dondin.et al . 2010. Purifikasi dan Pencirian Enzim Protease Fibrinolitik
dari Ekstrak Jamur Merang.  Jurnal Makara Sains. 14 (2): 145-150

Winarno FG. 2004.  Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): GramediaLehninger.
1982.Dasar-Dasar Biokimia Jilid I . Maggy Thenawidjaja, penerjemah.
Jakarta (ID): Erlangga.Terjemahan dari:  Principles of Biochemistry.

Katili, Abubakar Sidik. 2009. Struktur dan Fungsi Protein Kolagen. Pelangi Ilmu.
Vol.2. Hal.22 No. 5

http://www.g-excess.com/penggolongan-protein-dan-strukturnya.html [ 1 Maret
2015 ]

http://id.wikipedia.org/wiki/Protein[ 1 Maret 2015 ]

http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_amino [ 1 Maret 2015 ]

Anda mungkin juga menyukai