Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI PROTEIN DAN ASAM AMINO


disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biokimia dengan dosen pengampu
Drs. H. Yusuf Hilmi Adisendjaya, M.Sc.
Drs. Suhara, M.Pd.
Dr. Mimin Nurhani K., M.Pd.
Dra. Yanti Hamdiyanti, M.Si.

Oleh
Biologi C 2014
Kelompok 2

Ajeng Vadila T. 1401819


Fitra Ramadhani 1301411
Muhammad Dhia R. 1404421
Royyan Awalia Safaris 1401803
Silmi Qurrotu Aini 1404290
Pinka Alisa Diena S. 1404352

PROGRAM STUDI BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
A. Judul
Identifikasi Protein dan Asam Amino
B. Waktu dan Tempat
1. Waktu
a. Uji Kelarutan asam amino dan reaksi ninhidrin
16 September 2015
b. Reaksi xanthoproterin dan reaksi milon
30 September 2015
c. Uji Komposisi protein, uji biuret, dan uji denaturasi protein oleh panas dan pH
ekstrem
7 Oktober 2015
d. Uji denaturasi protein dengan logam berat dan Uji denaturasi protein dengan
reagen bersifat asam
21 Oktober 2015
2. Tempat
Laboratorium Fisiolofi FPMIPA UPI

C. Tujuan
1. Mengidentifikasi kelarutan asam amino pada pelarut NaOH, HCl, dan Etanol
2. Mengidentifikasi keberadaan α-asam amino pada sampel asam amino percobaan
3. Mengidentifikasi keberadaan cinicin aromatik pada sampel asam amino percobaan
4. Mengidentifikasi keberadaan gugus radikal hidroksi benzen pada sampel asam
amino percobaan
5. Mengidentifikasi komposisi kandungan protein albumin
6. Mengidentifikasi ikatan peptida pada sampel protein percobaan
7. Mengidentifikasi pengaruh panas dan pH ekstrem terhadap protein
8. Mengidentifikasi pengaruh logam berat terhadap protein
9. Mengidentifikasi pengaruh reagen asam terhadap protein
D. Dasar Teori
1. Protein
Protein adalah sekelompok senyawa organik yang nyaris keseluruhannya
terdiri atas karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Protein biasanya suatu
polimer yang tersusun atas banyak subunit (monomer) yang dikenal sebagai asam
amino.

Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa selain polisakarida,


lipid dan polinukleotida yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Protein
adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan
polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptida. Molekul protein itu sendiri mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein dirumuskan oleh
Jons Jakob Berzelius pada tahun 1938.
2. Penggolongan Protein
Protein dapat dibagi menjadi dua golongan utama berdasarkan bentuk dan
sifat-sifat fisik tertentu,
a. protein globular
Pada protein globular rantai atau rantai-rantai polipeptida berlipat
rapat-rapat menjadi bentuk globular atau bulat yang padat. Protein
globular biasanya larut di dalam sistem larutan (air), dalam larutan
garam, dan asam encer, juga lebih mudah berubah di bawah pengaruh
suhu, konsentrasi asam dan asam encer. Protein ini mudah terdenaturasi.
Hampir semua enzim merupakan protein globular, seperti protein
transport pada darah, anti-bodi, dan protein penyimpan nutrien.
b. protein serabut
Molekul protein ini terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang
memanjang dan dihubungkan satu sama lain oleh beberapa ikatan silang
hingga merupakan bentuk serat atau serabut yang stabil. Protein serabut
bersifat tidak larut di dalam air, larutan garam, asam, basa ataupun
alkohol. Berat molekulnya yang besar belum dapat ditentukan dengan
pasti dan sukar dimurnikan. Hampir semua protein serabut memberikan
peranan struktural atau pelindung. Protein serabut yang khas adalah α-
keratin pada rambut dan wol, fibroin dari sutera, dan kolagen dari urat.
Struktur protein ada 4 macam berdasarkan ikatannya:
a. Struktur primer menunjukkan jumlah, jenis dan urutan asam amino
dalam molekul protein (rentetan asam amino dalam suatu molekul
protein)
b. Struktur sekunder menunjukkan banyak sifat suatu protein, ditentukan
oleh orientasi molekul sebagai suatu keseluruhan, bentuk suatu molekul
protein (misalnya spiral) dan penataan ruang kerangkanya (ikatan
hidrogen antara gugus N-H, salah satu residu asam amino dengan gugus
karbonil C=O residu asam yang lain)
c. Struktur tersier menunjukkan keadaan kecenderungan polipeptida
membentuk lipatan tali gabungan (interaksi lebih lanjut seperti
terlipatnya kerangka untuk membentuk suatu bulatan)
d. Struktur kuartener menunjukkan derajat persekutuan unit-unit protein.

3. Fungsi Biologi Protein


Protein memiliki fungsi biologis tertentu diantaranya,
a. Enzim
Protein yang paling bervariasi dan mempunyai kekhususan tinggi adalah
protein yang mempunyai aktivitas katalisa, yakni enzim. Reaksi kimia
biomolekul organik di dalam sel dikatalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis
enzim, masing-masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah
ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan.
b. Protein Transport
Protein transport di dalam plasma darah mengikat dan membawa
molekul atau ion spesifik dari satu organ ke organ lain Disini oksigen
dilepaskan untuk melangsungkan oksidasi nutrient yang menghasilkan energi.
Plasma darah mengandung lipoprotein, yang membawa lipid dari hati ke organ
yang lain. Protein transport lain terdapat di dalam membrane sel dan
menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam
amino, dan nutrient lain membrane menuju ke dalam sel.
c. Protein Nutrien dan Penyimpan
Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein nutrisi yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan embrio tanaman. Protein utama putih telur, dan kasein
protein utama susu merupakan contoh dari protein nutrien. Adapun contoh
lain, ferritin pada jaringan hewan merupakan protein penyimpan zat besi.
d. Protein Kontraktil atau Motil
Beberapa protein memberikan kemampuan kepada sel dan organisme
untuk berkontraksi, mengubah bentuk, atau bergerak. Aktin dan miosin adalah
protein filamen yang berfungsi di dalam sistem kontraktil otot kerangka dan
juga di dalam banyak sel bukan otot. Contoh lain adalah tubulin, protein
pembentuk mikrotubul. Mikrotubul merupakan komponen penting dari
flagella dan silia yang dapat menggerakkan sel.
e. Protein Struktural
Banyak protein yang berperan sebagai filamen, kabel, atau lembaran
penyanggah untuk memberikan struktur biologi kekuatan atau proteksi.
Komponen utama dari urat dan tulang rawan adalah protein serabut kolagen,
yang mempunyai daya tenggang yang amat tinggi.
f. Protein Pertahanan
Banyak protein mempertahankan organisme dalam melawan serangan
oleh spesies lain atau melindungi organisme tersebut dari luka.
Immunoglobulin atau antibodi pada vertebrata adalah protein khusus yang
dibuat oleh limposit yang dapat mengenali dan mengendapakan atau
menetralkan serangan bakteri, virus, atau protein asing dari spesies lain.
Fibrinogen dan trombin, merupakan protein penggumpal darah yang menjaga
kehilangan darah jika sistem pembuluh terluka. Bisa ular, toksin bakteri, dan
protein tumbuhan beracun, seperti risin juga berfungsi di dalam pertahanan
tubuh.
g. Protein Pengatur
Beberapa protein membantu aktivitas seluler. Diantara jenis ini terdapat
sejumlah hormone seperti insulin, yang mengatur metabolisme gula dan
kekurangannya menyebabkan penyakit diabetes. Hormone pertumbuhan dari
pituary dan hormone paratiroid, yang mengatur transport Ca2+ dan fosfat.
Protein pengatur lain, yang disebut repressor mengatur biosintesa enzim oleh
sel bakteri.
4. Denaturasi Protein
Denaturasi diartikan suatu proses terpecahnya ikatan Hidrogen, interaksi
hidrofobik, ikatan garam, dan terbukanya lipatan atau win molekul. Menurut
Fauziah (2014), ada dua macam denaturasi, yaitu pengembangan rantai peptida
dan pemecahan protein menjadi unit yang lebih kecil tanpa disertai
pengembangan molekul ikatan. Ikatan yang dipengaruhi oleh proses denaturasi
yaitu,
a. Ikatan Hidrogen
b. Ikatan hidrofobik
c. Ikatan ionik
d. Ikatan intramolekuler
Denaturasi protein adalah modifikasi konformasi struktur, tersier dan
kuartener. Denaturasi struktur merupakan fenomena dimana terbentuk konformasi
batu dari struktur yang telah ada. Denaturasi protein mengakibatkan turunnya
kelarutan, hilangnya aktivias biologi, peningkatan viskositas dan protein mudah
diserang oleh enzim proteolitik (Fauziah, 2014).
Adapun penyebab dari denaturasi protein bisa berbagai macam, antara lain
panas, alkohol, asam-basa, maupun logam berat. Ciri-ciri suatu protein yang
mengalami denaturasi bisa dilihat dari berbagai hal. Salah satunya adalah dari
perubahan struktur fisiknya, protein yang terdenaturasi biasanya mengalami
pembukaan lipatan pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, protein yang
terdenaturasi akan berkurang kelarutannya. Lapisan molekul yang bagian
hidrofobik akan mengalami perubahan posisi dari dalam ke luar, begitupun
sebaliknya. Hal ini akan membuat perubahan kelarutan (Anonim, 2012).
Selain itu, masing-masing penyebab denaturasi protein juga mengakibatkan
ciri denaturasi yang spesifik. Panas, misalnya. Panas dapat mengacaukan ikatan
hidrogen dari protein namun tidak akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini
dikarenakan dengan meningkatnya suhu akan membuat energi kinetik molekul
bertambah. Bertambahnya energi kinetik molekul akan mengacaukan ikatan-
ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi sistem
naik. Selain itu bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai
tanda bahwa entropi bertambah (Anonim, 2012).
5. Reaksi Protein
Terdapat beberapa reaksi khas pada protein (uji kualitatif) diantaranya,
a. Reaksi Ninhidrin
Ninhidrin (triketohidrinden hidrat) merupakan pengoksidasi yang kuat,
beraksi dengan semua α-asam amino di antara pH 4-8 menghasilakn senyawa
berwarna ungi. Reaksi ini jua diberikan oelh amina primer dan amonia tetapi
tanpa dilepaskan CO2 (Adisendjaja, et.all., 2015). Reaksi ini termasuk yang
paling umum dilakukan untuk analisis kualitatif protein dan produk hasil
hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin untuk
mengetahui adanya asam amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan
protein oleh cairan tubuh.
b. Reaksi Biuret
Bila larutan protein dalam suasana basa kuat direaksikan dengan larutan
CuSO4 pekat, akan dihasilkan warna ungu. Warna yang dihasilkan dari reaksi
tersebut disebabkan oleh ikatan koordinasi antara ion Cu2+ dengan pasangan
elektron bebas dari N yang berasal dari protein dan pasangan elektron bebas
dari O molekul air. Reaksi ini tidak berlaku untuksenyawa yang mengandung
dua ikatan peptide atau lebih.
c. Reaksi Uji Millon untuk Tirosin
Reagen Millon adalah larutan asam nitrat yang mangandung raksa(I)
nitrat dan raksa(II) nitrat. Bila reagn millon dicampurkan dengan larutan yang
mengandung protein akan terbentuk endapan putih yang akan berubah merah
bila dipanaskan. Senyawa yang mengandung gugus radikal hidroksi benzen,
bereaksi dengan reangan millon ini membentuk senyawa kompleks berwarna
merah (Adisendjaja, et.all., 2015).
d. Uji Penetralan Titik Isoelektrik
Titik isoelektrik adalah daereah pH tertentu diman protein mempunyai
selisih muatan, sehingga tidak bergerak dalam muatan listrik.
E. Alat dan Bahan
1. Uji Kelarutan Asam Amino
a. Alat
Tabel E.1.a.
Alat Uji Kelarutan Asam Amino
No. Alat Jumlah
1. Pipet tetes 11 buah
2. Gelas ukur 11 buah
3. Tabung reaksi 9 buah
4. Rak tabung reaksi 1 buah

b. Bahan
Tabel E.1.b.
Bahan Uji Kelarutan Asam Amino
No. Bahan Jumlah
1. HCl (0,1 mol/L) 2 mL/tabung reaksi
2. NaOH (o,1 mol/L) 2 mL/tabung reaksi
Asam amino:
a. Etanol
b. Glisin
c. Asam glutamate
d. Histidin
3. 20 tetes/asam amino
e. Alfa-alanin
f. Beta-alanin
g. Triptofan
h. Lisin
i. Tirosin
2. Reaksi Ninhidrin
a. Alat
Tabel E.2.a.
Alat Reaksi Ninhidrin
No. Nama Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 8 buah
2. Pipet 9 buah
3. Penjepit kayu 1 buah
4. Penangas air 1 set
5. Rak tabung reaksi 1 buah

b. Bahan
Tabel E.2.b.
Bahan Reaksi Ninhidrin
No. Nama Bahan Jumlah
1. Larutan asam amino (A – H) 2 mL/tabung reaksi
2. Ninhidrin 5 tetes/tabung reaksi

3. Reaksi Xanthoprotein
a. Alat
Tabel E.3.a
Alat Reaksi Xanthoprotein
No. Alat Jumlah
1. Gelas ukur 25 mL 1 Buah
2. Kertas lakmus Secukupnya
3. Label Secukupnya
4. Penangas air 1 Buah
5. Penjepit 1 Buah
6. Pipet tetes 1 Buah
7. Plat tetes 1 Buah
8. Tabung reaksi 9 Buah
b. Bahan
Tabel E.3.b
Bahan Reaksi Xanthoprotein
No. Bahan Jumlah
1. Asam amino:
a. Glisin
b. Asam glutamate
c. Histidin
d. α alanin 0,5 mL/tabung reaksi
e. β alanin
f. triptofan
g. lisin
h. tirosin
2. Larutan fenol 0,5 mL/tabung reaksi
3. Larutan HNO3 pekat 5 - 20 tetes/ tabung reaksi
4. Larutan NaOH 10 M 0,5 mL/tabung reaksi

4. Reaksi Milon
a. Alat
Tabel E.4.b
Bahan Reaksi Milon

b. Bahan
Tabel E.4.b
Bahan Reaksi Milon
No. Bahan Jumlah
1. Pereaksi Millon 5 tetes/tabung reaksi
2. Larutan asam amino (A – H) 1 mL
3. Larutan NaOH 10 M 10 – 15 tetes
5. Uji Komposisi Protein
a. Alat
Tabel E.5.a.
Alat Uji Komposisi Protein
No. Alat Jumlah
1. Pipet tetes 1 buah
2. Gelas ukur 1 buah
3. Tabung reaksi 1 buah
4. Rak tabung reaksi 1 buah
5. Penjepit 1 buah
6. Penangas bunsen 1 buah
7. Lakmus merah 1 lembar
8. Kertas saring 1 lembar

b. Bahan
Tabel E.5.b.
Bahan Uji Komposisi Protein
No. Bahan Jumlah
1. Serbuk Albumin 1 gram
2. Pb-asetat 2 tetes

6. Uji Biuret
a. Alat
Tabel E.6.a.
Alat Uji Biuret
No. Alat Jumlah
1. Pipet 2 buah
2. Tabung reaksi 8 buah
3. Kamera 1 buah
4. Rak tabung 1 buah
b. Bahan
Tabel E.6.b.
Bahan Uji Biuret

No. Bahan Jumlah


1. CuSO4 5 tetes/tabung reaksi
2. NaOH 2 mL/tabung reakis
Larutan protein:
a. Albumin
3. b. Casein 2 mL
c. Gelatin
d. Pepton

7. Denaturasi Protein Oleh Panas dan pH Ekstrem


a. Alat
Tabel E.7.a.
Alat Denaturasi Protein Oleh Panas dan pH Ekstrem
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 4 buah
2. Penjepit kayu 1 buah
3. Pipet tetes 3 buah
4. Rak tabung reaksi 1 buah
5. Penangas air 1 set

b. Bahan
Tabel E.7.b.
Bahan Denaturasi Protein Oleh Panas dan pH Ekstrem
No. Bahan Jumlah
1. Larutan protein
a. albumin,
b. casein, 2 mL
c. gelatin
d. pepton
2. HCl 1 M (asam) 0.5 mL
3. NaOH 1 M (basa) 0.5 mL

8. Deanturasi Protein dengan Logam Berat


a. Alat
Tabel E.8.a.
Alat Denaturasi Protein dengan Logam Berat
No. Alat Jumlah
1. Tabung reaksi 4 buah
2. Gelas ukur 25 ml 1 buah
3. Pipet tetes 1 buah
4. pH Indikator 4 lembar

b. Bahan
Tabel E.8.a.
Alat Denaturasi Protein dengan Logam Berat
No. Bahan Jumlah
1. Larutan protein:
a. Albumin
b. Kasein 2 mL/tabung reaksi
c. Gelatin
d. Pepton
2. Logam berat: Pb Asetat 20/tabung reaksi

9. Reaksi Pengendapan dengan Reagen Asam


a. Alat
Tabel E.9.a.
Alat Reaksi Pengendapan dengan Reagen Asam

No. Bahan Jumlah


1. Tabung reaksi 4 buah
2. Pipit 6 buah
3. Plat tetes 1 buah
4. Kertas lakmus merah 2 lembar
b. Bahan
Tabel E.9.b.
Bahan Reaksi Pengendapan dengan Reagen Asam

No. Bahan Jumlah


Larutan protein:
a. Pepton
b. Casein
1. 2 mL
c. Gelatin
d. Albumin

2. Reagen asam: Pb asetat 20 tetes / tabung reaksi


3. NaOH 20 tetes / tabung reaksi

F. Cara Kerja
1. Uji Kelarutan Asam Amino

Tabung reaksi 20 tetes asam


didiamkan dan diisi amino dilarutkan
dengan pelarut NaOH, ke dalam - Diamati
HCl, dan etanol 95% masing
masing pelarut perubahannya
(masing-masing 2ml) tersebut

Diagram F.1
Cara Kerja Uji Kelarutan Asam Amino
2. Reaksi Ninhidrin

Tiap larutan protein 5 tetes ninhidrin Tabung reaksi


dimasukan ke dalam diteteskan ke dalam disipan di penangas
tabung reaksi tiap masing tabung air untuk
R sebanyak 2 mL reaksi dipanaskan selama 2
menit

Semua hasil Perubahan warna


pengamatan dicatat larutan diamati. Reaksi
dan positif ditunjukan
didokumentasikan dengan warna ungu

Diagram F.2
Cara Kerja Uji Ninhidrin
3. Reaksi Xanthoprotein

Dimasukkan larutan asam Dimasukkan juga larutan


amino ke dalam 9 buah fenol sebanyak 0,5 ml ke
tabung reaksi masing- tabung reaksi yang lain
masing sebanyak 0,5 ml sebagai pembanding.

Dipanaskan di penangas Tambahkan HNO3 pekat


air sekitar 2-3 menit. sebanyak 0,5 ml.

Dinginkan semua tabung Setelah dingin,


reaksi dengan air ledeng. tambahkan NaOH 10M
sebanyak 5-10 tetes.

Uji kebasaan dengan meneteskan tiap larutan


pada kertas lakmus dan lihat perubahan
warnanya.

Diagram F.3.
Cara Kerja Reaksi Xanthoprotein

4. Reaksi Milon

1 ml asam amino Dipanaskan


dimasukan ke Ditambahkan 5 selama ± 10 menit
dalam tabung tetes millon pada penangas air
reaksi

Diamati Ditambahkan 10
perubahan tetes Na-nitrit ke
warnanya dalam tabung
reaksi

Diagram F.4.
Cara Kerja Reaksi Molis
5. Uji Komposisi Protein

Serbuk albumin Lakmus merah Tabung reaksi


dimasukan ke dalam ditempatkan di ditutup dengan
tabung reaksi yang dalam tabung kertas saring
kering reaksi
Dipanaskan Kertas saring
Diamati pada ditetesi sebanyak
perubahan warna penangas 2 tetes dengan Pb
yang terjadi bunsen asetat

Diagram F.5.
Cara Kerj Uji Komposisi Protein

6. Uji Biuret

Ke dalam tabung
Ditambahkan 5 tetes Dikocok larutan
reaksi yang berbeda
larutan CuSO4 lalu sampai tercampur
dimasukan 2 mL
2 mL NaOH sempurna
larutan protein.

Hasil pengamatan Diamati perubahan


dicatat yang terjadi

Diagram F.6.
Cara Kerja Uji Biuret
7. Denaturasi Protein oleh Panas dan pH Ekstrem

Sebanyak 2 ml protein masing-masing dimasukkan ke Tabung-tabung tersebut dimasukkan ke dalam air


dalam tabung reaksi berlabel yang berbeda–beda. mendidih selama 5 menit
Kedalam tabung dimasukkan HCl, NaOH, dan HNOз.
(untuk dipanaskan dan didinginkan dalam suhu Dilihat perubahannya, apakah ada yang mengendap,
kamar) keruh, atau berbuih

Diagram F.7.
Cara Kerja Uji Biuret

8. Deanturasi Protein dengan Logam Berat

Dimasukkan larutan protein ke dalam 4 buah tabung


reaksi masing-masing sebanyak 2 ml.

Tambahkan tetesan Pb Asetat 10-20 tetes sambil


digoyangkan perlahan setiap pemberian satu tetes
hingga terjadi pengendapan.

Amati perubahan dalam larutan tersebut (terjadinya


denaturasi)

Lalu dihitung PH dari setiap keadaan denaturasi


dengan menggunakan pH indikator.

Diagram F.8.
Cara Kerja Uji Biuret
9. Reaksi Pengendapan dengan Reagen Asam
Flask berisi 2ml
larutan protein

Tambahkan 10 tetes Tambahkan 10 tetes


Asam Sulfosalisilat Pb-asetat

Tambahkan larutan
NaOH hingga basa

Tentukan pH

Diagram F.9.
Cara Kerja Uji Biuret

G. Hasil Pengamatan
1. Uji Kelarutan Asam Amino
Tabel G.1
Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Asam Amino
No. Asam Amino NaOH HCl Etanol 95%
1. Glisin + ++ -
2. As. Glutamin ++ + -
3. Histidin ++ + -
4. α – alanine + ++ -
5. β – alanine + ++ -
6. Tryptophan + ++ -
7. Lisine ++ + ++
8. Tirosin + ++ -
Keterangan:
+ = Larut - = Tidak larut/ada suspensi
++ = Cepat larut
2. Reaksi Ninhidrin
Tabel G.2.
Hasil Pengamatan Reaksi Ninhidrin
Warna Ungu
Asam
No. (Indikator positif Gambar Hasil Pengamatan
amino
uji Ninhidrin)

1. A +++++

Gambar G.2.1.
Reaksi Ninhidrin pada Asam Amino A
(Dokumentasi Kelompok 2, 2015)

2. B +++

Gambar G.2.2.
Reaksi Ninhidrin pada Asam Amino B
(Dokumentasi Kelompok 2, 2015)
3. C ++++++

Gambar G.2.3.
Reaksi Ninhidrin pada Asam Amino C
(Dokumentasi Kelompok 3, 2015)

4. D ++++

Gambar G.2.4.
Reaksi Ninhidrin pada Asam Amino D
(Dokumentasi Kelompok 2, 2015)

5. E -

Gambar G.2.5.
Reaksi Ninhidrin pada Asam Amino E
(Dokumentasi Kelompok 2, 2015)
6. F ++

Gambar G.2.6.
Reaksi Ninhidrin pada Asam Amino F
(Dokumentasi Kelompok 2, 2015)

7. G + (kuning)

Gambar G.2.7.
Reaksi Ninhidrin pada Asam Amino G
(Dokumentasi Kelompok 2, 2015)

8. H +

Gambar G.2.8.
Reaksi Ninhidrin pada Asam Amino H
(Dokumentasi Kelompok 2, 2015)
3. Reaksi Xanthoprotein
Tabel G.3.
Hasil Pengamatan Reaksi Xanthoprotein
NaOH
Warna pekat Warna
Label Asam Amino Keterangan
Awal (hingga Akhir
basa)

Pada tabung
reaksi A
Bening larutan Glisin
A Bening 20 tetes (tidak tidak
berubah) mengandung
cincin
Gambar G.3.1. aromatik.
Reaksi Xanthoprotein pada A
(Dokumentasi Kelompok 2,
2015)

Pada tabung
reaksi B
larutan Asam
Bening
glutamat
B Bening 20 tetes (tidak
tidak
berubah)
mengandung
Gambar G.3.2. cincin
Reaksi Xanthoprotein pada B aromatik.
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)

Pada tabung
reaksi C
Bening larutan
C Bening 20 tetes (tidak Histidin tidak
berubah) mengandung
Gambar G.3.3. cincin
Reaksi Xanthoprotein pada C aromatik.
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)
Pada tabung
reaksi D
Bening larutan α-
D Bening 20 tetes (tidak alanin tidak
berubah) mengandung
Gambar G.3.4. cincin
Reaksi Xanthoprotein pada D aromatik.
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)

Pada tabung
reaksi E
Bening larutan β-
E Bening 20 tetes (tidak alanin tidak
berubah) mengandung
Gambar G.3.5. cincin
Reaksi Xanthoprotein pada E aromatik.
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)

Pada tabung
reaksi F
larutan
Jingga
F Bening 20 tetes Triptofan
pekat
mengandung
cincin
Gambar G.3.6. aromatik.
Reaksi Xanthoprotein pada F
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)

Pada tabung
reaksi G
Bening larutan Lisin
G Bening 20 tetes (tidak tidak
berubah) mengandung
cincin
Gambar G.3.7. aromatik.
Reaksi Xanthoprotein pada G
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)
Pada tabung
reaksi H
larutan
Jingga
H Bening 20 tetes Tirosin
(oranye)
mengandung
cincin
Gambar G.3.8. aromatik.
Reaksi Xanthoprotein pada H
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)

4. Reaksi Milon
Tabel G.4.
Hasil Pengatan Reaski Milon
Penambahan
Label Jenis Asam amino Warna Larutan
Nitrat
A - Bening
B - Bening
C - Endapan putih
D - Bening
E - Bening
F + Endapan kecoklatan
G - Bening
H ++ Merah
Keterangan:
+ = bereaksi (ada perubahan warna larutan)
5. Uji Komposisi Protein
Tabel G.5.
Hasil Pengamatan Uji Komposisi Protein
No. Kondisi Kondisi Awal Kondisi Akhir Ket.
1. Serbuk Berwarna putih Menjadi berwarna hitam Mengan
albumin dung
karbon

Gambar G.4.1. Gambar G.4.2.


Serbuk Albumin Awal Serbuk Albumin Akhir
(Dokumentasi Kelompok 2, (Dokumentasi Kelompok 2,
2015) 2015)
2. Lakmus Berwarna merah Menjadi berwarna biru Mengan
kehitaman dung
Nitrogen

Gambar G.4.3.
Lakmus Merah Awal Gambar G.4.4.
(Dokumentasi Kelompok 2, Lakmus Merah Akhir
2015) (Dokumentasi Kelompok 2,
2015)
3. Dinding Dinding tabung kering dan Dinding tabung menjadi Mengan
tabung berwarna bening basah dan dinding menjadi dung
warna kecoklatan
Gambar G.4.5. Gambar G.4.6.

Tabung Reaksi Awal Tabung Reaksi Akhir

(Dokumentasi Kelompok 2, (Dokumentasi Kelompok 2,

2015) 2015)

4. Kertas Putih Menjadi biru kehitaman Mengan


saring dung
Sulfur

Gambar G.4.7. Gambar G.4.8.


Kertas Saring Awal Kertas Saring Akhir
(Dokumentasi Kelompok 2, (Dokumentasi Kelompok 2,
2015) 2015)
6. Uji Biuret
Tabel G.6.
Hasil Pengamatan Uji Biuret
No. Jenis Protein Perubahan Warna Ungu
1. Pepton +
2. Gelatin ++
3. Casein +++
4. Albumin ++++
Keterangan:
Tanda + banyak, perubahan warna semakin ungu pekat

7. Denaturasi Protein oleh Panas dan pH Ekstrem


Tabel G.7.
Hasil Pengamatan Denaturasi Protein oleh Panas dan pH Ekstrem
No Protein Reagen Asam Sulfosalisilat Setelah ditetesi NaOH
Terrenaturasi pada tetes
1 Albumin Terdenaturasi pada tetes ke 20
ke 15
Terrenaturasi pada tetes
2 Casein Terdenaturasi pada tetes ke 10
ke 10
Terrenaturasi pada tetes
3 Gelatin Terdenaturasi pada tetes ke 40
ke 10
Terrenaturasi pada tetes
4 Pepton Terdenaturasi pada tetes ke 10
ke 10

8. Deanturasi Protein dengan Logam Berat


Tabel G.8.
Hasil Pengamatan Deanturasi Protein dengan Logam Berat
No. Asam amino Pb Asetat
Denaturasi pH Keterangan

Pada larutan Albumin


terjadi perubahan berupa
1. + 6
endapan dan warna
menjadi keruh.
Gambar G.8.1.
Hasil Reaksi Albumin
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)

Pada larutan Casein tidak


terjadi perubahan berupa
2. - 14
endapan, warnanya tetap
Gambar G.8.2. bening.
Hasil Reaksi Casein
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)

Pada larutan Gelatin


3. + 6 terjadi perubahan berupa
warna menjadi aga keruh.
Gambar G.8.3.
Hasil Reaksi Gelatin
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)

Pada larutan Pepton terjadi


4. + 6 perubahan berupa warna
menjadi aga keruh.
Gambar G.8.4.
Hasil Reaksi Pepton
(Dokumentasi kelompok 2,
2015)
Keterangan : (+) Mengendap/mengalami perubahan,
(-) Tidak Mengendap/ tidak mengalami perubahan
9. Reaksi Pengendapan dengan Reagen Asam
Tabel G.9.
Hasil Pengamatan Reaksi Pengendapan dengan Reagen Asam

Jenis Penambahan As. Penambahan NaOH


No.
Protein Sulfosalisilat
Keadaan Larutan pH
1. Pepton  Bening 6
2. Casein - Bening 14
3. Gelatin  Bening 6
4. Albumin  Bening 6
Keterangan:
 Protein terdenaturasi (larutan keruh)
H. Pembahasan
1. Kelarutan Asam Amino
Semua asam amino larut dalam NaOH. Kelarutan yang lebih cepat larut
yakni asam Glutamin, Histidin, dan Lisine. Semua asam amino larut juga dalam
HCl. Adapun yang lebih cepat larut yakni Glicin, α–alanin, β– alanin, Tryptophan,
dan Tirosin. Sedangkan, dalam pelarut etanol 95% asam amino yang larut hanya
Lisine.

2. Reaksi Ninhidrin
Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan satu atom
C lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2. Ninhidrin yang telah
bereaksi akan membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya
kompleks berwarna biru/keunguan yang disebabkan oleh molekul ninhidrin dan
hidrindantin yang yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut
dioksidasi.
Ninhidrin + asam amino 
hidrindantin + aldehida + NH3 + CO2
Ninhidrin + hidrindantin + NH3  senyawa berwarna biru/keunguan.

3. Reaksi Xanthoprotein
Reaksi Xanthoprotein dapat terjadi akibat nitrasi inti benzene. Reaksi ini
positif ditandai dengan terjadinya warna kuning setelah penambahan HNO3 pekat
yang kemudian dipanaskan. Oleh karena itu, reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung asam amino dengan inti benzene.
Asam amino yang mengandung cincin aromatik membentuk turunan nitro
yang berwarna kuning pada pemanasan dengan asam nitrat pekat. Garam-garam
dari turunannya berwarna jingga (oranye).
Pada saat praktikum asam amino yang memberikan reaksi positif pada reaksi
Xanthoprotein adalah asam amino tirosin dan triptopan, ditandai dengan adanya
perubahan warna jingga atau orange, sedangkan asam amino lainnya tidak
mengalami perubahan warna atau tetap. Hal ini berarti asam amino tersebut
memiliki inti benzen di dalam gugusnya dan asam amino yang lainnya tidak.
Dari hasil pengamatan yang telah diamati kempok 2 yaitu adanya tabung
reaksi yang larutannya tidak berwarna (bening) dan ada yang berwarna jingga
(oranye). Pada tabung reaksi larutan A (glisin), B (asam glutamate), C (histidine),
D (α-alanin), E (β-alanin), G (lisin) tidak ada reaksi apapun sehingga larutannya
berwarna bening seperti warna semula sebelum ditetesi NaOH pekat. Tetapi ada
juga tabung reaksi yang terjadi perubahan warna menjadi warna jingga pekat dan
jingga mengandung cincin aromatik setelah ditetesi NaOH pekat. Warna jingga
pekat diihasilkan pada larutan F (triptofan) karena mengandung banyak jumlah
asam amino, sedangkan warna jingga yang dihasilkan pada larutan H (tirosin)
lebih sedikit jumlah asam aminonya dibandingkan yang terdapat pada larutan F.
Warna jingga dihasilkan dari reaksi senyawa nitro terhadap HNO3.

4. Reaksi Milon
Perubahan warna menjadi merah menunjukan terdapatnya gugus radikal
hidroksi benzene. Jika suatu asam amino berubah menjadi warna merah saat
direaksikan dengan pereaksi millon, maka asam amino tersebut merupakan asam
amino tirosin atau turunannya.

5. Uji Komposisi Protein


Dalam uji coba ini dapat diketahui unsur apa saja yang terkandung dalam
protein, setelah dilakukan percobaan. Protein terbukti memiliki unsur karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen dan sulfur.
a. Indikator karbon: setelah dilakukan pembakaran, albumin yang tadinya
berwarna putih berubah menjadi arang, berwarna hitam.
b. Indikator hidrogen: selama proses pembakaran, terdapat uap air padadinding
tabung reaksi.
c. Indikator oksigen: sama halnya dengan indikator hidrogen, karena H dan O
berikatan membentuk senyawa H2O (air).
d. Indikator Nitrogen: kertas lakmus merah yang berubah menjadi biru.
Sebenarnya kertas lakmus merupakan indikator basa, namun dalam uji coba
ini, apabila protein yang diuji bersifat basa maka secara tidak langsung
menandakan bahwa protein tersebut memiliki unsur N, karena unsur N
tersebut berikatan dengan unsur lain yaitu NH4OH. Adanya OH- membuat
lakmus merah menjadi biru (tanda bersifat basa).
e. Indikator sulfur: berubahnya warna kertas saring yang sudah ditetesi
PbCOOH (Pb-Asetat) menjadi abu-abu kehitaman. Dalam
proses pembakaran, albumin akan mengeluarkan gas H2S kemudian Pb pada
PbCOOH (Pb-Asetat) akan berikatan dengan H2S tersebut membentukPbS
+CH3COOH. Persamaan Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:

PbCOO + H2S PbS + CH3COOH

Selain kelima unsur diatas, sebenarnya protein juga memiliki unsur


phospor, hanya saja dalam uji coba ini, unsur phospor tidak dapat dideteksi
sehingga untuk membuktikan adanya unsur phospor di dalam protein
diperlukan uji coba yang lain.

6. Uji Biuret

Uji biuret merupakan jenis pengujian untuk identifikasi protein secara


umum. Berarti uji Biuret akan selalu memberikan hasil positif untuk semua jenis
protein. Prinsipnya adalah pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks
berwarna ungu yang terjadi bila protein bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana
basa. Reagen biuret terdiri dari CuSO4 dalam aquadest, KI dalam aquadest, Na-
sitrat, Na2CO3 dan NaOH. CuSO4 sebagai penyedia ion Cu2+ yang nantinya akan
membentuk kompleks dengan protein. KI berfungsi untuk mencegah terjadinya
reduksi pada Cu2+ sehingga tidak mengendap. Na-sitrat dan Na2CO3 berfungsi
sebagai buffer dan NaOH berfungsi sebagai penyedia suasana basa. Suasana basa
akan membantu membentuk Cu(OH)2 yang nantinya akan menjadi Cu2+ dan 2OH-
. Hal ini membantu untuk membentuk kompleks dengan nitrogen dari karbon dari
ikatan peptida dalam larutan basa. Perubahan pada warna sampel uji akan
memberikan hasil yang positif atau negatif. Terjadinya warna ungu terbentuk dari
ikatan antara Cu dan N, unsur N terdapat pada peptida menghasilkan CuN yang
terjadi dalam suasana basa. Makin panjang suatu ikatan peptida, maka warna ungu
yang terbentuk makin jelas dan makin pekat.
Pada albumin berwana ungu paling pekat diantara yang lain. Albumin
memiliki ikatan peptide yg lebih panjang dari casein, gelatin, dan pepton. Pada uji
biuret senyawa yg mengandung 2 gugus karbonil menunjukan hasil positif pada
semua proein yang di uji. Namun lebih banyak pada protein di albumin.

7. Denaturasi Protein oleh Panas dan pH Ekstrem


Denaturasi protein dapat disebabkan oleh panas, karena panas dapat
mengacaukan ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen kacau diakibatkan energi kinetik
bertambah ketika mendapatkan suhu yang tinggi. Selain itu naiknya suhu
membuat perubahan entalpi sistem naik. Derajat ketidakteraturan atau biasa
disebut entropi bertambah sehingga bentuk protein tidak teratur. Pemanasan juga
dapat mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan
menyebabkan terjadinya koagulasi.
Selain panas, pH yang ekstim juga dapat menyebabkan protein mengalami
denaturasi. Seperti diketahui bahwa protein dapat membentuk struktur
zwitter ion. Protein juga memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan positif
dan muatan negatif pada protein sama. Pada saat itulah, protein dapat
terdenaturasi yang ditandai dengan membentuknya gumpalan dan larutannya
menjadi keruh. Pada saat ini entalpi pelarutannya akan menjadi tinggi, karena
jumlah kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan
bertambah. Mekanismenya adalah penambahan asam dan basa dapat
mengacaukan jembatan garam yang terdapat pada protein. Ion positif dan negatif
pada garam dapat berganti pasangan dengan ion positif dan negatif dari asam
ataupun basa sehingga jembatan garam pada protein yang merupakan salah satu
jenis interaksi pada protein, menjadi kacau dan protein dapat dikatakan
terdenaturasi.
Dari percobaan yang dilakukan, terbukti bahwa semua protein mengalami
denaturasi.

8. Deanturasi Protein dengan Logam Berat


Denaturasi dapat diartikan suatu perubahan atau modifikasi terhadap
struktur sekunder, tersier, dan kuartener terhadap molekul protein, tanpa
terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Karena itu, denaturasi dapat pula
diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen, interaksi hidrofobik, ikatan
garam, dan terbukanya lipatan molekul. Ada pula logam tertentu yang dapat
mendenaturasi protein tertentu dengan mengubah pH awal protein.
Denaturasi protein merupakan perubahan struktur protein akibat pengaruh
dari perubahan suhu, perubahan pH, radiasi, deterjen, dan perubahan jenis pelarut.
Protein yang terdenaturasi hampir selalu mengalami kehilangan fungsi biologis.
Jika larutan protein secara perlahan-lahan dipanaskan sampai kira-kira 60 atau
70oC, larutan tersebut lambat laun akan menjadi keruh dan membentuk koagulasi
berbentuk seperti tali. Produk yang terjadi tidak akan melarut lagi dengan
pendinginan dan tidak membentuk larutan jernih seperti semula sebelum
dipanaskan. Gejala larutan yang terdenaturasi dapat dilihat dari perubahan berupa
buih, keruh, dan tingkatan paling parah adanya endapan maupun gumpalan
Dari hasil praktikum yang telah diamati kempok 2 yaitu adanya tabung
reaksi yang mengalami perubahan dan ada pula yang tidak. Pada tabung reaksi
larutan albumin, gelatin, dan pepton masing-masing memiliki pH yang sama yaitu
6, dari ketiga larutan tersebut telah terjadi denaturasi karena mengalami
perubahan yang ditandai dengan adanya endapan. Sedangkan pada tabung reaksi
larutan casein memiliki pH 14, tetapi tidak terjadi denaturasi. Hal ini disebabkan
logam berat mempengaruhi protein melepaskan ikatan samping sehingga struktur
tersiernya berubah dan memiliki fungsi biologis yang berbeda.

9. Reaksi Pengendapan dengan Reagen Asam


Setelah diberi reagen asam, kebanyakan protein akan memiliki pH asam
(di bawah tujuh) karena protein tersebut mengalami denaturasi.
I. Kesimpulan
Dari semua percobaan yang telah dilakukan Kelompok 2, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut,
1. Semua asam amino dapat larut dalam NaOH dan HCl. Pada pelarut etanol, hanya
asam amino Lisin saja yang latur
2. Tidak semua asam amino memiliki gugus α. Hanya larutan A, C, dan D saja.
3. Asam amino yang mengandung cinicn aromatik adalah triptofan dan tirosin
meski jumlahnya lebih sedikit.
4. Tidak semua asam amino memiliki gugus radikal benzen, hanya asam amino
tirosin
5. Protein mengandung unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan sulfur
6. Semua jenis protein memiliki ikatan peptida. Albumin adalah jenis protein yang
memiliki ikatan peptida paling banyak
7. Semua protein dapat terdenaturasi dengan penambahan senyawa ber-pH ekstrem
8. Tidak semua jenis protein terdenaturasi dengan penambahan logam berat, hanya
albumin, gelatin, dan pepton yang mengalami denaturasi
9. Tidak semua jenis protein mengalami denaturasi dengan penambahan asam
sulfosalisilat. Kasein tidak mengalami denaturasi. Sedangkan pepton, gelatin, dan
albumin mengalami denaturasi dan renaturasi setelah penambahan NaOH
Daftar Pustaka

Anonim. (2015). Laporan Praktikum Uji Biuret. [Online]


http://www.dicoret.com/2015/02/laporan-pratikum-uji-biuret.html [2 November 2015]

Anonim. (2012). Denaturasi Protein. [online]. Tersedia:


http://bisakimia.com/2012/11/11/denaturasi-protein/ [2 November 2015]

Adisendjaja, Yusuf Hilmi, dkk. (2015). Petunjuk Kegiatan Laboratorium Biokimia.


Bandung: Departemen Pendidikan Biologi FPMPIPA UPI.

Fauziah, Nurul. (2014). Analisa Protein. [online]. Tersedia: http://nurul-f-


fpk11.web.unair.ac.id/artikel_detail-107796-Umum-Analisa%20Protein.html [2
November 2015]

Anda mungkin juga menyukai