Anda di halaman 1dari 2

Pengecatan Gram pada Bakteri

Pada praktikum setelah dilakukan pengecatan gram dan dilihat di bawah mikroskop
didapati bakteri dengan bentuk basil atau batang dengan penampakan berwarna merah muda
yang menandakan bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif.
Bakteri gram negatif ada bermacam-macam dan terbagi ke beberapa kelompok akan
tetapi khusus yang bentuk batang terbagi ke dalam bakteri kokus dan batang aerob atau
mikroaerofilik gram negative yang terdiri dari bakteri Alcaligenes, Bordetella, Brucella,
Francisella, Legionella, Moraxella, Neisseria, Pseudomonas, Rochalimaea dan Bacteriodes
serta Bakteri batang gram negative anaerob fakultatif yang terdiri dari bakteri : Escherichia,
Klebsiella, Proteus, Providencia, Salmonella, Shigella, Yersinia, Vibrio, Haemophilus,
Pasteurella (Mikrobiologi Kedokteran,2016: 53). Akan tetapi pada sistem urinaria umumnya
bakteri yang paling sering menginvasi di area ini ialah Escherichia Coli sehingga kemungkinan
besar bakteri yang diujikan pada praktikum ini merupakan bakteri Escherichia Coli, walaupun
merupakan flora normal pada usus besar tapi pada sistem urogenital bakteri ini bersifat patogen
yang menyebabkan penyakit pada sistem tersebut sebagai contoh penyakit infeksi saluran kemih.
Sebab apabila flora normal tumbuh dalam jumlah yang banyak ataupun berpindah lokasi, tidak
pada tempat seharusnya, maka akan menjadi patogen.
Tujuan bakteri diberi pewarna adalah supaya bisa melihat bakteri dengan mudah di
mikroskop. Bakteri menjadi lebih jelas untuk dilihat ukuran, karakteristik, dan bentuk bakteri di
mana dapat mengidentifikasi penyakit infeksi.
Pengecatan yang pertama menggunakan gram A, yaitu kristal violet. Setelah itu
dilanjutkan pengecatannya menggunakan gram B, yaitu iodium yang menghasilkan warna biru
berfungsi meningkatkan afinitas ikatan zat warna oleh bakteri sehingga ikatan warna lebih kuat
dan warna yang ada di object glass terlihat lebih jelas. Selanjutnya ditambahkan dengan
pewarnaan gram C (alkohol) di mana alkohol yang diteteskan di atas bakteri lagi berfungsi
supaya bakteri dapat berpenetrasi dalam dinding sel dan membuat luntur pewarnaan pada bakteri
gram negatif. Terjadilah dekolorisasi oleh alkohol. Hal itu disebabkan lipid dilarutkan pada
selaput bakteri gram negatif dan membuat pori-pori sel membesar sehingga kandungan senyawa
dalam pengecatan mampu dilarutkan, tetapi setelah ditetesi dengan pewarnaan selanjutnya, yaitu
gram D (Safranin) atau air fucsin akan menjadi berwarna merah. Bakteri gram negatif banyak
mengandung lemak dan dinding selnya lebih tipis. Jika alkohol (etanol) diteteskan, maka lipid
terekstrasi dan memperbesar permeabilitas dinding sel. Zat lipid dari dinding sel bakteri gram
negatif hilang setelah dicuci alkohol.
Terlihat dengan jelas perbandingan pada bakteri gram positif, warnanya akan tetap biru
walaupun sudah dicuci dengan alkohol karena bakterinya mengandung peptidoglikan. Dinding
sel bakteri gram positif terdehidrasi oleh alkohol yang membuat pori-porinya mengkerut dan
pewarnaan merembes dinding sel. Akhirnya membentuk kristal iodine yang warnanya biru.
Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma bakteri gram
positif. Namun, jika ditambahkan dengan pewarnaan gram D (Safranin), bakteri gram positif
akan berwarna ungu. Contohnya Streptokokus, Stapilokokus, Basillus, Clostridium,
Corynebacterium dipteriae, Peptococcus Peptosteptokokus, dan sebagainya. Bakteri gram positif
lebih banyak mengandung protein. Perbedaan zat warna disebabkan dari perbedaan struktur
kimiawi dinding sel.
Faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri, seperti fiksasi dan kebersihan sangat
penting diperhatikan. Misalnya kebersihan object glass, peralatan lain di sekitarnya, bahkan
tangan yang menyentuh pun harus seminimal mungkin bebas dari lemak dan debu agar
menghindari kontaminan. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri
pada object glass tanpa merusak struktur selnya karena hanya dilewatkan saja di atas bunsen.
Walaupun demikian, ada juga peluang kontaminan berupa debu, bakteri dari lingkungan, lemak,
dan sebagainya yang dapat memengaruhi hasil akhir. Penyebabnya sebagai berikut :
* Saat membersihkan object glass menggunakan alkohol kurang bersih.
* Teknik pembersihannya kurang tepat, tidak sekali swab sehingga kotorannya bisa kembali lagi.
* Alat yang digunakan untuk mengelap atau membersihkannya (tissue) bisa jadi kurang bersih.
* Lupa meletakkan object glass di meja atau tempat tertentu.
* Tangan masih kurang bersih, seperti menyisakan minyak.
* Atau sarung tangan yang dipakai kurang bersih, lalu memegang object glass dan
mengkontaminasinya.

Anda mungkin juga menyukai