Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA
ACARA I
UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH
(AIR LIUR DAN EMPEDU)

DISUSUN OLEH:
FITRI
G1A021023

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2022
ACARA I
UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH
(AIR LIUR DAN EMPEDU)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mempelajari sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu).
2. Waktu Praktikum
Rabu, 26 Oktober 2022
3. Tempat Praktikum
Lantai I, Ruang 1.3, Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Sekitar 50-70% tubuh manusia terdiri atas cairan. Karena proporsinya
yang besar, perubahan pada kondisi cairan tubuh dapat memberikan efek
besar bagi kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, tubuh akan
berusaha untuk melakukan serangkaian regulsi cairan agar homeostatis
dapat terjaga. Regulasi cairan tubuh manusia terdiri atas serangkaian
tindakan untuk menjga pH tubuh. untuk melakukannya tubuh
menggunakan sistem dapar yang terdiri atas dapar kimia dan fisiologis
yang didasarkan atas berbagai konsep biokimia seperti osmolaritas, asam
dan basa, larutan dapar serta kesetimbangan kimia. Pada biokimia cairan
tubuh, konsentrasi zat terlarut dihitung dengan nilai osmolaritas larutan.
Osmolaritas adalah jumlah partikel osmotik aktif larutan yang dikalikan
dengan konsentrasi larutan tersebut dan memiliki satuan mOsm/L3,8
(Rania, 2020).
Saliva mengandung beberapa elektrolit seperti (Na+, K+, Cl-, HCO3,
Ca2+, Mg2+, HPO42-, SCN- dan F-), protein (amilase, musin, histatin,
cystatin, peroksidase, lisozim dan laktoferin), immunoglobulin (sIgA, IgG
dan IgM) , sera molekul organik (glukosa, asam amino, urea, asam urat dan
lemak). Saliva berfungsi untuk melindungi jaringan dalam rongga mulut
dengan cara membersihkannya secara mekanis untuk mengurangi
akumulasi plak, lubrikasi dan sebagai buffer. Sekresi saliva normal berkisar
antara 800-1500 ml/hari dan mempunyai pH antara 6,0-7,0. Dalam kondisi
normal laju aliran saliva terstimulasi berkisar antara 1-3 mL/menit dan
saliva yang tidak terstimulasi sekitar 0,23-0,35 mL/menit. Ketika laju aliran
saliva meningkat, konsentrasi protein, sodium, potasium, klorida
bikarbonat serta pH juga akan mengalami peningkatan sedangkan
konsentrasi fosfat dan magnesium akan menurun (Rahayu, 2018 : 2-48).
Saliva adalah cairan sekresi eksokrin yang diproduksi oleh tiga pasang
kelenjar saliva mayor yaitu parotid, submandibular, sublingual beserta
kelenjar minor yang tersebar dibawah epitelium oral dan merupakan larutan
encer yang terdiri dari elektrolit, mineral, buffer dan protein. Penelitian
proteom air liur telah mengarah pada identifikasi lebih dari 4000 spesies
protein yang berbeda. Melalui proteom cairan tubuh ini dapat ditemukan
biomarker penyakit baru dan obat-obatan terapeutik (Huang, 2021).
Air liur fisiologis adalah cairan tubuh yang secara konstan membasahi
selaput lender mulut, tenggorokan dan laring. Air liur adalah sekresi
mucinous-serous yang sedikit asam. Terdiri dari berbagai elektrolit, zat
organic kecil, protein, peptide dan polinukleotida. Ada banyak cara untuk
pemanfaatan air liur, salah satunya sebagai cairan biologis (biofuid).
Manfaat air liur yang signifikan dapat dijadikan sebagai bahan diagnostic
dengan metode pengumpulan non-invasif. Saliva merupakan cairan
sekretorik yang agak asam (pH 6-7) bahan utamanya adalah air (99%)
(Kubala, 2018).
Empedu terdiri atas komponen kolesterol, bilirubin, gram empedu,
kalsium, protein, asal lemak dan fosfolipid. Bilirubin adalah pigmen kuning
yang merupakan hasil pemecahan sel darah merah yang dieksresikan ke
dalam empedu oleh sel hepar. Beberapa kondisi hematologis dapat
menyebabkan bilirubin diekskresikan terlalu banyak melalui pemecahan
hemoglobulin sehingga bilirubin dapat menyebabkan kolelitiasis.
Patogenesis batu pigmen melibatkan infeksi saluran empedu, statis empedu
dan mal nutrisi. Hidrolisis bilirubin oleh enzim b-glucurinidase akan
membentuk bilirubin tak konjugasi yang akan mengendap sebagai kalsium
bilirubinate. Enzim b-glucurinidase bakteri berasal dari kuman e.coli dan
kuman lainnya di saluran empedu (Aji, 2020).
Asam empedu (BA) bertindak sebagai deterjen dalam penyerapan
lemak usus dan sebagai modulator metabolism proses melalui aktivasi
reseptor seperti FXR dan TGR5. Peran asam empedu (BA), sekarang
dikenal mengerahkan fungsi seperti hormon melalui aktivasi nucleus
reseptor seperti Farnesoid X Reseptor (FXR, NR1H4) dan reseptor terikat-
membran Takeda G Protein-coupled 5(TGR5) (Broek, 2021).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat Praktikum
a. Batang pengaduk
b. Corong kaca 60 mm
c. Gelas kimia 100 mL
d. Gelas kimia 250 mL
e. Mortar
f. Penjepit kayu
g. Pipet tetes
h. Pipet volume 2 mL
i. Pipet volume 5 mL
j. Rak tabung reaksi
k. Rubber bulb
l. Tabung reaksi
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Air liur
b. Aquades (H2 O(l))
c. Asam asetat (CH3COOH (aq)) 2 M
d. Asam klorida (HCl (aq)) 0,5 M
e. Asam nitrat (HNO 3(aq)) pekat
f. Asam sulfat (H 2SO4(aq)) pekat
g. Barium (II) klorida (BaCl 2(aq)) 2%
h. Empedu
i. Kertas saring
j. Natrium hidroksida (NaOH (aq) ) 10%
k. pH stick
l. Reagen molisch (aq)
m. Sukrosa(aq) 5%
n. Tembaga (II) sulfat (CuSO4(aq) ) 0,1 M

D. SKEMA KERJA
1. Air Liur
a. Penetapan pH air liur

Air liur

• Diukur pH dengan pH stick


Hasil

b. Uji biuret

2 mL (30 tetes) air liur

• Dimasukkan kedalam tabung reaksi


• + 2 mL NaOH 10 %

Hasil

• +3 tetes CuSO4 0,1 M

Hasil
c. Uji molisch

2mL (30 tetes) air liur

• Dimasukkan kedalam tabung


reaksi
• + 2 tetes pereaksi molisch dan
dicampurkan dengan baik

Hasil

• Dimiringkan tabung reaksi


• + 2mL H2SO4 pekat melalui
dinding

Hasil

d. Uji presipitasi

2mL (30 tetes) air liur

• + 1 tetes asam asetat encer

Hasil
e. Uji sulfat

2 mL (30 tetes) Air liur

• Dimasukkan dalam tabung reaksi


• +3-5 tetes HCl 0,5 N

Hasil

• + 5-10 tetes BaCl2 2%

Hasil

2. Empedu
a. Sifat empedu
Empedu

• Diperhatikan dan dicatat sifat fisik empedu

Hasil

b. Preparasi sampel

Empedu

• Dilumatkan
• + aquades
• Disaring

Hasil

c. Uji Gmelin
Tabung reaksi

• Dimasukkan 3 mL HNO3 pekat


• +3 mL larutan empedu encer (melalui
dinding tabung reaksi

Hasil

d. Uji Pattenkofer

5 mL larutan empedu encer

• Dimasukkan kedalam tabung reaksi


• +5 mL larutan sukrosa 5%

Hasil

• +3 mL H2SO4 melalui dinding tabung


reaksi

Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Sifat Fisik dan Kimia Air Liur
No Langkah Kerja Hasil Pengamatan

a. Penetapan pH Air Liur


• Diukur pH air liur tanpa • pH = 7
penyaringan dengan
indikator universal
b. Uji Biuret
• Dimasukkan 2 mL atau 30 • Warna air liur adalah keruh.
tetes air liur kedalam
tabung reaksi
• + 2 mL NaOH 10% • Warna awal NaOH 10% adalah
bening.
• Warna larutan setelah
ditambahkan NaOH 10% tidak
ada perubahan.
• + 3 tetes CuSO4 0,1 M • Warna awal CuSO4 adalah biru
muda.
• Warna larutan setelah
ditambahkan CuSO4 0,1 M
terbentuk 3 lapisan warna, lapisan
dibawah bening.lapisan ditengah
adanya endapan partikel
berwarna biru muda, dan lapisan
diatas berwarna agak ungu.
Setelah dihomogenkan berwarna
ungu.
c. Uji Molisch
• + 2 mL atau 30 tetes air liur • Warna air liur adalah keruh.
• + 2 tetes pereaksi molisch • Warna awal pereaksi molisch
adalah coklat bening.
• Setelah ditambahkan pereaksi
molisch menghasilkan warna
putih pekat (keruh).
• + 2 mL larutan asam sulfat
(H2SO4) • Warna awal asam sulfat (H2SO4)
pekat adalah bening.
• Selanjutnya ditambahkan H2SO4
menghasilkan warna ungu.
d. Uji Presipitasi
• + 2 mL atau 30 tetes air liur • Warna air liur adalah keruh.
• + 1 tetes asam asetat • Warna awal asam asetat adalah
(CH3COOH) encer bening.
• Warna larutan setelah
ditambahkan asam asetat
menjadi semakin keruh.
e. Uji Sulfat
• +2 mL atau 30 tetes air liur • Warna air liur adalah keruh.
• + 3-5 tetes HCl 0,5 N • Warna awal HCl 0,5 N adalah
bening.
• warna larutan setelah
ditambahkan HCl 0,5 N menjadi
semakin keruh.
• + 5-10 tetes BaCl2 2%
• Warna awal BaCl2 2% adalah
bening.
• Selanjutnaya ditambahkan BaCl2
menghasilkan endapan warna
putih.

2. Uji Sifat Fisik dan Kimia Empedu

No Langkah Kerja Hasil Pengamatan

a. Sifat Empedu • Berwarna hijau pekat, berbentuk


oval, bau amis, dan permukaan
• berserat.

b. Preparasi Empedu
• Dilumatkan • Warna empedu setelah dilumatkan
adalah hijau pekat.
• Setelah ditambahkan aquades
• + aquades warna berubah menjadi hijau
muda.
• Disaring • Selanjutnya disaring warna
berubah menjadi hijau muda
pudar.
c. Uji Gmelin
• Dimasukkan 2 mL HNO3 • Warna awal HNO3 pekat adalah
pekat bening.

• + 3 mL larutan empedu • Warna awal hijau laritan empedu


encer encer muda pudar.
• Setelah ditambahkan llempedu
encer enghasilkan 5 lapisan yaitu
lapisan paling atas/lapisan pertama
hijau muda, lapisan kedua hijau
tua, lapisan ketiga biru, lapisan
keempat ungu dan lapisan paling
bawah berwarna bening.
d. Uji Pattenkofer
• Dimasukkan 5 mL larutan • Warna awal empedu adalah hijau
empedu pudar.
• + 5 tetes larutan sukrosa • Warna awal sukrosa adalah
5% bening.
• Setelah ditambahkan sukrosa
menghasilkan warna hijau muda
lebih pudar.
• + 3 mL asam sulfat pekat • Warna awal larutan sulfat pekat
adalah bening.
• Selanjutnya ditambahkan H2SO4
Terbentuk 4 lapisan warna, lapisan
paling atas warna hijau muda,
lapisan kedua hijau tua, lapisan
ketiga hijau tua pekat, dan lapisan
paling bawah coklat.

e. Fungsi empedu sebagai


emulgator
1. Tabung I
• + 3 mL aquades • Warna awal aquades adalah
bening.
• + 3 mL minyak goreng • Warna awal minyak goreng adalah
kuning.
• Hasil terbentuk 2 lapisan yakni
lapisan atas minyak dan lapisan
bawah aquades.
• + 3 mL larutan empedu
encer • Warna awal larutan empedu encer
hijau muda pudar.
• Dikocok
• Setelah dikocok terbentuk 2
lapisan yaitu lapisan atas minyak
dan lapisan bawah larutan hijau.
Diantara 2 lapisan terdapat
gelembung.
2. Tabung II
• + 3 mL aquades
• Warna awal aquades adalah
bening.
• + 3 mL minyak goreng
• Warna awal minyak goreng adalah
• Dikocok kuning.
• Setelah dikocok erbentuk 2
lapisan yaitu lapisan atas minyak
goreng dan lapisan bawah
aquades.
F. ANALISIS DATA
1. Air Liur
a. Uji Biuret

HO +
O - Na
O + NaOH O
R CH
R CH
NH3+
NH3+

O-
O
+ CuSO4 Larutan ungu
R CH
NH3+

b. Uji Molish
O

H OH
HO H
HO
H OH + H2SO 4 +
O
H OH
O
Hidroksimetilfulfural OH
OH  naftol
heksosa

HO H
H OH O
+ H2SO4 +
H OH O

fulfural
OH OH
 naftol
pentosa
OH
O H2SO4
+
SO3H
O H O
HO
OH
OH
Hidroksi metil furfural naftol
O

cincin ungu

c. Uji Presipitasi

+
O - Na O- CH3COONa

O + CH3COOH O
R CH R CH
NH3+ NH3+
penggumpalan/endapan putih

Na+ + CH3COOH → CH3COONa (mengendap)


d. Uji Sulfat
BaCl2(aq)+ SO42-(aq) ⎯HCl
⎯→
⎯ BaSO4(s) + 2 Cl-(aq)
Penguraiannya:
BaCl2(aq) + HCl(aq) → Ba2+(aq) + 3Cl-(aq)+ H+(aq)
Ba2+(aq) + SO42-(aq) → BaSO4(s) (endapan putih)
2. Empedu
a. Sifat-sifat empedu
• Berwarna hijau pekat.
• Memiliki aroma amis yang menyengat.
• Berbentuk oval.
• Permukaan berserat.
b. Uji Gmelin
Bilirubin + HNO3 → kompleks senyawa warna-warni
c. Uji Pattenkofer
O
OH
HO OH H OH
H O H
O
H terhidrolisis HO H
OH H O H HO
H OH
HO OH
H OH
H OH OH H
OH
sukrosa
glukosa

H OH O
HO H O
CH
H OH
+ H2SO4 H2C

OH CH CH
H OH

OH
5-hidroksimetil furfural
glukosa

H2SO4(l)
garam empedu asam empedu

O
O
H2C
CH + asam-asam empedu kompleks coklat kehitaman (merah bata)

OH CH CH

5-hidroksimetil furfural

G. PEMBAHASAN
Praktikum sifat fisik dan kimia cairan tubuh ini bertujuan untuk
mengetahui sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu). Cairan
tubuh dibagi menjadi dua berdasarkan tempatnya, yaitu cairan intrasel
(dalam sel) dan cairan ekstrasel (luar sel). Dalam praktikum ini
menggunakan cairan tubuh ekstrasel (luar sel) yang merupakah hasil
ekskresi dari kelenjar. Cairan ini meliputi cairan empedu dan air liur
(saliva). Air liur (saliva) merupakan cairan tubuh yang dihasilkan oleh
kelenjar saliva yang berperan untuk membasahi dan melumasi makanan di
dalam mulut sehingga mudah untuk ditelan. Air liur terdiri dari 99,5% air
dan 0,5% lagi terdiri dari garam-garam, zat organic dan anorganik. Empedu
adalah cairan yang bersifat basa dan pahit mengandung pigmen bilirubin,
biliverdin dan urobilin yang disekresikan oleh hepatosit hati.
Praktikum kali ini dilakukan beberapa percobaan untuk mengetahui
sifat fisik dan kimia dari cairan tubuh. Tahap pertama ialah uji sifat fisik
dan kimia pada air liur yang terdiri dari lima percobaan dan tahap kedua
yaitu uji sifat fisik dan kimia pada empedu yang terdiri dari 2 tahap.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah penetapan air liur dengan
mengukur pH menggunakan pH stik. Berdasarkan percobaan diperoleh pH
air liur sebesar 7, artinya enzim yang terdapat dalam air liur tersebut
bersifat netral. Pada umumnya air liur memiliki pH antara 6-7. Jika kondisi
pH air liur kurang dari 7 maka dapat menyebabkan enzim amilase tidak
dapat bekerja secara maksimal dimana pH air liur dapat berubah-ubah
sesuai dengan kondisi tubuh dan makanan yang dikonsumsi.
Percobaan kedua dilakukan uji biuret atau uji warna untuk mengetahui
adanya protein dalam air liur. Uji biuret ini khas untuk mengetahui adanya
ikatan peptida pada protein. Prinsip uji biuret adalah protein akan bereaksi
dengan NaOH dan selanjutnya dengan CuSO4 yang akan menghasilkan
warna ungu atau biru. Penambahan NaOH berfungsi sebagai penyedia
suasana basa dalam air liur dan menghidrolisis protein yang akan bereaksi
dengan ion Na= membentuk garam. Saat ditambahkan larutan CuSO4
larutan terbagi menjadi 3 warna dimana pada warna lapisan pertama adalah
biru lapisan kedua terdapat endapan berwarna putih dan lapisan ketiga
bening, setelah dihomogenkan warna larutan berubah menjadi warna ungu,
dimana larutan tersebut bertindak sebagai reagen ion Cu+ yang akan
membentuk suatu kompleks warna dengan asam amino dalam protein.
Endapan yang terbentuk menandakan bahwa adanya protein dalam air liur.
Protein yang ada dalam saliva ini berasal dari enzim amilase yang tersusun
atas protein.
Percobaan ketiga yaitu uji Molisch unutuk mengetahui ada tidaknya
karbohidrat yang terkandung di dalam saliva. Uji ini dilakukan dengan
menambahkan pereaksi molisch pada air liur kemudian ditetesi H2SO4.
Pada saat penambahan H2SO4 dilakukan melalui dinding tabung, hal ini
bertujuan agar cincin yang terbentuk tidak rusak oleh asam sulfat pekat.
Pada dinding tabung terasa panas yang menandakan bahwa reaksi yang
terjadi merupakan reaksi eksoterm (melepas panas ke lingkungan). Asam
sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula
untuk membentuk furfural dan turunannya. Penambahan larutan tersebut
mengakibatkan terbentuk nya warna ungu. Warna campuran menjadi ungu
ini merupakan reaksi kondensasi antara hidroksimetilfurfural dengan α-
etanol. Hidroksimetilfurfural terbentuk dari reaksi dehidrasi H2SO4 dengan
gula heksosa. Hal ini dikarenakan adanya karbohidrat yang dapat berupa
maltose atau glukosa (yang merupakan gula heksosa) hasil pemecahan
amilum oleh enzim amilase yang masih tersisa dari proses pencernaan
makanan. Terbentuk pula cincin ungu yang menujukan bahwa terdapat
kandungan karbohidrat didalam air liur (saliva).
Percobaan keempat yaitu uji presipitasi yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya protein yang terkandung di dalam air liur,
dilakukan dengan ditetesi CH3COOH encer diperoleh warna air liur
berubah menjadi keruh, hal ini terjadi karena adanya koagulasi molekul-
molekul yang berupa protein (misalnya enzim amilase) yang terkandung
pada air liur. Dimana protein pada penambahan asam akan menyebabkan
terjadinya koagulasi.
Percobaaan terakhir pada saliva yaitu uji sulfat yang bertujuan untuk
mengetahui adanya zat anorganik sulfat dalam air liur. Uji ini dilakukan
dengan menambahkan HCL kedalam sampel, diperoleh warna air liur
menjadi keruh. Kemudian ditambahkan lagi BaCl2 dan tidak terjadi
perubahan warna akan tetapi terdapat endapan berwarna putih. Endapan ini
terbentuk karena BaCl2 akan bereaksi membentuk BaSO4 yang memiliki
kelarutan rendah sehingga akan mengakibatkan terbentuknya endapan
dalam larutan yang diasamkan. Terbentuknya endapan putih menandakan
bahwa air liur mengandung ion sulfat.
Untuk cairan tubuh selanjutnya yaitu cairan empedu. Pengujian cairan
ini dibagi mejadi 2 yaitu uji Gmelin dan pattenkofer, serta 1 pengamatan
sifat fisik. Sesuai hasil pengamatan empedu berwarna hijau pekat yang
merupakan pigemen empedu. Bilirubin ini terbentuk dari penguraian
hemoglobin, asam-asam empedu dan kolesterol. Adanya bilirubin ini dapat
dibuktikan dengan reaksi gmelin.
Percobaan pertama untuk cairan empedu adalah uji Gmelin untuk
mengetahi adanya kandungan bilirubin dalam empedu. Uji ini dilakukan
dengan penambahan larutan HNO3 dan empedu encer sehingga terbentuk 5
lapisan berurutan dari atas ke bawah diantaranya berwarna hijau muda,
hijau tua, biru, ungu dan bening. Banyaknya warna yang terbentuk terjadi
akibat oksidasi bilirubin yang merupakan pigmen empedu oleh HNO3. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat kendungan bilirubin pada empedu
tersebut.
Percobaan selanjutnya yaitu uji pettenkofer yang bertujuan untuk
mengetahui adanya garam empedu yang terkandung di dalamnya. Prinsip
pengujian ini adalah garam pada empedu akan diasamkan oleh H2SO4 dan
adanya hasil kondensasi heksosa dari sukrosa yang akan bereaksi dengan
asam empedu yang mebentuk komplek warna. Percobaan diawali dengan
penambahan sukrosa 5% dan larutan H2SO4 pekat sehingga terbentuk 4
lapisan warna diantaranya lapisan pertama berwarna hijau muda dan
lapisan kedua berwarna hijau tua, lapisan ketiga hijau tua lebih pekat, dan
lapisan keempat berwarna cokelat. Tabung reaksi terasa panas yang
menandakan reaksi eksoterm. Dan Hasil percobaan ini adalah negatif
karena tidak terbentuk cincin warna merah yang merupakan uji positif
adanya garam empedu dan tidak ditemukannya cincin.
Percobaan terakhir yaitu fungsi empedu sebagai emulgator dimana
pada percobaan ini digunakan 2 buah tabung reaksi untuk uji coba. Pada
tabung reaksi 1 dimasukkan aquades, minyak dan larutan empedu encer
hasil yang didapatkan pada hasil pada percobaan pertama yakni terdapat 2
lapisan pada lapisan pertama adakag minyak dan pada lapisan kedua
berwarna hijau. Pada tabung ke 2 ditambahkan aquades dan minyak
kemudian dihomogenkan menghasiklkan 2 buah lapisan yakni lapisan
minyak dan aquades. Pada percobaan kedua tidak adanya kandungan
karbohidrat di antara aquades dan minyak.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa dalam mengetahui sifat fisik dan kimia dari cairan tubuh yaitu saliva
(air liur) dan empedu dapat dilakukan dengan beberapa percobaan
diantaranya sifat fisik dari saliva yaitu dengan penetapan pH air liur, uji
biuret, uji molish, uji presipitasi dan uji sulfat. Dimana pada serangkaian uji
ini menunjukan hasil yang positif yaitu saliva memiliki pH netral kemudian
mengandung protein, karbohidrat, dan ion sulfat. Kemudian pada empedu
dilakukan pengamatan sifat fisik, uji gmelin dan uji pettenkofer. Dimana
diperoleh sifat fisik empedu berwarna hijau pekat yang dipengaruhi oleh
adanya bilirubin sebagai zat warna empedu. Untuk sifat kimia empedu
dapat diketahui degan uji gmelin yang menunjukan bahwa di dalam
empedu tersebut terdapat kandungan bilirubin yang ditandai dengan
terbentuknya kompleks warna. Kemudian uji pettenkofer yang
menunjukkan tidak adanya kandungan garam empedu pada sampel karena
tidak adanya cincin kompleks merah bata yang terbentuk.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, S. P., Arania, R., & Maharyunu, E., (2021), Hubungan Usia, Jenis Kelamin
dan Kadar Bilirubin dengan Kolelitiasis, Jurnal Wacana Kesehatan, 5(2),
583-587.
Broek, M.V.D., Heide, L.J., Sips, F.L.P., Koehorst, M., Zutphen, T.V., Emous,
M., Faassen, M.v., Groen, A.K., Riel, N.A.W.V., Boer, J.F.D., Beek, A.
P.V., and Kupers, F., (2021), Altered Bile Acid Kinetics Contribute to
Postprandial Hypoglycaemia After Roux-en-Y Gastric Bypass Surgery,
International Journal of Obesity, 45, 619-630.

Kubala,E., Strzelecka, P., Grzegocka, M., Kijak, D. L., Gronwald, H., Skomro, P.,
Kijak, E., (2018), A Review Of Selected Studies That Determine The
Physical And Chemical Properties Of Saliva In The Field Of Dental
Treatment, Biomed Research International, 6572381, 1-13.

Huang, L., Shao, D., Wang, Y., Cui, X., Li, Y., Chen, Q., & Cui, J. (2021),
Human body-fluid proteome: quantitative profiling and computational
prediction, Briefings in bioinformatics, 22(1), 315-333.
Rahayu, Y. C., & Kurniawati, A., (2018), Cairan Rongga Mulut, Yogyakarta:
Pustaka Panesa.
Susanto, R., & Rania, G., (2020), Interaksi Biokimia Pada Regulasi Cairan Tubuh,
Jurnal Mahasiswa, 12(1), 18-24.

Anda mungkin juga menyukai