Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI

PERCOBAAN II

PENENTUAN NILAI C-ORGANIK SAMPEL AIR LIMBAH

MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETER UV-Vis

OLEH :

NAMA : HABRIN KIFLI HS.

STAMBUK : F1C1 15 034

KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN : NUR MALA FAARIU

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan akan air bersih bukan lagi sesuatu hal yang baru. Pasalnya, air

bersih merupakan salah satu kebutuhan yang umum bagi masyarakat yang banyak

dimanfaatkan sebagai konsumsi sehari-hari dalam hal ini air minum dan

pemanfaatan penting lainnya. Pemanfaatan air bersih tidak selamanya berjalan

dengan baik, dengan adanya senyawa kimia berbahaya yang masuk ke dalam air

maka akan mempengaruhi nilai pemanfaatan akan air bersih.

Air limbah adalah air yang telah mengalami penurunan kualitas karena

pengaruh manusia. Air limbah perkotaan biasanya dialirkan di saluran air

kombinasi atau saluran sanitasi, dan diolah di fasilitas pengolahan air limbah atau

septic tank. Air limbah yang telah diolah dilepaskan ke badan air penerima

melalui saluran pengeluaran. Air limbah, terutama limbah perkotaan, dapat

tercampur dengan berbagai kotoran seperti feses maupun urin.

Kandungan bahan orgnik pada masingmasing horison merupakan bentuk

besarnya akumulasi bahan oorganik dalam keadaaan lingkungan yang berbeda.

Komponen bahan organik yang penting adalah C dan N. Kandungan bahan

organik itu dengan mengalihkan ditentukan secara tidak langsung yaitkan u

dengan mengalikan kadar C dengan suatu faktor yang umumnya sebagai berikut.

Kandunagn bahan organik= C x 1,724. Berdasarkan uraian di atas, maka

dilakukan percobaan penentuan nilai C-Organik pada sampel air limbah dengan

menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan

nilai C-Organik dalam sampel air limbah menggunakan spektrofotometri UV-Vis?

C. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai pada percobaan ini adalah untuk mengetahui

cara menentukan nilai C-Organik dalam sampel air limbah menggunakan

spektrofotometri UV-Vis.

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh pada percobaan ini adalah dapat mengetahui nilai

C-Organik dalam sampel air limbah menggunakan spektrofotometri UV-Vis.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Keberadaan tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) memiliki fungsi

yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik yang akan

didaur ulang sebagai kompos atau punhanya ditimbun setelah disortir oleh

pemulung. Jumlah sampah di TPAS yang sangat besar akan menyebabkan proses

dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Pada proses

dekomposisi tersebut akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan

menimbulkan adanya hasil samping yaitu leachate (air lindi) (Darnoto, 2013).

Air lindi adalah cairan yang timbul sebagai limbah akibat masuknya air

eksternal kedalam timbunan sampah (khususnya TPA). Lindi yang tidak dikelola

dengan baik dapat mencemari sumber air minum penduduk di sekitar tumpukan

sampah. Salah satu solusi masalah tersebut adalah dengan mendesain prototi

peinstalasi pengolahan air lindi (Herison, 2014).

Dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan dan juga sektor

industri sangat penting sehingga perlu dipahami dasar-dasar teknologi pengolahan

limbah cair.Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara

kelestarian lingkungan.Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestic

maupun agroindustri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh

masyarakat setempat (Oktavia, 2012).

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi

difraksi dengan tabung foton hampa. Metode spektrofotometri memiliki


keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisa suatu zat dalam jumlah

kecil (Harini, 2012).

Metode spektrofotometri mempunyai keuntungan sensitif, batas

deteksinya rendah, mudah, akan tetapi kelemahannya adalah perlu perlakuan awal

untuk menghilangkan unsur-unsur penganggu, dan menggunakan beberapa

macam bahan kimia sebagai pereaksi. Metode spektrofotometri ultra violet-

tampak (UV-Vis) secara umum berdasarkan pembentukan warna antara analit

dengan pereaksi yang digunakan. Dengan menggunakan pereaksi warna menjadi

lebih peka, menaikkan sensitivitas sehingga batas deteksinya menjadi rendah

(Purwanto, 2012).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum percobaan ini dilaksanakan pada hari Senin, 30 Oktober 2017

pada pukul 13.0017.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Analitik,

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Halu Oleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, labu

takar, pipet tetes, pipet volum, filler, rak tabung dan spektrofotometer UV-Vis.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kalium dikromat

(K2Cr2O7) 1 N, asam sulfat (H2SO4) pekat, glukosa p.a, sampel air limbah organik

(air pembuangan rumah makan dan air pelelangan) dan akuades.


C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Larutan Standar


Glukosa

100 ppm 150 ppm 550 ppm 1500 ppm 3000 ppm

- dipipet masing-masing 2,5 mL dan


dimasukkan ke dalam tabung reaksi
berbeda
- ditambahkan 1,5 mL K2Cr2O7
- ditambahkan 3,5 mL H2SO4 pekat
- dikocok
- diukur nilai absorbansnya
menggunakan spektrofotometer UV-
Vis (= 651 nm)

Konsentrasi 100 ppm = 0.184


Konsentrasi 150 ppm = 0.106
Konsentrasi 550 ppm = 0.197
Konsentrasi 1500 ppm = 0.364
Konsentrasi 3000 ppm = 0.439
2. Pembuatan Larutan Blanko

Akuades

- Dipipet 2,5 mL dan dimasukkan ke


dalam tabung reaksi
- ditambahkan 1,5 mL K2Cr2O7 1 N
- ditambahkan 3,5 mL H2SO4 pekat
- dikocok
- diamati perubahan yang terjadi

Larutan Blanko

3. Preparasi Sampel
Sampel A Sampel B

- dipipet masing-masing 2,5 mL dan


dimasukkan ke dalam tabung reaksi
berbeda
- ditambahkan K2Cr2O7 1,5 mL
- ditambahkan H2SO4 pekat 3,5 mL
- dikocok dan diamati perubahan
warnanya
- diukur absorbansnya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang 651 nm
Sampel A : 0.30575
Sampel B : 0.31150
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan

a. Pengukuran Absorbans Larutan Standar

No. Larutan Standar Abs 1 abs 2


1 0 0 0
2 100 0.184 0.171
3 150 0.106 0.447
4 550 0.197 0.480
5 1500 0.364 0.446
6 3000 0.439 0.561

b. Pengukuran Absorbans Sampel

Sampel Abs 1 Abs 2 Abs 3 Abs rata-rata


A 0.155 0.464 0.604 0.30575
B 0.181 0.531 0.534 0.31150

2. Grafik Hubungan Konsentasi dengan Absorbans

0.6
y = 0.00013x + 0.10417
0.5 R = 0.82474
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
3. Analisis Data

Dari kurva kalibrasi standar di dapatkan kurva dengan nilai R2 paling

tinggi, yaitu pada grafik 1 dengan persamaan linear (y = 0.00013x + 0.10417)

dimana (y) menyatakan nilai pengukuran absorbansi (x) menyatakan kadar C-

Organilk dalam sampel.

1. Diketahui : y = 0.30575 (sampel A)

a = 0,00013
b = 0,10417
Ditanyakan :x = ........?

Penyelesaian:
yA1 = ax b
0.30575 = 0,00013x 0,10417
0,00013x = 0.30575 + 0,10417
x = 0,25917 = 3153,2308
0,00013
2. Diketahui :y = 0.31150 (sampel B)

a = 0,00013
b = 0,10417
Ditanyakan :x = ........?
Penyelesaian:
yB1 = ax b
0.31150 = 0,00013x 0,10417
0,00013x = 0.31150+ 0,10417
x = 0,41567 = 3197,4615
0,00013
B. Pembahasan

Bahan organik adalah suatu bahan kompleks dan dinamis, yang

bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang

terus menerus mengalami perubahan bentuk. Bahan organic dihasilkan oleh

tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsure karbon merupakan

penyusun utama dari bahan organic tersebut. Karbon merupakan komponen paling

besar dalam bahan organic sehingga pemberian bahan organic akan meningkatkan

kandungan karbon tanah.

Uji kadar C-Organik dalam sampel air llimbah pelelangan dan limbah

rumah makan dibutuhkan tahapan khusus yang harus dilakukan. Proses

penyamplingan untuk memperoleh sampel yang representatif dan bulki maka

harus dilakukan pemngambilan sampel pada titik titik yang berbeda agar bisa

mencakup sampel pada tempat tersebut. Sampel dari titik yang berbeda ini

kemudian dihomogenkan untuk mewakili sampel yang lain. Pada percobaan ini

dilakukan tahapan awal yaitu dengan membuat larutan standar dari glukosa p.a

yang konsentrasinya 4000 ppm.

Larutan ini dibuat dengan konsentrasi yang bervariasi agar memudahkan

dalam pembuatan kurva kalibrasi dan perbandingan dengan sampel yang akan

diuji. Setelah itu sampel dan larutan standar ditambahkan K2Cr2O7 yang

berfungsi sebagai oksidator yang akan mengoksidasi bahan organik menjadi gas

CO2 dan H2O serta jumlah ion krom. Kalium dikromat digunakan sebagai sumber

oksigen. Pada reaksi pemanasan yang terjadi antara kalium dikromat dengan

bahan organik ini memerlukan katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi.


Katalis yang digunakan adalah H2SO4. Dari reaksi yang terjadi dapat dilihat

bahwa jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi tersebut sama

dengan jumlah kalium dikromat yang dibutuhkan pada reaksi oksidasi. Hal ini

berarti semakin banyak oksigen dan menandakan bahwa lingkungan tersebut

tercemar oleh bahan organik.

Cara menentukan nilai C-Organik pada sampel air limbah pelelangan ikan

dan limbah rumah makan makaperlu dilakukan pengukuran nilai absorbans

dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 651

nm. Alat ini didasarkan pada hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa

absorbans berbanding lurus dengan dengan konsentrasi artinya semakin tinggi

konsentrasi maka semakin tinggi pula absorbans larutan tersebut. Namun, data

absorbans larutan standar yang diperoleh tidak sesuai dengan hukum Lambert-

Beer, sehingga kurva kalibrasi yang diperoleh tidak linear. Hal ini juga

berdampak pada nilai R yang diperoleh jauh dari 1. Dari ketiga grafik yang

diperoleh, kurva kalibrasi pada pengukuran pertama jauh lebih baik dari kurva

kedua dn kurva rata-rata. Sehingga yang dijadikan acuan untuk menghitung

konsentrasi sampel adalah kurva kalibrasi pengukuran pertama. Ketidaklinearan

kurva kalibrasi yang diperoleh kemungkinan disebabkan karena karena data yang

pada saat pengukuran mengalami ketidakstabilan atau fluktuasi. Absorbansi yang

terlalu tinggi dan terlalu rendah, hal ini dapat diatur dengan pengaturan

konsentrasi sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan melalui

pengenceran.
Hasil pengukuran sampel pelelangan ikan dan rumah makan diperoleh

konsentrasi 3153,23 dan 3197,46 ppm. Konsentrasi yang tinggi dari sampel ini

menandakan bahwa kandungan C-Organik pada limbah pelelangan ikan dan

rumah makan sangatlah tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sampel

yang terlalu pekat sehingga dierlukan oengencera terlebih dahulu. Interferensi

terhadap larutan standar juga bisa menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu

keteulangan data yang diperoleh juga tidak valid akan mempengaruhi perhitungan

konsentrasi dari sampel. Penyebab lain dari masalah ini adalah alat yang tidak

terkalibra sisehingga berpengaruh pada data data perhitungan.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan

bahwaNilai C-Organik dalam sampel air limbah pelelangan ikan dan rumah

makan sebesar 3153,23 ppm dan 3197,46 ppm pada absorbans 0.305 dan 0.311

abs. Apabila dibandingkan dengan larutan standar, konsentrasi dari limbah ini

mengandung C-Organik yang sangat tinggi. Namun terdapat kesalahan karena

data yang diperoleh tidak valid, kemungkinan disebabkan oleh alat yang tidak

terkalibrasi, sampel yang terlalu pekat sehingga diperoleh kandungan C-Organik

yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Darnoto S. dan Dwi A., 2013, Pengaruh Penambahan Poly Aluminium Chloride
(PAC) Terhadap Tingkat Kekeruhan, Warna dan Total Suspended Solid
(TSS) pada Leachte (Air Lindi) di TPAS Putri CempoMojosongo
Surakarta, Jurnal Kesehatan, Vol. 2 (2).
Harini B.W., Rini D dan Luela W.W., 2012, Spektrofotometri Visibel untuk
Mengukur Kadar Curcuminoid pada Rimpang Kunyit (Curcuma
Domestica), Jurnal Sains Kimia, Vol. 2 (4).
Herison A., 2014, Desain Prototipe Instalasi Koagulasi dan Kolam Fakultatif
untuk Pengelohan Air Lindi (Studi Kasus TPA Bakung Bandar
Lampung), Jurnal Rekayasa, Vol. 13 (1).
Oktavia D.A., Djumali M., Singgih W., Titi C.S., Mulyorini R., 2012, Pengolahan
Limbah Cair Perikanan Menggunakan Konsorsium Mikroba Indigenous
dan Lipolitik, Argointek, Vol. 6 (2).
Purwanto A. dan Farida E., 2012, Metode Spektrofotometri UV-Vis untuk
Pengujian Kadar Silika dalam Natrium Zirkonat, Prosiding Seminar
Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir, ISSN 1410 8178.

Anda mungkin juga menyukai