KP B
KELOMPOK 9 :
IV. MSDS
A. Etil Asetat
Aroma : beraroma alkohol
Wujud : cair
Warna : tidak berwarna
Titik leleh : 77 oC
Titik didih : - 83 oC
Berat molekul : 88,11 gr/mol
Massa jenis : 0,902 g/cm3 pada 20 oC
Kelarutan : terlarut dalam air
Bahaya :
H319 Menyebabkan iritasi mata yang serius
Penanganan bahaya :
1. Jika mengalami kontak dengan mata, bilas mata dengan air. Lepaskan lensa
kotak jika masih memakainya. Jika sudah dilepas, lanjutkan membilas dengan
air.
2. Jika terhirup, hiruplah udara segar dan usahakan dalam kondisi yang
senyaman mungkin untuk menghirup
3. Jika terbakar, maka gunakan pemadam api untuk memadamkan api tersebut
B. Metanol
Aroma : tidak beraroma
Wujud : padat
Warna : putih
Titik leleh : - 97,6 oC
Titik didih : - 97,6 oC
Berat molekul : 32,04 g/mol
Massa jenis : 0,792 g/cm3
Kelarutan : terlarut dalam air
Bahaya :
H225 Mudah terbakar di cairan flammable
H301 + H311 + H331 Beracun jika ditelan, terkena kontak dengan kulit
H319 Menyebabkan iritasi mata yang serius
H370 Menyebabkan luka pada organ dalam (hati, ginjal, sistem saraf pusat, saraf
mata)
Penanganan bahaya :
1. Jika mengalami kontak dengan mata, bilas mata dengan air. Lepaskan lensa
kotak jika masih memakainya. Jika sudah dilepas, lanjutkan membilas dengan
air.
2. Jika terhirup, hiruplah udara segar dan usahakan dalam kondisi yang
senyaman mungkin untuk menghirup
3. Jika terbakar, maka gunakan pemadam api untuk memadamkan api tersebut
C. Na2SO4 eksikatus
Aroma : tidak beraroma
Wujud : padat (berupa serbuk)
Warna : putih
Titik leleh : 851 oC
Titik didih : 1600 oC
Berat molekul : 105,99 g/mol
Massa jenis : 2,53 g/cm3
Kelarutan : terlarut dalam air secara 22 g/100 mL
Bahaya :
H314 Menyebabkan kulit terbakar dan kerusakan pada mata
Penanganan bahaya :
1. Jika mengalami kontak dengan mata, bilas mata dengan air. Lepaskan lensa
kotak jika masih memakainya. Jika sudah dilepas, lanjutkan membilas dengan
air.
2. Jika terhirup, hiruplah udara segar dan usahakan dalam kondisi yang
senyaman mungkin untuk menghirup
3. Jika terbakar, maka gunakan pemadam api untuk memadamkan api tersebut
D. NaCO3
Aroma : tidak beraroma
Wujud : padat
Warna : putih
Titik leleh : 851 oC
Titik didih : 400 oC
Berat molekul : 105,99 g/mol
Massa jenis : 2,53 g/cm3
Kelarutan : terlarut dalam air secara 22 g/100 mL
Bahaya :
H314 Menyebabkan kulit terbakar dan kerusakan pada mata
Penanganan bahaya :
1. Jika mengalami kontak dengan mata, bilas mata dengan air. Lepaskan lensa
kotak jika masih memakainya. Jika sudah dilepas, lanjutkan membilas dengan
air.
2. Jika terhirup, hiruplah udara segar dan usahakan dalam kondisi yang
senyaman mungkin untuk menghirup
3. Jika terbakar, maka gunakan pemadam api untuk memadamkan api tersebut
E. CHCl3
Aroma : manis
Wujud : cair
Warna : tidak berwarna
Titik leleh : - 63,5 oC
Titik didih : 61,2 oC
Berat molekul : 119,38 g/mol
Massa jenis : 1,49 g/cm3
Kelarutan : terlarut dalam alkohol dan minyak
Bahaya :
H319 Menyebabkan iritasi mata yang serius
Penanganan bahaya :
1. Jika mengalami kontak dengan mata, bilas mata dengan air. Lepaskan lensa
kotak jika masih memakainya. Jika sudah dilepas, lanjutkan membilas dengan
air.
2. Jika terhirup, hiruplah udara segar dan usahakan dalam kondisi yang
senyaman mungkin untuk menghirup
3. Jika terbakar, maka gunakan pemadam api untuk memadamkan api tersebut
F. Reagen Dragendorf
Aroma : tidak beraroma
Wujud : cair
Warna : ungu kemerahan
Titik leleh : tidak diketahui
Titik didih : tidak diketahui
Berat molekul : tidak diketahui
Massa jenis : tidak diketahui
Kelarutan : terlarut dalam air
Bahaya :
H319 Menyebabkan iritasi mata yang serius
Penanganan bahaya :
1. Jika mengalami kontak dengan mata, bilas mata dengan air. Lepaskan lensa
kotak jika masih memakainya. Jika sudah dilepas, lanjutkan membilas dengan
air.
2. Jika terhirup, hiruplah udara segar dan usahakan dalam kondisi yang
senyaman mungkin untuk menghirup
3. Jika terbakar, maka gunakan pemadam api untuk memadamkan api tersebut
V. SKEMA KERJA
100 ml air
Magnetik
bar
diekstraksi
15 ml
CHCl3
Diekstraksi sebanyak 3 kali dan masing – masing dikocok selama 1 menit
Dibiarkan
meleleh
VI. Ditambahkan
VII.
Na2SO4 eksikatus
selama 1 menit
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan isolasi kafein dari kopi dengan menggunakan
metode ekstraksi refluks. Refluks merupakan cara pemanasan larutan dengan
menggunakan pendinginan. Alat refluks ini terdiri dari pendingin Liebig dimana
prinsip kerjanya yaitu air masuk dari selang bawah dan keluar dari selang atas. Hal ini
bertujuan untuk memaksimalkan proses refluks, karena tekanan air dari bawah ke atas
akan lebih memyempurnakan proses refluks dibandingkan tekanan air dari atas ke
bawah (Tengo et al, 2013).
Praktikum ini menggunakan serbuk kopi yang bermassa 25 gram, dimana
serbuk ini akan dilarutkan ke dalam 100 ml akuades sambal diaduk menggunakan
magnetic bar. Setelah larut, akan didapatkan larutan kopi berwarna coklat kehitaman
dan larutan campuran tersebut akan dipanaskan atau direfluks selama 60 menit dengan
suhu 80 – 90 oC. Tujuan dari refluks ini yaitu supaya kafein yang ada pada kopi dapat
terlarut secara sempurna, dimana kelarutan dari kafein akan semakin meningkat
seiring bertambahnya suhu air. Saat campuran direfluks, sampel yang akan diisolasi
akan terpisah dan diperoleh larutan berwarna coklat kehitaman setelah proses refluks
selesai. Setelah itu, campuran disaring menggunakan corong pisah dan penyaringan
dilakukan dalam keadaan panas agar kafein kembali mengendap dan tertinggal pada
residu (Irwandi, 2014).
Setelah itu, endapan disaring kembali untuk mengeluarkan residunya dan
setelahnya, campuran yang sudah tidak ada residunya akan diekstraksi dengan
bantuan kloroform. Kloroform digunakan untuk dapat mengikat kafein, karena kafein
dapat larut dalam kloroform. Campuran tersebut didiamkan untuk memisah dan akan
terbentuk 2 lapisan, dimana lapisan atas berwarna coklat tua dan lapisan bawah
berwarna coklat muda (mengandung kafein dalam kloroform). Kemudian lapisan
bawah akan ditampung ke dalam erlenmeyer dan lapisan atas ditambahkan kembali
dengan 20 ml kloroform supaya kafein yang masih ada pada lapisan atas dan
memurnikan kafein untuk memperoleh kafein yang murni. Lapisan bawah yang
mengandung kloroform ditampung kembali pada erlenmeyer dan diuapkan pada alat
penguap bertekanan rendah sampai mengering dan membentuk kafein dasar.
Penguapan tersebut bertujuan untuk memisahkan kloroform yang memiliki titik didih
lebih rendah di bandingkan kafein (Noho, 2018).
IX. KESIMPULAN
Pada praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa dilakukan isolasi kafein dari kopi
dengan menggunakan metode ekstraksi refluks. Refluks merupakan cara pemanasan
larutan dengan menggunakan pendinginan. Pada praktikum ini pula, diperoleh
rendemen isolasi kafein dari kopi sebanyak 0,214 %.
X. DAFTAR PUSTAKA
Irwandi, D. 2014. Experiment’s of organic chemistry. Jakarta: FITK UIN Press.
Lenny, N., & Barita, A. 2017. Penetapan Kadar Kafein Pada Minuman Berenergi
Sediaan Sachet yang Beredar Di Sekitar Pasar Petisah Medan. Universitas
Sari Mutiara Indonesia.
Maramis, R. K., Citraningtyas, G., & Wehantouw, F. 2013. Analisis Kafein Dalam
Kopi Bubuk Di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UV – Vis.
Pharmacon, 2 (4).
Noho, S. J. 2018. Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.
Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.
Penebar Swadaya : Jakarta.
Tengo, N. A., Bialangi, N., & Suleman, N. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
Alkaloid dari Daun Alpukat (Persea americana Mill). Jurnal Sainstek, Vol. 7
No. 1.