30 Mei 2022
Nama Praktikan :
1. Sean William Tristan 170120038
2. Leo Aditya Pradana 170120042
3. Muhammad Aditya Eka Pratama 170120058
Asisten Dosen :
1. Dhammiko Wonggo, S.Si 174121006
2. Yudith Christina Agustin 170118043
Dosen :
1. Dr. Dra. Tjandra Pantjajani, M. S.
2. Johan Sukweenadhi, Ph.D.
V. CARA KERJA
A. Penentuan angka peroksida (tingkat ketengikan)
- Minyak sawit curah
30 mL larutan asam
asetat – kloroform (1:1)
0,25 mL larutan
KI jenuh
Di diamkan 1 menit
15 mL aquades
0,25 mL larutan
amilum 1 %
Di titrasi
30 mL larutan asam
asetat – kloroform (1:1)
0,25 mL larutan
KI jenuh
Di diamkan 1 menit
15 mL aquades
0,25 mL larutan
amilum 1 %
Di titrasi
25 mL larutan
alkohol 95 % netral
Dipanaskan 20 menit
Di titrasi
- Minyak tengik
10 gram minyak
tengik
25 mL larutan
alkohol 95 % netral
Dipanaskan 20 menit
Di titrasi
5 mL reagen 2 mL kloroform
iodium bromida
2 mL amilum 1 %
- Minyak ikan
0,1 gram minyak
ikan
5 mL reagen 2 mL kloroform
iodium bromida
100 mL aquades 2 mL KI 15 %
2 mL amilum 1 %
Tambahan :
Pembuatan blanko
5 mL reagen 2 mL larutan
iodium bromida KI 15 %
Keterangan :
MKS = Minyak Kelapa Sawit
MT = Minyak Tengik
MK = Minyak Kelapa
MI = Minyak Ikan
Volume titrasi blanko = 23,6 mL
Perhitungan :
A. Perhitungan angka peroksida (minyak kelapa sawit dan minyak tengik)
𝒎𝑳 𝑵𝒂𝟐𝑺𝟐𝑶𝟑 . 𝑵𝑵𝒂𝟐𝑺𝟐𝑶𝟑 . 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 = 𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
𝟔 . 𝟎,𝟏. 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 = 𝟐,𝟓
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎 = 240
2. Minyak Tengik
2. Minyak Ikan
𝒎𝑳 𝒕𝒊𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 (𝒗𝒃𝒍𝒂𝒏𝒌𝒐 − 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍). 𝑵 𝑵𝒂𝟐𝑺𝟐𝑶𝟑 . 𝟏𝟐, 𝟔𝟗𝟏
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑢𝑚 =
𝑴𝒂𝒔𝒔𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
(𝟐𝟑, 𝟔 − 𝟐𝟒, 𝟕). 𝟎, 𝟏 . 𝟏𝟐, 𝟔𝟗𝟏
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑖𝑜𝑑𝑖𝑢𝑚 =
𝟎, 𝟏
VII. PEMBAHASAN
Dalam praktikum yang telah dilakukan, sampel minyak diuji dengan tiga uji
yang berbeda untuk dapat menentukan kualitas minyak. Uji pertama yang dilakukan
adalah uji untuk menentukan angka peroksida. Penentuan angka peroksida
dilakukan dengan metode titrasi iodometri. Untuk uji angka peroksida atau
ketengikan, dua sampel minyak yang digunakan adalah minyak kelapa sawit dan
minyak tengik, dimans kedua minyak dilarutkan dengan pelarut yang terdiri atas
larutan asam asetat dan kloroform (1:1). Fungsi penambahan kloroform yaitu
sebagai pelarut untuk minyak yang merupakan golongan lipid yang hanya larut pada
pelarut nonpolar dan tidak larut pada pelarut polar (Dewi dan Hidajati, 2012).
Sedangkan penambahan asam asetat dikarenakan alkali iodida akan bereaksi
sempurna dalam larutan bersuasana asam. Kemudian ditambahkan larutan KI jenuh
yang berfungsi untuk membebaskan iodin yang ditandai dengan terbentuknya warna
kuning pada sampel. Kemudian sampel didiamkan dan ditambahkan 15 ml aquades
yang dimaksudkan agar larutan dapat bercampur merata. Larutan amilum 1%
ditambahkan dalam larutan sebelum I2 dititrasi dengan Na2S2O3 sebagai indikator.
Amilum berfungsi sebagai indikator adanya I2 pada larutan, sehingga jika amilum
telah di tambahkan ke dalam larutan dan tidak ada perubahan warna, ini
mengindikasikan bahwa I2 tidak terdapat pada larutan sampel. Hal ini dimungkinkan
karena reagen yang digunakan tidak mengandung I2, sehingga titrasi larutan dengan
Na2S2O3 tidak dilanjutkan karena larutan tidak mengalami perubahan warna yang
signifikan (Wannahari, 2012). Angka peroksida yang didapatkan sebesar 240
meq/kg. Jika dibandingkan dengan standar angka peroksida berdasarkan SNI yang
sebesar maksimal 2 meq/kg, dapat disimpulkan bahwa minyak telah mengalami
ketengikan yang disebabkan oleh proses oksidasi yang terjadi secara spontan karena
adanya kontak antara minyak dengan udara, sehingga menimbulkan ketengikan.
Perhitungan angka asam merupakan ukuran banyaknya asam bebas
berdasarkan reaksi penyabunan dengan basa kuat KOH untuk mengukur asam
lemak bebas pada bahan yang menjadi indikator awal kerusakan minyak, dimana
trigliserida terurai karena hidrolisis oleh enzim pada ikatan esternya dan
menghasilkan asam lemak bebas. Untuk uji angka asam, dua sampel minyak yang
digunakan adalah minyak kelapa sawit dan minyak tengik Sampel minyak
dilarutkan dalam larutan alkohol 95 %, kemudian ditutup dengan kondensor dan
dipanaskaan hingga mendidih. Fungsi penambahan alkohol 95 % adalah untuk
melarutkan minyak karena minyak hanya dapat larut pada pelarut nonpolar dan
pemanasan akan meningkatkan sifat nonpolar pada alkohol sehingga sampel dapat
larut. Kemudian larutan yang telah mendidih di diamkan hingga dingin dan dititrasi
dengan larutan KOH 0,1 N dengan indikator phenolphthalein (PP) yang
memberikan warna merah mudah saat pH basa. Fungsi titrasi dengan larutan KOH
adalah untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat pada sampel minyak
(Wildan et al, 2013). Titrasi dihentikan saat muncul warna merah muda yang
bertahan selama setengah menit. Dari kedua sampel minyak yang telah diuji,
didapatkan bilangan asam sebesar 2,861 g KOH/g untuk minyak kelapa sawit dan
2,342 g KOH/g untuk minyak tengik, sedangkan berdasarkan SNI, syarat mutu
minyak goreng untuk kategori bilangan asam sebesar 0,6-2 mg KOH/g. Sehingga
dari hasil yang didapatkan diketahui bahwa angka asam dari kedua sampel minyak
masih ada di range syarat mutu minyak goreng SNI, yang menunjukkan ketengikan
yang terjadi pada minyak bukan disebabkan hidrolisis karena jumlah asam lemak
bebasnya masih tidak melebihi normal. Nilai 56,1 yang terdapat pada rumus angka
asam menunjukkan besarnya berat molekul atau Mr dari KOH.
Penentuan bilangan iod dengan menggunakan metode Hanus,
menambahkan iodium bromide (reagen Hanus) ke dalam larutan sampel yang telah
ditambahkan kloroform untuk mempercepat reaksi. Larutan kemudian dibiarkan
bereaksi dalam ruang gelap dan tertutup rapat agar tidak teroksidasi oleh udara dan
cahaya. Larutan KI ditambahkan kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan
Na2S2O3 dengan menggunakan indikator amilum untuk mendeteksi adanya iodium
yang dilepas. Titrasi blanko dilakukan untuk mengetahui banyaknya iodium yang
terdapat dalam reagen, sehingga selisih dari volume Na2S2O3 pada titrasi blanko dan
titrasi sampel merupakan banyaknya iod dari reagen yang terikat pada asam lemak
jenuh pada minyak. Dari hasil praktikum didapatkan angka iod sebesar 29,189 g
iod/g lemak untuk minyak kelapa dan -13,96 g iod/g lemak untuk minyak ikan.
Nilai 12,691 yang terdapat pada rumus bilangan iod merupakan nilai konversi dari
meq Na2S2O3 ke iod, dimana untuk setiap 1 mol ikatan rangkap akan mengkonsumsi
1 mol I2 dan bereaksi dengan 2 mol Na2S2O3. Maka untuk 1 ml Na2S2O3 0,1 N (0,1
mol) akan setara dengan 0,05 mol I2 yang masanya sebesar 12,691 gram, sehingga
dalam rumus untuk setiap 1 ml Na2S2O3 akan dikalikan dengan 12,691.
VIII. KESIMPULAN
Melalui hasil praktikum, ditemukan angka peroksida yang didapatkan sebesar
240 meq/kg. Di sisi lain, didapatkan angka asam sebesar 2,861 g KOH/g untuk
minyak kelapa sawit dan 2,342 g KOH/g untuk minyak tengik. Pada uji angka
iodium, didapatkan angka iod sebesar 29,189 g iod/g lemak untuk minyak kelapa
dan -13,96 g iod/g lemak untuk minyak ikan.
X. LAMPIRAN