Anda di halaman 1dari 8

JKK, Volume 4, No 2, April 2017: 56-63

p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

Status gizi lansia berdasarkan pengetahuan dan aktivitas fisik, di wilayah kerja
Puskesmas Sukawati 1, Gianyar, Bali

Marselli Widya Lestari1, I Wayan Weta2


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar Bali
2
Konsultan Gizi Klinik, RSUP Sanglah, Kota Denpasar, Bali
marchell_wieles@yahoo.com

Abstrak
Peningkatan Umur Harapan Hidup dan jumlah populasi lansia dapat mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi
dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Berbagai penelitian
yang telah dilakukan memperlihatkan hasil bahwa masih banyak angka kejadian malnutrisi pada lansia. Namun, hingga
saat ini belum ada dilakukan pendataan mengenai status gizi pada lansia di Puskesmas Sukawati I. Peneliti ingin
mengkaji status gizi lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I untuk mengetahui keadaan gizi lansia di
wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional. Total
sampel yang didapatkan berjumlah 72 orang dan dalam pelaksanaannya pada semua sampel telah dilakukan wawancara
serta pengukuran antropometri. Dilihat dari perhitungan RLPP, 77,8% mengalami obesitas sentral, dengan rata-rata
RLPP pada sampel yang diteliti sebesar 0,95 untuk laki-laki yang tergolong resiko obesitas rendah dan 0,92 untuk
perempuan yang tergolong resiko obesitas tinggi. Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang gizi, persebaran sampel
yang memiliki pengetahuan yang kurang terbanyak pada status gizi lebih sebesar 71,4%, begitu pula dengan kelompok
yang memiliki tingkat pengetahuan baik juga menunjukkan proporsi terbanyak pada status gizi lebih yaitu 86,7%. Jika
dilihat dari aktivitas fisik, persebaran sampel yang memiliki aktivitas ringan terbanyak pada status gizi berlebih
(92,7%). Puskesmas disarankan untuk melakukan pengukuran antropometri dan pencatatan status kesehatan lansia
secara komprehensif pada Kartu Menuju Sehat untuk lansia serta konseling dengan pakar gizi mengenai kesehatan
lansia untuk mengatasi masalah tersebut.

Kata kunci : Status gizi, prevalensi obesitas, lansia, aktivitas fisik, pengetahuan

Abstract

Nutritional status of the elderly based on knowledge and physical activity, in the work area of the Sukawati 1
health center, Gianyar, Bali. Increased life expectancy and the number of the elderly population may trigger an
epidemiological transition in the health sector due to the increasing number of morbidity because of degenerative
disease. Various studies have been conducted showing that the results are still a lot of the prevalence of malnutrition in
the elderly. However, until now there has been no data collection on the nutritional status of the elderly in Puskesmas
Sukawati I. The researcher wants to assess the nutritional status of the elderly in Puskesmas Sukawati I to know the
state of nutrition of the elderly in the region. This research uses descriptive quantitative approach to the cross-sectional
design. Total sample obtained amounted to 72 people and in their implementation in all samples was conducted
interviews and anthropometric measures. Based on the calculation of waist hip ratio, 77.8% had central obesity, with an
average waist hip ratio in the studied sample of 0.95 for men who belong to a lower risk of obesity and 0.92 for women
belonging to the high risk of obesity. Based on the level of knowledge about nutrition, 71.4% samples are
overnourished in less knowledge group, as well as with good level of knowledge group also showed the highest
proportion 86.7% that is overnourished status. When viewed from the physical activity, the distribution of samples have
light activity mostly in “over nutrition” status (92.7%). PHC is advised to conduct anthropometric measurement and
recording of the elderly health status comprehensively on Card Towards Healthy for the elderly as well as counseling
with a nutritionist about the health of the elderly to resolve the issue.

Keywords: Nutritional status, prevalence of obesity, elderly, physical activity, knowledge

56
57 Marselli Widya Lestari: Status gizi lansia…

1. Pendahuluan malnutrisi bisa berupa overnourished (status


gizi berlebih) maupun undernourished.5,6
Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) Namun saat ini ancaman penyakit
merupakan salah satu indikator keberhasilan degeneratif seperti penyakit jantung
pembangunan bidang kesehatan maupun koroner,hipertensi, maupun diabetes mellitus
kesejahteraan penduduk. Hal ini berdampak mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari
pada meningkatnya jumlah penduduk lanjut data WHO, penyebab kematian tertinggi
usia (lansia). Berdasarkan laporan didunia tahun 2012 adalah penyakit jantung
Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2013, koroner.4 Faktor resiko yang sangat erat
UHH pada tahun 2013 adalah 71 tahun kaitannya dengan penyakit degeneratif ini
(dengan persentase populasi lansia mencapai adalah gaya hidup, termasuk berat badan
12%). Tercatat bahwa jumlah lansia yang ada berlebih (obesitas). Prevalensi obesitas sentral
di Indonesia sebesar 18.043.712 jiwa atau tingkat nasional sebesar 18,8%, dimana masih
sekitar 7,59% dari seluruh penduduk terdapat kecenderungan tetap tinggi saat
Indonesia.1 Provinsi yang mempunyai lansia memasuki lansia yaitu sebesar 23,1%
dengan proporsi paling tinggi adalah Provinsi (kelompok umur 55-64), 18,9% (kelompok
DI Yogyakarta (13,20%), Jawa Tengah (11,11 umur 65-74) dan 15,8% (kelompok 75 tahun
%), Jawa Timur (10,96%) dan Bali keatas).7
2
(10,07%). Menurut Monica dalam Kemenkes
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Rl kegemukan atau obesitas akan
menggolongkan lanjut usia menjadi empat, meningkatkan risiko menderita penyakit
yaitu : usia pertengahan (middle age) 45-59 jantung koroner 1-3 kali, penyakit
tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut hipertensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9
usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat kali dan penyakit empedu 1-6 kali.
tua (very old) diatas 90 tahun. Menurut UU Kemenkes RI menjelaskan bahwa kelebihan
No 13 tahun 1998 yang diperbarui dari UU gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan
No. 23 tahun 1992 dikatakan bahwa usia gaya hidup dan pola konsumsi yang
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai berlebihan sejak usia muda bahkan sejak
usia 60 tahun keatas. Secara biologis anak- anak. Selain itu, proses metabolisme
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang yang menurun pada lansia bila tidak
mengalami proses penuaan secara terus diimbangi dengan peningkatan aktivitas
menerus, yang ditandai dengan menurunnya fisik atau penurunan jumlah makanan
daya tahan fisik yaitu semakin rentannya mengakibatkan kalori yang berlebih akan
terhadap serangan penyakit yang dapat diubah menjadi lemak sehingga menyebabkan
menyebabkan kematian.3 kegemukan. lni menunjukkan bahwa berat
Berbagai penelitian yang telah dilakukan badan lebih dan obesitas juga harus tetap
memperlihatkan hasil bahwa masih banyak menjadi perhatian karena dapat memacu
angka kejadian malnutrisi pada lansia.4 timbulnya penyakit degeneratif.4
Menurut WHO, pada dasarnya malnutrisi Berdasarkan data dari Puskesmas
berarti nutrisi yang salah dan secara klinis, Sukawati I tahun 2014, Puskesmas Sukawati I
malnutrisi merupakan status gizi dimana bisa memiliki enam unit Puskesmas Pembantu
terjadi kekurangan, kelebihan atau (Pustu) yang masing-masing terdapat di Desa
ketidakseimbangan dari nutrien dalam suatu Kemenuh, Desa Batuan Kaler, Desa Batuan,
makanan sehingga menyebabkan efek Desa Sukawati, Desa Guwang dan Desa
samping yang dapat diukur pada jaringan Ketewel. Selain itu, Puskesmas Sukawati I
tubuh, fungsi tubuh dan berdampak pada memiliki empat unit Pos Pelayanan Terpadu
penurunan kesehatan. Berdasarkan definisi ini, (posyandu) lansia,masing-masing terletak di
desa Batuan, Sukawati, Guwang dan juga
JKK, Volume 4, No 2, April 2017: 56-63 58
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

Ketewel. Jumlah penduduk lansia di wilayah setiap kelipatan 2,5. Jika hasil penjumlahan
kerja Puskesmas Sukawati I sebanyak 6076 menunjukkan angka desimal, maka akan
jiwa. Namun, rata-rata kunjungan lansia dibulatkan ke atas. Kemudian untuk mencari
berumur 60 tahun ke atas ke posyandu lansia nomer urut selanjutnya dipakai hasil
pada bulan Juli 2015 masih sangat sedikit, penjumlahan desimal sebelumnya. Penelitian
yakni sekitar 418 jiwa lansia (6,8%). Lansia ini dimulai dari tanggal 7 Agustus - 8
yang datang tersebut mendapatkan pelayanan September 2015.
kesehatan berupa pengukuran tekanan darah, Penilaian status gizi dapat dilakukan
timbang berat badan serta pemeriksaan secara lansung dan tidak langsung. Penilaian
kesehatan umum. Namun, hingga saat ini status gizi secara langsung dibagi menjadi
belum ada dilakukan pendataan mengenai empat metode, yaitu: antropometri, biokimia,
status gizi pada lansia di Puskesmas Sukawati biofisik dan klinis. Sedangkan, secara tidak
I.8 langsung dibagi menjadi tiga metode, yaitu:
Berdasarkan perhitungan awal yang survei konsumsi makanan, statistik vital dan
dilakukan oleh peneliti dari data sekunder faktor ekologi.9 RLPP dipilih pada metode
berdasarkan buku register Posyandu Lansia di pengukuran karena RLPP dapat dipakai
Desa Batuan bulan Juli 2015 menunjukkan sebagai indikator yang sederhana untuk
bahwa terdapat 79% lansia yang mengalami mengetahui risiko penyakit degeneratif. Selain
malnutrisi (berdasarkan perhitungan BMI). itu RLPP juga dapat digunakan sebagai
Selanjutnya pada survey pendahuluan yang alternatif pengganti Indeks Massa Tubuh
dilakukan peneliti pada 10 orang juga (IMT) dalam memprediksi kegemukan pada
ditemukan 6 orang dengan status gizi lebih di orang dewasa 6
desa yang sama. Tentu saja hal ini terlihat Responden merupakan lanjut usia yang
sebagai suatu kesenjangan antara prevalensi berumur ≥ 60 tahun yang tinggal di wilayah
malnutrisi yang masih banyak dengan adanya kerja Puskesmas dan terdaftar sebagai
suatu program posyandu yang sudah berjalan. penduduk Desa Ketewel dan tidak sedang
Oleh karena itulah, peneliti ingin mengkaji menderita cacat fisik maupun gangguan
status gizi lansia yang ada di wilayah kerja mental saat pemeriksaan. Variabel status gizi
Puskesmas Sukawati I untuk mengetahui ditentukan dengan menghitung rasio lingkar
keadaan gizi lansia di wilayah tersebut. pinggang dan lingkar perut. Variabel lain yang
juga dinilai adalah aktifitas fisik dan
2. Metode pengetahuan tentang gizi. Pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
Penelitian ini menggunakan pendekatan wawancara pada sampel yang selanjutnya
deskriptif kuantitatif dengan desain cross- dilakukan pengukuran antopometri (lingkar
sectional pada tahun 2015. Studi ini dilakukan perut dan lingkar pinggang). Pengumpulan
untuk memperoleh gambaran status gizi pada data dilakukan selama 20 menit dan hasilnya
warga lanjut usia (lansia) di wilayah kerja dicatat dalam lembar kuesioner yang telah
Puskesmas Sukawati I. Pengambilan sampel tersedia. Data yang diperoleh dianalisa secara
dimulai dengan memilih satu dari enam desa deskriptif kuantitatif menggunakan SPSS 17.0
di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I secara dan disajikan dalam bentuk tabel dan naratif.
acak, dan terpilihlah desa Ketewel. Lalu,
peneliti mendapat daftar nama lansia sebanyak 3. Hasil
180 orang dari Kepala Desa Ketewel yang
dipilih secara acak dari 15 banjar di desa Total sampel yang didapatkan berjumlah 72
tersebut. Kemudian dari 180, kami memilih 72 orang dan dalam pelaksanaannya pada semua
orang sampel secara sistematik, yaitu sampel telah dilakukan wawancara serta
mengambil sampel yang memiliki nomer urut
59 Marselli Widya Lestari: Status gizi lansia…

pengukuran antropometri. Dari Tabel 1 terlihat


bahwa persebaran sampel berdasarkan umur Tabel 2. Distribusi Frekuensi Keluhan Saat Ini
diperoleh rata-rata berumur 65,54 tahun.
Keluhan saat ini F %
Mayoritas sampel berusia 60-69 tahun, laki- Nyeri sendi 48 66,7
laki, masih memiliki pasangan, berpendidikan Kesemutan 38 52,8
rendah dan tidak bekerja. Sampel paling Lainnya 25 34,7
banyak memiliki keluhan nyeri sendi dan Pusing 16 22,2
mudah kesemutan. Sebagai catatan, satu Sulit BAB atau Bak 10 13,9
Gangguan Saluran Cerna 6 8,3
responden dapat mengeluhkan beberapa Sulit Menelan atau
keluhan. Mengunyah 2 2,8
Dilihat dari perhitungan RLPP, 77,8%
mengalami obesitas sentral, dengan rata-rata
RLPP pada sampel yang diteliti sebesar 0,95 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian
untuk laki-laki yang tergolong resiko obesitas
rendah dan 0,92 untuk perempuan yang Variabel f %
tergolong resiko obesitas tinggi. Pada tabel 3 1 Status Gizi (RLPP)
Normal
juga menunjukkan variabel yang secara teori
(Laki-laki <1,0 Perempuan 16 22,2
dapat mempengaruhi status nutrisi. <0,9)
Berdasarkan tingkat pengetahuan, didapatkan Lebih
lebih dari 50% memiliki pengetahuan yang (Laki-laki >1,0 Perempuan 56 77,8
kurang, yaitu berhasil menjawab kurang atau >0,9)
sama dengan 5 dari 10 pertanyaan. Persebaran 2 Pengetahuan tentang gizi
sampel menurut aktivitas fisik, diperoleh Kurang 42 58,3
proporsi paling tinggi pada aktivitas ringan Baik 30 41,7
sebesar 56,9%. 3 Aktivitas Fisik (PAL)
Ringan (<16,49) 41 56,9
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Sedang (16,5-2,00) 15 20,8
Berat (>2,00) 16 22,2
Karakteristik Jumlah (orang) %
Subjek
Umur Pengetahuan tentang gizi didapatkan dari
60-69 tahun 57 79,2 10 pertanyaan dari pesan gizi lansia. 91,7%
>70 tahun 15 20,8 responden mengetahui poin pertama dari pesan
Jenis Kelamin
laki-laki 46 63,9 ini yaitu makan makanan yang terdiri dari
Perempuan 26 36,1 bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan
Status buah. Pada urutan kedua, meminum air yang
Perkawinan bersih dan aman 2 liter/hari, sebanyak 73,6%.
Kawin 67 93,1 Dari tabel didapatkan masih kurangnya
duda/janda 5 6,9
pengetahuan lansia mengenai poin mengurangi
Status
Pendidikan makanan yang mengandung gula sederhana
Rendah 58 80,6 (berasa manis) seperti gula pasir atau sirup dan
Menengah 9 12,5 mengurangi makanan yang asin ( mengandung
Tinggi 5 6,9 garam tinggi) masing-masing 16,7% dan 25%.
Jenis Pekerjaan Tidur, makan, mandi dan berpakaian,
Petani 10 13,9
Pedagang 10 13,9 aktivitas santai, dan kegiatan ringan adalah 5
buruh bangunan 6 8,3 aktivitas terbanyak yang dilakukan lansia.
Lainnya 13 18,1 Selanjutnya diikuti oleh berjalan, kegiatan
tidak bekerja 33 45,8 yang dilakukan dengan duduk, menyapu,
mencuci baju dan piring tanpa mesin, dan
JKK, Volume 4, No 2, April 2017: 56-63 60
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Hal ini hanya sebesar 23,1%. Hal ini berbeda
menunjukkan bahwa sebagian besar kebiasaan dikarenakan 87,5% responden saat
dari kegiatan sehari-hari lansia kurang aktif. diwawancara mengatakan bahwa dalam sehari,
Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang mereka makan tiga kali bahkan lebih. Namun,
gizi, persebaran sampel yang memiliki aktivitas fisik terbanyak yang dilakukan oleh
pengetahuan yang kurang terbanyak pada responden termasuk dalam aktivitas ringan.
status gizi lebih sebesar 71,4%, seperti yang Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan
ditunjukkan Tabel 4. Cukup timpang dengan oleh Beck bahwa obesitas ini biasanya terjadi
yang memiliki status gizi normal yaitu 28,6%. akibat masukan energi tidak dikurangi saat
Begitu pula dengan kelompok yang memiliki aktivitas fisik sudah menurun. Obesitas ini
tingkat pengetahuan baik juga menunjukkan biasanya disebabkan oleh kebiasaan makan
proporsi terbanyak pada status gizi lebih yaitu yang banyak sejak usia muda. Banyak hal
86,7%. yang merugikan dapat timbul akibat
Jika dilihat dari aktivitas fisik, kegemukan pada usia lanjut diantaranya
persebaran sampel yang memiliki aktivitas gerakan lansia yang gemuk akan menjadi lebih
ringan terbanyak pada status gizi berlebih sulit lagi dan nantinya akan lebih rentan pada
(92,7%). Pada kelompok yang melakukan penyakit degeneratif.10
aktivitas sedang juga menunjukkan proporsi Sebagai penyedia pelayanan primer di
paling tinggi pada status gizi lebih sebesar wilayah penelitian ini, Puskesmas Sukawati I
86,7%. Hal tersebut berkebalikan dengan perlu melakukan upaya dalam menanggulangi
aktivitas berat, dimana kategori ini memiliki tingginya prevalensi gizi berlebih ini melalui
proporsi tertinggi pada status gizi normal. program posyandu lansia. Dalam program
tersebut, dilakukan pemantauan antropometri
Tabel 4. Tabulasi Silang RLPP Berdasarkan Tingkat dan status kesehatan lansia secara
Pengetahuan Tentang Gizi, Aktivitas Fisik, dan Jumlah Gigi
komprehensif. Program ini dapat
RLPP diintegrasikan dengan program gizi sehingga
Normal Lebih memungkinkan adanya konseling dengan
F % F % pakar gizi mengenai status gizinya.
1 Pengetahuan Diharapkan dengan hal ini, masing-masing
tentang gizi lansia dapat mencapai gizi yang ideal dan
Kurang 12 28,6 30 71,4 menurunkan morbiditas penyakit.
Baik 4 13,3 26 86,7 Berdasarkan data Profil Puskesmas
2 Aktivitas Fisik Sukawati I, angka prevalensi penyakit pada
Ringan lansia terbanyak adalah hipertensi.8 Beberapa
3 7,3 38 92,7
Sedang
penelitian menyebutkan besarnya risiko
2 13,3 13 86,7 kejadian hipertensi dengan pola konsumsi
Berat
11 68,8 5 31,3 garam berlebih adalah sebesar 2,643 kali
dibanding pola konsumsi garam yang rendah.11
4. Pembahasan Hal ini mendukung hasil penelitian ini bahwa
kurangnya pengetahuan mengenai
Menurut hasil perhitungan rasio lingkar pengurangan konsumsi garam kemungkinan
pinggang panggul dan lebih banyak termasuk berhubungan dengan tingginya angka
dalam obesitas sentral (RLPP > 1 untuk laki- prevalensi di wilayah kerja Puskesmas ini.
laki dan RLPP > 0,9 untuk perempuan). Beberapa penelitian menyatakan
Proporsi obesitas sentral ini lebih tinggi bahwa tingkat pengetahuan tidak berhubungan
dibandingkan dengan data Riset Kesehatan terhadap status gizi seperti penelitian Thakur
Dasar tahun 2007, yang menyatakan bahwa yang menyatakan tidak ada perbedaan
prevalensi obesitas pada kelompok lansia pengetahuan yang signifikan pada murid
61 Marselli Widya Lestari: Status gizi lansia…

gemuk dan tidak gemuk. Hal ini disebabkan dapat melakukan aktivitas fisik yang lain
karena pengetahuan yang mereka miliki hanya seperti mengerjakan pekerjaan rumah,
merupakan suatu informasi yang tidak menyapu, olahraga jalan kaki ataupun senam
mendorong mereka untuk memiliki berat untuk lansia. Namun, aktivitas yang sering
badan yang ideal.12 Penelitian oleh Brien dan dilakukan (selain aktivitas fisiologis) para
Davies di Irlandia juga menyatakan tidak ada responden adalah aktivitas santai seperti
hubungan yang signifikan antara pengetahuan menonton tv dan mengobrol, kegiatan ringan
dengan BMI. Pengetahuan tentang nutrisi seperti mengasuh cucu dirumah, berjalan
dianggap penting, namun tidak mengubah (tidak olahraga), dan kegiatan yang dilakukan
perilaku karena perubahan perilaku lebih dengan duduk seperti "mebanten". Dominasi
dipengaruhi oleh personal, kebiasaan, dan aktivitas ini mungkin disebabkan oleh keluhan
lingkungan.13 saat ini dan riwayat penyakit sendi serta
Namun hal ini berbeda secara teori keluhan lain yaitu penglihatan menurun dari
yang dikemukakan Darmojo yang menjelaskan responden. Keluhan nyeri sendi dan masalah
bahwa faktor risiko terjadinya kurang gizi penglihatan ini masih belum teratasi sehingga
pada lansia disebabkan karena pengetahuan membatasi gerak dari lansia.
tentang gizi yang kurang dan penelitian dari Banyak faktor yang mempengaruhi
Sakamaki, dkk yang menyatakan bahwa status gizi lansia, termasuk didalamnya faktor
pengetahuan dan kesadaran tentang gizi pada secara langsung, yaitu aktivitas fisik. Menurut
mahasiswa di Cina berhubungan dengan berat perhitungan RLPP, terdapat kecenderungan
badan yang ideal.14,15 bahwa semakin ringan aktivitas fisik, semakin
Dalam penelitian ini didapatkan data besar rasio lingkar pinggang dan lingkar
bahwa masih banyaknya responden yang panggul. Seperti yang disebutkan pada salah
kurang mengetahui tentang makan makanan satu penelitian bahwa penurunan aktivitas fisik
yang seharusnya dikurangi seperti makanan berhubungan dengan peningkatan lingkar
berlemak, makanan yang banyak mengandung perut.4 Sugiyanti juga menyatakan bahwa
garam, maupun gula sehingga didapatkan aktivitas yang ringan cenderung memiliki
sebagian besar responden memiliki gizi RLPP yang berlebih.16 Obesitas sentral adalah
berlebih. Oleh karena itu perlu diadakan kondisi kelebihan lemak perut akibat distribusi
promosi kesehatan mengenai 10 pesan gizi pada seluruh tubuh yang tidak merata sehingga
seimbang pada lansia, terutama makanan tidak bisa dimanfaatkan.17 Faktor yang
makanan yang seharusnya dikurangi, berperan dalam terjadinya obesitas sentral
pentingnya aktifitas fisik, bahaya obesitas dan yaitu prubahan gaya hidup seperti tingginya
pengaruhnya terhadap penyakit degeneratif konsumsi makanan berlemak, konsumsi
sehingga promosi kesehatan ini tidak hanya alkohol yang berlebih, rendahnya asupan
dapat menurunkan angka obesitas, namun sayuran dan buah aktivitas fisik yang kurang.
dapat menurunkan juga angka morbiditas yang Namun berbeda dengan penelitian Ismayanti
sering pada lansia seperti hipertensi, diabetes pada lansia di panti sosial. Ismayanti
mellitus tipe 2, stroke. menyatakan bahwa aktivitas fisik tidak
Aktivitas fisik yang mendominasi pada berhubungan secara signifikan dengan status
sampel penelitian ini adalah aktivitas fisik gizi.18 Hal itu mungkin disebabkan karena
ringan. Hal yang dapat menjadi alasan dari tidak seimbangnya asupan dengan aktivitas
tingginya prevalensi ini adalah status yang dilakukan, yang memang pada penelitian
pekerjaan dan keluhan responden. Lebih dari kami tidak diteliti.
separuh responden memiliki keluhan nyeri Oleh karena kecenderungan untuk
sendi dan skor PAL <1,69 sedangkan hampir menjadi gizi berlebih sangat tinggi akibat
50% responden sudah tidak bekerja. Meskipun aktivitas ringan ini, maka peran puskesmas
tidak menghasilkan, sebenarnya lansia masih juga diperlukan dalam pengadaan latihan fisik.
JKK, Volume 4, No 2, April 2017: 56-63 62
p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411

Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan yaitu Daftar Pustaka


dengan senam lansia yang dilakukan 3-4 kali
seminggu, serta dapat meningkatkan kegiatan 1. Badan Pusat Statistik. Hasil sensus
lansia seperti jalan santai bersama, jogging penduduk menurut kelompok umur dan
bersama, bersepeda bersama, atau melakukan jenis kelamin 2010.
hobby bersama terutama saat diadakan http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tab
posyandu lansia. el?tid=336&wid=0. 2010.
Ada beberapa kelemahan dalam 2. Badan Pusat Statistik.. Statistik Penduduk
penelitian ini, yaitu, pertama, populasi sampel Lanjut Usia 2013. Jakarta: Badan Pusat
yang rata-rata berusia 65 tahun ke atas Statistik. 2013.
sehingga penelitian ini hanya berlaku pada 3. Kuswardani, Irvinda Hadi. Gambaran
populasi yang sama disebabkan pola makan Peranan Keluarga terhadap Perilaku
yang sama. Kedua, penelitian ini dilakukan Hidup Sehat Lanjut Usia di Wilayah
pada satu desa yang terpilih secara acak, Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan
sehingga kurang mewakili wilayah penelitian. Medan Petisah Tahun 2009. Medan:
Ketiga, penelitian ini hanya menggambarkan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
beberapa faktor yang secara teori Universitas Sumatera Utara. 2009: 1-131.
mempengaruhi status nutrisi lansia, sementara 4. Kementrian Kesehatan Republik
faktor lain yang berpengaruh langsung seperti Indonesia. Pedoman Pelayanan Gizi
asupan makanan tidak menjadi variabel Lanjut Usia. Jakarta: Kementrian
penelitian. Bagi peneliti selanjutnya Kesehatan RI. 2012.
diharapkan menilai hubungan maupun proses 5. World Health Organization. Water related
sebab-akibat antar variabel pada variabel ini disease (malnutrition). Genewa, World
dengan desain penelitian yang sesuai dan Health Organization.
menilai faktor – faktor lain yang berpengaruh http://www.who.int/water_sanitation_heal
terhadap status gizi seperti asupan makanan th/diseases/malnutrition/en/. 2001
pada lansia sehingga lebih mengetahui 6. World Health Organization. Waist
kecenderungan apa yang berhubungan dengan Circumference and Waist-Hip Ratio:
status nutrisi pada lansia. Report of WHO Expert Consultation.
Genewa, World Health Organization.
5. Kesimpulan 2008
7. Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan
Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang gizi, Dasar (Prevalensi Obesitas Sentral Diatas
persebaran sampel yang memiliki pengetahuan Umur 15 Tahun).
yang kurang terbanyak pada status gizi lebih http://www.litbang.depkes.go.id. 2007.
sebesar 71,4%, begitu pula dengan kelompok 8. Puskesmas Sukawati I. Profil Puskesmas
yang memiliki tingkat pengetahuan baik juga Sukawati I. 2014
menunjukkan proporsi terbanyak pada status 9. Setiani, Yuli. Hubungan Antara Status
gizi lebih yaitu 86,7%. Jika dilihat dari Gizi Dan Stres Dengan Kemampuan
aktivitas fisik, persebaran sampel yang Activity Daily of Living pada Lanjut Usia
memiliki aktivitas ringan terbanyak pada di Wilayah Kerja Posyandu Lansia
status gizi berlebih (92,7%). Puskesmas Puskesmas Sumbersari Kabupaten
disarankan untuk melakukan pengukuran Jember. 2011
antropometri dan pencatatan status kesehatan 10. Bec, Bernard. Neuropeptide and Obesity.
lansia secara komprehensif pada Kartu Menuju Nutrition 2000.
Sehat untuk lansia serta konseling dengan 11. Adhyanti, dkk. Faktor Risiko Pola
pakar gizi mengenai kesehatan lansia untuk Konsumsi Natrium, Kalium, Serta Status
mengatasi masalah tersebut. Obesitas Terhadap kejadian Hipertensi di
63 Marselli Widya Lestari: Status gizi lansia…

Puskesmas Latlangga”. Jurnal Kesehatan study–. Jepang : Nutrition Journal 2005,


Program Study Ilmu Gizi Universitas 4:4 doi:10.1186/1475-2891-4-4
Hasanudin Makasar. 2012. 16. Sugianti, Elya. Faktor risiko obesitas
12. Thakur Netra, D’Amico Frank. sentral pada orang dewasa di sulawesi
Relationship of Nutrition Knowledge and utara, gorontalo dan DKI. Jakarta. Bogor :
Obesity in Adolescence. Philadelphia : Fakultas Ekologi Manusia - Institut
(Fam Med 1999;31(2):122-7.) Pertanian Bogor. 2009.
13. Brien, G.O, Davies. Nutrition knowledge 17. World Health Organization.:Preventing
and body mass index. Irlandia : HEALTH and Managing The Global
EDUCATION RESEARCH Vol.22 no.4 Epidemic.Report of a WHO Consultation.
2007: 571–575. Genewa, Switzerland. 2000.
14. Darmojo,B. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia 18. Ismayanti, Nurika. Hubungan Antara Pola
Lanjut Edisi ke-4. Jakarta : Balai Penerbit Konsumsi Dan Aktivitas Fisik Dengan
FK UI. 2010 Status Gizi Pada Lansia Di Panti Sosial
15. Sakamaki, et.al. Nutritional knowledge, Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta.
food habits and health attitude of Chinese KES MAS Vol. 6, No. 3, September 2012
university students –a cross sectional : 144-211

Anda mungkin juga menyukai