Anda di halaman 1dari 3

Karakterisasi Nata de Coco yang Diproduksi dengan Fermentasi

Immobilized Acetobacter xylinum

Abstrak

Nata de coco adalah makanan fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylinum. Secara umum,
produksi nata de coco dilepas dengan inokulasi langsung ke media cair. Imobilisasi sel adalah teknik yang
digunakan untuk menjebak sel menjadi matriks. Penggunaan sel amobil untuk produksi nata de coco
merupakan salah satu alternatif produk menghasilkan nata bebas sel. Penelitian ini menggunakan
immobilized Acetobacter xylinum untuk menghasilkan nata pada medium air kelapa. Teknik imobilisasi
yang digunakan adalah menjebak
Acetobacter xylinum dalam matriks Ca-alginat. Sel imobilisasi kemudian digunakan untuk fermentasi
nata de coco berulang kali. Faktor yang diperiksa meliputi fermentasi pengulangan, waktu makan pada
pembentukan nata, ketebalan nata, viabilitas
sel yang tidak bergerak Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sel amobil masih menghasilkan nata hingga
dua ulangan fermentasi. Waktu rata-rata memproduksi nata adalah 11 hari, dengan ketebalan rata-rata
0,8 cm. Sedangkan laju pembentukan persamaan nata y = 0,077x -0,086. Setelah dua kali fermentasi
replikasi, viabilitas sel sel amobil masih tinggi.

pengantar

Nata de coco merupakan produk kultur fermentasi Acetobacter xylinum dalam medium air kelapa yang
diperkaya dengan karbon dan nitrogen melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi seperti itu, bakteri
ini menghasilkan enzim yang bisa dikompilasi menjadi seribu rantai gula atau serat selulosa. Dari jutaan
biomassa yang ditanam di air kelapa, akan menghasilkan jutaan potongan benang selulosa yang akhirnya
tampak putih padat hingga transparan, disebut nata.

Produksi nata de coco masih dilakukan dengan cara menginokulasi Acetobacter xylinum langsung ke
media kultur air kelapa. Cara ini selalu sedikit tertinggal untuk digunakan sebagai starter culture untuk
fermentasi selanjutnya. Cara ini memiliki keunggulan yang mudah dan murah. Namun, metode ini juga
memiliki risiko budaya yang digunakan sebagai biakan starter menjadi rentan terhadap kontaminasi dan
kematian, terutama saat penyimpanan sebelum digunakan untuk fermentasi berikutnya jika ditangani
secara tidak tepat.

Selain itu, penggunaan nata de coco tidak hanya terbatas pada bidang makanan, tapi juga untuk bidang
kedokteran dan farmasi, misalnya pada proses penyembuhan luka terbuka. Oleh karena itu, diperlukan
suatu metode fermentasi untuk menghasilkan nata yang mengandung sedikit atau bebas dari biomassa.
Salah satunya adalah dengan cara immobilisasi Acetobacter xylinum untuk
fermentasi nata de coco.
Imobilisasi sel yang didefinisikan oleh Chibata (1978) sebagai metode untuk membatasi atau
menempatkan secara fisik sel mikroba di tempat tertentu dimana sel masih memiliki aktivitas katalitik
dan dapat digunakan terus menerus dan berulang kali. Ini keadaan sel amobil yang bisa dalam keadaan
tumbuh, istirahat (istirahat) dan atau keadaan autolysis. Dalam beberapa kasus, sel imobilisasi mikroba
sudah mati, namun tetap menunjukkan aktivitas enzim. Keuntungan meliputi teknik imobilisasi sel dapat
digunakan dalam sistem kontinyu, dapat digunakan berulang kali pada sistem batch, dapat digunakan
untuk ekskresi metabolit sekunder, dapat melindungi dari gangguan aliran turbulen dan dapat
mencegah inaktivasi interfacial (Tramper, 1990 di Champagne et al. , 1994).

Teknik imobilisasi sel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik jebakan sel dalam matriks gel
alginat kalsium. Metode pembuatan manik-manik yang dibuat dalam penelitian ini adalah metode
ekstrusi atau tetesan metode. Jebakan mekanis dalam matriks gel kalsium alginat secara teknis sangat
sederhana dan mudah diterapkan dan cocok untuk imobilisasi sel yang layak (Groboilot et al, 1994;
Tampion dan Tampion, 1987). Dalam penelitian ini digunakan amobil Acetobacter xylinum untuk
fermentasi nata de coco. Dalam penelitian ini akan menjadi ciri proses pembentukan nata. Teknik ini
memiliki kelebihan termasuk beberapa biakan starter yang terjebak dalam matriks dapat digunakan
berulang kali, dan dari beberapa literatur imobilisasi sel dapat meningkatkan produksi metabolit. Jadi
dalam penelitian ini akan menjadi potensi peningkatan produksi nata menggunakan imobilisasi.

Bahan dan Metode


2.1. Bahan
Biomassa dihasilkan dengan tumbuh dalam medium kaldu nutrisi selama 24 jam. Pemisahan biomassa
dilakukan dengan sentrifugasi. Sedangkan untuk proses fermentasi, bahan yang digunakan sebagai
media adalah air kelapa yang diperkaya dengan penambahan ZA sebagai sumber nitrogen.

2.2. Immobilized Acetobacter xylinum


Deposisi biomassa Acetobacter xylinum hasil sentrifugasi dimasukkan ke dalam larutan natrium alginat.
Sejumlah larutan alginat 50 ml disiapkan dengan mencampur 1,5 gram alginat dengan 50 ml air suling.
Kemudian steril 0,1 M CaCl2 disiapkan dengan mencampur 1,47 gram CaCl2 ke dalam labu Erlenmeyer
yang telah mengandung 100 ml air suling untuk sterilisasi. Untuk periode berikutnya endapan sel dalam
larutan natrium alginat dicampur dalam larutan natrium alginat sebagai perangkap. Periode campuran
sel-alginat yang telah dicampur secara merata kemudian turun menjadi 100 ml larutan CaCl2 steril
(dalam gelas gelas dengan konsentrasi 0,1 M) dicampur pada pengaduk magnet (Termolyne) pada
kecepatan dengan skala 1. Untuk menghindari Keanekaragaman manik-manik kemudian dipilih tetes
buret dengan kapasitas 20 liter dan ± 0,18 mm ukuran aperture. Tetesan campuran sel-alginat dalam
larutan CaCl2 akan segera membentuk sel manik-manik atau manik-manik, sehingga secara otomatis
waktu sel Acetobacter xylinum sudah terjebak dalam matriks gel Ca-alginat. Untuk membentuk sel
amobil padat yang diimobilisasi, kemudian dibiarkan selama ± 15 menit dalam larutan CaCl2. Beads
kemudian sel amobil yang diperoleh kemudian dibilas (2 kali) dengan air pepton steril 0,1%.
2.3. Fermentasi
Sebanyak 100 ml air kelapa dicampur dengan 10 g glukosa, 2 g ZA, dan 2 mL asam asetat. Larutan ini
kemudian dipanaskan sampai suhu 80 ° C dan dilanjutkan pendinginan sampai 30 ° C. Proses fermentasi
dilakukan dengan mencampurkan media air kelapa dengan manik-manik yang mengandung sel
Acetobacter xylinum dalam wadah dan kemudian diberi penutup

...Pola pembentukan nata sampai replikasi nata fermentasi kedua juga tidak menunjukkan perbedaan.
Ketebalan nata 0,8 cm dicapai selama 11 hari (Gambar 4). Jadi penggunaan sel amobil melalui 2 ulangan
tetap bisa dilakukan.

Jumlah sel dihitung sebelum fermentasi kedua adalah 3.47x107 CFU / mL, hampir tidak ada penurunan
jumlah sel sejak awal fermentasi pertama 3.5x107 CFU / mL. Ini berarti bahwa proses imobilisasi
Acetobacter xylinum dapat menjaga kelangsungan hidup sambil mempertahankan produksi nata. Secara
visual, hasilnya tidak menunjukkan perbedaan dengan nata nata yang dihasilkan secara umum (Gambar
5).

Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sel amobil masih menghasilkan nata hingga dua ulangan
fermentasi. Waktu rata-rata memproduksi nata adalah 11 hari, dengan ketebalan rata-rata 0,8 cm.
Sedangkan laju pembentukan persamaan nata y = 0,077x -0,086. Setelah dua kali ulangan fermentasi,
viabilitas sel immobilisasi
Acetobacter xylinum masih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai