PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian ilmu ma’ani ?
2) Apa tujuan ilmu ma’ani ?
3) Apa faedah ilmu ma’ani ?
4) Apa sajakah objek pembahasan ilmu ma’ani ?
5) Apa pengertian isnad khobari ?
6) Apa tujuan penyampaian khobari ?
7) Apa sajakah pembagian khobari ?
1
3. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui pengertian ilmu ma’ani
2) Untuk mengetahui tujuan ilmu ma’ani
3) Untuk mengetahui faedah ilmu ma’ani
4) Untuk mengetahui apa saja pembahasan ruang lingkup ilmu ma’ani
5) Untuk mengetahui pengertian isnad khobari.
6) Untuk mengetahui tujuan penyampaian khobari.
7) Untuk mengetahui pembagian khobari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Lafadz المعانىmerupakan bentuk jamak dari lafadz المعنى adapun menurut bahasa adalah
maksud, arti atau makna (Jawaharil al-Balaghah). Menurut istilah (Syarh Hilyat al-Lubb al-
Masun) ilmu ma’ani adalah ilmu untuk mengetahui yang sesuai dengan tuntutan situasi dan
kondisi. Hal ihwal lafadz yaitu model-model susunan kalimat dalam bahasa Arab, seperti
penggunaan taqdim atau ta’khir, ma’rifat atau nakiroh, disebutkan atau dibuang, dan
sebagainya.
Para ahli ilmu ma’ani mendefenisikannya sebagai pengungkapan melalui ucapan tentang
sesuatu yang ada dalam pikiran atau disebut juga sebagai gambaran dari pikiran.
Sebagian ulama’ menjelaskan: berbagai makna yang tergambar dibenak manusia yang
bertemu dengan hati mereka adalah sesuatu yang sangat rahasia dan jauh.
Ilmu ma’ani bertujuan membantu agar seseorang dapat berbicara sesuai dengan muqtada
al-hal. Dalam rangka itu, maka ia harus mengetahui bentuk-bentuk kalimat dalam bahasa
arab. Kapan seseorang harus mengungkapkan dalam bentuk taqdim (mendahulukan salah
satu kata), tak’hir (mengakhirkan), wasal (menyambung kalimat), fasl (memisah), dzikr
(menyebutkan ) dan bentuk lainya. (jawahir al-Balaghah).i
3
Secara umum tujuan pengajaran ilmu ma'ani di perguruan tinggi, pertama, agar
mengetahui kemukjizatan al-Qur'an melalui aspek kebaikan susunan dan sifatnya, keindahan
kalimat, kehalusan bentuk i'jaz yang telah diistimewakan oleh Allah SWT dan segala hal
yang dikandung oleh al-Qur'an itu sendiri.
Kajian ilmu ma’ani adalah keadan kalimat dan bagian-bagianya. Membahas bagian-
bagian berupa musnad-musnad ilaih, dan fi’il muta’allaq. Dan dalam bentuk jumlah meliputi
fasl, wasal, ijaz, itnab, dan musawah. Perbedaan antara ilmu ma’ani dan ilmu nahwu adalah
terletak pada wilayahnya. Ilmu nahwu lebih bersifat mufrad (berdirii sendiri) tanpa
terpengaruh oleh factor lain. Sedangkan ilmu ma’ani lebih bersifat tarkibi (tergantung kepada
faktor lain).
Dan didalam ilmu ma’ani diterangkan tentang objek pembahasan ilmu ma’ani berkaitan
dengan struktur kalimat dan isi kandungan makna kalimat diantara yaitu:
1. Isnad
2. Musnad ilaih
4
3. Musnad
4. Muta’alliqat al-fi’li
5. Qasr
6. Insha’
Menurut ulama’ balaghoh isnad khobari ialah menghukumi atau menetapkan dengan
salab (negative atau peniadaan) atau dengan ijab (positif).
a. Pengertian isnad
Terhimpunya suatu kata yang setatusnya sebagai musnad kepada kata
lain yang setatusnya sebagai musnad ilaih, dengan suatu cara yang
memberikan faedah hukum dengan salah satunya terhadap lainya, baik
menetapkan maupun meniadakan .
Seperti Allah SWT itu maha esa yang tiada sekutu baginya.
Contoh yang menerangkan (positif) umar duduk. Susunan kalimat tersebut
menujukkan pemahaman tetapnya hukum berdiri pada umar.
Contoh yang meniadakan (negatif) umar tidak
berdiri. kalimat ini menunjukkan pemahaman tidak tetapnya hukum berdiri
pada ’Amr.
b. Pengertian khobar
Kalam khobar adalah kalam yang mengandung kebenaran dan kedustaan
karena dzat-nya.
5
b. Pembicara memberi tahu kepada pendengar bahwa dirinya mengetahui tentang
ketetapan hukum .
7. Pembagian Khobar
khobar ada 2 macam yaitu:
a. Jumlah fi’liyah
Jumlah fi’liyah disusun untuk memberikan faedah timbulnya hal yang baru
pada masa tertentu secara ringkas. Jumlah fi’liyah biasanya digunakan untuk
meletakkan suatu pekerjaan di dalam zaman tertentu tapi secara ringkas (tidak
butuh lafadz bema’na zaman lagi). Contoh ketika kita akan memberitahukan
khabar kedatangannya zaid dalam zaman tertentu (misal zaman yang sudah
lewat), maka diucapkan ﺯﻳﺪM ﺟﺎﺀ. dan ketika hendak memberitahukan keberadaan
zaid yang sebentar lagi akan datang, maka diucapkan
ﻳﺠﻲﺀ ﺯﻳﺪ
b. Jumlah ismiyah
Jumlah ismiyah itu untuk memberiakan faedah menurut asal cetakanya untuk
menunjukan tetapnya sesuatu pada sesuatu makna, bukan lainya, dengan tampa
melihat makna yang timbul secara baru. Sedangkan jumlah ismiyah
penggunaannya adalah hanya sekedar ingin menetapkan musnad pada musnad
ilaih saja, tidak memandang kapan pekerjaan tersebut terjadi.
Contoh ketika kita hanya sekedar memberi tahu mengenai berdirinya zaid saja,
tidak bermaksud kapan toh berdirinya, maka diucapkan ﺯﻳﺪ ﻗﺎﺋﻢ.
6
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Selain untuk tugas, kami harap dengan adanya makalah ini mahasiswa
menjadi lebih memahami pada tentang materi ilmu ma’ani dan isnad khobari.
Serta dengan adanya makalah ini Mahasiswa dapat lebih semangat dalam
mempelajari tentang materi ilmu ma’ani dan isnad khobari.
7
Daftar pustaka
8
i