SKRIPSI
Oleh :
Reni Puspitasari
NIM : 058114157
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
1
KUALITAS MOLASE SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI ALKOHOL
PABRIK SPIRITUS MADUKISMO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Oleh :
Reni Puspitasari
NIM : 058114157
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
Pelajarilah Ilmu.
Barang Siapa Yang Mempelajarinya Karena Allah, Itu Taqwa
Menuntutnya, Itu Ibadah.
Mengulang-Ulangnya Itu Tasbih.
Membahasnya, Itu Jihad.
Mengajarkannya Kepada Orang Yang Tidak Tahu, Itu Sedekah.
Memberikannya Kepada Ahlinya, Itu Mendekatkan Diri Kepada Allah.
(Ahusy Syaih Ibnu Hibban Dan Ibnu Abdil Barr)
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala anugerah
Madukismo Yogyakarta.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa
adanya bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada
1. Ibu Rita Suhadi M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
3. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., selaku ketua peneliti Optimalisasi
4. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
vii
5. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.Sc., selaku dosen pembimbing
6. Seluruh staf dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
7. Mas Bimo, Mas Kunto, Pak Parlan, seluruh laboran dan karyawan
8. Orang tua dan kakakku tercinta, atas segala kasih sayang, dukungan, dan
9. Pak Eko dan Mbak Hasti atas izin dan bantuannya dalam pengambilan data
10. Kelompok GBU ( Iman, Agung, Totok, Pak Rete, Bayu, Eko, Natalia) untuk
13. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan laporan ini yang
terlepas dari keterbatasan dan kekurangan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan skripsi ini sangat
penulis harapkan.
Penulis
viii
INTISARI
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iv
PRAKATA........................................................................................................... vii
INTISARI ............................................................................................................. ix
ABSTRACT............................................................................................................x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
BAB I. PENGANTAR
1. Perumusan masalah.........................................................................3
2. Keaslian penelitian..........................................................................3
3. Manfaat penelitian...........................................................................3
xi
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA
B. Molase....................................................................................................7
3. Kualitas Molase..............................................................................11
1. Variabel Penelitian.........................................................................23
xii
1. Analisis Brix ..................................................................................35
A. Kesimpulan............ ..............................................................................48
B. Saran....................... .............................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................53
LAMPIRAN..........................................................................................................51
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel VII. Hasil Analisis Kadar Gula Yang Tidak Meragi......................... ......44
Tabel XI. Hubungan Antara Kepekatan Dan Berat Jenis Larutan Gula...........51
Tabel XIII. Hubungan Antara Berat Jenis Larutan Molase Setelah Koreksi Suhu
Tabel XV. Tetapan Cara Inversi Menurut Steuerwald Pada Berbagai Suhu Dan
Kepekatan.........................................................................................52
Tabel XVI. Kadar Gula Reduksi Dari Polarisasi Dan Banyaknya Tembaga Yang
Iodometri).........................................................................................53
xiv
Tabel XVII. Jumlah Gula Invert (mg) Sesuai Dengan Selisih Titrasi Yang
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 14. Data Kadar Sakarosa dan Kadar Glukosa Dalam Sakarosa .59
Lampiran 15. Data Pembakuan Natrium Tiosulfat Untuk Penentuan Kadar Gula
Reduksi .....................................................................60
Reduksi .................................61
xvii
Lampiran 19. Data Kadar Gula Reduksi .............................................................62
Lampiran 20. Data Pembakuan Natrium Tiosulfat Untuk Penentuan Kadar Sisa
Gula ..........................................................................62
Lampiran 21. Data Penimbangan Sampel Molase Untuk Menentukan Sisa Gula
...........................................................................62
Lampiran 24. Data Pembakuan Natrium Tiosulfat Untuk Penentuan Kadar Gula
Lampiran 27. Data Kadar Gula Yang Tidak Dapat Meragi ...........65
xviii
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
alkohol sudah lama dilakukan. Molase merupakan salah satu produk utama
setelah gula pasir, yang dihasilkan dari bermacam-macam tingkat pengolahan tebu
menjadi gula (Witono, 2003). Menurut Judoamidjojo dan Darwis (1992), molase
mengandung sejumlah besar gula, baik sukrosa maupun gula reduksi. Total
kandungan gula berkisar 48-56% dan pH-nya sekitar 5,5-5,6. Gula reduksi
Suryani, 1994). Molase pekat berasal dari cairan gula yang diuapkan sehingga
mengandung 70-80% gula yang terdiri dari 70% gula invert (Purwani, Rofiq dan
Hidayat, 2007).
Kualitas molase yang dihasilkan dari suatu industri gula dipengaruhi oleh
terdapat dalam molase. Selain hal tersebut kualitas molase juga dipengaruhi oleh
lokasi penanaman tebu, kondisi iklim tanam, komposisi molase dan kondisi
perubahan sifat fisis maupun kimia, karena sifat dari molase itu sendiri
mempunyai pH 5,5-6,5 dan berada dalam kondisi pekat sehingga konsentrasi gula
1
2
dalam molase cukup tinggi dapat memberikan efek pengawetan pada molase
kehidupan yeast yang akan berdampak terhadap produksi alkohol yang kurang
optimal (Harahap, 2003). Oleh karena itu, mutu produk alkohol yang dihasilkan
dari proses fermentasi dipengaruhi oleh kualitas molase. Molase yang mempunyai
pendahuluan, yang perlu disesuaikan yaitu pH, konsentrasi gula dan pemakaian
nutrien. Hal tersebut disebabkan karena molase bersifat kental, kadar gula dan
pH-nya masih terlalu tinggi serta nutrien yang dibutuhkan yeast belum mencukupi
dalam molase. Jika konsentrasi gula terlalu tinggi akan berakibat buruk pada yeast
yang digunakan atau alkohol yang dihasilkan akan menghambat aktivitas yeast.
Akibat lain jika konsentrasi gula terlalu tinggi maka waktu fermentasinya lebih
sekarang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi
dan kosmetik. Karena belum memenuhi standar kefarmasian maka penelitian ini
alkohol, sehingga kondisi produksi dapat dioptimalkan dan produk alkohol yang
1. Perumusan masalah
rumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana
2. Keaslian penelitian
3. Manfaat penelitian
alkohol.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
produksi alkohol.
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
peragian (fermentasi) dengan yeast yang dipakai adalah S. cerevisiae. Enzim yang
ada dalam yeast ini merubah gula yang masih ada dalam molase menjadi alkohol
dan gas CO2 (Anonim, 1984). Mekanisme reaksi dalam fermentasi sebagai
berikut:
fermentasi digunakan disakarida seperti sakarosa. Reaksi yang terjadi pada tahap
invertase
C12H22O11 + H2O 2 C6H12O6 (1)
Katalis
Sakarosa Monosakarida
Reaksi pada tahap selanjutnya gula reduksi hasil dari hidrolisa sakarosa
akan diubah menjadi alkohol dan CO2 dengan menggunakan enzim zymase.
5
6
Enzim zymase merupakan enzim yang dikeluarkan oleh yeast yang dapat
zymase
C6H12O6 2 C2H2OH + 2 CO2 (2)
katalis
Glukosa Alkohol
14% maka alkohol dapat menghancurkan enzim zymase dan proses fermentasi
kondisi yang optimum untuk pertumbuhan yeast. Yang perlu disesuaikan dalam
sebagai berikut:
akhir.
7
pada tekanan 15 psi dan temperatur 121 oC selama 15 menit (Anonim, 2007).
memperbanyak sel yeast yang akan digunakan dalam fermentasi alkohol. Proses
dilakukan dengan cara bertahap untuk adaptasi lingkungan dari skala kecil sampai
diharapkan sel yeast dapat melakukan peragian yang akan mengubah molase yang
distilasi bertingkat.
B. Molase
1. Definisi molase
substrat yang sering digunakan untuk fermentasi alkohol sebagai salah satu
sumber karbohidrat bagi yeast yang mengandung gula, senyawa N, vitamin dan
unsur-unsur kelumit.
8
didapatkan secara luas, murah serta dianggap sebagai bahan baku yang
berkualitas. Molase berupa cairan kental seperti sirup dan berwarna coklat gelap
Selain molase, terdapat banyak variasi bahan baku yang dapat digunakan
dalam industri fermentasi. Dan hampir semua bahan baku untuk proses
pertanian seperti: tebu, jagung, kentang dan lain-lain. Menurut Harahap (2003),
karbohidrat, yaitu :
atau disebut juga substansi sakarin yang rasanya manis, seperti misalnya gula
misalnya: padi-padian, jagung, gandum, kentang sorgum, malt, barley, ubi kayu
dan lain-lain. Pada pembentukan alkohol (Said, 1987) dengan bahan dasar pati
amylase
2C6H12O5 + H2O C12H22O11 (3)
Pati Maltosa
maltase
C12H22O11 + H2O 2C6H12O6 (4)
Maltosa Glukosa
zymase
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 (5)
Glukosa Etanol
mengandung selulosa, misalnya: kayu, cairan buangan pabrik pulp dan kertas
Pelepasan tersebut bisa dilakukan dengan perlakuan asam, basa, panas dan
Selulosa Maltosa
10
Maltosa Glukosa
3. Kualitas molase
alkohol adalah gula terutama sakarosa, glukosa dan fruktosa. Komponen tersebut
sangat penting dalam proses fermentasi yang berguna untuk menentukan mutu
(Anonim, 1984).
persyaratan yaitu :
dapat mengalami kerusakan oleh adanya kegiatan bakteri, yeast dan kapang.
sukrosa, gula reduksi, air dan suhu. Mikroorganisme yang paling banyak dalam
molase adalah bakteri. Bakteri ini bisa berasal dari batang tebu, kotoran tanah dan
dan B.arterrimus.
3) Bakteri aerob tidak membentuk spora yaitu tiga species micrococcus antara
tumbuh dalam molase dapat menyebabkan inversi sakarosa, molase menjadi asam
merusak media dan merusak proses fermentasi sehingga mutu alkohol yang
fermentasi, gula akan diubah menjadi alkohol. Kandungan gula dalam bahan baku
secara maksimal (Purnomo, 1997). Kualitas suatu molase sebagai bahan baku
13
1) Sakarosa
glukosa dan fruktosa. Sakarosa mempunyai sifat higroskopis, larut dalam air
fruktosa disebut inversi. Inversi adalah perubahan bidang putar polarisasi dari
(+) ke (-) atau sebaliknya. Pada awalnya sakarosa merubah bidang sinar pol
(+) dan setelah mengalami inversi merubah bidang sinar pol (-). Banyaknya
sakarosa yang terinversi tergantung dari suhu dan pH. Inversi akan bertambah
Pol suatu larutan gula yang tidak murni yang mengandung zat aktif optik
yang larut bukan merupakan kadar sakarosa. Oleh karenanya dicari suatu cara
zat aktif optik yang lain, maka diadakan dua kali pembacaan pol, yaitu pertama
pembacaan pol sebelum inversi dan kedua sesudah inversi. Pembacaan sesudah
inversi adalah pembacaan pol setelah larutan gula tersebut dihidrolisa sehingga
semua sakarosa yang ada menjadi gula invert (Kuswurj, 2008). Kualitas molase
yang baik mempunyai kandungan sakarosa antara 30-40% dengan rata-rata kadar
Derajat pol atau pol adalah jumlah gula (dalam g) yang ada dalam setiap
secara langsung ( Kuswurj, 2008). Rotasi jenis adalah suatu zat yang memiliki
sifat aktif optik dapat memutar bidang polarisasi apabila disinari langsung cahaya
linier, hal ini tergantung dari panjang gelombang cahaya yang digunakan apabila
panjang gelombang yang digunakan pendek maka rotasi jenis akan semakin besar
(Roth, 1994). Telah diketahui bahwa sakarosa adalah senyawa karbohidrat yang
pada kondisi tertentu yaitu keadaan asam dan temperatur tinggi mengalami
rotasi jenis yang positif sedangkan fruktosa rotasi jenisnya negatif ( Kuswurj,
arah penyimpangan b dari vektor cahaya a. Cahaya akan menyinari kuvet dan
kemudian prisma nikol dapat berputar pada sumbu berkas cahaya sedangkan
Prinsip kerja polarimeter adalah mula-mula titik nol pada alat ini dipasang lebih
kuvet kosong. Titik nol dalam polarimeter ini tidak terdapat pada daerah kesilauan
yang besar melainkan pada daerah kesilauan yang lebih rendah yaitu pada posisi
Apabila kuvet yang berisi senyawa aktif optik diletakkan dilintasan cahaya maka
bidang getaran cahaya dibelokkan sebesar harga rotasi . Cahaya akan menjadi
gelap, karena bidang belokan tidak lagi bersesuaian. Apabila analisistor diputar
sebesar dengan posisi f, maka akan mencapai posisi yang dapat meneruskan
cahaya tertinggi. Analisistor dari sudut pengamat yang diputar sesuai dengan arah
jarum jam yaitu kekanan menyebabkan larutan memutar kekanan dan apabila
diputar berlawanan dengan jarum jam maka larutan dapat memutar kekiri (Roth,
1994).
2) Gula reduksi
Gula reduksi adalah jenis bahan organik yang memiliki daya mereduksi
dalam suasana alkalis adalah unsur yang memiliki gugus aldehid dan gugus
adalah glukosa dan fruktosa juga sering disebut gula reduksi. Gula reduksi
dalam molase berasal dari batang tebu, dan sebagian berasal dari proses
H+
C12H22O11 + H2O 2C6H12O6 + C4H12O2 (9)
dan tingginya suhu, sedangkan waktu juga dapat menyebabkan perusakan yang
menurut Sudarmadji dkk (1996) dapat dilakukan dengan cara antara lain :
Prinsip reaksi yang terjadi selama penentuan gula reduksi awalnya adalah
berikut :
17
Penentuan gula reduksi dengan cara ini didasarkan atas banyaknya endapan
Jumlah Cu2O yang terbentuk ekuivalen dengan banyaknya gula reduksi yang
ada dalam larutan nira, dengan melihat tabel Hammond maka dapat diketahui
c) Metode Iodometri
Prinsip dari metode ini adalah sampel yang telah berada dalam bentuk larutan
iodin dapat berubah menjadi iodat dan tidak reaktif terhadap gula dalam
larutan alkalis). Setelah itu diasamkan dengan asam klorida atau asam sulfat
Titrasi blanko:
alkohol PS Madukismo ditambahkan pengujian sisa gula dan gula yang tidak
sebagai bahan baku produksi alkohol harus memenuhi parameter 0brix. Kondisi
molase yang pekat menghasilkan konsentrasi gula dalam molase cukup tinggi
Dunn,1990). Menurut Prescott and Dunn (1990), kualitas molase yang baik harus
Derajat brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam g) dalam
setiap 100g larutan (Kuswurj, 2008). Untuk mengetahui banyaknya zat padat yang
terlarut dalam larutan (brix) diperlukan suatu alat ukur. Adapun pengukuran brix
benda. Alat ini terbuat dari gelas berbentuk seperti botol kecil, dilengkapi
dengan tutup dengan lubang kapiler. Alat ini mempunyai volume tertentu dan
dibuat sedemikian sehingga pada t0 yang sama selalu terukur volume yang
Kelebihan metode ini adalah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, dalam
skala laboratorium. Kerugian metode ini akan menjadi tidak efektif dan
Alat ini paling umum digunakan di pabrik, karena pemakaiannya mudah dan
cepat. Terbuat dari bahan gelas, berbentuk silindris yang bagian bawahnya
berbentuk bola. Pada bagian atas meruncing dan terdapat skala yang
menunjukkan derajat brix. Prinsip kerjanya adalah bahwa gaya ke atas yang
dialami oleh suatu benda yang dicelupkan dalam cairan tergantung dari berat
jenis cairan. Jadi semakin kecil berat jenis maka hidrometer semakin
Menurut Kuswurj (2008), indeks bias suatu larutan gula atau nira mempunyai
hubungan yang erat dengan brix. Indeks bias nira yang diukur, dapat
digunakan untuk menghitung brix nira. Alat untuk mengukur brix dengan
20
indeks bias dinamakan Refraktometer. Kelebihan alat ini adalah sampel nira
(Kuswurj, 2008). Larutan molase (nira) mengandung zat padat yang terlarut, zat
ini terdiri dari gula dan bukan gula. Berikut skema bagian-bagian dari nira :
Perbandingan berat kedua zat gula dan bukan gula disebut hasil bagi kemurnian
Jadi semakin besar jumlah gula, atau semakin sedikit brix, HK semakin
tinggi dan sebaliknya semakin besar brix, HK semakin kecil (Kuswurj, 2008).
alkohol, kadar abu sangat menentukan mutu molase. Kadar abu dalam molase
biasanya diamati sebagai abu sulfat. Kadar abu yang menunjukkan kualitas
21
molase yang baik bervariasi antara 7-11% (Crueger and Grueger, 1984). Adanya
kandungan abu yang tinggi akan menurunkan efisiensi fermentasi yang pada
Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara
pengabuan (Sudarmadji dkk, 1984). Kadar abu erat kaitannya dengan mineral
suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua
macam garam yaitu organik dan anorganik, selain kedua garam tersebut, kadang-
Cara ini dilakukan dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi,
d) Campuran asam perkhlorat dan asam nitrat, digunakan untuk bahan yang
C. Keterangan Empiris
Yogyakarta yang berasal dari hasil samping Pabrik Gula Madukismo. Salah satu
kualitas molase sebagai bahan baku produksi alkohol karena kualitas molase
dari brix, polarisasi dan harga kemurnian (HK), kadar sakarosa, kadar gula
reduksi, kadar gula yang tidak meragi, kadar sisa gula dan kadar abu.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Variabel Penelitian
Madukismo Yogyakarta.
2. Definisi Operasional
23
24
organoleptis, brix, polarisasi, kadar sakarosa, kadar gula reduksi, sisa gula,
kadar gula yang tidak dapat meragi dan kadar abu dalam molase.
p.a (E.Merck) dan 7,5 gram kalium oksalat (K2C2O4.H2O) p.a (E.Merck)
c. Larutan Fehling I
d. Larutan Fehling II
Dibuat dengan melarutkan 50,0 gram NaOH p.a (E.Merck) dalam 500 ml
e. Larutan KI 20 %
aquadest.
5 bagian aquadest.
h. Larutan amilum
Dibuat dengan melarutkan 0,3 gram amylum dan sedikit mercuri iodide
i. Larutan Luff
(E.Merck) dan 28,8 gram asam sitrat (C6H8O7.H2O) p.a (E.Merck) dalam
k. Larutan NaOH 8 %
aquadest.
m. Larutan NaOH 4 %
aquadest.
Dibuat dengan mengencerkan 100 ml HCl pekat p.a (E.Merck) dalam 100
ml aquadest.
Dibuat dengan melarutkan 0,1 gram methyl red p.a (E.Merck) dalam 100
ml alkohol murni.
27
q. Larutan HCl 4 N
Dibuat dengan mengencerkan 33,2 ml HCl pekat p.a (E.Merck) dalam 100
ml aquadest.
D. Alat Penelitian
tabung reaksi, gelas arloji, buret, cawan porselen, pipet tetes, pipet volume, ball
polarisasi (2 dm dan 4 dm), kompor listrik, desikator, jarum ose, Laminar Air
1. Pemeriksaan pendahuluan :
derajat brix, polarisasi dan Harga Kemurnian (HK), kadar sakarosa, kadar gula
reduksi, sisa gula, kadar gula yang tidak meragi dan kadar abu.
dikeringkan dengan pompa vacum. Piknometer diisi air dan ditimbang untuk
diaduk pelan-pelan dengan pengaduk gelas hingga molase larut semua. Larutan
tersebut dimasukkan ke dalam piknometer yang bersih dan kering serta telah
diketahui nilai airnya lalu ditutup. Piknometer beserta larutan molase ditimbang
dan diukur suhunya. Berat larutan dibagi nilai airnya memberikan berat jenis
larutan, lalu dengan pertolongan tabel XII didapat brix yang belum terkoreksi.
Dari suhu larutan dengan pertolongan tabel XIII diperoleh brix yang telah
terkoreksi.
diketahui berat jenis dan brix-nya dimasukkan ke dalam labu ukur sampai 100 ml.
Larutan ditambah Pb-asetat sampai batas garis tanda 110 ml kemudian dikocok.
tabung polarisasi untuk dipolarisasi. Dari brix dan polarisasi molase, maka dapat
% Pol
HK = x 100 % , dimana: HK = Harga Kemurnian
% Brix
ditambahkan aquadest kemudian dituang ke dalam labu ukur 250 ml. Larutan
aquadest sampai garis, dan infusari lalu dikocok dan disaring. Filtrat dimasukkan
ke dalam labu ukur sampai garis 100 ml. Larutan ditambahkan 10 ml almunium
sulfat 30%, infusari, dan 10 ml aquadest, lalu dikocok dan disaring. Filtrat diambil
puluh ml filtrat sisa dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan ditambah 30 ml
ditambah arang aktif (norit), dikocok dan disaring untuk diambil filtratnya
100 S
Kadar sakarosa = , Dimana :
C 0,5 t
S = jumlah polarisasi sebelum dan sesudah inversi, ynag terakhir dengan tanda
kedalam labu ukur 250 ml. Larutan tersebut ditambahkan dengan 15 ml timbal
disaring. Lima puluh ml filtrat dimasukkan dalam labu ukur 100 ml ditambah
sampai garis lalu saring. Filtrat sebanyak 50 ml nira tapisan dimasukkan kedalan
Kemudian larutan dipanaskan di atas kompor listrik yang diberi kasa sampai
rupa sehingga CuO tidak kena udara. Kedalam zat cair yang sudah dingin
dalam 5 bagian air). Iodium yang terjadi dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N.
30
Supaya perubahan warna lebih jelas pada akhir titrasi ditambahkan 3 sampai 4
Pembuatan Blanko :
Fehling I dan 25 ml Fehling II. Larutan dipanaskan selama 4 menit dari titik
ditambah 25 g gist, dikocok sampai rata. Didiamkan pada suhu kamar selama 4
jam. Pindahkan kedalam labu ukur 250 ml ditambah 25 ml lood acetat netral 10%
dan aquadest sampai garis lalu disaring. Filtrat bening diambil sebanyak 50 ml,
untuk membuang Pb dan Ca yang ada, lalu disaring. Filtrat diambil sebanyak 25
H2SO4 (1:5) dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N menggunakan indikator amilum.
Pembuatan Blanko :
dipanaskan selama 2 menit dari titik didihnya kemudian didinginkan dengan air
31
H2SO4 pa. dipanaskan selama 2 menit dari titik didihnya. Larutan dinetralkan
tersebut dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml ditambah 15 ml lood acetat netral
10%, dan aquadest sampai garis, lalu disaring. Seratus mililiter filtrat dimasukkan
indikator amilum.
Pembuatan Blanko :
indikator amilum.
cawan diisi dengan 5 g molase dan 2 ml H2SO4 pekat, dipanaskan sampai molase
menjadi arang dan terus menjadi abu putih. Cawan yang berisi molase yang telah
dipanaskan ditambahkan H2SO4 1:1 untuk mengubah kembali sulfat yang telah
32
Kadar Abu =
[(berat cawan + abu) (berat cawan kosong)] x100 %
berat tetes
Data dideskripsikan dan dijadikan evaluasi proses produksi bagi pihak mitra, baik
BAB IV
polarisasi dan HK (Harga Kemurnian), kadar sakarosa, kadar gula reduksi, kadar
sisa gula, kadar gula yang tidak meragi dan kadar abu. Pengawasan kualitas
yang baik akan menghasilkan produk alkohol yang optimal (Purnomo, 1997).
fermentasi adalah brix, kadar gula, kadar abu dan pH. Analisis molase sebagai
A. Pemeriksaan Pendahuluan
organoleptis yaitu bau, warna dan rasa. Pemeriksaan ini dilakukan sebagai
33
34
coklat kemerahan. Hal ini disebabkan antara lain pigmen meladonin, degradasi
termal dan kimiawi dari komponen-komponen selain gula. Berbau seperti gula
terbakar dan sulit dikristalkan lebih lanjut karena adanya zat yang disebut
(Purnomo,1997).
ini dapat terlihat dari hasil pemeriksaan secara visual dengan panca indera tidak
menunjukkan perubahan warna, bau dan buih. Apabila terdapat buih dalam
hasil yang lebih tepat yang diperlukan tidak hanya pemeriksaan secara visual tapi
sampai 103, kemudian larutan tersebut dibiakkan secara pour plate pada media
ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan di dalam media. Pada penelitian ini uji
1. Analisis brix
Tujuan analisis brix adalah untuk mengetahui banyaknya zat padat yang
terlarut dalam larutan molase. Zat padat yang akan diukur adalah jumlah gula
mengetahui volume piknometer pada suhu tertentu, maka kerapatan suatu zat
(Kuswurj, 2008).
air kemudian setelah itu piknometer diisi larutan molase, dan setelah dikoreksi
dengan suhu maka dapat dihitung berat jenis larutan tersebut. Dari tabel berat
jenis brix didapat brix yang belum dikoreksi. Kemudian dengan melihat tabel
koreksi suhu dapat dihitung brix terkoreksi. Tabel II adalah hasil analisis brix
Dari Tabel II tersebut didapat rata-rata brix molase yang telah dikoreksi
suhu dari 6 kali ulangan sebesar 88,6. Menurut Prescott and Dunn (1990) molase
0
mempunyai derajat brix antara 8590 brix, sehingga dari hasil analisis
menunjukkan brix molase yang baik karena derajat brix yang diperoleh masuk
dalam kisaran derajat brix yang dipersyaratkan dalam literatur. Apabila derajat
molase yang baik. Kualitas molase yang baik akan dapat menghasilkan produk
polarimeter secara langsung (Kuswurj, 2008). Dalam hal ini gula yang
pengaruh dari senyawa gula selain sakarosa yaitu gula inversi. Gula inversi
merupakan campuran antara glukosa dan fruktosa yang diperoleh dari hidrolisis
asam dari sakarosa (Fessenden, 1986). Fruktosa dan sukrosa memiliki sifat optis
aktif yang dapat memutar bidang polarisasi karena memiliki atom C yang tidak
simetris (asimetris), yaitu atom C yang mengikat atom atau gugus atom berbeda
Sakarosa yang terbentuk dari campuran glukosa dan fruktosa yang sama
banyak tidak dapat memutar bidang polarisasi cahaya karena perputaran masing-
masing struktur saling dimatikan. Glukosa memiliki rotasi jenis (+) dan fruktosa
memiliki rotasi jenis (). Campuran ini sering disebut campuran rasemik.
Hasil analisis polarisasi dan ditunjukkan pada Tabel III sebagai berikut:
dianggap paling tepat untuk menentukan HK karena baik analisis brix dan
polarisasi ditentukan dalam larutan molase yang sama. Berdasarkan Tabel III
molase yang mempunyai kualitas yang baik mencapai 34,70%. Berdasarkan hasil
yang berati terdapat kandungan gula yang tinggi dalam molase. Apabila dalam
larutan molase mengandung kotoran yang sedikit, maka harga HK semakin besar,
akan tetapi jika semakin banyak kotoran yang tidak larut dalam molase maka akan
3. Analisis sakarosa
sakarosa ini didasarkan atas selisih antara gula reduksi sebelum inversi dan
sesudah inversi. Dalam hal ini gula reduksi dinyatakan sebagai gula invert. Dalam
proses ini yang dilakukan adalah mencari derajat polarisasi sebelum larutan
dilakukan pembacaan pol sesudah inversi. Dari hasil analisis didapatkan data
BM Glukosa
Glukosa dalam sakarosa = Kadar sakarosa x ,
BM Sakarosa
BM Glukosa 180
Dimana: = = 0,5263
BM Sakarosa 342
ulangan sebesar 35,53%. Menurut Toharisman dan Santosa (1999), kadar sakarosa
dalam molase antara 30-40% dengan rata-rata kadar sakarosa dalam molase
adalah 35% sehingga dari hal tersebut maka kadar sakarosa dalam molase
mendekati kadar sakarosa yang ada dalam literatur. Kadar sakarosa yang besar
dalam metode iodometri adalah natrium tiosulfat. Larutan natrium tiosulfat tidak
stabil dalam waktu yang lama. Bakteri yang memakan belerang akhirnya dapat
masuk dalam larutan tersebut, dan pada pH rendah (< 5) terjadi peruraian sebagai
berikut :
Bakteri yang dapat menyebabkan perubahan S2O32- menjadi SO32-, SO42- dan
keruh (Roth, 1994). Oleh karena itu untuk mencegah aktivitas bakteri, air yang
digunakan untuk membuat larutan natrium tiosulfat dididihkan agar steril dan
maka larutan ini distandarkan dengan mengunakan standar primer. Standar primer
yang digunakan adalah kalium dikromat yang merupakan zat pengoksidasi yang
mahal, tidak higroskopis, sangat stabil dalam larutan sehingga dapat diperoleh
dalam bentuk murni untuk menyiapkan larutan standar dengan cara penimbangan
langsung.
1984). Pada awal perlakuan larutan molase ditambahkan pb asetat netral 10%
sampai titik didihnya. Dalam penelitian ini digunakan campuran Fehling I (CuSO4
sulfat bersifat mengendap dan tidak stabil jika terkena udara dimana:
Oleh karena itu agar tidak mengendap maka ditambahkan KNatartat sebagai
Setelah larutan didinginkan ditambahkan iodium berlebih dan asam sulfat sebagai
reaksi ini dapat berlangsung apabila gugus OH pada C anomer bebas. CuO dapat
menyerang gugus aldehid dari struktur gula menjadi gugus asam karboksilat.
Dalam larutan asam reaksi iodium dengan natrium tiosulfat berjalan cepat
dengan reaksi :
jumlah iodium bebas akan semakin berkurang karena iodium bebas akan bereaksi
yang semula coklat menjadi kuning jerami dan akhirnya menjadi tidak berwarna
42
(putih keruh). Ketika larutan molase menjadi tidak berwarna maka itulah titik
akhir titrasi. Akan tetapi karena perubahan dari kuning pucat menjadi larutan yang
jelas dalam larutan sampel molase. Sisa iodium bebas yang tidak bereaksi dengan
natrium tiosulfat akan beraksi dengan amilum akan membentuk senyawa iod-
amilum yang berwarna biru tua (Underwood, 1996). Warna biru tua ini dapat
terjadi karena terbentuknya suatu senyawa dari amilum dan atom iod.
Rantai
sikloheksan dari
Iodium
rantai sikloheksan dari amilum. Perubahan warna biru tersebut bersifat reversibel,
43
karena warna biru akan hilang ketika jumlah iodium terkurangi oleh reaksi dengan
natrium tiosulfat. Hasil analisis gula reduksi dalam molase (Tabel V).
Dari Tabel V tersebut didapat rata-rata gula reduksi dari 6 kali ulangan
(Purnomo,1997) gula reduksi yang umum dalam molase yang digunakan sebagai
bahan baku industri alkohol sekitar 20,78% sehingga dari hasil penelitian
reduksi yang dipersyaratkan sebagai bahan baku industri alkohol. Gula reduksi
dalam molase harus dijaga agar tidak rusak dan bertambah karena adanya
peruraian dari sakarosa. Oleh karena itu jika molase akan digunakan sebagai
bahan baku produksi alkohol faktor yang harus diperhatikan adalah pengendalian
larutan Luff. Untuk mengurangi pengaruh reduksi dari sakarosa maka larutan Luff
dibuat dengan mengunakan asam sitrat dan bukan asam tartrat. Kelebihan larutan
Luff dalam penentuan sisa gula ini adalah dapat tercampur dengan baik dan tidak
44
larutan Fehling. Hasil analisis sisa gula ditunjukkan pada (Tabel VI).
dengan molase masih menyisakan gula sebesar 0,47%. Sisa gula bisa terjadi
karena fermentasi yang dilakukan kurang sempurna dan atau enzim yang
Penentuan gula yang tidak dapat meragi ini dilakukan dengan cara
Dari Tabel VII tersebut didapat rata-rata kadar gula yang tidak meragi
dari 6 kali ulangan sebesar 6,00%. Kandungan gula yang tidak dapat meragi bisa
cerevicea dalam merubah gula menjadi produk alkohol kurang optimal. Gula yang
tidak dapat meragi adalah karamel. Proses karamelisasi terjadi karena gugus
karbonil pada glukosa bereaksi dengan gugus amonium atau protein dari medium
sehingga membentuk nitrogen hitam. Senyawa ini tidak dapat dioksidasi oleh
mikroba dan disebut unfermented substrate. Akibat reaksi ini glukosa tidak dapat
diuraikan oleh sel Sacharomyces cerevicea, bahkan menjadi inhibitor terhadap sel
sebagai berikut:
kualitas molase menjadi buruk. Analisis gula yang tidak dapat meragi menjadi
penting untuk mengetahui kualitas molase sebagai bahan baku produksi alkohol.
dioptimalkan.
Analisis kadar abu molase dilakukan dengan cara tidak langsung (cara
reaksi oksidasi. Selanjutnya di lakukan pengabuan dengan furnish selama 1,5 jam
46
sampai mencapai suhu diatas 12000C. Untuk merubah sulfat yang telah direduksi
oleh arang maka abu dibasahi asam sulfat (1:1), kelebihan asam sulfat dihilangkan
dengan pemanasan. Molase dengan adanya asam akan teroksidasi dan terbentuk
ion logam dengan pemanasan terbentuk logam oksida yang dapat ditimbang
Dari Tabel VIII tersebut didapat rata-rata kadar abu dari 6 kali ulangan
sebesar 7,73 %. Menurut Crueger and Grueger (1984) kadar abu dalam molase
antara 7-11%, sehingga dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa molase
memiliki kualitas yang baik karena hasil analisis kadar abu dalam molase
mendekati kadar abu yang ada dalam literatur. Kadar abu yang terdapat pada
tinggi kadar abu maka mutu dari molase akan semakin menurun.
47
kualitas yang baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis molase sesuai yang
alkohol. Molase selain sebagai bahan baku yang mudah didapat, harga murah juga
mempunyai kualitas yang baik sebagai bahan baku produksi alkohol (Harahap,
2003). Dengan kualitas molase yang baik diharapkan hasil produksi alkohol PS
BAB V
A. KESIMPULAN
memiliki kualitas yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan derajat brix, polarisasi
dan Harga Kemurnian, kadar sakarosa, kadar gula reduksi, dan kadar abu sesuai
B. SARAN
produksi alkohol dengan molase sebagai bahan baku secara fermentasi oleh
alkohol.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Prosedur Analisa Pabrik Spiritus dan Alkohol Madukismo, 3,6,
Yogyakarta
Doran, G., Helliwell, S., & Eberbach, P, 1970, J. AOAC, 847853, Humana Press,
New York
Fessenden, J.R, 1986, Kimia Organik, Edisi Ketiga, 332-337, Erlangga, Jakarta
Judoamidjojo, M., dan A.A. Darwis, 1992, Teknologi Fermentasi, 24-28, Rajawali
Pers. Jakarta
Mayes, P.A, 1984, Review of Biochemistry, Edisi 19, 163-173, ECG, Jakarta
49
50
Purwani, A. Rofiq, dan N. Hidayat, 2007, Simulasi Model Produksi Etanol dari
Molase oleh Saccharomyces cerevisiaepada Kultur Batch,
http://www.ziddu.com/download/2087842/purwani.pdf.html, diakses
tanggal 25 Agustus 2008
Roth, J. Herman, 1994, Analisis Farmasi, 341-345, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Toharisman, Aris dan H. Santosa, 1999, Mutu Bahan Baku Dan Preparasi
Medium Fermentasi Pelatihan Teknologi Alkohol, 95-98, Pusat Penelitian
Perkebunan Indonesia, Pasuruan
LAMPIRAN
Tabel XI. Hubungan Antara Kepekatan Dan Berat Jenis Larutan Gula
% Berat
Berat Jenis Atau
Derajat Brix
1,02955 8,4
1,02996 8,5
1,03037 8,6
1,03077 8,7
1,03118 8,8
1,03159 8,9
1,03199 9,0
1,03240 9,1
1,03281 9,2
1,03322 9,3
1,03362 9,4
1,03403 9,5
1,03444 9,6
51
52
Tabel XIII. Hubungan Antara Berat Jenis Larutan Molase Setelah Koreksi
Suhu Dan Brix
% Berat Berat Jenis
Atau Setelah
Derajat Brix Koreksi Suhu
82,9 1,4268
83,0 1,4274
84,9 1,4403
85,0 1,4409
87,0 1,4546
87,9 1,4608
88,6 1,4657
88,7 1,4664
88,8 1,4671
88,9 1,4678
90,9 1,4817
91,0 1,4824
91,9 1,4888
92,0 1,4895
92,9 1,4958
93,0 1,4965
Tabel XV. Tetapan Cara Inversi Menurut Steuerwald Pada Berbagai Suhu
Dan Kepekatan
Pembacaan Suhu Polarimeter
Dalam Tabung 200mm (0C)
Sesudah Inversi 32 30 28
1 144,35 144,41 144,46
2 144,41 144,46 144,52
3 144,47 144,52 144,58
4 144,53 144,58 144,63
5 144,59 144,64 144,69
53
Tabel XVI. Kadar Gula Reduksi Dari Polarisasi Dan Banyaknya Tembaga
Yang Dipisahkan (mg) (Untuk Pemeriksaan Gula Reduksi Secara Iodometri)
Polarisasi
mg Tembaga 30 40
240 21,28 21,20
241 21,37 21,29
242 21,46 21,38
243 21,55 21,47
244 21,64 21,56
245 21,73 21,65
246 21,83 21,75
247 21,92 21,84
248 22,02 21,94
249 22,11 22,03
250 22,21 22,13
Tabel XVII. Jumlah Gula Invert (mg ) Sesuai Dengan Selisih Titrasi Yang
Meningkat Dengan 0,1 ml Dan Dalam Larutan Titrasi Tidak Terdapat
Sakarosa
ml Na Tiosulfat 0,1 N Tanpa Sakarosa
0,00 0,00
0,10 0,35
0,20 0,70
0,30 1,05
0,40 1,40
0,50 1,75
Lampiran 3. Data Penimbangan Piknometer Yang Berisi Sampel Untuk Mencari Berat Jenis Molase
Rep I Rep II Rep III Rep IV Rep V Rep VI Rata-rata SD
Picnometer kosong 42,2340 g 42,0792 g 44,7934 g 42,2512 g 44,1410 g 42,6922 g 43,0318 g 1,15
Picnometer + Isi 94,0985 g 92,2110 g 94,1455 g 94,1455 g 96,2705 g 94,5500 g 94,2368 g 1,29
Berat Isi 51,8645 g 52,1318 g 51,8286 g 51,8943 g 52,1295 g 51,8578 g 51,9511 g 0,14
Suhu 26 0C 26 0C 26 0C 26 0C 26 0C 26,1 0C 26 0C 0,04
54
55
Rumus : Nilai air = (Berat picnometer isi berat picnometer kosong ) x faktor tabel IX
= 50,2703
94,0985 g 42,2340 g
Contoh perhitungan: BJ Molase = = 1,03171
50,2703
55
56
Keterangan: Untuk perhitungan brix tidak dikoreksi molase encer dengan cara sebagai berikut :
Contoh : BJ Molase = 1,03171 untuk mencari brix tidak dikoreksi molase encer dilakukan interpolasi dengan
menggunakan Tabel X.
= 87,9
Keterangan: Untuk perhitungan BJ molase sesudah dikoreksi suhu maka dari brix molase yang diperoleh dapat dicari BJ molase
56
57
57
Pol
Rumus : Harga Kemurnian (RQ) = x 100 %
Brix
31,09
Contoh : HK = x 100 %
82,9
= 37,50 %
58
Keterangan: Dari hasil penelitian, suhu yang ada dalam polarimeter dan pembacaan pol sesudah inversi harus disesuaikan dengan
100 S
Rumus : Kadar sakarosa = , Dimana :
C 0,5 t
S = jumlah polarisasi sebelum dan sesudah inversi, ynag terakhir dengan tanda sebaliknya dan dikalikan 4
58
59
= 36,58 %
BM Glukosa
Perhitungan: Glukosa dalam sakarosa = Kadar sakarosa x
BM Sakarosa
BM Glukosa 180
= = 0,5263
BM Sakarosa 342
180
Contoh : Glukosa dalam sakarosa = 36,58 % x
342
= 19,25 %
Lampiran 14. Data Kadar Sakarosa dan Kadar Glukosa Dalam Sakarosa
Rep I Rep II Rep III Rep IV Rep V Rep VI Rata-rata SD
Kadar Sakarosa 36,58 % 33,05 % 36,58 % 33,96 % 36,89 % 36,12 % 35,53 % 1,61
Glukosa Dalam Sakarosa 19,25 % 17,39 % 19,25 % 17,87 % 19,32 % 19,01 % 18,68 % 0,84
59
60
mg K 2 Cr2 O7
x Valensi
Rumus : N Na2S2O3 = Berat Molekul
Vol. Titrasi
Dimana, berat molekul K2Cr2O7 = 294 dan valensi Na2S2O3 = 6
49,7
x6
Contoh : N Na2S2O3 = 294
10,20
= 0,0994
61
Lampiran 17. Data Penimbangan Sampel Molase Untuk Menentukan Gula Reduksi
Rep I Rep II Rep III Rep IV Rep V Rep VI Rata-rata SD
Berat Cawan 45,9416 g 42,3166 g 34,5828 g 34,5486 g 55,6096 g 45,9232 g 43,1537 7,99
Cawan + Isi 51,9416 g 48,3168 g 40,5826 g 40,5486 g 61,6095 g 51,9232 g 49,1537 7,99
Berat Isi 6,0000 g 6,0002 g 5,9998 g 6,0000 g 5,9999 g 6,0000 g 5,9999 1,33.10-4
Vol Na Thio 31,6 ml 31,9 ml 31,8 ml 31,8 ml 31,9 ml 31,7 ml 31,7 0,12
Rumus : mg Cu yang diendapkan oleh gula invert sebagai oksida cupro = (Titrasi blanko Titrasi sampel )x massa Cu x N. Na2S2O3
N. Na2S2O3 = 0,0997
Contoh : mg Cu yang diendapkan oleh gula invert sebagai oksida cupro = (65,4 31,6 ) x 63,54 x 0,0997
= 214,12
Dari hasil penelitian, rata-rata polarisasi dan mg Cu yang diendapkan oleh gula invert sebagai oksida cupro harus disesuaikan
61
62
Lampiran 20. Data Pembakuan Natrium Tiosulfat Untuk Penentuan Kadar Sisa Gula
Pembakuan Berat K2Cr2O7 Berat KI Vol Na Thio Normalitas
Na Thio
I 0,0497 g 0,4999 g 10,15 ml 0,0999
II 0,0498 g 0,4991 g 10,10 ml 0,1006
III 0,0498 g 0,4996 g 10,10 ml 0,1006
Rata-rata 10,12 ml 0,1004
SD 0,03 4,04.10-4
Blanko 18,35 ml
Lampiran 21. Data Penimbangan Sampel Molase Untuk Menentukan Sisa Gula
Rep I Rep II Rep III Rata-rata SD
Berat Cawan 59,5114 g 41,2534 g 44,8592 g 48,5416 9,67
Cawan + Isi 79,5115 g 61,2536 g 64,8590 g 68,5414 9,67
Berat Isi 20,0001 g 20,0002 g 19,9998 g 20,0000 0
Vol Na Thio 18,05 ml 18,10 ml 18,10 ml 18,0833 0,029
62
63
N Na 2 S 2 O3
Rumus : Sisa gula = (Titrasi blanko Titrasi sampel ) x
0,1
0,1004
Contoh : Sisa gula = ( 18,35 ml - 18,05 ml) x
0,1
= 0,3012
Dari hasil penelitian, sisa gula yang diperoleh harus disesuaikan dengan Tabel XVI untuk menentukan sisa kadar gula.
63
64
Lampiran 24. Data Pembakuan Natrium Tiosulfat Untuk Penentuan Kadar Gula Yang Tidak Dapat Meragi
Pembakuan Berat K2Cr2O7 Berat KI Vol Na Thio Normalitas
Na Thio
I 0,0495 g 0,4994 g 9,65 ml 0,1047
II 0,0493 g 0,4995 g 9,65 ml 0,1047
III 0,0496 g 0,4996 9,65 ml 0,1047
Rata-rata 9,65 ml 0,1047
SD 0 0
Blanko 26,3 ml
Lampiran 25. Data Penimbangan Sampel Molase Untuk Menentukan Kadar Gula Yang Tidak Dapat Meragi
Rep I Rep II Rep III Rep IV Rep V Rep VI Rata-rata SD
Berat Cawan 42,2734 g 34,5584 g 45,9400 g 45,9416 g 42,2780 g 34,5744 g 40,9276 5,19
Cawan + Isi 54,2734 g 46,5586 g 57,9402 g 57,9414 g 54,2780 g 46,5744 g 52,9277 5,19
Berat Isi 12,0000 g 12,0002 g 12,0002 g 11,9998 g 12,0000 g 12,0000 g 12,0000 1,51.10-4
Vol Na Thio 6,50 ml 6,52 ml 6,52 ml 6,52 ml 6,52 ml 6,50 ml 6,51 0,01
64
65
Dari hasil penelitian, gula yang tidak dapat meragi yang diperoleh harus disesuaikan dengan Tabel XVII untuk menentukan kadar
65
66
33,0796 32,6998
Contoh : Kadar Abu = x 100 %
4,9998
= 7,61 %
66
67
BIOGRAFI PENULIS
Negeri 2 Wonogiri pada tahun 2002 sampai dengan 2005 dan kuliah di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2005 sampai tahun
2008.
67