OLEH:
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga terselesaikannya makalah mikrobiologi tentang sel
eukariotik ini.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
sebab itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan teman-teman yang menjadi sumber materi dan tidak lupa penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar yang telah banyak memberi
kesempatan dalam penyelesaian makalah ini.
Demikianlah penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua yang ikut
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, kiranya makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
Kelompok XIII
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .................................................................................
I.2 Rumusan Masalah.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Metabolisme mikroorganisme..........................................................
II.2 Fisiologi mikroorganisme................................................................
II.3 Metabolit primer dan sekunder mikroorganisme ........................
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan ....................................................................................
III.2 Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Sel merupakan unit dasar struktural dan fungsional bagi semua organisme
hidup. Sel memiliki sistem organisasi molekuler dan biokimiawi yang mampu
menyimpan informasi, menerjemahkan informasi, mensintesis molekul sel, serta
menggunakan sumber energi untuk melakukan kegiatan. Sel-sel mampu bergerak
dan mengkompensasikan fluktuasi lingkungan melalui reaksi-reaksi biokimiawi
alternatif di bagian dalamnya. Sel dapat menduplikasi, melangsungkan informasi
turun-temurun seperti juga sistem utama biokimiawi dan molekulernya, sebagai
bagian reproduksi sel. Semua kegiatan ini dikemas dalam suatu unit struktural
yang pokok dalam bentuk kecil.
Makhluk hidup seluler baik yang bersel tunggal (uniselular) maupun yang
bersel banyak (multiselular) berdasarkan pada beberapa sifatnya, antara lain ada
tidaknya sistem endomembran, dikelompokkan dalam dua tipe sel, yaitu sel
prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik, merupakan tipe sel yang tidak
memiliki sistem membran, tidak memiliki organel yang dibatasi oleh sistem
membran. Sel prokariotik terdapat pada bakteri ganggang biru. Sedangkan sel
eukariotik merupakan tipe sel yang memiliki sistem endomembran. Pada sel
eukariotik, inti tampak jelas karena dibatasi oleh sistem membran. Pada sel ini,
sitoplasma memiliki berbagai jenis organel seperti badan golgi, retikulum
endoplasma (RE), kloroplas (khusus pada tumbuhan), mitokondria, badan mikro,
dan lisosom.
Meskipun sel adalah bagian terkecil makhluk hidup, namun setiap sel
mempunyai fungsi yang luar biasa. Masing-masing sel mempunyai kemampuan
untuk bereproduksi dengan cara membelah diri. Sel juga mampu melakukan
metabolisme tubuhnya secara sempurna, baik mulai dari mengambil nutrisi dan
bahan baku, memproduksi berbagai senyawa yang menghasilkan energi maupun
mendistribusikan hasil metabolismenya. Kinerja dari sebuah sel tergantung dari
kemampuan setiap sel untuk mengambil dan menggunakan setiap energi kimia
yang berada di dalam zat-zat organik. Sel juga mampu membuat protein yang bisa
memperlancar kerja sebuah organisme, seperti berbagai enzim. Sebagai contoh,
setiap sel pada mamalia mampu membuat sekitar 10 ribu jenis protein. Jika
kondisi lingkungan tidak sesuai untuk organisme dan bisa membahayakan
kehidupan, maka sel juga berfungsi sebagai indikator respon rangsang, baik
internal maupun eksternal.
I.2 Rumusan Masalah
1 Bagaimana morfologi dan anatomi sel eukariotik?
2 Bagaimana biologi, distribusi dan pengelompokan fungi ?
1.3 Tujuan
1 Mengetahui morfologi dan anatomi sel eukariotik.
2 Mengetahui biologi, distribusi dan pengelompokan fungi.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Sel Eukariotik
Sel eukariotik merupakan sel yang memiliki sistem endomembran. Sel tipe
ini secara struktural memiliki sejumlah organel pada sitoplasmanya. Organel
tersebut memiliki fungsi yang sangat khas yang berkaitan satu dengan yang
lainnya dan berperan penting untuk menyokong fungsi sel. Organisme yang
memiliki tipe sel ini antara lain hewan, tumbuhan, dan jamur baik multiseluler
maupun yang uniseluler.
Ciri penting dari sel eukariot adalah adanya membran atau selaput inti sel,
dengan adanya membran ini, maka materi genetik tidak tersebar ke seluruh
sitoplasma sel, namun terbungkus rapi di dalam selaput.Tipe sel eukariotik pada
tumbuhan sedikit berbeda dengan hewan. Pada sel hewan, bagian luar sel tidak
ditemukan adanya dinding sel, sebaliknya pada tumbuhan dan jamur ditemukan
adanya dinding sel. Walaupun demikian dinding sel tumbuhan dan sel jamur
secara kimiawi berbeda penyusunnya. Pada jamur didominasi oleh kitin
sedangkan pada tumbuhan selulosa. Pada tumbuhan ditemukan adanya organel
kloroplas sedangkan pada jamur dan hewan tidak ditemukan. Selain perbedaan
tersebut pada dasarnya baik sel hewan, tumbuhan, dan jamur memiliki struktur
yang serupa.
Perbedaan nyata lain dari sel eukariot dengan sel prokariot adalah ukuran
selnya yang jauh lebih besar. Contohnya bisa kita lihat pada sel hepar (hati) hewan
yang memiliki ukuran sekitar 20 hingga 30 pikometer, sedangkan sel bakteri
hanya berukuran antara 1 hingga 2 pikometer. Sedangkan volumenya jauh
berbeda. Volume sel eukariot bisa lebih besar seribu hingga 10 ribu kali daripada
volume sel prokariot.
Eukariotik termasuk golongan sel yang memiliki struktur lebih maju yaitu
sama dengan sel tumbuhan dan binatang. Eukariotik adalah kelompok organisme
yang sel-selnya mengandung nukleus yang dikelilingi oleh membran nukleus,
kromosom terdiri dari asam deoksiribonukleat yang membentuk kompleks dengan
sejumlah protein dan jumlah protein lebih dari satu. Kelompok mikroorganisme
ini mempunyai nukleus sejati.
Dinding sel eukariot pada umumnya lebih tebal dibandingkan dengan dinding sel
prokariot. Salah satu grup eukariot, yaitu ganggang, dinding selnya terdiri dari
lelulosa, kecuali pada dua grup ganggang yaitu diatom dan krisofita. Satu grup
ganggang lainnya yaitu kokolitofora (coccolithophores) dinding selnya
mengandung lapisan tipis selulosa dan sisik-sisik yang terdiri dari kalsium
karbonat. Dinding sel eukariot yang terdiri dari senyawa-senyawa anorganik
seperti pada diatom dan kokolitifora disebut frustula.
A. Fungi
Sebagian besar fungi merupakan organisme terrestrial dan bersifat parasit pada
tanaman serta beberapa fungi juga bersifat pathogen pada hewan. Namun, ada
beberapa fungi yang bersimbiosis dengan tanaman, termasuk dalam hal
memperoleh mineral dari tanah. Selain itu, fungi juga banyak bermanfaat untuk
manusia, dimana membantu dalam proses fermentasi dan biosintesis antibiotik
a. Khamir (Yeast)
b. Kapang (mold)
Kapang adalah jenis lain dari fungi, sebagian memiliki tekstur yang tidak
jelas dan biasanya ditemukan pada permukaan makanan yang membusuk atau
hangat, dan tempat-tempat lembab. Sebagian besar kapang berreproduksi secara
aseksual, tetapi ada beberapa spesies yang bereproduksi secara seksual dengan
menyatukan dua jenis sel untuk membentuk zigot dengan produk uniselular sel
Talusnya terdiri dari filamen panjang yang bergabung bersama membentuk hifa.
Hifa dapat tumbuh banyak sekali, hifa fungi tunggal di oregon dapat mencapai 3,5
mm. Sebagian besar kapang, hifanya bersepta dan bersifat uniseluler. Hifanya
disebut hifa bersepta. Pada beberapa kelas fungi, hifanya tidak bersepta dan di
sepanjang selnya terdapat banyak nukleus yang disebut coenocytic hyphae.
c. Cendawan (Mushroom)
Cendawan merupakan salah satu kelompok dalam phylum fungi yang biasa
disebut dengan mushroom. Cendawan (mushroom) adalah fungi makroskopis
yang memiliki tubuh buah dan sering digunakan untuk konsumsi. Cendawan
sedikit berbeda. Cendawan memiliki bagian yang disebut dengan tubuh buah.
Tubuh buah tersebut terdiri dari holdfast atau bagian yang menempel pada
substrat, lamella, dan pileus.
a. Hifa
Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung yang
dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak
berseptat dan bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang tersebar di
dalam sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi coenocytic,
sedangkan fungi yang berseptat disebut. Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak
menembus permukaan fungi yang disebut miselium. Hifa dapat berbentuk
menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang menegak menghasilkan alat
perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada umumnya memiliki pori yang
sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan bahkan nukleus dapat mengalir
dari satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan cepat, bertambah
satu kilometer setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak bergerak, akan
tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan menjulurkan
ujung-ujung hifanya denagan cepat ke tempat yang baru.
Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia. Konidia
tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia
yang menempel pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke-tanah
dengan bantuan angin. Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur yang
disebut tubuh buah dan mengandung spora. Spora tersebut juga dapat menyebar
dengan bantuan angin, hewan, dan air. Sebagian besar hifa pada yeast berbentuk
lembaran, seperti pada Cythridomycetes dan Sacharomyces cerreviceae. Hifa
mengandung struktur akar seperti rhizoid yang berguna sebagai sumber daya
nutrisi.
Hifa dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi ada
yang memiliki hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota
merupakan jenis fungi yang memiliki hifa tidak berseptat, dengan nuklei yang
tersebar di sitoplasma. Berbeda dengan kedua jenis tersebut, Ascomycota dan
Basidiomycota berasosiasi aseksual dengan hifa berseptat yang memiliki satu atau
dua nuklei pada masing-masing segmen.
Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang
sehingga sitoplasma dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu daerah
ke daerah lainnya dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa nukleus. Hifa
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya. Hifa vegetatif (miselia),
bertanggungjawab terhadap jumlah pertumbuhan yang terlihat di permukaan
substrat dan mempenetrasinya untuk mencerna dan menyerap nutrisi. Selama
perkembangan koloni fungi, hifa vegetatif berkembang menjadi reproduktif atau
hifa fertil yang merupakan cabang dari miselium vegetatif. Hifa inilah yang
bertanggungjawab terhadap produksi tubuh reproduktif fungi yaitu spora.
Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung sitosol dan
organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi sitoplasma.
Filamen dari hifa menghasilkan daerah permukaan yang relatif luas terhadap
volume sitoplasma, yang memungkinkan terjadinya absorpsi nutrien.
b. Dinding Sel
Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan polimer
glukosa derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding sel
dalam bentuk ikatan mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan mempertebal
dinding sel. Beberapa polisakarida lainnya, seperti manann, galaktosan, maupun
selulosa dapat menggantikan khitin pada dinding sel fungi. Selain khitin,
penyusun dinding sel fungi juga terdiri dari 80-90% polisakarida, protein, lemak,
polifosfat, dan ion anorganik yang dapat mempererat ikatan antar matriks pada
dinding sel.
Dinding sel fungi berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-organel
dari lingkungan eksternal. Struktur dinding sel tersebut dapat memberikan bentuk,
kekuatan seluler dan sifat interaktif membran plasma. Selain khitin, dinding sel
fungi juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular.
Lapisan tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya
senyawa metabolit sel, dan sebagai penghalang selektif pada proses translokasi.
Komponen lain yang menyusun dinding sel fungi adalah antigenik glikoprotein
dan aglutinan, senyawa melanins berwarna coklat berfungsi sebagai pigmen
hitam.
c. Nukleus
Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di dalamnya
terdapat 3 40 kromosom. Membrannya terus berkembang selama pembelahan
Nuclear associated organelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti, berfungsi
sebagai pusat-pusat pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan meiosis.
Nucleus pada fungi juga mempengaruhi kerja kutub benang spindel dan sentriol.
Fungi memiliki mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista
mitokondria. Badan golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal. Pada
struktur sel fungi juga memiliki ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan
lipid, glikogen partikel penyimpanan, badan mikro, mikrotubulus, vesikel.
(Viegas, 2004).
a. Chytridiomycota
Sel berflagela pada minimal satu siklus hidupnya, bisa memiliki satu atau lebih
flagela. Dinding sel mengandung kitin dan -1,3-1,6-glukan; glikogen sebagai
bentuk cadangan karbohidrat. Reproduksi seksual sering menghasilkan satu zigot
yang sporangium; saprofit atau parasit.
b. Zygomycota
d. Basidiomycota
e. Glomeromycota
f. crosporidia
seluruh jamur menghasilkan sel-sel yang hidup bebas pada sebagian siklus
hidupnya.sel-sel yang bebas ini di sebut amoeboid karena memiliki bentuk seperti
amoeba. Saat kondisi makanan jamur lendir kurang, sel-sel yang kelaparan
bergabung membentuk massa yang berlendir.
KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan
1 Sel eukariotik merupakan sel yang memiliki sistem endomembran. Sel tipe
ini secara struktural memiliki sejumlah organel pada sitoplasmanya dengan
adanya membran ini, maka materi genetik tidak tersebar ke seluruh
sitoplasma sel, namun terbungkus rapi di dalam selaput.
2 Fungi merupakan organisme eukariotik, memproduksi spora, tidak
mempunyai klorofil, mengambil nutrisi secara absorpsi. Sebagian besar
fungi merupakan organisme terrestrial dan bersifat parasit pada tanaman
serta beberapa fungi juga bersifat pathogen pada hewan. Namun, ada
beberapa fungi yang bersimbiosis dengan tanaman, termasuk dalam hal
memperoleh mineral dari tanah. Selain itu, fungi juga banyak bermanfaat
untuk manusia, dimana membantu dalam proses fermentasi dan biosintesis
antibiotik
III.2 Saran
Diharapkan agar pembaca dapat menambahkan referensi dari makalah
mikrobiologi ini bilamana jika masih ada hal-hal yang kurang dari tim
penyaji.
Daftar Pustaka
Albert, B., Johnson, A., Lewis, J. Raff, M., Roberts, K., Walter, P. 2002.
Molecular Biology of the Cell. 4 th ed. Garland Science. New York.
Campbell, Neil A, dkk,. 2012. Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Martin, E.A., ed (1983). Macmillan Dictionary of Life Sciences (2nd ed.). New
York
Stryer, L. 1988. Biochemistry. 3rd ed. W.H. Freeman and Company. New York.
Volk & wheeler.,1988. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima,, jilid 1..Erlangga, jl.
Kramat IV No.11, Jakarta 10420.
Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.