Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“FLORA NORMAL PADA TUBUH MANUSIA”


KELOMPOK XIII

OLEH:

SALLY NORCELINA. W (G 701 15 219)

NUR RAHMASARI (G 701 15 084)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga terselesaikannya makalah mikrobiologi tentang “sel
eukariotik” ini.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
sebab itu penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan teman-teman yang menjadi sumber materi dan tidak lupa penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar yang telah banyak memberi
kesempatan dalam penyelesaian makalah ini.
Demikianlah penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua yang ikut
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, kiranya makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Penyusun

Kelompok XIII
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .................................................................................
I.2 Rumusan Masalah .............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Metabolisme mikroorganisme .........................................................
II.2 Fisiologi mikroorganisme ...............................................................
II.3 Metabolit primer dan sekunder mikroorganisme ........................
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan ...................................................................................
III.2 Saran .............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang

Sel merupakan unit dasar struktural dan fungsional bagi semua organisme
hidup. Sel memiliki sistem organisasi molekuler dan biokimiawi yang mampu
menyimpan informasi, menerjemahkan informasi, mensintesis molekul sel, serta
menggunakan sumber energi untuk melakukan kegiatan. Sel-sel mampu bergerak
dan mengkompensasikan fluktuasi lingkungan melalui reaksi-reaksi biokimiawi
alternatif di bagian dalamnya. Sel dapat menduplikasi, melangsungkan informasi
turun-temurun seperti juga sistem utama biokimiawi dan molekulernya, sebagai
bagian reproduksi sel. Semua kegiatan ini dikemas dalam suatu unit struktural
yang pokok dalam bentuk kecil.

Makhluk hidup seluler baik yang bersel tunggal (uniselular) maupun yang
bersel banyak (multiselular) berdasarkan pada beberapa sifatnya, antara lain ada
tidaknya sistem endomembran, dikelompokkan dalam dua tipe sel, yaitu sel
prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik, merupakan tipe sel yang tidak
memiliki sistem membran, tidak memiliki organel yang dibatasi oleh sistem
membran. Sel prokariotik terdapat pada bakteri ganggang biru. Sedangkan sel
eukariotik merupakan tipe sel yang memiliki sistem endomembran. Pada sel
eukariotik, inti tampak jelas karena dibatasi oleh sistem membran. Pada sel ini,
sitoplasma memiliki berbagai jenis organel seperti badan golgi, retikulum
endoplasma (RE), kloroplas (khusus pada tumbuhan), mitokondria, badan mikro,
dan lisosom.

Meskipun sel adalah bagian terkecil makhluk hidup, namun setiap sel
mempunyai fungsi yang luar biasa. Masing-masing sel mempunyai kemampuan
untuk bereproduksi dengan cara membelah diri. Sel juga mampu melakukan
metabolisme tubuhnya secara sempurna, baik mulai dari mengambil nutrisi dan
bahan baku, memproduksi berbagai senyawa yang menghasilkan energi maupun
mendistribusikan hasil metabolismenya. Kinerja dari sebuah sel tergantung dari
kemampuan setiap sel untuk mengambil dan menggunakan setiap energi kimia
yang berada di dalam zat-zat organik. Sel juga mampu membuat protein yang bisa
memperlancar kerja sebuah organisme, seperti berbagai enzim. Sebagai contoh,
setiap sel pada mamalia mampu membuat sekitar 10 ribu jenis protein. Jika
kondisi lingkungan tidak sesuai untuk organisme dan bisa membahayakan
kehidupan, maka sel juga berfungsi sebagai indikator respon rangsang, baik
internal maupun eksternal.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi dan anatomi sel eukariotik?
2. Bagaimana biologi, distribusi dan pengelompokan fungi ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui morfologi dan anatomi sel eukariotik.
2. Mengetahui biologi, distribusi dan pengelompokan fungi.
BAB II

PEMBAHASAN
II.1 Sel Eukariotik

Sel eukariotik merupakan sel yang memiliki sistem endomembran. Sel tipe
ini secara struktural memiliki sejumlah organel pada sitoplasmanya. Organel
tersebut memiliki fungsi yang sangat khas yang berkaitan satu dengan yang
lainnya dan berperan penting untuk menyokong fungsi sel. Organisme yang
memiliki tipe sel ini antara lain hewan, tumbuhan, dan jamur baik multiseluler
maupun yang uniseluler.

Ciri penting dari sel eukariot adalah adanya membran atau selaput inti sel,
dengan adanya membran ini, maka materi genetik tidak tersebar ke seluruh
sitoplasma sel, namun terbungkus rapi di dalam selaput.Tipe sel eukariotik pada
tumbuhan sedikit berbeda dengan hewan. Pada sel hewan, bagian luar sel tidak
ditemukan adanya dinding sel, sebaliknya pada tumbuhan dan jamur ditemukan
adanya dinding sel. Walaupun demikian dinding sel tumbuhan dan sel jamur
secara kimiawi berbeda penyusunnya. Pada jamur didominasi oleh kitin
sedangkan pada tumbuhan selulosa. Pada tumbuhan ditemukan adanya organel
kloroplas sedangkan pada jamur dan hewan tidak ditemukan. Selain perbedaan
tersebut pada dasarnya baik sel hewan, tumbuhan, dan jamur memiliki struktur
yang serupa.

Perbedaan nyata lain dari sel eukariot dengan sel prokariot adalah ukuran
selnya yang jauh lebih besar. Contohnya bisa kita lihat pada sel hepar (hati)
hewan yang memiliki ukuran sekitar 20 hingga 30 pikometer, sedangkan sel
bakteri hanya berukuran antara 1 hingga 2 pikometer. Sedangkan volumenya jauh
berbeda. Volume sel eukariot bisa lebih besar seribu hingga 10 ribu kali daripada
volume sel prokariot.

1. Ciri-ciri sel eukariotik :

a. Mempunyai suatu sistem struktur internal yang dikelilingi membran, yang


disebut organela

b. Nukleus dikelilingi selubung nuclear (eukariotik berarti nukleus yang


sebenarnya)

c. Mempunyai sitosol di mana organela-organela khusus terletak

d. Mempunyai efisiensi yang lebih besar untuk aktivitas sel


e. Organela-organela secara fisika memisahkan tipe-tipe yang berbeda dari
aktivitas sel pada ruangan sitoplasma

Eukariotik termasuk golongan sel yang memiliki struktur lebih maju yaitu
sama dengan sel tumbuhan dan binatang. Eukariotik adalah kelompok organisme
yang sel-selnya mengandung nukleus yang dikelilingi oleh membran nukleus,
kromosom terdiri dari asam deoksiribonukleat yang membentuk kompleks dengan
sejumlah protein dan jumlah protein lebih dari satu. Kelompok mikroorganisme
ini mempunyai nukleus sejati.

2. Bagian-bagian yang terdapat dalam sel eukariotik dan fungsinya

Organela Fungsi Komponen penyusun Gambar


Nukleus Memuat dan Informasi genetik,
menyimpan DNA,
informasi genetik
& DNA,
Menentukan Kerja
Sel
Membran Sel Membatasi segala Lipoprotein, Protein
kegiatan yang Integral, Protein Periperal,
terjadi di dalam Karbohidrat
sel,memberi
bentuk sel

Ribosom Sintesis Protein RNA dan Protein

Sitoplasma Berperan aktif Organela-organela didalam


dalam proses sel
metabolisme
Reticulum Sintesis & Membran Lipoprotein
Endoplasma Transpor Sub
Kimia

Badan Golgi Seksresi sel, Tumpukan membran


(Ditiosom=tumbuhan) menghasilkan
getah sekret

Lisosom Pembongkaran Enzim dan membran dari


dan pemecehan REK
komponen sel
rusak & organ
pencernaan

Mitokondria Organ pembuat Enzim-enzim untuk


energi & respirasi memperoleh Energi
sel

Plastida a. Berfotosintesis Membran- membran yang


a. K b. Penyimpan menyimpan sesuatu
A pigmen tumbuhan
c. Menyimpan
patiyang tidak
terpigmentasi
Sentriol Orientasi arah Sel yang berbentuk silinder
pada saat yang terdiri dari tubulin
pembelahan sel

Sentrosom Mengatur Dua strukturberbentuk barel


pergerakan
Pembelahan Sel

Vakuola a. memakan Kantung yang dibatasi oleh


a. Vakuola secara fagositosis membran yang memuat air.
makanan b. pengumpul air
b. Vakuola c. menyimpan
Kontraktil produk metabolik
c. Vakuola Tumbuhan

Sitoskeleton Perhubungan sel, Rangka internal & Fibrosa


-mikrofilamen menguat sel sel
-mikrotubulus dalam
-filamen antara

Eukariotik dapat dibedakan atas beberapa grup dengan ciri-ciri spesifik:

· Fungi; bersifat osmotrofik (menyerap hara), tidak melakukan fotosintesis,


reproduksi secara seksual dan aseksual, dinding sel mengadung sterol dan
kitin, terdiri dari khamir (uniseluler), kapang (soenositik/membentuk miselia),
dan jamur (mushroom).

· Ganggang; bersifat osmotrofik, mengandung pigmen fotosintesis dan


melakukan fotosintesis , uniseluler sampai multiseluler.

· Protozoa bersifat pagotrofik (mengambil hara dengan cara menelan


mengunakan bagian dari sitoplasmanya) kebanyakan tidak melakukan
fotosintesis, uniseluler, bergerak menggunakan silia, flagella atau pergerakan
sitoplasma.
Dinding sel eukariot pada umumnya lebih tebal dibandingkan dengan dinding sel
prokariot. Salah satu grup eukariot, yaitu ganggang, dinding selnya terdiri dari
lelulosa, kecuali pada dua grup ganggang yaitu diatom dan krisofita. Satu grup
ganggang lainnya yaitu kokolitofora (coccolithophores) dinding selnya
mengandung lapisan tipis selulosa dan sisik-sisik yang terdiri dari kalsium
karbonat. Dinding sel eukariot yang terdiri dari senyawa-senyawa anorganik
seperti pada diatom dan kokolitifora disebut frustula.

A. Fungi

Fungi merupakan organisme eukariotik, memproduksi spora, tidak mempunyai


klorofil, mengambil nutrisi secara absorpsi. Pada umumnya reproduksi dilakukan
secara seksual dan aseksual serta strukturnya terdiri atas filamen yang bercabang –
cabang, dinding selnya terdiri atas khitin, selulosa ataupun keduanya. Fungi dapat
hidup sebagai parasit, saprofit maupun bersimbiosis dan hidup di lingkungan yang
lembab dengan suhu antara 20 – 30ºC

Sebagian besar fungi merupakan organisme terrestrial dan bersifat parasit pada
tanaman serta beberapa fungi juga bersifat pathogen pada hewan. Namun, ada
beberapa fungi yang bersimbiosis dengan tanaman, termasuk dalam hal
memperoleh mineral dari tanah. Selain itu, fungi juga banyak bermanfaat untuk
manusia, dimana membantu dalam proses fermentasi dan biosintesis antibiotik

Berdasarkan struktur dasarnya, fungi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Khamir (Yeast)

Yeast merupakan sel tunggal (uniseluler) yang membentuk tunas dan


pseudohifa. Hifanya panjang, dapat bersepta atau tidak bersepta dan tumbuh di
miselium. Yeast memiliki ciri khusus bereproduksi secara aseksual dengan cara
pelepasan sel tunas dari sel induk. Beberapa khamir dapat bereproduksi secara
seksual dengan membentuk aski atau basidia dan dikelompokkan ke dalam
Ascomycota dan Basidiomycota.

b. Kapang (mold)

Kapang adalah jenis lain dari fungi, sebagian memiliki tekstur yang tidak
jelas dan biasanya ditemukan pada permukaan makanan yang membusuk atau
hangat, dan tempat-tempat lembab. Sebagian besar kapang berreproduksi secara
aseksual, tetapi ada beberapa spesies yang bereproduksi secara seksual dengan
menyatukan dua jenis sel untuk membentuk zigot dengan produk uniselular sel
Talusnya terdiri dari filamen panjang yang bergabung bersama membentuk hifa.
Hifa dapat tumbuh banyak sekali, hifa fungi tunggal di oregon dapat mencapai 3,5
mm. Sebagian besar kapang, hifanya bersepta dan bersifat uniseluler. Hifanya
disebut hifa bersepta. Pada beberapa kelas fungi, hifanya tidak bersepta dan di
sepanjang selnya terdapat banyak nukleus yang disebut coenocytic hyphae.

c. Cendawan (Mushroom)

Cendawan merupakan salah satu kelompok dalam phylum fungi yang biasa
disebut dengan mushroom. Cendawan (mushroom) adalah fungi makroskopis
yang memiliki tubuh buah dan sering digunakan untuk konsumsi. Cendawan
sedikit berbeda. Cendawan memiliki bagian yang disebut dengan tubuh buah.
Tubuh buah tersebut terdiri dari holdfast atau bagian yang menempel pada
substrat, lamella, dan pileus.

Menurut Schlegel dan Schmidt (1994), cendawan merupakan organisme yang


berinti, mampu menghasilkan spora, tidak mempunyai klorofil karena itu jamur
mengambil nutrisi secara absorbsi. Pada umumnya bereproduksi secara seksual
dan aseksual, struktur somatiknya terdiri dari filamen yang bercabang-cabang.
Cendawan memiliki dinding sel yang terdiri atas kitin atau selulosa ataupun
keduanya

Struktur Sel Fungi

a. Hifa

Fungi secara morfologi tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung yang
dikelilingi oleh membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak
berseptat dan bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang tersebar di
dalam sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi coenocytic,
sedangkan fungi yang berseptat disebut. Kumpulan hifa akan bersatu dan bergerak
menembus permukaan fungi yang disebut miselium. Hifa dapat berbentuk
menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang menegak menghasilkan alat
perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada umumnya memiliki pori yang
sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan bahkan nukleus dapat mengalir
dari satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan cepat, bertambah
satu kilometer setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak bergerak, akan
tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan menjulurkan
ujung-ujung hifanya denagan cepat ke tempat yang baru.

Pada ujung batang hifa mengandung spora aseksual yang disebut konidia. Konidia
tersebut berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia
yang menempel pada ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke-tanah
dengan bantuan angin. Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur yang
disebut tubuh buah dan mengandung spora. Spora tersebut juga dapat menyebar
dengan bantuan angin, hewan, dan air. Sebagian besar hifa pada yeast berbentuk
lembaran, seperti pada Cythridomycetes dan Sacharomyces cerreviceae. Hifa
mengandung struktur akar seperti rhizoid yang berguna sebagai sumber daya
nutrisi.

Hifa dapat dijadikan sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi ada
yang memiliki hifa berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota
merupakan jenis fungi yang memiliki hifa tidak berseptat, dengan nuklei yang
tersebar di sitoplasma. Berbeda dengan kedua jenis tersebut, Ascomycota dan
Basidiomycota berasosiasi aseksual dengan hifa berseptat yang memiliki satu atau
dua nuklei pada masing-masing segmen.

Hifa yang tidak bersepta disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang
sehingga sitoplasma dan organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu daerah
ke daerah lainnya dan setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa nukleus. Hifa
juga dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya. Hifa vegetatif (miselia),
bertanggungjawab terhadap jumlah pertumbuhan yang terlihat di permukaan
substrat dan mempenetrasinya untuk mencerna dan menyerap nutrisi. Selama
perkembangan koloni fungi, hifa vegetatif berkembang menjadi reproduktif atau
hifa fertil yang merupakan cabang dari miselium vegetatif. Hifa inilah yang
bertanggungjawab terhadap produksi tubuh reproduktif fungi yaitu spora.

Hifa tersusun dari dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung sitosol dan
organel lain. Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi sitoplasma.
Filamen dari hifa menghasilkan daerah permukaan yang relatif luas terhadap
volume sitoplasma, yang memungkinkan terjadinya absorpsi nutrien.

b. Dinding Sel

Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan polimer
glukosa derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding sel
dalam bentuk ikatan mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan mempertebal
dinding sel. Beberapa polisakarida lainnya, seperti manann, galaktosan, maupun
selulosa dapat menggantikan khitin pada dinding sel fungi. Selain khitin,
penyusun dinding sel fungi juga terdiri dari 80-90% polisakarida, protein, lemak,
polifosfat, dan ion anorganik yang dapat mempererat ikatan antar matriks pada
dinding sel.

Dinding sel fungi berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-organel


dari lingkungan eksternal. Struktur dinding sel tersebut dapat memberikan bentuk,
kekuatan seluler dan sifat interaktif membran plasma. Selain khitin, dinding sel
fungi juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular.
Lapisan tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya
senyawa metabolit sel, dan sebagai penghalang selektif pada proses translokasi.
Komponen lain yang menyusun dinding sel fungi adalah antigenik glikoprotein
dan aglutinan, senyawa melanins berwarna coklat berfungsi sebagai pigmen
hitam.

c. Nukleus

Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di dalamnya
terdapat 3 – 40 kromosom. Membrannya terus berkembang selama pembelahan
Nuclear associated organelles (NAOs). Terkait dengan selubung inti, berfungsi
sebagai pusat-pusat pengorganisasian mikrotubula selama mitosis dan meiosis.
Nucleus pada fungi juga mempengaruhi kerja kutub benang spindel dan sentriol.

d. Organel-organel Sel Lainnya

Fungi memiliki mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista
mitokondria. Badan golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal. Pada
struktur sel fungi juga memiliki ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan
lipid, glikogen partikel penyimpanan, badan mikro, mikrotubulus, vesikel.
(Viegas, 2004).

Struktur Sel Kelas-Kelas Fungi

Menurut Maligan et al. (2012), fungi secara filogenetik dibagi menjadi 5


kelompok, yaitu chytridiomycetes, zygomycetes, glomeromycetes, ascomycetes,
dan basidiomycetes. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan cara reproduksi.

a. Chytridiomycota

Sel berflagela pada minimal satu siklus hidupnya, bisa memiliki satu atau lebih
flagela. Dinding sel mengandung kitin dan β-1,3-1,6-glukan; glikogen sebagai
bentuk cadangan karbohidrat. Reproduksi seksual sering menghasilkan satu zigot
yang sporangium; saprofit atau parasit.

b. Zygomycota

Talus biasanya filamentus dan nonseptat, tanpa silia, reproduksi seksual


menghasilkan zigospora berdinding tebal yang berornamen.

c. Ascomycota
Reproduksi seksual meiosis dengan nukleus diploid dalam askus, berkembang
menjadi askospora, sebagian besar juga mengalami reproduksi aseksual dengan
pembentukan konidiospora dengan hifa aerial khusus disebut konidiopora.
Banyak yang memproduksi aski dengan tubuh buah kompleks disebut askokarp.
Termasuk saprofit, parasit, sebagian mutualisme dengan mikroba fototropik
membentuk liken. Dinding sel terbuat dari kitin.

d. Basidiomycota

Umumnya termasuk cendawan. Reproduksi seksual meliputi pembentukan


basidium dengan basidiospora haploid. Umumnya 4 spora per basidium tapi
kadang 1 – 8. Reproduksi seksual dengan fusi membentuk miselium dikariotik
menghasilkan sepasang nukleus induk tapi tidak berfungsi.

e. Glomeromycota

Filamentus, sebagian besar endomikoriza, arbuskular, tidak bersilia, bentuk spora


aseksual di luar inang, tidak bersentriol, konidia dan spora aerial.

f. crosporidia

Microsporidia adalah parasit obligat intraseluler berukuran kecil yang awalnya


dianggap protozoa eukariot primitif tetapi sekarang diklasifikasikan sebagai fungi.
Tidak memiliki mitokondria, peroksisom, kinetosom, silia dan sentriol; spora
memiliki dinding dalam kitin dan dinding luar protein, produksi tabung untuk
penetrasi inang. Contoh : Enterocytozoon bieneusi dan E. intestinalis. Fungi ini
diketahui bertanggungjawab pada kasus diare pasien penderita AIDS dan pasien
pencangkokan yaitu :

- Jamur lendir (myxomycota)

seluruh jamur menghasilkan sel-sel yang hidup bebas pada sebagian siklus
hidupnya.sel-sel yang bebas ini di sebut amoeboid karena memiliki bentuk seperti
amoeba. Saat kondisi makanan jamur lendir kurang, sel-sel yang kelaparan
bergabung membentuk massa yang berlendir.

Jamur Lendir (Myxomycotina) : Pengertian Ciri-ciri Reproduksi Contoh Struktur


Sel - Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange,
walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan
hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir
merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium.Plasmodium ini dapat
tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter.
Walaupun berukuran besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium
merupakan massa tunggal sitoplasma yang mengandung banyak inti sel.
Plasmodium menelan makanan melalui fagositosis. Mereka melakukan ini sambil
menjulurkan pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu
yang membusuk. Jika habitat jamur lendir mulai mengering atau tidak ada
makanan yang tersisa, plasmodium akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi
menjadi tahapan siklus hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual.

Contoh jamur lendir adalah jenis Dyctyostelum discridium.


BAB III

KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan

1. Sel eukariotik merupakan sel yang memiliki sistem endomembran. Sel tipe
ini secara struktural memiliki sejumlah organel pada sitoplasmanya dengan
adanya membran ini, maka materi genetik tidak tersebar ke seluruh
sitoplasma sel, namun terbungkus rapi di dalam selaput.
2. Fungi merupakan organisme eukariotik, memproduksi spora, tidak
mempunyai klorofil, mengambil nutrisi secara absorpsi. Sebagian besar
fungi merupakan organisme terrestrial dan bersifat parasit pada tanaman
serta beberapa fungi juga bersifat pathogen pada hewan. Namun, ada
beberapa fungi yang bersimbiosis dengan tanaman, termasuk dalam hal
memperoleh mineral dari tanah. Selain itu, fungi juga banyak bermanfaat
untuk manusia, dimana membantu dalam proses fermentasi dan biosintesis
antibiotik

III.2 Saran
Diharapkan agar pembaca dapat menambahkan referensi dari makalah
mikrobiologi ini bilamana jika masih ada hal-hal yang kurang dari tim
penyaji.
Daftar Pustaka

Albert, B., Johnson, A., Lewis, J. Raff, M., Roberts, K., Walter, P. 2002.
Molecular Biology of the Cell. 4 th ed. Garland Science. New York.

Campbell, Neil A, dkk,. 2012. Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Martin, E.A., ed (1983). Macmillan Dictionary of Life Sciences (2nd ed.). New
York

Nelson, David L.; Cox, Michael M. (2005). Lehninger Principles of


Biochemistry (4th ed.). New York: W.H. Freeman. ISBN 0716743396.

Oungson, Robert M. (2006). Collins Dictionary of Human Biology. Glasgow:


HarperCollins. ISBN 0-00-722134-7.

Stryer, L. 1988. Biochemistry. 3rd ed. W.H. Freeman and Company. New York.

Suryani, Yoni.2004. Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Volk & wheeler.,1988. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima,, jilid 1..Erlangga, jl.
Kramat IV No.11, Jakarta 10420.

Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.

Anda mungkin juga menyukai