Anda di halaman 1dari 27

GASTROINTESTINAL

Disusun oleh

KELOMPOK III

AYU FADLIA (G 701 15 199 )

REGITA CAHYANI S (G 701 15 269 )

NOVITA PRATIWI (G 701 15 052 )

SALLY NORCELINA W (G 701 15 219 )

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTASMATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam tubuh manusia memerlukan makanan, air dan elektrolit yang dibutuhkan oleh sel-
sel tubuh melalui proses pencernaan,terutama zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang
dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari bahan makanannya) untuk
memperoleh energy guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja.

Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan
menunjukan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya
memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi.Tubuh manusia
memerlukan sejumlah gizi secara tepat, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan
tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang
dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan
dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang lebih
ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut kerana factor gizi.

Manusia untuk kehidupannya juga membutuhkan vitamin yang didapat dari bahan
pangan, hal ini demi berlangsungnya proses-proses dalam tubuh. Apabila makanan tidak cukup
mengandung zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan
perubahan metabolism dalam otak, berakibat terjadi ketidak mampuan berfungsi normal. Pada
keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan
terganggu, badan lebih kecil diikuti ukuran otak yang juga kecil.Maka dengan itu untuk menjaga
kestabilan dan kesimbangan dalam proses pangan di perlukan satu system yaitu system saluran
pencernaan.
1.2 Rumusan Masalah
Pengertian sistem Gastrointestinal ?

Pembahasan mengenai radang usus

Penyakit empedu dan pancreas

Anti emetic

Refluks gastro esophagus

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui pengertian sistem Gastrointestinal

Untuk mengetahui bagaimana penyakit radang usus

Untuk mengetahui bagaimana penyakit empedu dan pancreas

Untuk mengetahui bagaimana


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Gastrointestinal

Gastrointestinal adalah merupakan suatu saluran pencernaan yang panjangnya sekitar 9


meter mulai dari mulut sampai anus, meliputi oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus
halus dan usus besar. Di mulut makanan dikunyah dan dicampur dengan sekresi kelenjar saliva
sehingga menjadi bolus. Esophagus mengantarkan bolus dari mulut ke stomach (lambung),
Lambung, usus halus dan usus besar sebagai tempat penampung makan/bolus dan produk akhir
dari pencernaan.
Lumen gastrointestinal secara umum memiliki lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot. Sistem
gastro intestinal dan organ accesoris memperoleh aliran darah sekitar 25 30 % dari cardiac out
put. Saraf yang terlibat dalam mengendalikan sistem gastro intestinal melibatkan saraf autonom
saraf parasimpatis dan simpatis.

Fungsi secara umum sistem Gastrointestinal yaitu tarnsport air dan makanan, mencerna
makanan secara mekanik dan kimia, mengabsorbsi nutrien hasil pencernaan ke dalam pembuluh
darah, serta mengeluarkan produk sisa.
Saluran gastrointestinal memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan, yang terus-
menerus. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan :
1. Pergerakan makan melalui saluran gastrointestinal
2. Sekresi getah pencernaan dan makanan
3. Absorbsi hasil pencernaan, air, dan berbagai elektrolit
4. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang di absorbsi
5. Pengaturan semua fungsi ini oleh sistem saraf dan hormonal.

II.2 Radang usus

Radang usus adalah kondisi di mana usus mengalami inflamasi atau peradangan. Radang
usus sendiri seringkali digunakan untuk menjelaskan dua jenis penyakit, yaitu kolitis ulseratif
dan penyakit Crohn. Kedua kondisi ini diakibatkan oleh peradangan kronis pada bagian
gastrointestinal (sistem pencernaan). Kondisi ini muncul karena reaksi keliru dari sistem
kekebalan tubuh terhadap jaringan pencernaan yang normal dan sehat.

Kolitis ulseratif adalah peradangan kronis yang terbatas pada usus besar atau kolon saja.
Sedangkan penyakit Crohn adalah peradangan yang bisa terjadi di seluruh sistem pencernaan,
mulai dari mulut hingga ke anus.

Selain itu, terdapat dua kondisi lain yang terkait dengan radang usus, yaitu kolitis collagenusdan
kolitis limfosistik. Kedua kondisi ini lebih dikenal dengan istilah kolitis mikroskopik. Keduanya
adalah jenis radang usus yang cukup langka.

II.2.1 Gejala Radang Usus

Radang usus adalah penyakit jangka panjang dengan gejala yang biasanya muncul dan
menghilang selama beberapa waktu Tingkat keparahan gejala yang muncul tergantung pada
bagian mana saja yang mengalami peradangan. Beberapa gejala yang umumnya terjadi adalah:

* Nyeri atau sakit pada bagian perut.Peradangan yang terjadi dapat memengaruhi pergerakan
normal usus, sehingga menimbulkan rasa nyeri atau tidak nyaman.

* Nafsu makan berkurang. Kram dan nyeri perut akan menurunkan nafsu makan seseorang.

* Penurunan berat badan. Penurunan berat badan bahkan kondisi kekurangan nutrisi dapat
dialami pengidap radang usus karena tubuh tidak mampu mencerna dan menyerap nutrisi
makanan dengan baik.

* Diare bercampur darah dan bersifat kambuh-kambuhan. Darah dapat muncul pada feses (tinja)
dengan warna gelap kehitaman, atau bisa juga tidak kasat mata namun nampak di mikroskop.

* Merasa mudah lelah.

* Mengalami mual dan demam.

Perlu diingat bahwa gejala yang muncul pada orang-orang tidaklah sama. Beberapa orang
mungkin akan mengalami muntah-muntah, anemia, dan demam tinggi. Kondisi ini akan datang
dan pergi selama kurun waktu yang lama. Ketika kambuh, gejala bisa ringan atau sangat parah.
II.2.2 Penyebab Radang Usus

Hingga kini, radang usus belum diketahui penyebab dasarnya. Pola makan dan tingkat
stres seseorang bisa meningkatkan risiko seseorang menderita radang usus, tapi keduanya
bukanlah menjadi penyebab utama. Yang diketahui adalah malafungsi sistem kekebalan tubuh
menyebabkan peradangan. Namun belum diketahui apa penyebab kekeliruan sistem imun tubuh.

Selain itu, faktor keturunan juga diduga memiliki pengaruh pada munculnya radang usus. Risiko
seseorang akan lebih tinggi apabila ada keluarga dekat yang menderita radang usus.

Berikut ini beberapa faktor lain yang turut meningkatkan risiko Anda menderita radang usus.

* Usia. Kebanyakan orang didiagnosis mengidap radang usus sebelum usia 30 tahun. Namun ada
juga yang mengalami penyakit ini setelah mereka menginjak usia 50 atau 60 tahunan.

* Keturunan. Faktor keturunan bisa meningkatkan risiko radang usus. Jika orang tua Anda,
anak, atau saudara kandung pernah mengidap penyakit ini, Anda juga berpotensi mengalaminya.

* Merokok. Kegiatan ini sangat meningkatkan risiko terkena penyakit Crohn.

* Tempat tinggal. Jika Anda tinggal di wilayah kumuh atau daerah padat industri, Anda wajib
mewaspadai kemungkinan munculnya radang usus. Sebab faktor lingkungan sangat
memengaruhi penyakit ini.

* Pengobatan isotretinoin. Isotretinoin (amnesteem, claravis, sotret/accutane) adalah obat yang


biasanya digunakan untuk mengatasi jerawat. Sejumlah penelitian menyebut isotretinoin bisa
menyebabkan radang usus. Namun hubungan antara keduanya masih terus diteliti.

* Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS). Beberapa obat-obatan dalam kelompok OAINS
bisa meningkatkan risiko mengalami radang usus, misalnya ibuprofen, naproxen, diclofenac, dan
lainnya.

* Ras. Di beberapa wilayah di dunia, jenis ras dan warna kulit turut memengaruhi kehadiran
radang usus. Menurut penelitian, orang berkulit putih memiliki risiko mengidap radang usus
yang lebih besar dibanding orang berkulit hitam .
II.2.3 Diagnosis Radang Usus

Diagnosis terhadap radang usus akan dilakukan oleh dokter setelah memeriksa tanda dan gejala
yang muncul. Serangkaian tes dilakukan oleh dokter untuk memastikan diagnosis radang usus.
Berikut ini adalah beberapa tes yang mungkin perlu dilakukan oleh dokter.

* Tes darah. Tes darah akan dilakukan untuk mengetahui apakah tubuh mengalami anemia atau
infeksi bakteri maupun virus. Tinja juga diteliti untuk memeriksa apakah ada darah.

* Prosedur endoskopi. Dengan pemeriksaan ini, dokter dapat melihat bagian dalam sistem
pencernaan Anda dan mengambil sampel jaringan untuk diperiksa di laboratorium. Prosedur itu
terdiri dari colonoscopy, flexible sigmoidoscopy, upper endoscopy, capsule endoscopy, dan
double-ballon endoscopy.

* Tes pencitraan. Beberapa prosedur pencitraan seperti X-ray, CT scan, MRI scan, dan
pencitraan usus halus juga bisa dilakukan.

II.2.4 Komplikasi Radang Usus

Radang usus yang terbagi menjadi penyakit Crohn dan kolitis ulseratif bisa memunculkan
beberapa komplikasi jika peradangannya tidak terkendali. Berikut ini komplikasi yang mungkin
terjadi akibat penyakit Crohn:

* Tukak/Ulkus. Apabila peradangan yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama atau
kronis, bisa mengakibatkan munculnya tukak pada sistem pencernaan Anda, seperti pada mulut,
usus halus dan juga anus.

* Fistula. Tukak yang sudah dalam hingga membentuk lubang pada dinding saluran pencernaan
akan menyebabkan fistula. Fistula adalah koneksi abnormal antara beberapa bagian tubuh
misalnya usus dengan organ lain menjadi terhubung. Fistula akan mengganggu pencernaan dan
penyerapan makanan. Fistula bisa terinfeksi dan bisa membahayakan jika tidak ditangani dengan
benar.

* Obstruksi usus. Penyakit Crohn bisa memengaruhi ketebalan dinding usus. Akibatnya,
penyaluran hasil pencernaan makanan bisa tertutup. Untuk mengangkat bagian yang bermasalah,
akan diperlukan prosedur operasi.
* Kanker kolon (usus besar). Risiko Anda terkena kanker kolon akan meningkat ketika
penyakit Crohn memengaruhi usus besar. Bagi penderita penyakit Crohn, disarankan melakukan
prosedur kolonoskopi secara teratur.

* Fisura ani. Munculnya luka robek pada jaringan di sekitar dinding anus atau pada kulit di
sekitar anus. Luka ini bisa menjadi lokasi munculnya infeksi. Anda akan merasakan sakit dan
pendarahan saat buang air besar.

* Malanutrisi. Tubuh akan kesulitan menyerap nutrisi karena munculnya peradangan yang
terjadi dan gejala seperti mual dan diare. Kondisi yang sering terjadi pada penderita radang usus
adalah defisiensi zat besi dan vitamin B12.

* Efek samping obat-obatan. Obat-obatan untuk penyakit Crohn yang berfungsi menghalangi
kinerja sistem kekebalan tubuh berisiko menyebabkan kanker limfoma dan kanker kulit.
Kortikosteroid juga berisiko menyebabkan kerapuhan tulang, katarak, glaukoma, dan kadar gula
tinggi.

* Penyakit lainnya. Penyakit Crohn bisa menimbulkan masalah lain di tubuh Anda, seperti
peradangan mata, kulit, sendi, hati, saluran empedu, serta kondisi lain seperti anemia, dan
Penyakit ini juga bisa memperlambat pertumbuhan fisik dan organ seksual pada anak-anak.

Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada kolitis ulseratif adalah:

* Muncul lubang pada usus besar.

* Pengeroposan tulang (osteoporosis).

* Luka di dinding mulut.

* Pendarahan dalam organ tubuh.

* Dehidrasi.

* Peradangan pada kulit, mata, dan persendian.

* Meningkatnya risiko terkena megakolon toksik, kanker usus besar, serta penggumpalan darah
di vena dan arteri.
II.2.5 Pengobatan Radang Usus

Hingga kini, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan radang usus. Pengobatan dan
penanganan yang dilakukan hanya untuk meredakan gejala yang muncul atau untuk mencegah
kambuhnya gejala. Untuk gejala ringan, mungkin tidak diperlukan pengobatan. Biasanya, gejala
ringan akan menghilang dalam beberapa hari.

Selain meredakan gejala yang muncul, pengobatan juga dilakukan untuk mengurangi risiko
komplikasi yang mungkin terjadi. Penanganan yang dilakukan bisa berbentuk obat-obatan,
terapi, maupun operasi.

Obat-obatan yang akan diberikan untuk mengatasi radang usus adalah:

* Obat anti inflamasi. Obat ini biasanya akan diberikan pertama kali untuk mengatasi radang
usus. Obat ini berfungsi mengurangi inflamasi yang terjadi. Obat yang biasanya digunakan
adalah golongan aminosalisilat dan kortikosteroid.

* Obat imunosupresan. Obat ini berfungsi untuk menghalangi aktivitas sistem kekebalan tubuh
yang merusak atau membahayakan. Obat ini akan mengurangi inflamasi yang terjadi. Beberapa
contoh obat imunosupresan adalah azathioprine, cyclosporine, methotrexate, natalizumab,
vedolizumab, ustekinumab, dan infliximab. Bagi beberapa orang, kombinasi beberapa obat
berfungsi lebih baik daripada hanya mengonsumsi satu jenis obat saja.

* Antibiotik. Obat ini bisa diberikan sebagai tambahan dari obat-obatan lainnya, terutama
apabila terjadi infeksi. Penderita kolitis ulseratif mengonsumsi antibiotik untuk mengendalikan
infeksi yang terjadi. Contoh obat antibiotik yang umumnya digunakan adalah metronidazole dan
ciprofloxacin.

* Obat-obatan lain. Terdapat obat-obatan lain untuk mengatasi gejala yang muncul akibat
radang usus selain terjadinya inflamasi. Tanyakan pada dokter sebelum Anda mengonsumsi obat
bebas yang bisa dibeli di apotek. Obat anti-diare, pereda rasa sakit, suplemen zat besi, suplemen
vitamin, dan kalsium mungkin akan diberikan tergantung kondisi dan gejala yang muncul. Anda
juga mungkin disarankan untuk menjalani diet khusus dan penyuntikan nutrisi.

Jika penanganan yang dilakukan untuk meringankan gejala radang usus tidak bisa membantu,
prosedur operasi mungkin perlu dilakukan. Penderita kolitis ulseratif dengan gejala yang cukup
parah biasanya tidak akan merespons penanganan dengan obat-obatan. Operasi dilakukan untuk
mengangkat bagian dari usus besar yang mengalami peradangan parah.

II.3 Penyakit empedu dan pancreas

Kandung empedu terletak tepat di bawah hati dan berfungsi menyimpan empedu yang
diproduksi hati. Kandung empedu bisa menyimpan sekitar 0,4 liter empedu. Hati menghasilkan
sekitar satu liter empedu setiap hari.Empedu adalah cairan hijau kekuningan (kadang-kadang
kehitaman) yang diperlukan untuk pencernaan makanan berlemak di usus kecil. Selain
mengandung air (95%), empedu juga mengandung kolesterol, garam empedu, garam mineral dan
pigmen.

Ketika makanan masuk ke dalam duodenum (bagian pertama dari usus kecil), hormon duodenal
diekskresikan. Hormon ini dialirkan darah ke kantong empedu dan menyebabkan dindingnya
berkontraksi untuk mengeluarkan empedu. Empedu ini akan keluar melalui saluran empedu,
melalui lubang sempit ke duodenum. Garam mineral pada empedu menetralisir keasaman
makanan saat dicerna di usus. Asam empedu dan garam empedu memecah lemak, sehingga dapat
diolah enzim pencernaan. Salah satu penyakit yang dapat terjadi ketika terdapat gangguan pada
empedu yaitu batu empedu yang terbentuk akibat pengerasan kolestrol yang tertimbun dalam
cairan empedu.

II.3.1 Penyebab Terbentuknya Batu Empedu

Batu empedu diduga terbentuk akibat pengerasan kolesterol yang tertimbun dalam cairan
empedu. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara kolestrol dan senyawa kimia
dalam cairan tersebut.

Batu empedu umumnya tidak menyebabkan sakit, jadi tidak membutuhkan penanganan khusus.
Tetapi jika batu ini menyumbat saluran kantong empedu, penderita akan mengalami gejala sakit
pada bagian kanan perut yang datang secara tiba-tiba atau istilah medisnya kolik bilier.

Berikut adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena batu empedu:

* Faktor usia. Risiko penyakit batu empedu akan bertambah seiring usia. Penyakit ini umumnya
dialami orang yang berusia di atas 40 tahun.
* Jenis kelamin. Risiko wanita untuk terkena penyakit batu empedu dua kali lebih tinggi
dibandingkan risiko pria.

* Dampak melahirkan. Wanita yang pernah melahirkan memiliki risiko lebih tinggi.
Penyebabnya mungkin karena meningkatnya kadar kolesterol akibat perubahan hormon selama
masa kehamilan.

* Pengaruh berat badan. Risiko Anda akan meningkat jika mengalami kelebihan berat badan
atau obesitas.

II.3.1.1 Komplikasi Akibat Batu Empedu

Walau sangat jarang terjadi, batu empedu dapat menyebabkan komplikasi pada tubuh.
Salah satunya adalah inflamasi kantong empedu (kolelitiasis) dengan gejala:

* Rasa sakit perut yang konstan.

* Demam tinggi.

* Sakit kuning.

II.3.1.2 Langkah Pengobatan Untuk Mengatasi Batu Empedu

-Terapi non farmakologis

Terapi non farmakologi penyakit batu empedu dinilai sangat tepat untuk melakukan pertolongan
pertama terhadap pasien yang menderita batu empedu, kemungkinan untuk sembuh dari terapi
non farmakologi ini juga lumayan besar, tidak kalah dengan operasi ataupun pengobatan medis
lainya. Selain itu dengan melakukan terapi non farmakologi penyakit batu ginjal, maka Anda
tidak akan mendapatkan efek samping.

Salah satu penanganan penyakit batu empedu tanpa obat adalah dengan menggunakan cuka apel,
cara ini tidak banyak dilakukan oleh para penderita, sehingga tidak banyak yang tahu akan cara
tersebut. karena menurut penelitian cuka sari apel mengandung berbagai macam khasiat untuk
tubuh, diantaranya mampu mendetoksi racun ataupun endapan kotoran yang terdapat dalam
tubuh, salah satunya adalah endapan batu empedu.
Keberadaan batu empedu biasanya tidak mengganggu kesehatan. Tetapi jika
menyebabkan gejala yang mengganggu atau jika terjadi komplikasi, penyakit ini harus ditangani.

Penanganan untuk batu empedu umumnya dengan operasi pengangkatan kantong empedu. Walau
fungsi organ ini penting, tubuh kita tetap bisa bertahan tanpa memilikinya. Tanpa kantong
empedu, hati akan tetap mengeluarkan cairan empedu yang membantu dalam pencernaan lemak.

Jenis operasi yang umum direkomendasikan adalah operasi lubang kunci atau istilah medisnya
kolesistektomi laparoskopik. Jenis operasi ini dianjurkan karena metodenya yang sederhana
dengan tingkat risiko komplikasi yang rendah.

-terapi farmakologi

* Obat-obatan. Selain untuk memerangi kolik akut dan rasa nyeri, obat-obatan juga dapat
digunakan untuk memecah batu empedu. Pengobatan memerlukan setidaknya 6 sampai 12 bulan
dan berhasil melarutkan batu pada 40-80% kasus. Penggunaan obat direkomendasikan bila gejala
ringan dan batu-batunya kecil atau operasi dinilai terlalu berisiko.

II.3.2 Pankreatitis

Pankreatitis akut merupakan peradangan yang terjadi di dalam pankreas. Pankreas


merupakan sebuah organ berukuran kecil yang terletak di belakang organ lambung dan di bawah
tulang iga. Pankreas memproduksi enzim-enzim yang berfungsi mencerna karbohidrat, lemak,
dan protein dari makanan yang kita makan.

Pankreatitis akut berbeda dengan pankreatitis kronis. Pada kasus akut, peradangan terjadi dalam
waktu yang cukup singkat sedangkan pada kasus kronis, terjadi menahun.

Pankreatitis akut juga merupakan salah satu risiko yang berbahaya jika batu empedu masuk dan
menghambat saluran pankreas. Peradangan pankreas ini akan menyebabkan sakit perut yang
akan terus bertambah parah.

II.3.2.1 Penyebab pankreatitis akut

Banyak kondisi yang dapat menyebabkan pankreatitis akut. Pada sebagian besar kasus
terkait dengan penyumbatan batu empedu dan konsumsi minuman beralkohol. Namun, pada
sebagian kasus penyebab pastinya tidak diketahui.
Pada keadaan normal, enzim-enzim pencernaan yang diproduksi pankreas belum teraktivasi saat
masih di dalam pankreas. Enzim-enzim tersebut akan dikeluarkan lewat sebuah saluran ke usus
halus, barulah teraktivasi. Pada pankreatitis, enzim-enzim tersebut teraktivasi di dalam pankreas.
Maka alih-alih mencerna makanan, enzim ini malah berbalik mencerna organ tersebut sehingga
terjadilah peradangan.

Selain konsumsi minuman beralkohol dan penyumbatan batu empedu, ada beberapa hal lain
yang diduga bisa menyebabkan pankreatitis akut, di antaranya adalah kerusakan pankreas akibat
operasi perut, hipertrigliserida (kadar trigliserida darah yang tinggi), infeksi, efek samping
antibiotik dan kemoterapi, serta komplikasi penyakit fibrosis kistik.

Pankreatitis akut bisa diderita oleh segala kelompok usia, meskipun umumnya terjadi pada
kelompok usia menengah hingga tua. Pada laki-laki biasanya terkait dengan konsumsi minuman
beralkohol sedangkan pada perempuan terkait dengan batu empedu. Terdapat risiko tinggi
terkena pankreatitis akut berat pada usia di atas 70 tahun, perokok, pecandu minuman
beralkohol, dan penderita obesitas.

II.3.2.2 Gejala pankreatitis akut

Pankreatitis akut ditandai dengan gejala:

* Nyeri tumpul hebat (rasa sakit seperti ditekan atau diremas) yang terasa di sekitar bagian perut
atas dan bisa bertambah buruk dan menyebar sepanjang punggung hingga bagian bawah tulang
belikat kiri.

* Demam.

* Mual atau muntah.

* Diare.

* Perut terasa sakit saat disentuh atau mengalami pembengkakan.

* Kulit dan bagian putih mata menjadi menguning.

Rasa nyeri yang dirasakan bisa terasa memburuk dengan cepat, apalagi saat Anda berbaring,
makan (terutama makanan berlemak), dan minum.
Pada kasus yang disebabkan oleh alkohol, gejala nyeri pankreatitis akut biasanya muncul dalam
waktu enam hingga 12 jam setelah Anda mengonsumsi minuman beralkohol. Sedangkan pada
kasus pankreatitis akut yang dipicu oleh batu empedu, gejala nyeri biasanya muncul setelah Anda
mengonsumsi makanan dalam porsi besar.

II.3.2.3 Diagnosis pankreatitis akut

Jika Anda mengalami nyeri perut hebat secara tiba-tiba, segeralah temui dokter untuk
dilakukan pemeriksaan.

Selain menanyakan gejala yang dirasakan pasien dan melakukan sentuhan pada area yang dirasa
sakit, pemeriksaan lebih spesifik juga perlu dilakukan. Dokter akan melakukan pemeriksaan
lanjutan untuk menentukan tingkat keparahan pankreatitis akut serta risiko adanya masalah
serius atau komplikasi lainnya, misalnya gagal organ.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan tersebut diantaranya:

* Pemeriksaan darah untuk menentukan kadar amilase dan lipase pankreas.

* Pemindaian dengan menggunakan prosedur USG, CT scan, dan MRI.

* Endoskopi pankreas (ERCP), yaitu metode pemeriksaan menggunakan selang khusus


berkamera yang dimasukkan ke dalam saluran pankreas melalui mulut.

II.3.2.4 Pengobatan dan komplikasi pankreatitis akut

Pankreatitis akut diobati dan dipantau di rumah sakit. Pengobatan suportif seperti oksigen
dan cairan infus akan diberikan selain obat-obatan pereda sakit. Pada kasus yang cukup berat,
pasien tidak boleh memakan makanan padat karena akan membuat pankreas bekerja keras,
sehingga memerlukan pemberian nutrisi cair lewat selang yang dimasukkan melalui hidung.
Biasanya makanan padat tidak akan diberikan sampai Anda pulih sepenuhnya.

Sebagian besar pasien pankreas akut diperbolehkan pulang ke rumah setelah menjalani
perawatan selama lima hingga sepuluh hari. Untuk kasus parah (terutama yang telah berkembang
menjadi komplikasi), pengobatan biasanya akan membutuhkan waktu lebih lama dan dilakukan
di ruang perawatan intensif atau ICU.
Setelah kondisi pasien stabil, penyebab yang mendasari mungkin perlu ditangani. Jika
pankreatitis akut Anda disebabkan oleh penyumbatan batu empedu, maka prosedur pengangkatan
batu empedu melalui pembedahan biasa ataupun endoskopi perlu dilakukan. Pengobatan batu
empedu biasanya dilakukan di rumah sakit melalui rawat inap. Prosedur ini memudahkan dokter
untuk memantau kondisi Anda serta mencegah kondisi menjadi semakin memburuk.

Jika kondisi pankreatitis akut disebabkan oleh kecanduan minuman beralkohol misalnya, maka
Anda akan dituntut dokter untuk menghentikan kebiasaan tersebut, misalnya melalui rehabilitasi,
konseling rutin, atau pemberian obat acamprosate yang dapat menurunkan keinginan
mengonsumsi minuman beralkohol.

II.3.2.5 Komplikasi pankreatitis akut

Beberapa komplikasi yang bisa muncul akibat pankreatitis akut adalah:

* Pankreatitis kronis.

* Pseudocysts atau munculnya kantung-kantung cairan di permukaan pankreas yang dapat


menimbulkan gejala perut kembung, nyeri perut, dan gangguan pencernaan.

* Sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS=systemic inflammatory response syndrome) adalah


menyebarnya peradangan pankreas ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan satu atau lebih
organ mengalami kegagalan fungsi. Kondisi ini ditandai dengan napas dan detak jantung cepat,
serta demam tinggi.

* Nekrosis pankreas atau kematian jaringan pankreas darah akibat terganggunya pasokan darah.
Jaringan yang mati ini rentan terhadap infeksi bakteri. Jika tidak segera ditangani maka efeknya
bisa seperti SIRS yang mana bakteri kemudian menyebar meracuni darah dan merusak organ
lainnya.

II.3.2.6 Pencegahan pankreatitis akut

Karena pankreatitis akut erat kaitannya dengan konsumsi minuman beralkohol dan
penyumbatan batu empedu maka langkah pencegahan yang paling efektif adalah dengan cara
menghindari dua faktor risiko tersebut dengan cara:

* Mengurangi atau menghentikan konsumsi minuman beralkohol.


* Menghindari atau membatasi makanan berkolesterol tinggi guna mencegah terbentuknya batu
empedu, seperti daging berlemak, makanan berminyak, dan mentega.

* Mengonsumsi makanan kaya serat seperti sayur, buah, dan biji-bijian utuh.

Pankreatitis akut juga rentan dialami penderita obesitas, karena itu penerapan diet dan olahraga
secara teratur diperlukan sebagai langkah pencegahan.

Farmakologis :

Analgesik dan sedatif, infus cairan, pasang selang lambung

Antibiotika bila ada infeksi

Penghambat sekresi enzim pankreas

Prosedur bedah pada infeksi berat berupa drainase cairan

Non farmakologis :

Puasa dan pemasangan infus untuk nutrisi parentral total sampai amilase dan lipase serum
normal/mendekati normal dan pada selang nasogastrik cairan lambung < 300 cc, dan pasien tak
merasakan nyeri ulu hati.

II.4 Definisi Anti emetic

Anti emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa mual dan
muntah. Antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan dan efek
samping dari analgesik golongan opiat, anastesi umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk
melawan kanker, juga untuk mengatasi vertigo (pusing) dan migrain.

II.4.1 Golongan Anti emetik

Anti emetik terbagi atas beberapa golongan sebagai berikut :

1.Golongan Antagonis Reseptor 5HT3-

Obat anti emetik ini menghambat reseptor serotonin pada sistem saraf serebral dan saluran
pencernaan. Sehingga obat golongan ini dapat digunakan untuk mengobati mual dan muntah
setelah operasi dan penggunaan obat sitoksik.
Obat ini terbagi atas 3 yakni,

a.Granisteron

Obat jenis ini tersedis dalam bentuk tablet dan sirup untuk diminum secara oral. Untuk
pencegahan mual dan muntah pada kemoterapi. Granisteron biasanya diminum satu jam sebelum
kemoterapi dijalankan. Dosis kedua diberikan setelah 12 jam dari dosis pertama. Konsumsi obat
ini harus sesuai dengan resep dokter. Tidak boleh kuang maupun lebih.

b.Ondansentron

Obat ini diperuntukkan untuk mencegah mual dan muntah yang disebabkan kemoterapi kanker
atau setelah operasi. Ondansentron bekerja dengan memblokade hormon serotonin yang
menyebabkan muntah. Selain itu, obat ini juga digunakan pada klien pecandu alkohol.

Obat ini digunakan sebelum atau sesudah makan. Obat ini juga dapat diminum bersama antasida.

Pada kemoterapi obat ini diberikan pada 30 menit pertama sebelum kemoterapi. Dosis
selanjutnya sesuai anjuran dokter. Biasanya 1 sampai 2 hari setelah kemoterapi selesai.

Pada kasus lain pemberian obatnya pun berbeda.

Hal yang perlu diketahui seorang dokter, perawat atau pun seorang apoteker sebelum melakukan
pemberian obat ini adalah riwayat penyakit perut atau usus, penyakit hati, dan alergi. Selain itu,
pecandu alkohol sebaiknya mengurangi konsumsi alkoholnya saat mengkonsumsi obat ini karena
dapat meningkatkan efek sampingnya. Obat ini juga diketahui dapat mengganggu konsentrasi
konsumen dan dapat berpengaruh pada janin dalam kandungan serta mempengaruhi ASI pada
Ibu produktif menyusui kerena obat ini disekresikan melalui ASI, salah satunya.

c. Tropisetron

Obat jenis ini digunakan pada mual karena kemoterapi atau muntah pada anak. Indikasi dari obat
ini adalah mencegah mual pasca operasi.

2. Golongan Antagonis Dopamin


Golongan obat ini di otak dan digunakan untuk mengobati rasa mual dan muntah karena penyakit
kanker, sakit akibat radiasi, obat golongan opiat, obat sitotoksik dan anstesi umum. Selain
dopamin, ada juga obat yang disebut Metoclopramide yang juga bekerja pada salura pencernaan
sebagai prokinetik namun kurang berguna pada rasa ingin muntah karena sitotoksik dan anastesi
umum.

Yang harus diperhatikan sebelum mengkonsumsi metoclopramid adalah:

Konsultasikan ke dokter mengenai obat resep dan non-resep yang anda konsumsi yang
mengandung amobarbital, insulin, narkotika, phenobarbital, sedative, transquilizer, dan vitamin.

Kemukakan pada dokter bila anda pernah mengidap atau masih mengidap tumor adrenal,
penyakit kejiwaan, parkinson, hipertensi, penyakit hati, liver atau ginjal.

Kemukakan pada dokter tentang kehamilan maupun rencana kehamilan dan menyusui
anda.

Saat anda masa operasi termasuk operasi dentist, kemukakan pada sentist tersebut
mengenai konsumsi metoclopramid anda.

Obat ini menekan saraf sadar anda sehingga dapat menyebabkan kantuk, jadi usahakan
untuk tidak berktivitas berkendara selama mengkonsumsi obat ini dan jangan mengkonsumsi
alkohol bersama obat ini.

3. Golongan Antihistamines

Golongan antihistamin ini juga disebut golongan antagonis reseptor H1histamin. Obat ini efektif
untuk beberapa kondisi seperti mabuk perjalanan dan rasa mual di pagi hari pada ibu hamil.

a. Dimenhydramine selain sebagai anti emetik juga mengatasi vertigo.

b. Pyrathiazine

c. Promethazine pada penderita penyakit jantung atau kegagalan fungsi hati perlu
pengawasan yang ketat sewaktu minum obat ini atau bila tidak perlu, dianjurkan untuk tidak
meminum obat ini. Selain itu anak-anak juga dianjurkan tidak meminum obat ini karena dapat
menyebabkan Sindron Reye dan dapat menyebabkan konvulsi, halusinasi bahkan kematian pada
anak. Obat ini juga menyebabkan kantuk dan tidak dianjurkan pada BUMIL dan Ibu Menyusui.
d. Betahistine

Betahistin dihidroklorida adalah obat yang sangat mirip senyawa histamin alami. Betahistine
bekerja secara langsung berikatan dengan reseptor histamin yang terletak pada dinding aliran
darah, termasuk didalam telinga. Dengan mengaktifkan reseptor ini dapat menyebabkan
vasokontraksi. Dengan peningkatan sirkulasi darah, mengurangi tekanan di telinga. Betahistine
fungsi utamanya sebagai obat penyakit Meniere.

Obat ini mwmbantu menghilangkan tekanan didalam telingan dan mengurangi frekuensi dan
keparahan serangan mual dan pusing. Betahistine juga mengurangi bunyi mendenging di telinga
(tinitus) dan membantu fungsi pendengaran menjadi normal.

4. Penghambat Channel Kalsium

Penghambat channel kalsium atau Flunarizine adalah penghambat masuknya kalsium dengan
cara ikatan calmudolin dan aktivitas hambatan histamin H1. Obat ini efektif untuk mencegah
migren, penyakit vaskular periferal terbuka, vertigo, dan sebagai terapi tambahan pada pasien
epilepsi.

II.4.2 Jenis Obat Anti emetik (Domperidon 10 mg)

Domperidon merupakan antagonis dopamin yang mempunyai kerja antiemetik. Efek


antiemetik ini disebabkan oleh kombinasi efek periferal (gastrokinetik) dengan antagonis
terhadap reseptor dopamin di kemoreseptor yang terletak di area postrema otak.

Pemberian domperidone menambah lamanya kontraksi antral dan duodenum, meningkatkan


pengosongan lambung dalam bentuk cairan dan setengah padat pada orang sehat, serta padat
pada penderita yang pengosongannya terlambat dan menambah tekanan sfringter esophagus
bagian bawah pada orang sehat.

INDIKASI

o Dyspepsia fungsional

o Mual akut dan muntah (termasuk yang disebabkan oleh levodopa dan bromokriptin)

KONTRAINDIKASI

o Pengguna alergi pada domperidon


DOSIS dan CARA PEMBERIAN

o Dyspepsia Fungsional

Dewasa dan Lansia, 3 kali sehari dan 10-20mg sekali sebelum tidur malam.

Pengobatan melebihi 12 minggu.

o Mual dan Muntah

Dewasa dan Lansia, 10-20mg dengan interval waktu 4-8 jam.

Anak-anak (sehubungan dengan kemoterapi kanker dan radio terapi), 0,2-0,4mg/kgBB sehari
dengan interval waktu 4-8 jam.

Obat diminum 15-30 menit sebelum makan dan sebelum tidur.

Refluks Asam (Refluks Gastroesofageal) adalah pengaliran kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.

Lapisan lambung melindungi lambung dari asam lambung. Karena kerongkongan kekurangan
lapisan pelindung semacam ini, maka asam lambung yang mengalir kembali ke dalam
kerongkongan, menyebabkan

- nyeri

- peradangan (esofagitis)

- kerusakan kerongkongan.

Tingkat peradangan tergantung dari keasaman isi lambung, volume asam lambung dalam
kerongkongan dan kemampuan untuk mengeluarkan cairan yang mengalami regurgitasi dari
kerongkongan.

II.5 Refluks Asam (Refluks Gastroesofageal)

Refluks Asam (Refluks Gastroesofageal) adalah pengaliran kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.
Lapisan lambung melindungi lambung dari asam lambung. Karena kerongkongan kekurangan
lapisan pelindung semacam ini, maka asam lambung yang mengalir kembali ke dalam
kerongkongan, menyebabkan

- nyeri

- peradangan (esofagitis)

- kerusakan kerongkongan.

Tingkat peradangan tergantung dari keasaman isi lambung, volume asam lambung dalam
kerongkongan dan kemampuan untuk mengeluarkan cairan yang mengalami regurgitasi dari
kerongkongan.

II.5.1 PENYEBAB

Asam mengalami refluks bila katup kerongkongan tidak berfungsi dengan baik.

Dalam posisi berbaring, yang berperan dalam terjadinya refluks ini adalah gaya gravitasi.

II.5.2 GEJALA

Gejala yang paling nyata dari refluks asam ini adalah perasaan terbakar di belakang
tulang dada.

-Nyeri ini dirasakani di dalam dada dan bisa menjalar ke leher, tenggorokan bahkan ke wajah.

-Nyeri disebabkan oleh pengaliran kembali (refluks) asam dari lambung ke kerongkongan.

-Nyeri biasanya timbul setelah makan atau ketika berbaring.

-Rasa terbakar dapat disertai dengan keluarnya isi lambung ke dalam mulut atau produksi air liur
yang berlebihan.

-Jumlah air liur yang banyak, yang terjadi jika asam lambung mengiritasi kerongkongan bagian
bawah yang meradang disebut water brash.

Komplikasi dari refluk asam ini adalah :

- penyempitan kerongkongan (striktur esofageal peptikum)

- tukak kerongkongan
- perubahan pre-kanker pada lapisan kerongkongan (sindroma Barret).

Peradangan esofagus (kerongkongan) menyebabkan nyeri selama menelan dan perdarahan yang
biasanya ringan, tetapi bisa juga berat.

Penyempitan menyebabkan kesulitan menelan makanan padat bertambah buruk.

Tukak esofageal peptik adalah luka terbuka yang terasa nyeri pada lapisan kerongkongan.

Nyeri ini biasanya dirasakan di belakang tulang dada atau tepat di bawahnya dan dapat
dihilangkan dengan antasida.

Penyembuhan dengan menggunakan obat yang mengurangi asam lambung memakan waktu 4-12
minggu. Penyembuhan tukak biasanya lambat, cenderung kambuh dan biasanya setelah sembuh
menyebabkan penyempitan kerongkongan.

II.5.3 DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

Pemeriksaan rontgen dan esofagoskopi, pengukuran tekanan dari katup kerongkongan bawah
(manometri), pemeriksaan keasaman (pH) kerongkongan dan tes Bernstein (pemeriksaan asam
kerongkongan), kadang-kadang perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
mencari komplikasinya.

Biopsi atau tes Bernstein merupakan pemeriksaan diagnostik terbaik untuk membuktikan bahwa
gejala disebabkan oleh refluks asam.

Biopsi juga merupakan satu-satunya pemeriksaan yang dapat dipercaya untuk mendeteksi
sindroma Barret.

Pada tes Bernstein, larutan asam ditempatkan di kerongkongan bawah.

Tes tersebut menunjukan suatu refluks asam bila gejalanya cepat timbul dan kemudian
menghilang ketika diberikan larutan garam di kerongkongan bawah.

Esofagoskopi bisa menunjukkan sejumlah penyebab yang mungkin dan komplikasinya.


Pemeriksaan mikroskopik dari sampel biopsi yang diambil dari kerongkongan, bisa secara akurat
mengidentifikasi refluks asam, bahkan jika peradangan tidak tampak pada pemeriksaan
esofagoskopi.

Pemeriksaan rontgen dilakukan setelah penderita minum larutan barium dan berbaring dengan
posisi kepala lebih rendah dari kaki dapat menunjukan refluks barium dari lambung ke
kerongkongan. Dokter dapat menekan perut untuk meningkatkan refluk.

Pemeriksaan rontgen setelah menelan barium juga dapat menunjukkan tukak kerongkongan atau
penyempitan kerongkongan.

Pengukuran tekanan pada katup kerongkongan bawah menunjukan kekuatannya dan dapat
membedakan katup yang normal dari katup yang berfungsi buruk.

II.5.4 PENGOBATAN

Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghilangkan refluks asam :

1. Meninggikan kepala pada saat tidur kurang lebih 15 cm, dapat menjauhkan aliran asam dari
kerongkongan ketika penderita tidur

2. Menghindari kopi, alkohol dan bahan lain yang merangsang lambung dengan kuat untuk
memproduksi asam

3. Mengkonsumsi antasid satu jam setelah makan dan sebelum tidur untuk menetralisasi asam
lambung dan mengurangi kebocoran dari katup kerongkongan bawah

4. Memakan obat seperti cimetidine dan ranitidine dapat mengurangi keasaman lambung

5. Menghindari makanan tertentu (seperti lemak dan coklat), merokok dan obat-obatan tertentu
(contohnya antikolinergik), karena hal-hal tersebut meningkatkan kecenderungan untuk
terjadinya kebocoran pada katup kerongkongan bawah

6. Bisa diberikan obat-obat kolinergik (misalnya betanekol, metoklopramide), untuk memperkuat


penutupan katup kerongkongan bawah.

Pada perdarahan kerongkongan yang berat, diperlukan pembedahan darurat.


Penyempitan kerongkongan dapat diobati dengan terapi obat dan terapi pelebaran berulang,
dengan menggunakan balon maupun logam.

Omeprazole atau lansoprazole atau pembedahan dapat mengurangi peradangan berat,


perdarahan, penyempitan, tukak atau gejala yang tidak menunjukkan perbaikan dengan
pengobatan apapun.

Omeprazole dan lansoprazole adalah obat yang paling efektif untuk menyembuhkan peradangan
kerongkongan yang disebabkan refluks dengan cepat.

Sindroma Barret, suatu keadaan pre-kanker, dapat menghilang ataupun menetap, setelah suatu
pengobatan yang menghilangkan gejala-gejalanya.

BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
- Gastrointestinal adalah merupakan suatu saluran pencernaan yang panjangnya sekitar 9 meter
mulai dari mulut sampai anus, meliputi oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus halus
dan usus besar. Di mulut makanan dikunyah dan dicampur dengan sekresi kelenjar saliva
sehingga menjadi bolus. Esophagus mengantarkan bolus dari mulut ke stomach (lambung),
Lambung, usus halus dan usus besar sebagai tempat penampung makan/bolus dan produk akhir
dari pencernaan. Fungsi secara umum sistem Gastrointestinal yaitu tarnsport air dan makanan,
mencerna makanan secara mekanik dan kimia, mengabsorbsi nutrien hasil pencernaan ke dalam
pembuluh darah, serta mengeluarkan produk sisa.
Saluran gastrointestinal memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan, yang terus-
menerus. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan :
1. Pergerakan makan melalui saluran gastrointestinal
2. Sekresi getah pencernaan dan makanan
3. Absorbsi hasil pencernaan, air, dan berbagai elektrolit
4. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang di absorbsi
5. Pengaturan semua fungsi ini oleh sistem saraf dan hormonal.

-Radang usus adalah kondisi di mana usus mengalami inflamasi atau peradangan. Radang usus
sendiri seringkali digunakan untuk menjelaskan dua jenis penyakit, yaitu kolitis ulseratif dan
penyakit Crohn. Kedua kondisi ini diakibatkan oleh peradangan kronis pada bagian
gastrointestinal (sistem pencernaan). Kondisi ini muncul karena reaksi keliru dari sistem
kekebalan tubuh terhadap jaringan pencernaan yang normal dan sehat.

Kolitis ulseratif adalah peradangan kronis yang terbatas pada usus besar atau kolon saja.
Sedangkan penyakit Crohn adalah peradangan yang bisa terjadi di seluruh sistem pencernaan,
mulai dari mulut hingga ke anus.

-Kandung empedu terletak tepat di bawah hati dan berfungsi menyimpan empedu yang
diproduksi hati. Kandung empedu bisa menyimpan sekitar 0,4 liter empedu. Hati menghasilkan
sekitar satu liter empedu setiap hari.Empedu adalah cairan hijau kekuningan (kadang-kadang
kehitaman) yang diperlukan untuk pencernaan makanan berlemak di usus kecil. Selain
mengandung air (95%), empedu juga mengandung kolesterol, garam empedu, garam mineral dan
pigmen.
-Anti emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa mual dan muntah.
Antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan dan efek samping dari
analgesik golongan opiat, anastesi umum, dan kemoterapi yang digunakan untuk melawan
kanker, juga untuk mengatasi vertigo (pusing) dan migrain.

-Refluks Asam (Refluks Gastroesofageal) adalah pengaliran kembali isi lambung ke dalam
kerongkongan.

DAFTAR PUSTAKA

American Gastroenterological Association. Inflammatory Bowel Disease Available:


http://www.gastro.org/patient-center/digestive-conditions/inflammatory-bowel-disease
Rowe, W. and Lichtenstein, G. (nd) Inflammatory Bowel Disease Available:
http://emedicine.medscape.com/article/179037-overview

Wolf, J. (2005) Inflammatory Bowel Disease Available:


http://www.womenshealth.gov/publications/our-publications/fact-sheet/inflammatory-bowel-
disease.pdf

Anda mungkin juga menyukai