JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
JURNAL AKHIR
LVP
MANITOL
DISUSUN OLEH :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
I. Latar belakang
a. Rute pemberian
Intravena
b. Efek farmakologi
Menurut Sulista (2012) manitol adalah obat diuretik osmotik yang
mempunyai efek meningkatkan produksi urin dengan cara meningkatkan
tekanan osmotik di filtrasi glomerulus dan tubulus.
- Farmakokinetik
Manitol tidak dimetabolisme terutama oleh glomerulus filtrasi, sedikit
atau tanpa mengalami reabsorbsi dan sekresi ditubulus atau bahkan
praktis dianggap tidak direabsorbsi. Absorbsinya jelek bila diberikan
peroral sehingga diberikan secara parenteral. Manitol diekresikan
melalui filtrasi glomerulus dalam waktu 30-60 menit setelah
pemberian.
- Farmakodinamik
Manitol adalah larutan hiperosmolar yang digunakan untuk terapi
meningkatkan osmolaritas serum. Cara kerja obat ini ialah
meningkatkan osmolaritas plasma dan menarik cairan normal dari
dalam sel otak yang osmolarnya rendah ke intravaskuler yang
osmolaritas tinggi, untuk menurunkan edema otak. Pada sistem ginjal
bekerja membatasi reabsorbsi air terutama pada segmen dimana nefron
sangat permeable terhadap air. Adanya bahan yang tidak dapat
direabsorbsi air normal dengan masukan tekanan osmotik yang
melawan keseimbangan. Akibatnya, volume urin meningkat bersamaan
dengan ekresi manitol.
c. Dosis
Dosis dewasa untuk intravena sehari berkisar anatara 50-100 gram dengan
kecepatan infus 30-50 ml/jam.
III.Preformulasi Eksipien
1. Aqua Pro Injection (HPE 6th Edition, 2009 : 547)
IV. Perhitungan
a. Osmolaritas
Osmolaritas manitol = 25 g /500 ml=50 g /L
BM = 182,17 g /mol ; n = 1
50 g
x 1 x 1000 ml
Mos mol/L = 182,17 g /mol
b. Dosis
Dewasa = 5% = 5 gram/100 ml
= 20% = 20 gram/100 ml
20
x 5 gram/100 ml=5 gram/100ml
Dosis = 20
20
x 20 gram/100 ml=5 gram/100 ml
= 20
Dosis manitol :
Sekali = 25 gram/500 ml=0,05 gram/ml
Sehari = 3 x 25 gram/500 ml
= 75 gram/1500 ml
= 0,05 gram /ml
= 500 ml + 10 % = 550 ml
b. Wadah
c. Bahan
Pembuatan infus manitol dilakukan dengan sterilisasi akhir
menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit sebab sediaan
stabil terhadap pemanasan.
IX. Etiket
X. Data Pengamatan
N
Jenis evaluasi Hasil Syarat
o
1 Uji pH sediaan 7,03 pH sediaan 7
Uji kejernihan Tidak ditemukan adanya
2 Jernih
larutan serat atau pengotor.
Uji kebocoran
3 Tidak bocor Tidak bocor.
wadah
Rata-rata tidak kurang
Volume
4 100% dari 100% dan tidak
terpindahkan
satupun kurang dari 95%.
Volume terpindahkan
%Volume terpindahkan = Volume sediaan x 100 %
500 ml
%Volume terpindahkan = 500 ml x 100 % = 100%
XI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membuat sediaan steril berupa sediaan infus dengan
bahan aktif yaitu manitol yang dibuat secara aseptis. Tujuan suatu sediaan
dibuat steril adalah karena berhubungan langsung dengan darah atau cairan
tubuh dan jaringan tubuh lain yang pertahanannya terhadap zat asing tidak
selengkap pada saluran cerna atau gastrointestinal. Diharapkan dengan
kondisi steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini tidak
berlaku relative steril atau setengah steril, hanya ada dua pilihan yaitu steril
dan tidak steril. Dan sediaan infus merupakan sediaan yang perlu disterilkan
(Anonim, 1978).
Arti infus adalah sediaan steril berupa larutan/emulsi, bebas pirogen dan
sedapat mungkin dibuat isotonis terhadap darah serta dapat disuntikkan
langsung ke pembuluh darah dalam volume relatif banyak (Goeswin, 1983).
Syarat infus harus aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek
toksis. Jernih, berarti tidak ada partikel padat. Tidak berwarna, kecuali
obatnya memang berwarna. Sedapat mungkin isohidris (pH larutan sama
dengan darah dan cairan tubuh lain yakni 7,4). Sedapat mungkin isotonis,
artinya mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan darah atau cairan
tubuh yang lain. Tekanan osmosis cairan tubuh seperti darah, air mata, cairan
lumbai dengan tekanan osmosis larutan NaCl 0,9%. Harus steril, suatu bahan
dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup dan
patogen maupun non patogen, baik dalam bentuk vegetatif maupun dalam
bentuk tidak vegetatif (spora). Bebas pirogen, karena cairan yang
mengandung pirogen dapat menimbulkan demam. Pirogen adalah senyawa
kompleks polisakarida dimana mengandung radikal dengan unsur N dan P.
Selama radikal masih terikat, selama itu dapat menimbulkan demam dan
pirogen bersifat termostabil.
Zat aktif yang digunakan yaitu manitol. Indikasi zat aktif manitol yaitu untuk
mencegah atau mengobati kelebihan air dalam tubuh pada keadaan ginjal
tertentu, mengurangi pembengkakan otak, atau mengurangi tekanan dalam
mata (Reynold, 1982).
Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali. Digunakan
untuk pelarut dalam pembuatan obat suntik, yang akan disterilkan sesudah
dibuat. Air untuk obat suntik hanya dapat digunakan dalam waktu 24 jam
sesudah penampungan disimpan dalam wadah dari gelas steril dan bebas
pirogen. Walaupun air untuk obat suntik tidak disyaratkan steril tetapi harus
bebas pirogen. Air untuk obat suntik harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat pada temperatur di bawah atau di atas kisaran temperatur
dimana mikroba dapat tumbuh. Penyimpanan air untuk injeksi (WFI) harus
disimpan dalam wadah yang tertutup rapat pada temperatur di bawah atau di
atas kisaran temperatur ideal mikroba dapat tumbuh (Anonim, 1979).
Adapun fungsi bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya
Manitol sebagai zat aktif, Karboadsorben untuk menyerap zat-zat anorganik
yang tidak berguna, dan WFI sebagai Pelarut. Fungsi Perlakuan; Pemanasan
diautoclaf berfungsi sebagai untuk mensterilkan alat. Menggunakan metode
sterilisasi akhir sebab sediaan stabil terhadap pemanasan. Sterilisasi akhir
menggunkan autoklaf pada suhu 121oC selama15 menit.
Hasil yang diperoleh termasuk ke dalam syarat pembuatan infus yang baik,
yaitu jernih bebas partikel dan pirogen, tidak ada kebocoran, volume
terpindahkan 100% dan pH yang diperoleh 7,03 mendekati persyaratan infus
yang baik yaitu 4,5 sampai 7,0. Jadi infus manitol yang dibuat dalam
praktikum ini sudah baik.
XII. Kesimpulan
XIII. Saran