Anda di halaman 1dari 13

I.

JUDUL Injeksi Intravena Digoksin

II.

TUJUAN PERCOBAAN Untuk merancang formula dan membuat sediaan injeksi Digoksin.

III. PENDAHULUAN Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya produk steril terdiri dari sediaan parenteral, mata, dan irigasi. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik di antara bentuk obat terbagibagi,karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian dalam tubuh. Sediaan parenteral bisa diberikan dengan berbagai rute: intravena, intraspinal, intramuskular, subkutan, dan intra dermal.Bila injeksi dilakukan melalui suatu rute intravaskular, ketersediaan obat sempurna terjadi dengan segera; tidak perlu absorbsi. Akan halnya injeksi nonvaskular (tidak ke pembuluh darah), absorbsi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti ukuran dan banyaknya pembuluh darah yang mensuplai jaringan, pergerakan jaringan setelah injeksi, sifat kimia-fisika obat tersebut, dan karakteristik bentuk sediaan apakah berbentuk larutan, suspensi, atau emulsi, sifat dari pembawanya, dan pH-nya. Preparat intravena jarang dan intraspinal jarang diberikan dalam bentuk lain daripada larutan-larutan dalam air. Bahaya hambatan kapiler-kapiler halus, khususnya dalam otak, menghalangi penggunaan bentuk lain selain larutan untuk pemberian intravena, walaupun emulsi telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase terdispersi yang dikontrol dengan hatihati. (Lachman, Hal. 1292-1294). Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaan parenteral yang berupa obat atau larutan atau emulsi atau suspensi. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai tidak disuntikkan secara intravena atau ke dalam larutan spinal. Dalam Farmakope, yang dimaksud dengan larutan intravena volume besar adalah injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah bertanda volume lebih dari 100ml. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100ml atau kurang. (FI IV hal 9-10) Sediaan injeksi dapat di kemas dalam berbagai macam wadah. Salah satunya adalah ampul. Ampul adalah wadah berbentuk silindris terbuat dari gelas yang memiliki ujung 1

runcing (leher) dan bidang dasar. Ukurannya normalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 ml kadangkadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaiannya untuk sekali injeksi. Injeksi Digoxin adalah larutan steril digoksin dalam pelarut yang sesuai. Digoksin merupakan glikosida kardiotonik yang diperoleh dari daun Digitalis lanata. Digoksin, manfaatnya pada gagal jantung kongestif terutama karena efek peningkatan kontraktilitas jantung, sehingga menyebabkan peningkatan curah jantung sehingga tekanan vena berkurang dan akan mengurangi gejala bendungan. Selain itu juga menyebabkan perlambatan denyut ventrikel dan fibrilasi dan flutter atrium, namun pada dosis toksik dapat menimbulkan aritmia. Injeksi digoksin dibuat dalam bentuk larutan dengan pelarut bukan air, karena digoksin dibuat sediaan intravena sehingga harus dalam bentuk larutan. Tetapi karena digoksin tidak larut dalam air maka untuk membuatnya menjadi bentuk larutan digunakan pelarut kombinasi. Zat pengisotonis tidak digunakan dalam sediaan ini karena volume sediaan kecil yaitu 1 ml. Zat pengawet juga tidak digunakan karena sediaan ini merupakan dosis tunggal. Sebelum dilarutkan, digoksin digerus terlebih dahulu agar ukuran partikelnya lebih kecil dan seragam sehingga lebih mudah terdispersi dan tidak mengendap ketika digunakan. Rute pemberian adalah secara intravena yang menimbulkan efek lebih cepat daripada intramuscular atau subcutan karena digoksin merupakan obat jantung yang efeknya harus cepat selain itu pemberian intramuscular dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan nekrosis. Syarat injeksi intravena harus bebas pirogen jika volumenya >10 ml. Oleh karena itu, untuk sediaan ini air tidak perlu bebas pirogen karena volumenya <10 ml.

IV. DATA ZAT AKTIF a. Nama zat aktif b. Data pendukung : Digoksin :

Nama zat

Sifat fisika-

Cara

Khasiat /dosis

OTT

Cara

aktif

kimia dan stabilitas

sterilisasi

penggunaan

Digoksin

Pemerian: Hablur, jernih hingga putih atau serbuk hablur putih; tidak berbau. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air. Kelarutan 1: 122 dalam alkohol 80 %. Stabilitas: Digoksin ampul harus disimpan dalam kamar dengan suhu dan cahaya terkontrol. (Martindale 28 hal 531). Pada PH 1-2 digoksin mengalami hidrolisis terkatalisis asam pada ikatan glikosidik. Pada PH

Sterilisasi akhir dengan otoklaf.

Khasiat:Gagal jantung, Fibrilasi atrium, flutter

Asam dan basa.

Injeksi

Tiazida, diuretik intravena kuat, koretikosteroid, beta2 agonist,

(Martindale atrium, 28 hal 531) Takikardia paroksimal Dosis: 0,5 mg 1 mg (Martindale 28 hal. 537)

amphotericin B, sodium polistiren sulfonat, carbonenoxolone. (Martindale 28 hal 531)

tinggi digoksin stabil. Larutan etanol digoksin dalam etanol dan propilen glikol stabil sampai 5 tahun. ( Conors hal 281 dan 285).

V.

DATA ZAT ADITIF a. Zat Aditif Nama zat Fungsi zat pelarut Sifat fisika-kimia Cairan kental, jernih, tidak berwarna. Praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform. ( FI IV hal 712) Stabilitas stabil pada tempat tertutup, pada temperatur tinggi di tempat terbuka teroksidasi. Stabil jika dikombinasi Konse Alasan ntrasi pemilihan 10%Digoksin 60% tidak larut (Exipi dalam air ent hal 442) Sterilisasi Larutan dalam ampul di autoklaf atau filtrasi (Martinda le 28 hal 708)

Propilen glikol

dengan etanol, gliserin/air. OTT: oksidator (Exipient hal 442) Etanol Pelarut Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78C mudah terbakar. Kelarutan : bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik. OTT: dalam suasana asam bereaksi dengan oksidator (FI IV hal 63) (Exipient hal 7) Cairan jernih, Tidak berarna, tidak berbau Bervar iasi (Exipi ent hal 7) Digoksin tidak larut dalam air tapi dapat larut dalam alkohol. Autoklaf atau filtrasi (Exipient hal 7)

Aqua pro injection ( FI IV hal 112)

Pembawa

Autoklaf (Martinda le 28 hal 1670)\

VI. FORMULA Formula yang dibuat: Digoxin Propilen glikol Etanol 0,5 mg/ml 10% 10%

Aqua p.i

ad

1 ml

Wadah Dosis Cara Penggunaan

: Ampul : 1x Sehari : Intravena

VII. PERHITUNGAN Volume ampul = Volume injeksi = Keterangan : n: Jumlah ampul 2: Cadangan v: Volume ampul + kelebihan volume (FI III hal. 19) (2 x 3) ml: Untuk pembilasan 1 ml {(n + 2) v + (2 x 3 )} ml

Diketahui : n = 15 Cadangan = 5 v = 1 ml + 0,1 ml = 1, 1 ml Maka volume injeksi : V = {(15 + 5 ) v + (2 x 3 )} ml = {(15 + 5) 1,1 + (2 x 3)} ml = 28 ml

Digoksin : 0.5mg/ml x 28 ml = 14 mg Propilen glikol : 10% x 28 ml =2.8 g Etanol : 10% x 28 ml = 2.8 g Aqua p.i ad 28 VIII. PENIMBANGAN 1. Bobot Digoksin = 14 mg 2. Propilen glikol = 2,8 g 3. Etanol = 2.8 g

IX. ALAT DAN CARA STERILISASI Alat yang digunakan Cara sterilisasi Mulai 1. Beaker glass, Oven 150 oC, 1 jam. Otoklaf 121oC, 15 menit. (FI IV hal 1112) 3. Pinset, spatula, batang pengaduk, kaca arloji, penjepit besi. 4. Buret Direndam dalam asam perasetat selama 20 menit kemudian dibilas dengan aqua p.i Direndam dalam alkohol selama 30 menit. Paraf Asisten Paraf Akhir Paraf

ampul, erlenmeyer. (FI III hal 18) 2. Kertas saring, gelas ukur.

X.

CARA PEMBUATAN (STERILISASI AKHIR) 1. Sterilisasi alat-alat.

2. Buat aqua pro injeksi (aqua dimasukkan ke dalam erlenmeyer, didihkan selama 30 menit, dinginkan) 3. Timbang bahan-bahan yang akan digunakan. 4. Buat pelarut campur dengan mencampurkan propilen glikol dan etanol, aduk ad homogen. 5. Gerus digoksin dalam mortir kemudian larutkan dalam pelarut campur tersebut sampai terlarut semua. 6. Tambahkan aqua pro injeksi ad 28 ml, saring. Kemudian cek PH. 7. Dimasukkan ke dalam buret lalu di isikan ke dalam ampul, tiap ampul 1 ml, kemudian tutup ampul. 8. Lakukan sterilisasi dalam otoklaf 121oC selama 15 menit. 9. Dikemas, masukkan dalam dus dan beri etiket.

XI. EVALUASI 1. In process control (IPC) Uji pH ( FI IV hal 1039) Menggunakan pH universal 2. Quality Control (QC) a. Uji Kebocoran ( Lachman, hal. 1354) Letakkan ampul didalam beaker glass dengan terbalik pada otoklaf, indikasi adanya kebocoran adalah volume ampul setelah diuji. Jika volume berkurang maka terjadi kebocoran. b. Uji sterilitas Inokulasi langsung ke dalam media uji (FI IV hal. 858) Volume tertentu spesimant, volume tertentu media uji. inkubasi selama tidak kurang dari 14 hari. Amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin, sekurang-kurangnya pada hari ke-3, ke-4, ke-5, ke-7 atau ke-8 dan pada hari terakhir masa uji.

c. Uji kejernihan (Lachman, hal. 1355) Dilakukan secara visual, menggunakan latar belakang hitam dan putih. d. Uji keseragaman volume - Pilih salah satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih. 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3 mldan kurang dari 10 ml.

- Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodemik kering berukura tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm. - Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, ke dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurangkurangnya 40% volume dari kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjukkan volume yang ditampung, bukan yang dituang).

XII. KEMASAN 1. Wadah : Ampul 2. Brosur dan etiket (Dilampirkan)

XIII. DAFTAR PUSTAKA 1. Arthur, H. Kibbe, Handbook of Pharmaceutical Exipient, 3rd Edition, at the Pharmaceutical Press, London, 1994. 2. Bagian farmakologi, FKUI, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Gaya Baru, Jakarta. 3. Depkes RI, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta 1995. 4. Depkes RI, Farmakope Indonesia, Edisi III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta 1979. 5. James, E.F. Reynolds. Martindale, The Extra Pharmacopeia, Edisi 28, The Pharmaceutical Press, London, 1982. 6. Leon Lachman, Herbert A Lieberman, Joseph L. Kanig; Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi 3, UI Press, Jakarta, 1994. 7. Trissel, Lawrence A, Handbook on Injectable Drugs, 11th edition, AS 8. Connors KA, Amidon GL, Stella VJ. Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi, Edisi II. A wiley Inter sciences Publication, 1986.

BROSUR

DIGOKS
Injeksi Intravena
Komposisi : Tiap 1 ml ampul mengandung Digoksin 0,25 mg Indikasi : Gagal jantung, fibrilasi atrium, flutter atrium, takikardia paroksimal. Kontraindikasi : Pasien dengan kardiomiopati hipertropik obstruktif, hipokalemia, sindroma sick sinus, sindroma Wolff-parkinson-White, penderita yang alergi terhadap digoksin. Efek samping : Bila dosis berlebihan dapat menyebabkan mual, muntah, anoreksia, diare, sakit pada otot perut, sakit kepala, mengantuk, bingung, depresi, hilang kesadaran, dan susah tidur. Interaksi : Pemberian dengan amiodaron, antikolinergik, bepridol, benzodiazepin, ACE inhibitor, klaritromisin, siklosporin, diltriazem, eritromisin, indometasin, itrakonazol, propafenon, kuinidin, kuinin, tetrasiklin, atau verapamil, dapat meningkatkan level digoksin dalam serum. Pemberian dengan antasid, antineoplastik, kolestiramin, kolestipol, kaolin/pektin, atau metoklopramid, dapat menurunkan absorpsi dan efek dari digoksin. Dengan diuretik hemat kalium dapat merubah efek dari digoksin. Dengan diuretik tiazid dapat meningkatkan efek digoksin. Pemberian dengan hormon tiroid, penisilamin, atau tioamin dapat menurunkan efek dari digoksin. Farmakologi : Digoksin merupakan inotropik positif. Digoksin menghambat pompa Na-K-ATPase pada membran sel otot jantung sehingga meningkatkan kadar Na+ intrasel, dan ini menyebabkan berkurangnya pertukaran Na+ - Ca++ selama repolarisasi dan relaksasi otot jantung sehingga Ca2+ tertahan dalam sel, kadar Ca2+ intrasel meningkat, dan ambilan Ca2+ ke dalam retikulum sarkoplasmik (SR) meningkat. Dengan demikian, Ca2+ yang tersedia dalam SR dilepaskan ke dalam sitosol untuk meningkatkan kontraktilitas sel otot jantung. Aturan Pakai : 1 kali sehari 1 ampul Cara pemakaian: Disuntikkan secara intravena. Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya. Kemasan : Ampul berisi 1 ml sediaan. HARUS DENGAN RESEP DOKTER No. Reg No. Batch Exp. Date : DKL 1306703643A1 : D 303025 : Mei 2016 Diproduksi oleh : PT. Farmamuslalu Jakarta - Indonesia

10

ETIKET

DIGOKS Injeksi Intravena


Ampul 1 ml Mengandung 0,25 mg Digoksin No. No. Reg : DKL 1306703643A1 No. Batch : D 303025 Exp. Date : Mei 2016 Diproduksi oleh : PT. Farmamuslalu Jakarta - Indonesia

DIGOKS Injeksi Intravena


Ampul 1 ml Mengandung 0,25 mg Digoksin No. No. Reg : DKL 1306703643A1 No. Batch : D 303025 Exp. Date : Mei 2016 Diproduksi oleh : PT. Farmamuslalu Jakarta - Indonesia

DIGOKS Injeksi Intravena


Ampul 1 ml Mengandung 0,25 mg Digoksin No. No. Reg : DKL 1306703643A1 No. Batch : D 303025 Exp. Date : Mei 2016 Diproduksi oleh : PT. Farmamuslalu Jakarta - Indonesia

DIGOKS Injeksi Intravena


Ampul 1 ml Mengandung 0,25 mg Digoksin No. No. Reg : DKL 1306703643A1 No. Batch : D 303025 Exp. Date : Mei 2016 Diproduksi oleh : PT. Farmamuslalu Jakarta - Indonesia

DIGOKS Injeksi Intravena


Ampul 1 ml Mengandung 0,25 mg Digoksin No. No. Reg : DKL 1306703643A1 No. Batch : D 303025 Exp. Date : Mei 2016 Diproduksi oleh : PT. Farmamuslalu Jakarta - Indonesia

11

Indikasi: Gagal jantung, fibrilasi atrium, flutter atrium, takikardia paroksimal. Kontraindikasi : dengan Pasien kardiomiopati hipertropik obstruktif, hipokalemia, sindroma sick sinus, sindroma Wolffparkinson-White, penderita yang alergi terhadap digoksin.

Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.

: DKL 1306703643A1 : D 303025 : Mei 2016

DIGOKS Injeksi Intravena

Diproduksi oleh : PT. Farmamuslalu Jakarta - Indonesia

No. Reg No. Batch Exp. Date

Isi : 5 ampul @ 1 ml

12

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Aturan Pakai : 1 kali sehari 1 ampul. Cara pakai: Intravena Komposisi: Tiap1 ml ampul mengandung digoksin 0,25 mg

13

Anda mungkin juga menyukai