SEDIAAN INJEKSI
FIKRI NOVAN / 1713015143
GINA NABILA INDRIANI / 1713015195
MUHAMMAD ANDHIKA R.P /
1713015203
MARIA SAENA PURU / 1713015155
SRI WAHYUNI / 1713015159
SALINDING IRENE SEPTIANI /
1713015115
Injeksi
Injeksi adalah sedian steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum di gunakan, yang kemudian di suntikan secara merobek
jaringan ke dalam kulit atau memalui kulit atau selaput lendir.
Kloramfenikol Na.
Suksinat (123 mg)
Zat aktif
Tabel Formula
Lidocaine HCl
(5,14 mg)
Anastesi local
Klorokresol
(10 mg)
Pengawet atau anti mikroba
Gas Nitrogen
(qs)
Pelarut atau kosolvent parenteral
Propilen glikol
(10-60%)
Pelarut atau kosolvent parenteral
Kelarutan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Ph
Antara 6,4 dan 7,0
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat. Simpan ditempat sejuk dan kering. Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau diproses lebih lanjut untuk
pembuatan sediaan injeksi.(Depkes RI, 2014 : 677-678)
Dosis
Infeksi serius 50mg/kg/hari IV dibagi tiap 6 jam. Infeksi parah 100 mg/kg/hari IV dibagi tiap 6 jam. Bayi dan anak-anak jika fungsi metabolisme belum matang 25 mg/kg/hari dibagi 6 jam.
(Sweetman, 2009)
Farmakokinetik
Distribusi kloramfenikol tersebar luas di jaringan tubuh dan cairan; berdifusi di seluruh plasenta ke dalam sirkulasi janin, ke dalam ASI. Ikatan protein plasma 60%. Waktu paruh berkisar antara 1,5
hingga 4 jam; Kloramfenikol diekskresikan terutama dalam urin dan feses (Sweetman, 2009).
Farmakodinamik
Kloramfenikol adalah anti bakteri spektrum luas dengan mekanisme aksi menghambat bakteri sintesis protein dengan mencegah perlekatan RNA, sehingga mencegah pembentukan ikatan peptida.
Terutama tindakan bakteriostatik, meskipun mungkin bersifat bakterisidal untuk beberapa organisme, termasuk Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, dan Streptococcus pneumoniae, pada
konsentrasi yang lebih tinggi (Sweetman, 2009).
MONOGRAFI ZAT TAMBAHAN
Nama Bahan Lidocain HCL
Fungsi Utama Anastesi local
Konsentrasi 0,5 %
Inkompatibilitas
Dalam larutan inkompaktibel dengan ampotericin B, sulfadiazin sodiu, methohexital sodium, cefazolin sodium atau penitoin sodium. KCI bereaksi dengan trifluoride,
asam sulfat dan kalium (Sweetman, 2009).
Metode Produksi
Lidokain Hidroklorida mengandunga tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,5 % dihitung terhadap zat anhidrat. (Depkes RI,2014).
MONOGRAFI ZAT TAMBAHAN
Nama Bahan Klorokresol
Fungsi Utama Pengawet atau anti mikroba
Konsentrasi 0,1%
Fungsi Lain Konsentrasi yang digunakan
Tetes mata 0,05%
Suntikan 0,1 %
Shampo dan kosmetik lainnya 0,1-0,2%
Krim dan emulsi topikal 0,075-0,2%
Sifat Fisikokimia
Pemerian
Tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, kristal dimorf atau kristalin bubuk dengan bau fenolik yang khas.
Kelarutan
Kelarutan pada suhu 20 derajat C yaitu, aseton larut; Larutan alkali hidroksida larut; Kloroform larut; Etanol 1 dalam 0,4; Eter larut; Minyak tetap larut; gliserin larut;
Terpen larut; Air 1 dalam 260 derajat C dan 1 dalam 50 pada 100 derajat C (Kelarutan dalam air berkurang dengan adanya elektrolit, khususnya natrium klorida, kalium
klorida dan kalium sulfonat.)
Titik didih
Yaitu 235°C
CTitik lebur
55.58 °C dan 658 °C.(Rowe, 2009 : 169)
Inkompatibilitas
Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis (dikomposisi dalam keberadaan air atau uap air). Pada lingkungan dan suhu tinggi,
air dapat bereaksi dengan logam alkali seperti kalium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk kristal (Rowe, 2009 : 768).
Metode Produksi
Air suling segar segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C.Pembuatan : Suling Air suling segar menggunakan alat kaca netral atau wadah logam yang cocok yang
dilengkapi dengan labu percik. Buang sulingan pertama, tampung sulingan berikutnya dalam wadah yang cocok. Sterilkan segera dengan Cara sterilisasi A atau C tanpa penambahan bakterisida.
Untuk memperoleh air untuk injeksi bebas udara yang disebut juga Air untuk injeksi bebas karbondioksida, didihkan sulingan selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah sesempurna
mungkin hubungan dengan udara, dinginkan, masukkan dalam wadah tertutup kedap, sterilkan segera dengan Cara sterilisasi A (Depkes RI, 1979 : 97).
MONOGRAFI ZAT TAMBAHA N
Nama Bahan Propilen glikol
Fung s i U tama Pelarut atau kosolvent parenteral
Ko ns e ntras i 10-60%
Fung s i Lai n Ko ns e ntras i y ang di g unakan
Humektan =15%
Larutan Aerosol pelarut atau kosolvent 10–30%
Solusi oral pelarut atau kosolvent 10-25%
Solusi pengawet, setengah padat 15-30%
Topikal pelarut atau kosolvent 5-80%
Sifat Fisikokimia
Pemerian
Tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau cair, dengan rasa manis, agak tajam menyerupai gliserin
Kelarutan
Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air; larut pada 1 dalam 6 bagian eter; tidak larut dengan minyak mineral ringan atau minyak tetap, tetapi akan larut beberapa minyak
esensial.
Titik didih
Yaitu 188 °C
Titik leleh
Yaitu -59 °C.(Rowe, 2009 : 592)
Stabilitas dan Penyimpanan
Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam kondisi tertutup rapat wadah, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, cenderung teroksidasi, menimbulkan produk seperti propionaldehyde, asam
laktat, piruvat asam, dan asam asetat. Propilen glikol secara kimiawi stabil bila dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air; solusi berair dapat disterilkan dengan autoklaf. Propilen glikol bersifat
higroskopis dan harus disimpan dalam tertutup rapat wadah, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering (Rowe, 2009 : 592).
Inkompatibilitas
Propilen glikol tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi seperti kalium permanganat (Rowe, 2009 : 592).
Metode Produksi
Propilen diubah menjadi klorohidrin oleh air klorin dan terhidrolisis menjadi 1,2-propilena oksida. Dengan hidrolisis lebih lanjut, 1,2- propilena oksida dikonversi menjadi propilen glikol.(Rowe,
2009: 592)
MON OGRA FI ZA T TA MB A HA N
Nama Bahan Nitrogen Gas
Fung s i U tama Stabilisator
Ko ns e ntras i q.s
Fung s i Lai n Ko ns e ntras i y ang di g unakan
- -
Sifat Fisikokimia
Pemerian
Nonreaktif, tidak mudah terbakar, tidak berwarna, hambar, dan gas tidak berbau. Biasanya ditangani sebagai gas terkompresi.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dan sebagian besar pelarut; larut dalam air di bawah tekanan.(Rowe, 2009 : 462)
Nitrogen stabil dan tidak bereaksi secara kimiawi. Itu harus disimpan di silinder logam tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering (Rowe, 2009 : 462).
Inkompatibilitas
Umumnya kompatibel dengan sebagian besar bahan yang ditemukan dalam farmasi formulasi dan produk makanan (Rowe, 2009: 462).
Metode Produksi
Nitrogen diperoleh secara komersial, dalam jumlah besar, dengan distilasi fraksional dari udara yang dicairkan (Rowe, 2009 : 462)
Perhitungan
Formula :
· Kloramfeniko Na. Suksinat 123 mg
· Lidocaine HCl 5,14 mg
· Klorokresol 10 mg
· Gas Nitrogen qs.
· Propilen glikol (10-60% for solvent)
· Water for injection tambah ad 10 ml
1. Perhitungan dosis
???
a. Kloramfenikol Na. Suksinat
Penggunaan dosis dewasa= 50 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis terbagi
Perhitungan umum (BB 70 kg) = 50 mg/kg BB 70 kg
= 3500 mg
=
= 0,875
gram
1 gram Kloramfenikol setara dengan 1,4 gram Kloramfenikol Natrium Suksinat.
Sehingga = 0,875 gram x 1,4 gram
Kloramfenikol Na Suksinat = 1.225 gram
1. Perhitungan bahan
a. Kloramfenikol Na Suksinat (0,0875 g)
Dalam 10 ml injeksi mengandung = 1,225 gram
Untuk 1 botol (10 ml) = 1,225 gram
Untuk kelebihan volume 10% = 1,225 g x 10% = 0,1125 gram
Penimbangan untuk 1 botol = 1,225 g + 0,1225 g = 1,3475 gram
Penimbangan untuk 1 batch (100 botol) = 1,3475 g x 100 = 134,75 gram
Penimbangan untuk 4 botol = 1,3475 gram x 4 = 5,39 gram
b. Lidocaine HCl (5,14 mg)
Untuk 1 botol (10 ml) = 0,00514 g x 10 ml
= 0,0514 gram
Untuk kelebihan volume 10% = 0,0514 g x 10% = 0,00514 gram
Penimbangan untuk 1 botol = 0,0514g + 0,00514 g = 0,05654 gram
Penimbangan untuk 1 batch (100 botol) = 0,05654 g x 100 = 5,654 gram
Penimbangan untuk 4 botol = 0,05654 gram x 4 = 0,22616 gram
c. Klorokresol (10 mg)
Untuk 1 botol (10 ml) = 0,01 g x 10 ml
???
= 0,1 gram
Untuk kelebihan volume 10% = 0,1 g x 10% = 0,01 gram
Penimbangan untuk 1 botol = 0,1 g + 0,01 g = 0,11 gram
Penimbangan untuk 1 batch (100 botol) = 0,11 g x 100 = 11 gram
Penimbangan untuk 4 botol = 0,11 gram x 4 = 0,44 gram
d. Propilen glikol (10-60% fungsi solvent)
Diambil tengah yaitu 35%
Untuk 1 botol (10 ml) = x 10 ml
= 3,5 gram
Untuk kelebihan volume 10% = 3,5 g x 10% = 0,35 gram
Penimbangan untuk 1 botol = 3,5 g + 0,35 g = 3,85 gram
Penimbangan untuk 1 batch (100 botol) = 3,85 g x 100 = 385 gram
Penimbangan untuk 4 botol = 3,85 gram x 4 = 15,4 gram
Sehingga = x 10
b.Alat Karet
1)Seluruh alat-alat karet dicuci dengan sabun cuci dan disikat.
2)Dibiilas dengan menggunakan air kran yang mengalir sampai bersih.
3)Ditiriskan, sampai alat-alat tersebut mengering.
c.Alat Logam
1)Spatula logam dicuci dengan sabun cuci dan disikat.
2)Dibilas dengan menggunakan air kran yang mengalir sampai bersih.
3)Ditiriskan sampai mongering.
Alat yang digunakan adalah Autoklaf. Alat yang disterilisasikan adalah alat berskala (biasa digunakan untuk menunjukkan volume)
dan tahan terhadap panas uap basah.Contohnya seperti erlenmeyer, pipet ukur, gelas kimia dsb. Prosedur :
a.Alat-alat yang akan disterilisasi menggunakan metode panas basah, seperti pipet ukur di cuci dengan bersih dan dikeringkan.
b.Lubang yang terdapat dalam pipet ukur di tutup dengan kapas steril dan dibungkus menggunakan kertas perkamen sebanyak 2
lapis.
c.Pipet ukur yang telah dibungkus dimasukkan dan ditata kedalam keranjang autoklaf.
d.Ditekan tombol ON pada autoklaf, ditunggu sampai alat siap digunakan.
e.Dibuka pintu autoklaf dengan menggeser kunci kesebelah kanan.
f.Dikontrol air yang ada di dalam chamber autoklaf, bila kurang ditambahkan air dengan aqua DM sampai tanda batas.
g.Dimasukkan keranjang autoklaf yang berisi alat yang akan disterilkan.
h.Ditutup autoklaf dan digeser kunci kesebelah kiri.
i.Ditekan tombol start pada autoklaf yang sebelumnya telah di set waktu dan temperaturnya yaitu 121oC selama 20 menit.
j.Setelah 20 menit dibuka buangan gas sampai bunyi yang ada didalam autoklaf tidak terdengar lagi dan ditunggu sampai suhu
mencapai 70oC.
k.Setelah mencapai 70oC dibuka kunci autoklaf dengan menggesernya ke kanan.
l.Lalu keranjang yang ada didalam autoklaf dikeluarkan dari chamber.
m.Alat yang telah disetrilisasi dimasukkan ke dalam box isolator steril.
n.Lalu dimasukkan ke dalam lemari penyimpanan steril.
(Sesilia, 2016)
2.Sterilisasi Metode Panas Kering
Dalam metode ini alat yang digunakan adalah Oven. Alat yang termasuk dalam metode ini adalah alat yang tidak mempunyai
skala seperti botol vial, dsb. Sebelum digunakan untuk sterilisasi, sterilisator (oven) yang digunakan haruslah telah divalidasi dan
dikualifikasi. Prosedur :
a.Alat-alat yang akan disterilisasi menggunakan metode panas kering contohnya seperti botol vial dibungkus dengan perkamen
sebanyak dua lapis.
b.Botol vial yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam oven.
c.Ditata posisi alat sehingga udara yang ada di dalam oven mengalir secara merata.
d.Setelah di atur posisi alat, oven ditutup lalu ditekan tombol on.
e.Di-setting oven pada suhu 170oC selama 1 jam.
f.Ditunggu sampai proses sterilisasi selesai.
g.Setelah proses sterilisasi selesai, ditunggu hingga oven dingin baru dibuka tutup ovennya.
h.Setelah oven dingin, dibuka tutup oven dan semua alat dimasukkan kedalam lemari penyimpanan box steril.
i.Oven dimatikan.
(Sesilia, 2016)
B.Pembuatan Aqua For Injection
Pembuatan air untuk injeksi (water for injection) biasanya dibuat dengan destilasi bertingkat dari bahan baku air murni
(Sugihartini, 2018).
Air suling segar menggunakan alat kaca netral atau wadah logam yang cocok yang dilengkapi dengan labu percik. Buang sulingan
pertama, tampung sulingan berikutnya dalam wadah yang cocok. Sterilkan segera dengan cara sterilisasi A atau C tanpa
penambahan bakterisida. Untuk memperoleh air untuk injesi bebas udara yang disebut juga Air Untuk Injeksi Bebas
Karbondioksida, didihkan sulingan selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah sesempurna mungkin hubungan dengan
udara, dinginkan, masukkan dalam wadah tertutup kedap, sterilkan segera dengan Cara Sterilisasi A (Depkes RI, 1979).
CARA PEMBUATAN SKALA LABORATORIUM
2. Ditimbang kloramfenikol Na. Suksinat 0,875 gr, Timbangan analitik, kaca arloji, gelas Penimbangan akurat dan teliti
lidokain HCl 0,0514 gr, chlorocresol 0,1 gr, kimia, pipet, pipet ukur, pro pipet
propilen glikol 3,5 gr.
Diambil propilen glikol dan panaskan pada suhu Gelas kimia, Hotplate Kontrol suhu proses
80°C selama 30 menit pemanasan 80°C
Ditambahkan larutan 2 ke dalam larutan 1, aduk ad Gelas kimia, batang pengaduk Larutan tercampur sempurna
homogen
8. Ditambahkan gas nitrogen, dijaga agar tetap tertutup Gelas kimia, aluminium foil Wadah tertutup rapat
11. Siram vial dengan gas nitrogen dan isi dengan 10.5 ml Nitrogen gas tank, botol vial Kontrol sediaan selalu stabil dan
larutan, tutup dan segel. wadah tertutup rapat
CARA PEMBUATAN SKALA INDUSTRI
2. Ambil sekitar 0,75 L propilen glikol dan panaskan di dalam Steam Jacketed Kettle -
steam jacketed kettle selama 30 menit.
3. Tambahkan kloramfenikol ke steam jacketed kettle pada suhu Steam Jacketed Kettle Kontrol suhu tetap 80°C
80°C, aduk. Biarkan hingga dingin.
4. Di tempat terpisah, ambil air (water for injection) yang baru Wadah dalam keadaan tertutup dan
direbus dan masukkan lidokain HCl, dan klorokresol. larutan homogen dan tetap steril
7. Periksa pH dan jaga pH agar tetap stabil (6.5-6.8) Ph Meter Kontrol pH larutan
8. Saring melalui penyaring berukuran 0,22 µm Pre filter Kotrol sediaan terhindar dari benda
asing dan homogen
9.(Niazi,2004)
Bilas vial dengan gas nitrogen lalu isi dengan 10.5 ml larutan, Vial Kontrol sediaan selalu stabil dan
tutup dan segel. wadah tertutup rapat
KEMASAN
KEMASAN PRIMER
KEMASAN SEKUNDER
BROSUR
EVALUASI
Pertanyaan Ka iswanada
Ka agata 1. Ada sterilisasi akhirnya kah, kalo ada apa dan
1. Ppt monografi dan perhitungan dibuat rapi jgn di ss alasannya apa ? kalo ga ada kenapa?
2. Knpa tdk pake lidocain basa 2. Perhitungan exp date
3. Alasan pemilihan semau bahan 3. Lihat pertanyaan kaka utk klp sebelumnya
4. Perhitungan kelarutan
5. Knp propilen glikol harus dipanaskan
6. Apa fungsi gas nitrogen ditambhankan
7. Knpa ph 6,5-6,8 kalo ph tdk segitu apakah ada pengaruh Ka desy
8. Dibuat double dose atau single dose 1. Diperhatikan cara kerja, perhitungan,
9. Sediaan injeksi bagusnya gimana isotonis atau hipotonis kemasan ada yg kurang ,
10. Sediaan bentuknya apa larutan atau emulsi atau serbuk utk 2. Pertanyaan sama kaya klp 1 dan 2
injeksi 3. Monografi bahan jgn dikosongkan
11. Rute administrasi injeksi lewat mana kalo gada di strip aja
12. Propilen glikol sbg pembawa apa (jelaskan secara rinci) 4. Konsul secepatnya kalo ada
pertanyaan di grup
Formulanya jgn diubah
Dikemasan jgn ada tulisan antibiotik
Literatur dilampirkan di laporan klpk
Literatur dosis dilampirkan/dikonsulkan
Pemeriksaan pH
a.Tujuan : Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
b.Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.
c.Metode : Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter. Yakni kertas pH meter dicelupkan ke
dalam sediaan kemudian dicocokkan kertas pH dengan indikatornya sehingga diperoleh pH akhir.
d.Penafsiran Hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan. Nilai pH dalam darah normal 7,4.
a.Tujuan : Memastikan larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari zat padat steril untuk penggunaan
parenteral, bebas dari partikel yang dapat diamati pada pemeriksaan secara visual.
b.Prinsip : Sejumlah tertentu sediaan uji difiltrasi menggunakan membran, lalu membran tersebut diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 µm atau ebih dan
sama atau lebih besar dari 25 µm dihitung.
c.Hasil : Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah rata-rata partikel yang dikandung tidak lebih dari
10.000 tiap wadah yang setara atau lebih besar dari 10 µm diameter spherik efektif dan tidak lebih dari 1000 tiap
wadah sama atau lebih besar dari 25 µm dalam dimensi linier efektif.
(Mikroskop)
(Fatmawaty, 2019)
Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah
a.Tujuan : Menetapkan volume injeksi yang dimasukkan dalam wadah agar volume injeksi yang digunakan tepat atau sesuai
dengan yang tertera pada penandaan.
b.Prinsip : Penentuan volume dilakukan dengan cara mengambil sampel dengan alat suntik hipodermik dan memasukkannya ke
dalam gelas ukur yang sesuai.
(Fatmawaty, 2019)
c.Metode : Dipilih salah satu wadah (karena volumenya 10ml), diambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering
dengan ukuran tidak lebih dari 2 kali volume yang diukur dengan jarum suntik no.21 dengan panjang tidak kurang dari 2,5 cm,
dikeluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik serta dipindahkan isi dalam suntik tanpa mengosongkan bagian
jarum ke dalam gelas ukur kering yang telah dikalibrasi 10 ml sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya
40% dari 10ml.
(Depkes RI, 1995 : 451).
d.Hasil : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu persatu (Fatmawaty, 2019), volume injeksi
dalam wadah diantara 4ml-10ml.
±5
300 mg atau lebih
(Timbangan analitik)
(Langille, 2015)
Uji Kejernihan Larutan
a.Tujuan : Untuk mengetahui bahwa sediaan jernih dan benar-benar bebas dari partikel-partikel kecil yang dapat terlihat oleh
mata.
b.Metode : Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan tabung reaksi di bawah penerangan cahaya yang baik, dan berlatar
belakang warna hitam. Masukkan kedalam dua tabung reaksi masing-masing larutan uji. Bandingkan kedua isi tabung.
c.Penafsiran hasil : Sediaan jernih dan tidak ada partikel-partikel kecil yang terlihat oleh mata.
(Tabung reaksi)
a.Tujuan : menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada
masing-masing monografi.
b.Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji
menggunakan cara inokulasi langsung atau filtrasi dalam medium Tioglikonat cair dan Soybean Casein Digest prosedur uji
dapat menggunakan teknik inokulasi langsung ke dalam media pada 30-35oC selama tidak kurang dari 7 hari.
c.Hasil :
Tahap Pertama: Memenuhi syarat uji jika pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, diamati tidak terdapat
kekeruhan atau pertumbuhan mikroba pada permukaan, kecuali teknik pengujian dinyatakan tidak absah. Jika
ternyata uji tidak absah, maka dilakukan pengujian Tahap Kedua.
Tahap Kedua : Memenuhi syarat uji jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba pada pengujian terhadap minimal 2 kali jumlah
sampel uji tahap
(Tabung reaksi)
a.Tujuan : untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
b.Prinsip : pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara IV dan ditujukan untuk sediaan yang dapat
ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 mL/kg bb dalam jangka waktu tidak lebih dari 10
menit.
c.Hasil : setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat bila tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu
0,5º atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5º atau lebih lanjutkan pengujian dengan
menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5º
atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3º sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas
pirogen.