Anda di halaman 1dari 40

TEKNOLOGI FORMULASI III

SEDIAAN INJEKSI
FIKRI NOVAN / 1713015143
GINA NABILA INDRIANI / 1713015195
MUHAMMAD ANDHIKA R.P /
1713015203
MARIA SAENA PURU / 1713015155
SRI WAHYUNI / 1713015159
SALINDING IRENE SEPTIANI /
1713015115
Injeksi
Injeksi adalah sedian steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum di gunakan, yang kemudian di suntikan secara merobek
jaringan ke dalam kulit atau memalui kulit atau selaput lendir.
Kloramfenikol Na.
Suksinat (123 mg)
Zat aktif
Tabel Formula

Lidocaine HCl
(5,14 mg)
Anastesi local

Klorokresol
(10 mg)
Pengawet atau anti mikroba

Gas Nitrogen
(qs)
Pelarut atau kosolvent parenteral

Propilen glikol
(10-60%)
Pelarut atau kosolvent parenteral

Aquq for Pelarut atau pengencer untuk pembuatan


injection(ad 10 ml) injeks
Monografi
MONOGRAFI ZAT AKTIF

Nama Zat Aktif Kloramfenikol Na. Suksinat

Sifat Fisikokimia, Stabilitas dan Penyimpanan


Pemerian
Serbuk, kuning terang.

Kelarutan
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol.

Ph
Antara 6,4 dan 7,0

Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat. Simpan ditempat sejuk dan kering. Penandaan Jika digunakan untuk pembuatan sediaan injeksi, pada etiket harus dinyatakan steril atau diproses lebih lanjut untuk
pembuatan sediaan injeksi.(Depkes RI, 2014 : 677-678)

Dosis
Infeksi serius 50mg/kg/hari IV dibagi tiap 6 jam. Infeksi parah 100 mg/kg/hari IV dibagi tiap 6 jam. Bayi dan anak-anak jika fungsi metabolisme belum matang 25 mg/kg/hari dibagi 6 jam.
(Sweetman, 2009)

Farmakokinetik
Distribusi kloramfenikol tersebar luas di jaringan tubuh dan cairan; berdifusi di seluruh plasenta ke dalam sirkulasi janin, ke dalam ASI. Ikatan protein plasma 60%. Waktu paruh berkisar antara 1,5
hingga 4 jam; Kloramfenikol diekskresikan terutama dalam urin dan feses (Sweetman, 2009).

Farmakodinamik
Kloramfenikol adalah anti bakteri spektrum luas dengan mekanisme aksi menghambat bakteri sintesis protein dengan mencegah perlekatan RNA, sehingga mencegah pembentukan ikatan peptida.
Terutama tindakan bakteriostatik, meskipun mungkin bersifat bakterisidal untuk beberapa organisme, termasuk Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis, dan Streptococcus pneumoniae, pada
konsentrasi yang lebih tinggi (Sweetman, 2009).
MONOGRAFI ZAT TAMBAHAN
Nama Bahan Lidocain HCL
Fungsi Utama Anastesi local
Konsentrasi 0,5 %

Fungsi Lain Konsentrasi yang digunakan


Antiseptik -
Sifat Fisikokimia
Pemerian
Serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa sedikit pahit
Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam kloroform, namun tidak dalam eter
Sisa pemijaran :
tidak lebih 0,1 %
Jarak lebur :
antara 74℃ dan 79℃, lakukan pengeringan sebelum digunakan
Logam berat :
tidak lebih dari 20 bpj (Depkes RI, 2014).

Stabilitas dan Penyimpanan


Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Bila sebagai bahan baku pembanding, disimpan dalam lemari pendingin (Depkes RI,2014). Lidokain yang mengandung
larutan dapar cardioplegic dapat berkurang kadarnya bila disimpan dalam wadah PVC pada suhu lingkungan, tetapi tidak bila disimpan pada suhu 4°C. Pengurangan
tampak pada sorpsi yang tergantung pH pada lidokain yang disimpan di wadah plastik dan tidak akan tejadi bila disimpan dalam wadah gelas (Sweetman, 2009).

Inkompatibilitas
Dalam larutan inkompaktibel dengan ampotericin B, sulfadiazin sodiu, methohexital sodium, cefazolin sodium atau penitoin sodium. KCI bereaksi dengan trifluoride,
asam sulfat dan kalium (Sweetman, 2009).

Metode Produksi
Lidokain Hidroklorida mengandunga tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 102,5 % dihitung terhadap zat anhidrat. (Depkes RI,2014).
MONOGRAFI ZAT TAMBAHAN
Nama Bahan Klorokresol
Fungsi Utama Pengawet atau anti mikroba
Konsentrasi 0,1%
Fungsi Lain Konsentrasi yang digunakan
Tetes mata 0,05%
Suntikan 0,1 %
Shampo dan kosmetik lainnya 0,1-0,2%
Krim dan emulsi topikal 0,075-0,2%
Sifat Fisikokimia
Pemerian
Tidak berwarna atau hampir tidak berwarna, kristal dimorf atau kristalin bubuk dengan bau fenolik yang khas.
Kelarutan
Kelarutan pada suhu 20 derajat C yaitu, aseton larut; Larutan alkali hidroksida larut; Kloroform larut; Etanol 1 dalam 0,4; Eter larut; Minyak tetap larut; gliserin larut;
Terpen larut; Air 1 dalam 260 derajat C dan 1 dalam 50 pada 100 derajat C (Kelarutan dalam air berkurang dengan adanya elektrolit, khususnya natrium klorida, kalium
klorida dan kalium sulfonat.)
Titik didih
Yaitu 235°C
CTitik lebur
55.58 °C dan 658 °C.(Rowe, 2009 : 169)

Stabilitas dan Penyimpanan


Klorokresol stabil pada suhu kamar tetapi mudah menguap.Solusi berair dapat disterilkan dengan autoklaf. Jika terpapar udara dan cahaya, larutan encer dapat menjadi
berwarna kuning. Larutan dalam minyak atau gliserin dapat disterilkan dengan pemanasan pada 160 derajat C untuk 1 jam. Disimpan di tempat yang tertutup rapat
wadah, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering (Rowe, 2009 : 169-170).
Inkompatibilitas
Klorokresol dapat terurai pada kontak dengan alkali yang kuat, tidak cocok dengan zat pengoksidasi, tembaga, dan dengan larutan kalsium klorida, kodein fosfat,
diamorfin hidroklorida, papaveretum, dan kina hidroklorida. Klorokresol bersifat korosif untuk logam dan membentuk senyawa kompleks dengan logam transisi ion;
perubahan warna terjadi dengan garam besi. Chlorocresol juga dapat menyerap kuat atau kecenderungan mengikat pada bahan organik seperti karet, plastik tertentu, dan
surfaktan nonionik (Rowe, 2009 : 170).
Metode Produksi
Klorokresol disiapkan oleh klorinasi m-kresol (Rowe, 2009 : 170).
MONOGRAFI ZAT TA MBAHAN
Nama Bahan Aqua Pro Injectione (Air untuk Injeksi)
Fung s i U tama Pelarut atau pengencer untuk pembuatan injeksi (Rowe, 2009 : 766).
Ko nsentrasi q.s
Fung s i Lai n - Ko ns e ntras i y ang di g unakan -
Sifat Fisikokimia
Pemerian; Keasaman-kebasaan; Amonium; Besi; Tembaga; Timbal; Kalsium; Klorida; Nitrat; Sulfat; Zat teroksidasi Memenuhi syarat yang tertera pada Aqua destillata (Depkes RI, 1979 :
97).Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak memiliki rasa (Depkes RI, 1979 : 96)
pH :
5,0 – 7,0
Endotoksin bakteri :
40.25 EU/mL
Titik didih :
100°C
Titik lebur : 0°C
Kelarutan :
Larut dengan sebagian besar pelarut polar.(Rowe, 2009 : 767)

Stabilitas dan Penyimpanan


Stabilitas : Secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik (es, cair, dan uap air) selama penyimpanan dan distribusi air dilindungi dari kontaminasi ionik dan organik yang dapat menyebabkan
peningkatan konduktivitas dan total karbon organik. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam wadah bertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah
pembuatan (Depkes RI, 1979 : 97) atau simpan dalam wadah dosis tunggal, dari kaca Tipe I atau Tipe II, dengan ukuran tidak lebih dari 1000 mL.(Rowe, 2009 : 768)

Inkompatibilitas
Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis (dikomposisi dalam keberadaan air atau uap air). Pada lingkungan dan suhu tinggi,
air dapat bereaksi dengan logam alkali seperti kalium oksida dan magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk membentuk kristal (Rowe, 2009 : 768).

Metode Produksi
Air suling segar segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A atau C.Pembuatan : Suling Air suling segar menggunakan alat kaca netral atau wadah logam yang cocok yang
dilengkapi dengan labu percik. Buang sulingan pertama, tampung sulingan berikutnya dalam wadah yang cocok. Sterilkan segera dengan Cara sterilisasi A atau C tanpa penambahan bakterisida.
Untuk memperoleh air untuk injeksi bebas udara yang disebut juga Air untuk injeksi bebas karbondioksida, didihkan sulingan selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah sesempurna
mungkin hubungan dengan udara, dinginkan, masukkan dalam wadah tertutup kedap, sterilkan segera dengan Cara sterilisasi A (Depkes RI, 1979 : 97).
MONOGRAFI ZAT TAMBAHA N
Nama Bahan Propilen glikol
Fung s i U tama Pelarut atau kosolvent parenteral
Ko ns e ntras i 10-60%
Fung s i Lai n Ko ns e ntras i y ang di g unakan
Humektan =15%
Larutan Aerosol pelarut atau kosolvent 10–30%
Solusi oral pelarut atau kosolvent 10-25%
Solusi pengawet, setengah padat 15-30%
Topikal pelarut atau kosolvent 5-80%

Sifat Fisikokimia
Pemerian
Tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau cair, dengan rasa manis, agak tajam menyerupai gliserin
Kelarutan
Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air; larut pada 1 dalam 6 bagian eter; tidak larut dengan minyak mineral ringan atau minyak tetap, tetapi akan larut beberapa minyak
esensial.
Titik didih
Yaitu 188 °C
Titik leleh
Yaitu -59 °C.(Rowe, 2009 : 592)
Stabilitas dan Penyimpanan
Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam kondisi tertutup rapat wadah, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, cenderung teroksidasi, menimbulkan produk seperti propionaldehyde, asam
laktat, piruvat asam, dan asam asetat. Propilen glikol secara kimiawi stabil bila dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air; solusi berair dapat disterilkan dengan autoklaf. Propilen glikol bersifat
higroskopis dan harus disimpan dalam tertutup rapat wadah, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering (Rowe, 2009 : 592).

Inkompatibilitas
Propilen glikol tidak sesuai dengan reagen pengoksidasi seperti kalium permanganat (Rowe, 2009 : 592).

Metode Produksi
Propilen diubah menjadi klorohidrin oleh air klorin dan terhidrolisis menjadi 1,2-propilena oksida. Dengan hidrolisis lebih lanjut, 1,2- propilena oksida dikonversi menjadi propilen glikol.(Rowe,
2009: 592)
MON OGRA FI ZA T TA MB A HA N
Nama Bahan Nitrogen Gas
Fung s i U tama Stabilisator
Ko ns e ntras i q.s
Fung s i Lai n Ko ns e ntras i y ang di g unakan
- -
Sifat Fisikokimia
Pemerian
Nonreaktif, tidak mudah terbakar, tidak berwarna, hambar, dan gas tidak berbau. Biasanya ditangani sebagai gas terkompresi.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dan sebagian besar pelarut; larut dalam air di bawah tekanan.(Rowe, 2009 : 462)

Stabilitas dan Penyimpanan

Nitrogen stabil dan tidak bereaksi secara kimiawi. Itu harus disimpan di silinder logam tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering (Rowe, 2009 : 462).

Inkompatibilitas

Umumnya kompatibel dengan sebagian besar bahan yang ditemukan dalam farmasi formulasi dan produk makanan (Rowe, 2009: 462).

Metode Produksi

Nitrogen diperoleh secara komersial, dalam jumlah besar, dengan distilasi fraksional dari udara yang dicairkan (Rowe, 2009 : 462)
Perhitungan
Formula :
· Kloramfeniko Na. Suksinat 123 mg
· Lidocaine HCl 5,14 mg
· Klorokresol 10 mg
· Gas Nitrogen qs.
· Propilen glikol (10-60% for solvent)
· Water for injection tambah ad 10 ml

1. Perhitungan dosis
???
a. Kloramfenikol Na. Suksinat
Penggunaan dosis dewasa= 50 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis terbagi
Perhitungan umum (BB 70 kg) = 50 mg/kg BB 70 kg
= 3500 mg
=

= 0,875
gram
1 gram Kloramfenikol setara dengan 1,4 gram Kloramfenikol Natrium Suksinat.
Sehingga = 0,875 gram x 1,4 gram
Kloramfenikol Na Suksinat = 1.225 gram
1. Perhitungan bahan
a. Kloramfenikol Na Suksinat (0,0875 g)
Dalam 10 ml injeksi mengandung = 1,225 gram
Untuk 1 botol (10 ml) = 1,225 gram
Untuk kelebihan volume 10% = 1,225 g x 10% = 0,1125 gram
Penimbangan untuk 1 botol = 1,225 g + 0,1225 g = 1,3475 gram
Penimbangan untuk 1 batch (100 botol) = 1,3475 g x 100 = 134,75 gram
Penimbangan untuk 4 botol = 1,3475 gram x 4 = 5,39 gram
b. Lidocaine HCl (5,14 mg)
Untuk 1 botol (10 ml) = 0,00514 g x 10 ml
= 0,0514 gram
Untuk kelebihan volume 10% = 0,0514 g x 10% = 0,00514 gram
Penimbangan untuk 1 botol = 0,0514g + 0,00514 g = 0,05654 gram
Penimbangan untuk 1 batch (100 botol) = 0,05654 g x 100 = 5,654 gram
Penimbangan untuk 4 botol = 0,05654 gram x 4 = 0,22616 gram
c. Klorokresol (10 mg)
Untuk 1 botol (10 ml) = 0,01 g x 10 ml
???
= 0,1 gram
Untuk kelebihan volume 10% = 0,1 g x 10% = 0,01 gram
Penimbangan untuk 1 botol = 0,1 g + 0,01 g = 0,11 gram
Penimbangan untuk 1 batch (100 botol) = 0,11 g x 100 = 11 gram
Penimbangan untuk 4 botol = 0,11 gram x 4 = 0,44 gram
d. Propilen glikol (10-60% fungsi solvent)
Diambil tengah yaitu 35%
Untuk 1 botol (10 ml) = x 10 ml

= 3,5 gram
Untuk kelebihan volume 10% = 3,5 g x 10% = 0,35 gram
Penimbangan untuk 1 botol = 3,5 g + 0,35 g = 3,85 gram
Penimbangan untuk 1 batch (100 botol) = 3,85 g x 100 = 385 gram
Penimbangan untuk 4 botol = 3,85 gram x 4 = 15,4 gram

e. Water for injection


Ditambahkan hingga 10 ml atau = 11 ml – ( 0,9625 gram + 0,05654 gram + 0,11 gram
+ 3,85 gram)
= 6,02096 ml
Penimbangan untuk 1 batch (100 botol) = 11 g x 100 = 1100 gram
1. Perhitungan isotonis
a. Ekivalensi tiap bahan
· Ptb Kloramfenikol Na. Suksinat = 0,13
· Ptb NaCl = 1 (0,9%)
· Ptb Lidokain HCl = 0,20
b. Perhitungan tonisitas
· Syarat isotonis NaCl adalah 0,9% = 0,9 gram dalam 100 ml

Sehingga = x 10

= 0,09 gram ???


· Kloramfenikol Na. Suksinat
Rumus = Berat bahan x Ekivalensi
= 1,3475 gram x 0,13
= 0,045175 gram
· Lidokain HCl
Rumus = Berat bahan x Ekivalensi
= 0,05654 gram x 0,20
= 0,011308 gram
· Total kesetaraan NaCl dalam sediaan = 0,045175 gram + 0,011308 gram
= 0,158255 gram
· Sehingga agar isotonis = NaCl – (Kloramfenikol Na Suksinat + Lidokain
HCl)
= 0,09 gram - (0,045175 gram + 0,011308 gram)
= 0,09 gram – 0,158255 gram
B = 0,068255 gram (hipertonis)

` ` ` · Ada 3 jenis keadaan osmosis yaitu:


Keadaan isotonis, apabila B = 0
Keadaan Hipotonis, apabila nilai B positif
Keadaan Hipertonis, apabila nilai B negatif
PENCUCIAN, PENGERINGAN
DAN PEMBUNGKUSAN ALAT
1.Pencucian Alat
a.Alat Gelas
1)Seluruh alat-alat dan wadah gelas dicuci dengan sabun cuci dan disikat.
2)Dibilas dengan menggunakan air kran yang mengalir sampai bersih.
3)Ditiriskan alat atau wadah sampai alat-alat tersebut mengering.

b.Alat Karet
1)Seluruh alat-alat karet dicuci dengan sabun cuci dan disikat.
2)Dibiilas dengan menggunakan air kran yang mengalir sampai bersih.
3)Ditiriskan, sampai alat-alat tersebut mengering.

c.Alat Logam
1)Spatula logam dicuci dengan sabun cuci dan disikat.
2)Dibilas dengan menggunakan air kran yang mengalir sampai bersih.
3)Ditiriskan sampai mongering.

2. Pengeringan dan Pembungkusan


a.Setelah ditiriskan, alat dan wadah gelas, karet, dan logam dikeringkan dengan tissue kering.
b.Disterilkan dengan alkohol 70%.
c. Bungkus alat-alat dan wadah diatas dengan kertas coklat atau aluminium foil, sesuai dengan cara sterilisasi
yang dipilih (menggunakan autoklaf atau oven). (Putra, 2015)
METODE DAN WAKTU
STERILISASI ALAT
A.Prosedur Sterilisasi Alat
1.Sterilisasi Metode Panas Basah

Alat yang digunakan adalah Autoklaf. Alat yang disterilisasikan adalah alat berskala (biasa digunakan untuk menunjukkan volume)
dan tahan terhadap panas uap basah.Contohnya seperti erlenmeyer, pipet ukur, gelas kimia dsb. Prosedur :

a.Alat-alat yang akan disterilisasi menggunakan metode panas basah, seperti pipet ukur di cuci dengan bersih dan dikeringkan.
b.Lubang yang terdapat dalam pipet ukur di tutup dengan kapas steril dan dibungkus menggunakan kertas perkamen sebanyak 2
lapis.
c.Pipet ukur yang telah dibungkus dimasukkan dan ditata kedalam keranjang autoklaf.
d.Ditekan tombol ON pada autoklaf, ditunggu sampai alat siap digunakan.
e.Dibuka pintu autoklaf dengan menggeser kunci kesebelah kanan.
f.Dikontrol air yang ada di dalam chamber autoklaf, bila kurang ditambahkan air dengan aqua DM sampai tanda batas.
g.Dimasukkan keranjang autoklaf yang berisi alat yang akan disterilkan.
h.Ditutup autoklaf dan digeser kunci kesebelah kiri.
i.Ditekan tombol start pada autoklaf yang sebelumnya telah di set waktu dan temperaturnya yaitu 121oC selama 20 menit.
j.Setelah 20 menit dibuka buangan gas sampai bunyi yang ada didalam autoklaf tidak terdengar lagi dan ditunggu sampai suhu
mencapai 70oC.
k.Setelah mencapai 70oC dibuka kunci autoklaf dengan menggesernya ke kanan.
l.Lalu keranjang yang ada didalam autoklaf dikeluarkan dari chamber.
m.Alat yang telah disetrilisasi dimasukkan ke dalam box isolator steril.
n.Lalu dimasukkan ke dalam lemari penyimpanan steril.
(Sesilia, 2016)
2.Sterilisasi Metode Panas Kering

Dalam metode ini alat yang digunakan adalah Oven. Alat yang termasuk dalam metode ini adalah alat yang tidak mempunyai
skala seperti botol vial, dsb. Sebelum digunakan untuk sterilisasi, sterilisator (oven) yang digunakan haruslah telah divalidasi dan
dikualifikasi. Prosedur :

a.Alat-alat yang akan disterilisasi menggunakan metode panas kering contohnya seperti botol vial dibungkus dengan perkamen
sebanyak dua lapis.
b.Botol vial yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam oven.
c.Ditata posisi alat sehingga udara yang ada di dalam oven mengalir secara merata.
d.Setelah di atur posisi alat, oven ditutup lalu ditekan tombol on.
e.Di-setting oven pada suhu 170oC selama 1 jam.
f.Ditunggu sampai proses sterilisasi selesai.
g.Setelah proses sterilisasi selesai, ditunggu hingga oven dingin baru dibuka tutup ovennya.
h.Setelah oven dingin, dibuka tutup oven dan semua alat dimasukkan kedalam lemari penyimpanan box steril.
i.Oven dimatikan.
(Sesilia, 2016)
B.Pembuatan Aqua For Injection

Pembuatan air untuk injeksi (water for injection) biasanya dibuat dengan destilasi bertingkat dari bahan baku air murni
(Sugihartini, 2018).

Air suling segar menggunakan alat kaca netral atau wadah logam yang cocok yang dilengkapi dengan labu percik. Buang sulingan
pertama, tampung sulingan berikutnya dalam wadah yang cocok. Sterilkan segera dengan cara sterilisasi A atau C tanpa
penambahan bakterisida. Untuk memperoleh air untuk injesi bebas udara yang disebut juga Air Untuk Injeksi Bebas
Karbondioksida, didihkan sulingan selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah sesempurna mungkin hubungan dengan
udara, dinginkan, masukkan dalam wadah tertutup kedap, sterilkan segera dengan Cara Sterilisasi A (Depkes RI, 1979).
CARA PEMBUATAN SKALA LABORATORIUM

No Tahapan Peralatan yang Digunakan IPC Catatan/Hasil Paraf


1 Disiapkan alat dan bahan Timbangan analitik, spatel logam, kaca -
arloji, pipet ukur, propipet, pipet tetes,
pH meter, prefilter

2. Ditimbang kloramfenikol Na. Suksinat 0,875 gr, Timbangan analitik, kaca arloji, gelas Penimbangan akurat dan teliti
lidokain HCl 0,0514 gr, chlorocresol 0,1 gr, kimia, pipet, pipet ukur, pro pipet
propilen glikol 3,5 gr.

Diambil propilen glikol dan panaskan pada suhu Gelas kimia, Hotplate Kontrol suhu proses
80°C selama 30 menit pemanasan 80°C

4. Ditambahkan kloramfenikol, aduk ad homogen. Gelas kimia, Hotplate, batang -


Setelah tercampur, biarkan hingga dingin (larutan pengaduk
1)

5. Dididihkan water for injection..g Gelas kimia, hotplate -


6. Ditambahkan lidokain HCL dan clorocresol, aduk ad Gelas kimia, batang pengaduk -
homogen, biarkan hingga dingin (larutan 2)

Ditambahkan larutan 2 ke dalam larutan 1, aduk ad Gelas kimia, batang pengaduk Larutan tercampur sempurna
homogen

8. Ditambahkan gas nitrogen, dijaga agar tetap tertutup Gelas kimia, aluminium foil Wadah tertutup rapat

9. Diperiksa pH larutan (6,5-6,8) pH meter Diperoleh pH yang sesuai

Dilakukan filtrasi dengan Prefilter Prefilter Sediaan bebas partikular

11. Siram vial dengan gas nitrogen dan isi dengan 10.5 ml Nitrogen gas tank, botol vial Kontrol sediaan selalu stabil dan
larutan, tutup dan segel. wadah tertutup rapat
CARA PEMBUATAN SKALA INDUSTRI

No. Tahapan Jenis dan Gambar Alat IPC


1. Disiapkan alat dan bahan pembuatan injeksi -

2. Ambil sekitar 0,75 L propilen glikol dan panaskan di dalam Steam Jacketed Kettle -
steam jacketed kettle selama 30 menit.

3. Tambahkan kloramfenikol ke steam jacketed kettle pada suhu Steam Jacketed Kettle Kontrol suhu tetap 80°C
80°C, aduk. Biarkan hingga dingin.

4. Di tempat terpisah, ambil air (water for injection) yang baru Wadah dalam keadaan tertutup dan
direbus dan masukkan lidokain HCl, dan klorokresol. larutan homogen dan tetap steril

5. Dinginkan larutan pada langkah 3 dan tambahkan larutan pada -


langkah 2
6. Bilas dengan gas nitrogen dan jaga agar tetap tertutup Nitrogen Gas Tank Kontrol wadah agar selalu tertutup

7. Periksa pH dan jaga pH agar tetap stabil (6.5-6.8) Ph Meter Kontrol pH larutan

8. Saring melalui penyaring berukuran 0,22 µm Pre filter Kotrol sediaan terhindar dari benda
asing dan homogen

9.(Niazi,2004)
Bilas vial dengan gas nitrogen lalu isi dengan 10.5 ml larutan, Vial Kontrol sediaan selalu stabil dan
tutup dan segel. wadah tertutup rapat
KEMASAN
KEMASAN PRIMER
KEMASAN SEKUNDER
BROSUR
EVALUASI
Pertanyaan Ka iswanada
Ka agata 1. Ada sterilisasi akhirnya kah, kalo ada apa dan
1. Ppt monografi dan perhitungan dibuat rapi jgn di ss alasannya apa ? kalo ga ada kenapa?
2. Knpa tdk pake lidocain basa 2. Perhitungan exp date
3. Alasan pemilihan semau bahan 3. Lihat pertanyaan kaka utk klp sebelumnya
4. Perhitungan kelarutan
5. Knp propilen glikol harus dipanaskan
6. Apa fungsi gas nitrogen ditambhankan
7. Knpa ph 6,5-6,8 kalo ph tdk segitu apakah ada pengaruh Ka desy
8. Dibuat double dose atau single dose 1. Diperhatikan cara kerja, perhitungan,
9. Sediaan injeksi bagusnya gimana isotonis atau hipotonis kemasan ada yg kurang ,
10. Sediaan bentuknya apa larutan atau emulsi atau serbuk utk 2. Pertanyaan sama kaya klp 1 dan 2
injeksi 3. Monografi bahan jgn dikosongkan
11. Rute administrasi injeksi lewat mana kalo gada di strip aja
12. Propilen glikol sbg pembawa apa (jelaskan secara rinci) 4. Konsul secepatnya kalo ada
pertanyaan di grup
 Formulanya jgn diubah
 Dikemasan jgn ada tulisan antibiotik
 Literatur dilampirkan di laporan klpk
 Literatur dosis dilampirkan/dikonsulkan
Pemeriksaan pH
a.Tujuan : Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
b.Prinsip : Pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.
c.Metode : Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter. Yakni kertas pH meter dicelupkan ke
dalam sediaan kemudian dicocokkan kertas pH dengan indikatornya sehingga diperoleh pH akhir.
d.Penafsiran Hasil : pH sesuai dengan spesifikasi formulasi sediaan. Nilai pH dalam darah normal 7,4.

(Kertas pH meter / Indikator universal)


(Depkes RI, 1995 : 1039)
Pemeriksaan Bahan Partikulat

a.Tujuan : Memastikan larutan injeksi, termasuk larutan yang dikonstitusi dari zat padat steril untuk penggunaan
parenteral, bebas dari partikel yang dapat diamati pada pemeriksaan secara visual.
b.Prinsip : Sejumlah tertentu sediaan uji difiltrasi menggunakan membran, lalu membran tersebut diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Jumlah partikel dengan dimensi linier efektif 10 µm atau ebih dan
sama atau lebih besar dari 25 µm dihitung.
c.Hasil : Injeksi volume kecil memenuhi syarat uji jika jumlah rata-rata partikel yang dikandung tidak lebih dari
10.000 tiap wadah yang setara atau lebih besar dari 10 µm diameter spherik efektif dan tidak lebih dari 1000 tiap
wadah sama atau lebih besar dari 25 µm dalam dimensi linier efektif.

(Mikroskop)
(Fatmawaty, 2019)
Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah

a.Tujuan : Menetapkan volume injeksi yang dimasukkan dalam wadah agar volume injeksi yang digunakan tepat atau sesuai
dengan yang tertera pada penandaan.
b.Prinsip : Penentuan volume dilakukan dengan cara mengambil sampel dengan alat suntik hipodermik dan memasukkannya ke
dalam gelas ukur yang sesuai.
(Fatmawaty, 2019)
c.Metode : Dipilih salah satu wadah (karena volumenya 10ml), diambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering
dengan ukuran tidak lebih dari 2 kali volume yang diukur dengan jarum suntik no.21 dengan panjang tidak kurang dari 2,5 cm,
dikeluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik serta dipindahkan isi dalam suntik tanpa mengosongkan bagian
jarum ke dalam gelas ukur kering yang telah dikalibrasi 10 ml sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya
40% dari 10ml.
(Depkes RI, 1995 : 451).
d.Hasil : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah bila diuji satu persatu (Fatmawaty, 2019), volume injeksi
dalam wadah diantara 4ml-10ml.

(Gelas ukur 10 ml) (Alat suntik hipodermik)


(Depkes RI, 1995 : 451)
Uji Keseragaman Bobot dan Keseragaman Volume
Sediaan yang sebelum digunakan sebagai injeksi dilarutkan terlebih dahulu harus memenuhi syarat keseragaman bobot berikut :
hilangkan etiket 10 wadah, cuci bagian besar wadah dengan air, keringkan. Timbang satu per satu dalam keadaan terbuka.
Keluarkan isi wadah, cuci wadah dengan air kemudian dengan etanol (95%)P, keringkan pada suhu 105 o hingga bobot tetap,
dinginkan, timbang satu per satu. Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang tertera pada daftar berikut,
kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas yang tertera.

Bobot yang tertera pada etiket Batas Penyimpanan (%)

Tidak lebih dari 120 mg ±10

Antara 120 mg dan 300 mg ±7,5

±5
300 mg atau lebih

(Timbangan analitik)

(Depkes RI, 1979 : 19)


Uji Kebocoran Wadah

a.Tujuan : Untuk memastikan tidak adanya kebocoran pada wadah sediaan.


b.Prinsip : Memasukkan sediaan beserta wadahnya ke dalah wadah yang berisi metilen blue.
c.Metode : Pada sediaan jernih, wadah takaran tunggal yang masih panas setelah disterilkan dimasukkan kedalam larutan metilen
biru 0,1%. Jika wadah yang bocor makan larutan metilen biru akan masuk kedalam karena perbedaan tekanan dari luar
dan di dalam wadah. Wadah terbalik jika ada kebocoran maka larutan ini akan keluar dari wadah.
d.Penafsiran hasil : Tidak ada kebocoran pada wadah sediaan.

(Langille, 2015)
Uji Kejernihan Larutan

a.Tujuan : Untuk mengetahui bahwa sediaan jernih dan benar-benar bebas dari partikel-partikel kecil yang dapat terlihat oleh
mata.
b.Metode : Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan tabung reaksi di bawah penerangan cahaya yang baik, dan berlatar
belakang warna hitam. Masukkan kedalam dua tabung reaksi masing-masing larutan uji. Bandingkan kedua isi tabung.
c.Penafsiran hasil : Sediaan jernih dan tidak ada partikel-partikel kecil yang terlihat oleh mata.

(Tabung reaksi)

(Depkes RI, 1995 : 998)


Uji Sterilitas

a.Tujuan : menetapkan apakah sediaan yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada
masing-masing monografi.
b.Prinsip : Menguji sterilitas suatu bahan dengan melihat ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada inkubasi bahan uji
menggunakan cara inokulasi langsung atau filtrasi dalam medium Tioglikonat cair dan Soybean Casein Digest prosedur uji
dapat menggunakan teknik inokulasi langsung ke dalam media pada 30-35oC selama tidak kurang dari 7 hari.
c.Hasil :
Tahap Pertama: Memenuhi syarat uji jika pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, diamati tidak terdapat
kekeruhan atau pertumbuhan mikroba pada permukaan, kecuali teknik pengujian dinyatakan tidak absah. Jika
ternyata uji tidak absah, maka dilakukan pengujian Tahap Kedua.
Tahap Kedua : Memenuhi syarat uji jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba pada pengujian terhadap minimal 2 kali jumlah
sampel uji tahap

(Cawan petri, Jarum inokulum/ose, bunsen) (Inkubator)

(Depkes RI, 1995 : 855-863)


Uji Endotoksin bakteri
a. Tujuan : Memperkirakan kadar endotoksin bakteri yang mungkin ada dalam baha uji.
b. Prinsip : Dilakukan dengan menggunakan LAL yang diperoleh dari ekstrak air amebosit dalam kepiting landam kuda,
Limulus polyphemus dibuat khusus sebagai pereaksi LAL untuk pembentukan jendal-gel. Penetapan titik akhir dilakukan
dengan membandingkan secara langsung enceran dari suatu zat uji dengan enceran endotoksin baku dan jumlah endotoksin
dinyatakan dalam unit endotoksin (UE).
c. Metode : Masukkan ke dalam tabung reaksi 10mm x 75 mm sejumlah volume yang telah ditentukan dari kontrol negatif,
kadar baku endotoksin spesimen dan kontrol sediaan positif. Ditambah pereaksi LAL yang telah dikonstitusi. Dicampur
spesimen atau campuran pereaksi LAL. Diinkubasi masing-masing tabung selama 60 menit kurang lebih 2 menit pada
suhu 37 C ± 1 C. Titik reaksi positif ditandai dengan terbentuknya gel yang stabil
o o
dan akan tetap melekat pada
dasar tabung pada saat dibalik180 .o

d. Penafsiran hasil : Tidak terbentuknya gel.

(Tabung reaksi)

(Depkes RI, 1995 : 905-907)


Uji Pirogen
(untuk volume sekali penyuntikan > 10 mL)

a.Tujuan : untuk membatasi resiko reaksi demam pada tingkat yang dapat diterima oleh pasien pada pemberian sediaan injeksi.
b.Prinsip : pengukuran kenaikan suhu kelinci setelah penyuntikan larutan uji secara IV dan ditujukan untuk sediaan yang dapat
ditoleransi dengan uji kelinci dengan dosis penyuntikan tidak lebih dari 10 mL/kg bb dalam jangka waktu tidak lebih dari 10
menit.
c.Hasil : setiap penurunan suhu dianggap nol. Sediaan memenuhi syarat bila tak seekor kelinci pun menunjukkan kenaikan suhu
0,5º atau lebih. Jika ada kelinci yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5º atau lebih lanjutkan pengujian dengan
menggunakan 5 ekor kelinci. Jika tidak lebih dari 3 ekor dari 8 ekor kelinci masing-masing menunjukkan kenaikan suhu 0,5º
atau lebih dan jumlah kenaikan suhu maksimum 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3º sediaan dinyatakan memenuhi syarat bebas
pirogen.

(Alat suntik hipodermik) (Termometer klinis)

(Depkes RI, 1995 : 908-909)


TERIMAKASIH
YAAAA

Anda mungkin juga menyukai