Anda di halaman 1dari 12

LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI

SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG

Nama : Isma Mayanti


NPM : A 161 097

I. DESKRIPSI UMUM ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN


I.1 ZAT AKTIF
Struktur Molekul :

(Gambar 1.1 struktur


Paclitaxel)
(Sumber :AHFS drug information, 2010)

BM : 853,906 g/mol
Pemerian : Putih untuk bubuk kristal putih
Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik
pH larutan : 4,4-5,6
pH stabilitas sediaan : -
data stabilitas : stabil secara kimia dan fisik hingga 48 jam ketika
disiapkan dan disimpan dalam wadah wadah
polyoletin pada suhu sekitar 20-23°c.
titik lebur : 216-217 °C (NTP, 1992)
Inkompatibilitas : ampotericin-B, chlorpromazine hcl, hydroxyzine
hcl, methylprednisolon sodium succinate, dan
mitoxantron hcl.
Kompatibilitas :-
(AHFS drug information, 2010)

I.2 ZAT TAMBAHAN


I.2.1 PEG 400
Rumus molekul :

1
(Gambar 1.2.1 struktur Polyetilene glikol)
(Sumber : Rowe R. C., et Al. 2009)

BM : 380-420.
Kelarutan : larut dalam air, dalam etanol (95%) P,
dalam aseton P, dalam glikol lain dan dalam
hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut
dalam eter P dan dalam hidrokarbon alifatik
Pemerian : cairan kental jernih, tidak berwarna atau
praktis tidak berwarna, bau khas lemah, agak
higroskopik.
pH : 4.0-7.0
fungsi : penambah kelarutan dan penstabil obat
dalam larutan
OTT :
Stabilitas : Sangat higroskopis walaupun higroskopis
turun dengan meningkatnya bobot molekul
(Rowe R. C., et Al. 2009)
I.2.2 Aqua Pro Injeksi
Sinonim : Aqua Pro Injektion
Rumus molekul : H2O
BM : 18,02
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa.
Kelarutan :-
pH :-
fungsi : Pembawa
OTT : Bereaksi dengan obat dan bahan tambahan
yang mudah terhidrolisis (terurai karena
adanya air) atau kelembaban pada suhu
tinggi, bereaksi kuat dengan logam alkali
Stabilitas : Stabil secara kimia dalam bentuk fisika
bagian dingin cairan uap
(Depkes RI, 1979)
I.2.3 NaCl
Bobot molekul : 58,44
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau
serbuk kristal putih, tiap 1g setara dengan

2
17,1 mmol NaCl. 2,54g NaCl ekivalen
dengan 1 g Na
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian
gliserol
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil
dapat menyebabkan pengguratan partikel
dari tipe gelas
pH : 6,7-7,3
OTT : logam Ag, Hg, Fe
Fungsi : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh
(pengisotonis)
Kontraindikasi : Untuk pasien penyakit hati perifer udem
atau pulmonali udem, kelainan fungsi ginjal.
Farmakologi : Berfungsi untuk mengatur distribusi air,
cairan dan keseimbangan elektrolit dan
tekanan osmotik cairan tubuh.
(Depkes RI, 1995)

II. URAIAN DAN ANALISI FARMAKOLOGI


II.1 Bentuk sediaan aktif
Paclitaxel 30 mg/5 ml dalam vial , Injeksi Intravena
Alasan :
Dibuat injeksi Paclitaxel secara intravena karena paclitaxel langsung
didistribusikan dalam pembuluh darah sehingga aksi obat lebih cepat.

II.2 Mekanisme kerja


Paclitaxel adalah senyawa anti-microtubular yang mendorong
mikrotubuus dari dimer-dimer tubulus dan menstabilkan mikrotubulus dengan
cara mencegah depolimerisasinya. Kestabilan mikrotubulus mencegah
penyusunan kemabli jaringan mikrotubulus yang penting terhadap fungsi
utama sel dalam interfase dan mitosis. Selain itu, Paclitaxel mendorong
pembentukan deret mikrotubulus yang abnormal sepanjang seluruh siklus sel
dan pembentukan beberapa mikrotubulus star-like selama mitosis.

II.3 Farmakokinetik (ADME)


II.3.1 Absorpsi

3
Ketika infus 24 jam 135 mg / m ^ 2 diberikan kepada pasien
kanker ovarium, konsentrasi plasma maksimum (Cmax) adalah 195 ng /
mL, sedangkan AUC adalah 6300 ng • h / mL.
II.3.2 Distribusi
Didistribusikan dalam pembuluh darah.
II.3.3 Metabolisme
Mengalami metabolisme di hati, yang diperantarai oleh
cytochrome P450 isoform CYP2C8 dan CYP3A4 yang berperan Minor
II.3.4 Eksresi
Diekskresi melalui empedu, hanya sekitar 1-12% diekskresi
melalui urin dalam bentuk utuh. Rerata waktu paruh eliminasi terminal
paclitaxel sekitar 3-50 jam.

II.4 Indikasi dan Dosis


2.4.1 Indikasi
Kanker payudara (lini kedua), ovarium (lini pertama & kedua)
2.4.2 Dosis
Dosis yang direkomendasikan : 175mg/m2 diberikan selama 3
jam dengan interval 3 minggu antar program.

II.5 Kontraindikasi
Hipersensitivitas berat terhadap Paclitaxel, macrogolglycerol ricinoleate,
dan komponen produk, wanita hamil dan menyusui, Pasien dengan jumlah
neutrophil <1.500/mm3.

II.6 Aturan pakai


Setiap 3 jam setiap 3 minggu

II.7 Efek samping


Efek samping yang sangat umum terjadi yaitu : infeksi, mielosupresi,
reaksi hipersensitivitas ringan, neurotoksisitas, hipotensi, brakikardia, alopesia,
artralgia, mialgia, neuropati perifer, mual, muntah, diare, peradangan mukosa.

II.8 Toksisitas

4
Tikus (ipr) LD50 = 32530 μg / kg. Gejala overdosis meliputi supresi
sumsum tulang, neurotoksisitas perifer, dan mucositis. Overdosis pada pasien
anak-anak dapat dikaitkan dengan toksisitas etanol akut.

II.9 Interaksi Obat


Hindari kontak dengan bahan PVC, Perlu premedikasi, Perlu pemantauan
hematologi, kardiovaskuler, sistem saraf, fungsi hati

III. FORMULA
3.1 Formula
R/ Paclitaxel 30 mg
PEG 400 10%
Aqua Pro Injeksi ad 5 ml
(Sarfaraz K. Niazi, 2004)
3.2 Alasan pemilihan formula
Dipilih Paclitaxel sebagai formula karena fungsi nya untuk mengobati
berbagai jenis kanker. Obat ini adalah obat kemoterapi kanker yang bekerja
dengan memperlambat atau menghentikan pertumbuhan sel kanker.

3.3 Alasan pemilihan zat tambahan pada formula


3.3.1 PEG 400
Digunakan PEG 400 karena zat aktif tidak larut dalam air dan
hanya larut dalam pelarut organik. Sedangkan pelarut organik tidak di
ijinkan masuk dalam tubuh sehingga zat aktif dapat dilarutkan dalam
PEG 400 sebagai peningkat kelarutan dan penstabil sediaan ketika
dilarutkan dalam aqua pro injeksi.
3.3.2 Aqua Pro Injeksi
Digunakan sebagai pembawa karena sediaan diinjeksikan melalui
intravena sehingga pembawa yang digunakan adalah air.
3.3.3 NaCl
Digunakan dalam sediaan karena larutan Hipotonis sehingga
diperlukan zat pengisotonis.

5
3.4 Perhitungan tonisitas
3.4.1 Perhitungan ∆tb

∆tb =

= = 0,014

Tabel 3.4.1 Perhitungan Delta tb


Zat ∆tb C a
Paclitaxel 0,014 0,6 0,0084
PEG 400 0,04 10 0,4
Jumlah 0,4084

3.4.2 Perhitungan Tonisitas

W=

W=

W = 0, 1937 (Hipotonis)
Tonisitas sebenarnya = 0,9 – 0, 193 = 0,707
NaCl yang ditambahkan = 0,9 – 0,707 = 0,193 gram/100 ml
3.4.3 Perhitungan Volume yang dilebihkan
Vial = n.c + 2 ml
= 3.5,3 + 2 ml
= 17,9 ml ~ 20 ml
3.4.4 Perhitungan Bahan Per unit
a. Paclitaxel = 30 mg x 3 = 90 mg

a. PEG 400 = x 5 ml = 0,5 ml x 3 = 1,5 ml

b. NaCl = x 5 ml = 0,00965 gram / 5 ml


= 9,65 mg x 3 = 28,95 mg
b. Aqua Pro Injeksi = ad 5 ml
3.4.5 Perhitungan Bahan Per Batch
c. Paclitaxel = 30 mg x 3 = 90 mg

= x 20 ml = 120 mg

d. PEG 400 = x 5 ml = 0,5 ml x 3 = 1,5 ml

6
= x 20 ml = 2 ml

e. NaCl = x 5 ml = 0,00965 gram / 5 ml


= 9,65 mg x 3 = 28,95 mg

= x 20 ml = 38,6 mg
f. Aqua Pro Injeksi = ad 20 ml

3.5 Penimbangan
a. Paclitaxel : 120 mg
b. PEG 400 : 2 ml
c. NaCl : 38,6 mg
d. Aqua Pro Injeksi : ad 20 ml

3.6 Pembuatan
Dalam beaker glass polyetilen glikol 400 dilarutkan dengan sedikit Aqua
Pro Injeksi, ditambahkan Paclitaxel hingga larut, selanjutnya ditambahkan sisa
Aqua Pro Injeksi, saring dengan membran Filter 0,22 mm dan masukkan dalam
vial, Prosedur diatas dilakukan secara aseptis dalam Laminar Air Flow.
Kemudian dilakukan evaluasi. (Sarfaraz K. Niazi, 2004)

3.7 Evaluasi sediaan (fisika, biologi, kimia)


3.7.1 Uji pH
Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indikator universal. Dengan pH meter : Sebelum digunakan, periksa
elektroda dan jembatan garam. Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter
: Bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel
dengan sedikit larutan uji. Baca harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk
pelarutan dengan pengenceran larutan uji.
(Depkes RI, 1995 )
3.7.2 Uji Kejernihan
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan
berlatar belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan

7
dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil
yang dapat dilihat dengan mata. (Lachman hal. 1355)
3.7.3 Uji Keseragaman Volume
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat
keseragaman volume secara visual.
(Depkes RI,1995 )
3.7.4 Uji Kebocoran
Letakkan ampul di dalam zat warna (biru metilen 0,5 – 1%)
dalam ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian
menyebabkan zat warna berpenetrasi ke dalam lubang, dapat dilihat
setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat warnanya.
(Lachman ,1994)
3.7.5 Uji Sterilitas
Asas : larutan uji + media perbenihan, inkubasi pada 20 o–25oC.
Kekeruhan atau pertumbuhan mikroorganisme (tidak steril) Metode uji :
Teknik penyaringan dengan filter membran ( dibagi menjadi 2 bagian )
lalu diinkubasi.
(Depkes RI,1995 )

Tabel 3.7 Jenis Evaluasi Sediaan


JENIS EVALUASI HASIL EVALUASI
1. EVALUASI FISIKA
a) Penetapan pH pH 4,4-5,6
b) Bahan partikulat dalam injeksi
Tidak ada
c) Penetapan volume injeksi dalam
Volume 5 ml
wadah
d) Uji keseragaman sediaan
e) Uji kejernihan
Seragam
f) Uji kebocoran
Jernih
2. EVALUASI BIOLOGI
a) Uji Efektivitas Sterilitas Tidak Bocor
Antimikroba (FI IV, 858-855)
b) Uji Sterilitas (FI IV,855-863)
c) Uji Endotoksin Bakteri (FI
Tidak dilakukan
IV,905-907)
d) Uji pirogen (FI IV,908-909) Tidak dilakukan
e) Uji kandungan zat antimikroba

8
(FI IV,939-942) Tidak dilakukan
f) Uji potensi antibiotik (FI IV,891-
Tidak dilakukan
899)

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

3.8 Penyimpanan
Simpan pada wadah aslinya dan pada suhu dibawah 30°C, terlindung dari
cahaya.

9
IV. KEMASAN, BROSUR, DAN LABEL
4.1 Kemasan Primer

4.2 Kemasan Sekunder

4.3 Brosur
dan
Etiket

10
11
V. DAFTAR PUSTAKA
American Society of Health-System Pharmacy.2010. AHFS drug information.
USA : ASHP Incorporation
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Direktorat
Jenderal Pengawasan Mutu Dan Makanan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Direktorat
Jenderan Pengawasan Mutu Dan Makanan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2008. Farmakope Indonesia, Edisi V, Direktorat
Jenderan Pengawasan Mutu Dan Makanan, Jakarta.
Lachman L. 1994 . Teori dan praktek farmasi industri. Jakarta : UI Press
Niazi, Sarfaraz K. 2004. Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations Sterile Products Volume 6. London, Washington DC: CRC
Press.
Rowe R. C., et Al. 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Sixth
Edition. London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation.

12

Anda mungkin juga menyukai