Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol. 8 No.

2 Agustus 2009, 50-55

MODEL KINETIKA INHIBISI SUBSTRAT PADA


PERTUMBUHAN KLUYVEROMYCES LACTIS

Akbarningrum Fatmawati
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Surabaya
Jalan Raya Kalirungkut Surabaya 60292
Email: akbarningrum@ubaya.ac.id

Abstrak

Limbah industri makanan seperti whey dapat dimanfaatkan sebagai substrat dalam proses
fermentasi. Kluyveromyces lactis adalah salah satu ragi yang dapat memetabolisme
kandungan laktosa dari whey. Pada perancangan proses fermentasi sangat diperlukan data
kinetika dan model pertumbuhan dari mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui model kinetika pertumbuhan batch Kluyveromyces lactis FNCC 3024 pada
substrat laktosa, glukosa dan galaktosa. Konsentrasi substrat divariasi sebesar 5, 10, 20, 50,
100 dan 150 g/L. Profil pertumbuhan ragi pada substrat glukosa dan laktosa menunjukkan
adanya inhibisi substrat sedangkan profil pertumbuhan pada substrat galaktosa inhibisi
substrat tidak tampak. Model kinetika inhibisi subtrat non-kompetitif lebih tepat digunakan
untuk substrat glukosa dan laktosa dengan kuadrat beda yang cukup kecil yaitu 9,956 x 10-3
untuk glukosa dan 3,777 x 10-3 untuk laktosa. Model kinetika Monod untuk substrat
galaktosa memberikan jumlah kuadrat residual terkecil yaitu 1,358 x 10-3. Laju pertumbuhan
spesifik maksimum yang dihasilkan dan pemodelan untuk substrat glukosa, laktosa dan
galaktosa berturut-turut adalah 0,295, 0,265 dan 0,147 jam-1.

Kata kunci : kinetika, pertumbuhan, inhibisi, substrat, Kuyveromyces lactis

Abstract

Food industry waste such as whey may be utilized as substrates in fermentation processes.
Kluyveromyces lactis is yeast that can metabolize the lactose content of whey. In fermentation
process design, the kinetics data and growth model of the microorganism are essential. This
research was done to identify the growth kinetic model of Kluyveromyces lactis FNCC 3024 in
lactose, glucose, and galactose substrates. Substrate concentration was varied as 5, 10, 20,
50, 100, and 150 g/L. Yeast growth profile in glucose and lactose substrates indicated
substrate inhibition effect, while the growth profile in galactose substrate did not. Non-
competitive substrate inhibition kinetic model was more suitable for glucose and lactose
models, with a relatively small sum of squares of errors, namely 9.956 x 10-3 for glucose and
3.777 x 10-3 for lactose. Monod kinetic model for galactose substrate produced the lowest
sum of squares of errors, namely 1.358 x 10-3. The maximum specific growth rate obtained
from the modeling for glucose, lactose, and galactose substrates were 0.295, 0.265, and 0.147
hour-1.

Keywords: kinetics, growth, inhibition, substrate, Kluyveromyces lactis

50
Model Kinetika Inhibisi Substrat (Akbarningrum Fatmawati)

1. Pendahuluan Persamaan (1) menunjukkan bahwa


Proses fermentasi merupakan proses peningkatan material sel sebanding dengan
yang menguntungkan untuk menghasilkan konsentrasi sel. Laju pertumbuhan spesifik
suatu produk. Pemanfaatan limbah industri (μ) merupakan fungsi konsentrasi substrat.
makanan dengan kandungan BOD yang masih Hubungan antara substrat dan laju
tinggi sebagai substrat fermentasi merupakan pertumbuhan spesifik paling sederhana
salah satu keuntungan proses fermentasi. adalah persamaan Monod sebagai berikut:
Whey merupakan limbah dari industri keju
yang masih mengandung gula laktosa dan  
= (2)
komponen lain. Dari proses pembuatan keju  +
bisa dihasilkan whey sebesar 85-95% (v/v)
setelah pengendapan kasein, dan whey Tetapi, pada konsentrasi substrat awal yang
tersebut masih mengandung 55% nutrien tinggi, laju pertumbuhan spesifik sel akan
susu. Komposisi dari whey antara lain adalah menurun. Hal ini disebabkan oleh inhibisi
92% air, 5% laktosa, 1,9% protein dan lemak, substrat terhadap pertumbuhan sel. Oleh
0,9% garam mineral dan sisanya berupa sebab itu model laju pertumbuhan spesifik
vitamin (Ghaly dkk., 2005). Pemanfaatan whey hams memperhitungkan pengaruh inhibisi
dapat dilakukan untuk media fermentasi, pada konsentrasi substrat yang tinggi. Model
salah satunya untuk menghasilkan etanol. inhibisi substrat tersebut antara lain adalah
Penelitian fermentasi etanol dari whey telah sebagai berikut (Shuler dan Kargi, 1992):
dilakukan oleh beberapa peneliti (Ghaly dan
Taweel, 1994, 1997; Kargi dan Ozmihci, 2005; • Noncompetitive substrate inhibition:
Zafar dan Owais, 2006). Kluyveromyces lactis µm (3)
µ =
adalah salah satu ragi yang dapat KS S
(1 + )( 1 + )
memetabolisme kandungan laktosa dan whey. S KI
Model kinetika pertumbuhan
mikroorganisme sangat diperlukan dalam • Competitive substrate inhibition:
perancangan proses fermentasi. Model (4)
µ m .S
tersebut dapat digunakan untuk memprediksi µ =
S
pengaruh parameter-parameter operasi K S (1 + )+S
KI
fermentasi terhadap laju pertumbuhan,
konsentrasi sel dan laju penggunaan substrat
oleh sel. Penentuan parameter kinetika 2. Metodologi
pertumbuhan lebih sulit dilakukan pada Pada penelitian ini mikroorganisme
medium kompleks seperti whey. Oleh sebab yang digunakan adalah ragi Kluyveromyces
itu pada penelitian ini dilakukan penentuan lactis FNCC 3024 yang diperoleh dari PAU
model kinetika pertumbuhan Kluyveromyces UGM.
lactis FNCC 3024 pada medium sintetis
dengan substrat laktosa, glukosa dan Persiapan Inokulum dan Fermentasi
galaktosa. Konsentrasi substrat yang rendah Inokulum dari ragi Kluyveromyces
akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lactis FNCC 3024 diperoleh dengan
rendah sedangkan konsentrasi substrat yang membiakkan ragi tersebut pada MRS agar
tinggi akan menghambat pertumbuhan. Pada pada suhu 30°C selama 48 jam. Kemudian
penelitian ini digunakan model kinetika sebanyak 2 koloni dari biakan tersebut
inhibisi substrat untuk mengetahui pengaruh dipindahkan dalam medium cair dengan
konsentrasi substrat terhadap laju komposisi substrat (laktosa, glukosa atau
pertumbuhan spesifik Kluyveromyces lactis galaktosa) 20 g/L, dan mineral medium, yaitu
FNCC 3024. (NH4)2SO4 5 g/L, K2SO4 6,58 g/L, KH2PO4 3
Pada sistem batch, pertumbuhan g/L, dan MgSO4.7H2O 0,5 g/L. Pertumbuhan
mikroorganisme terdiri dari beberapa fase dalam medium cair tersebut dilakukan pada
yaitu fase lag, eksponensial, stasioner, labu erlenmeyer yang digoyang pada shaker
penurunan laju pertumbuhan dan kematian. dengan kecepatan 120 rpm selama 24 jam.
Pada fase eksponensial, pertumbuhan sel Inokulum sebanyak 10% v/v dimasukkan
mengikuti persamaan orde 1 sebagai berikut: dalam medium fermentasi dengan variasi
konsentrasi substrat 5, 10, 20, 50, 100 dan
 150 g/L. Selain substrat gula, medium

=  (1) fermentasi mengandung mineral dengan

51
Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 8 No. 2 Agustus 2009

komposisi seperti pada media inokulum, ∂µ - µm (10)


=
vitamin steril, serta trace element. Kandungan ∂ Ks 
2
KS   S 
dari trace element antara lain adalah EDTA 15 1 +  1 + S
mg/L, ZnSO4.7H2O 4,5 mg/L, CoCl2.6H2O 0,3  S   K I 
mg/L, MnCl2.4H2O 1 mg/L, CuSO4.2H2O 0,3 ∂µ µ m .S (11)
=
mg/L, CaCl2.2H2O 4,5 mg/L, FeSO4.7H2O 3 ∂µ m  KS  S 
2

mg/L, NaMoO4.2H2O 0,4 mg/L, H3BO3 1 mg/L 1 +   1 +  K I 2


dan KI 0,1 mg/L. Fermentasi dilakukan pada  S  K I 

volume medium sebesar 300 mL dalam


erlenmeyer 500 mL yang digoyang pada • Competitive substrate inhibition:
shaker dengan kecepatan 120 rpm.
Pengambilan sampel dilakukan tiap jam untuk ∂µ S
mengukur konsentrasi sel selama = (12)
∂µ m  S 
pertumbuhan dengan menggunakan K S  1 +  + S
spektrofotometer pada panjang gelombang  KI 
660 nm. S
- µ m S (1 + )
∂µ KI (13)
Perhitungan laju pertumbuhan spesifik =
∂K S   S  
2
dan parameter kinetika  
 K S 1 + + S
Laju pertumbuhan spesifik rata-rata   K I  
dihitung dengan mengintegralkan persamaan
(1) sehingga diperoleh persamaan:
∂µ µ m .S 2 K S (14)
=
ln( X t ) − ln( X 0 ) ∂K I  2

2
µ= (5)  S 
tt − t0  K S  1 +  + S  K I 2
  KI  
Dari beberapa data pertumbuhan batch Proses perhitungan parameter-
untuk masing-masing konsentrasi substrat, parameter kinetika dengan metode Gauss
dapat diperoleh data laju pertumbuhan Newton di atas kemudian diselesaikan
spesifik. Parameter kinetika berupa µm, KS dan menggunakan program Mathcad.
KI diperoleh dengan menggunakan regresi
non linear metode Gauss Newton untuk 3. Hasil dan Pembahasan
masing-masing model Monod, inhibisi Profil pertumbuhan Kluyveromyces
substrat kompetitif dan non-kompetitif. lactis FNCC 3024 dapat dilihat pada Gambar 1.
Metode ini meminimalkan jumlah kuadrat Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
residual sebagai berikut (Chapra dan Canale, pertumbuhan pada substrat glukosa dan
1988): laktosa menghasilkan waktu fase lag yang
hampir sama, sedangkan pada substrat
∂µ(Si ) j ∂µ(Si ) j ∂µ(Si ) j galaktosa menunjukkan waktu fase lag yang
µi − µ(Si ) j = ∆µm + ∆KS + ∆KI
∂µm ∂KS ∂KI lebih lama.
(6) Konsentrasi sel maksimum yang
Metode terebut dapat dilakukan dengan dihasilkan pada substrat galaktosa juga lebih
membuai turunan pertama µm terhadap rendah bila dibandingkan dengan substrat
masing-masing parameter sebagai berikut: glukosa dan laktosa. Dari panjangnya fase lag
• Monod: dan rendahnya konsentrasi sel yang
∂µ S dihasilkan menunjukkan bahwa galaktosa
= (7) lebih sulit untuk dimetabolisme oleh
∂µ m KS + S
Kluyveromyces lactis FNCC 3024 dibandingkan
∂µ - µm S substrat glukosa dan laktosa. Dari kurva
= (8)
∂K S (K S + S )2 pertumbuhan pada Gambar 1 laju
pertumbuhan spesifik pada masing-masing
• Non-competitive substrate inhibition: substrat dengan berbagai konsentrasi dapat
∂µ 1 (9) diperoleh. Harga laju pertumbuhan spesifik
= tersebut ditampilkan pada Tabel 1. Dari tabel
∂µ m  K S 
 S 
1 + 1 +  tersebut dapat terlihat bahwa pertumbuhan
 S   K I  pada substrat glukosa merupakan

52
Model Kinetika Inhibisi Substrat (Akbarningrum Fatmawati)

pertumbuhan yang paling cepat bila Pada Tabel 1 juga dapat terlihat adanya
dibandingkan dengan substrat laktosa dan penurunan laju pertumbuhan spesifik untuk
galaktosa. Laktosa merupakan disakarida dan substrat glukosa dan laktosa pada konsentrasi
sel harus memecah laktosa terlebih dahulu substrat yang tinggi. Sedangkan pada
menjadi glukosa dan galaktosa sehingga galaktosa, pernurunan laju pertumbuhan
pertumbuhan pada substrat laktosa lebih spesifik tersebut tidak tampak. Hal ini
lambat dibandingkan dengan pertumbuhan menunjukkan adanya inhibisi substrat
pada glukosa. glukosa dan laktosa terhadap pertumbuhan
Kurva Pertumbuhan pada Glukosa ragi Kluyveromyces lactis FNCC 3024. Oleh
sebab itu pemodelan laju pertumbuhan
50
spesifik substrat glukosa dan laktosa
40 dilakukan dengan mengikuti model inhibisi
30 substrat sedangkan untuk substrat galaktosa
OD

20
menggunakan model Monod.
10
Tabel 1. Pertumbuhan spesifik pada
0 masing-masing substrat
0 5 10 15 20 25 30

5 g/l 10 g/l
waktu, jam
20 g/l 50 g/l 100 g/l 150 g/l Konsentrasi
µ , jam-1

(a) Substrat, g/L Laktosa Glukosa Galaktosa


5 0,1110 0,1160 0,1383
Kurva Pertumbuhan pada Laktosa 10 0,1907 0,26667 0,1094
20 0,2220 0,2187 0,1262
50
50 0,1475 0,1540 0,14724
40
100 0,1644 0,10579 0,1420
30
150 0,1574 0,1720 0,1638
OD

20

10 Model inhibisi substrat kompetitif


0 untuk glukosa dan laktosa tidak dapat
0 5 10 15
waktu, jam
20 25 30 digunakan. Pada proses perhitungan
5 g/l 10 g/l 20 g/l 50 g/l 100 g/l 150 g/l menggunakan model tersebut dihasilkan
matriks singular sehingga perhitungan tidak
(b)
dapat dilanjutkan Dengan demikian model
inhibisi subtrat non competitive lebih tepat
Kurva Pertumbuhan pada Galaktosa
digunakan untuk substrat glukosa dan laktosa.
50 Harga parameter-parameter
40
pertumbuhan model kinetika inhibisi substrat
glukosa dan laktosa serta model kinetika
30
Monod untuk substrat galaktosa ditunjukkan
OD

20
pada Tabel 2. Dari tabel tersebut dapat dilihat
10 bahwa glukosa memberikan harga laju
0 pertumbuhan spesifik maksimum (μm) yang
0 5 10 15 20 25 30
waktu, jam paling tinggi dibandingkan dua substrat yang
5 g/l 10 g/l 20 g/l 50 g/l 100 g/l 150 g/l lain. Harga laju pertumbuhan maksimum
substrat galaktosa yang jauh lebih rendah bila
(c) dibandingkan dengan substrat yang lain
Gambar 1. Profil pertumbuhan K. lactis sesuai dengan profil kurva pertumbuhan pada
FNCC 3024 pada substrat Gambar 1 yang menunjukkan panjangnya fase
(a) Glukosa; (b) laktosa dan (c) galaktosa lag dan rendahnya konsentrasi sel maksimum

Tabel 2. Parameter kinetika pertumbuhan


Substrat Model µ m , jam-1 KS, g/L KI, g/L (µ perc − µ mod el )
2

Laktosa Inhibisi substrat non kompetitif 0,269 4,833 173,628 0,003777


Glukosa Inhibisi substrat non kompetitif 0,295 3,877 147,576 0,009956
Galaktosa Monod 0,147 1,047 - 0.0013 5S

53
Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 8 No. 2 Agustus 2009

yang dihasilkan. Ghaly dkk. (2005) 4. Kesimpulan


menghasilkan data percobaan μm untuk Profil pertumbuhan ragi pada substrat
substrat laktosa oleh ragi Kluyveromyces glukosa dan laktosa menunjukkan adanya
fragilis NRS 5790 sebesar0,23 jam-1 dengan KS inhibisi substrat, sedangkan pada profil
1,91 g/L serta KI 75 g/L. Model kinetika pertumbuhan pada substrat galaktosa, inhibisi
Monod untuk substrat galaktosa memberikan substrat tidak tampak. Pemodelan kinetika
jumlah kuadrat residual yang terkecil (1,358 x pertumbuhan ragi Kluwvromyces lactis FNCC
10-3) dibandingkan dengan jumlah kuadrat 3024 telah dilakukan untuk tiga jenis substrat
residual model kinetika inhibisi substrat yaitu glukosa, laktosa, dan galaktosa. Model
untuk glukosa (9,956 x 10-3) dan laktosa kinetika inhibisi substrat kompetitif tidak
(3,777 x 10-3). Perbedaan data percobaan dan dapat digunakan untuk substrat glukosa dan
pemodelan juga ditunjukkan pada Gambar 2. laktosa. Model kinetika inhibisi subtrat non-
Dari gambar tersebut juga dapat terlihat kompetitif lebih tepat digunakan untuk
bahwa simpangan data terbesar ditunjukan substrat glukosa dan laktosa dengan kuadrat
oleh substrat glukosa. Sedangkan pada beda yang cukup kecil yaitu 9,956 x 10-3 untuk
substrat galaktosa, data percobaan jauh lebih glukosa dan 3,777 x 10-3 untuk laktosa. Model
mendekati model. kinetika Monod untuk substrat galaktosa
Laju Pertumbuhan Spesifik pada Glukosa memberikan jumlah kuadrat residual terkecil
0.3
yaitu 1,358 x 10-3. Laju pertumbuhan spesifik
Model maksimum yang dihasilkan dari pemodelan
0.25
Data percobaan untuk substrat glukosa, laktosa dan galaktosa
0.2
berturut-turut adalah 0,295, 0,265, dan 0,147
µ , 1/jam

0.15 jam-1.
0.1

0.05 Ucapan Terima Kasih


0 Penulis mengucapkan terima kasih pada
0 50 100
[substrat], g/l
150 200 Henrie Kurniawan dan Cecillia Kurniawati
untuk data percobaan dalam penulisan
(a) makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis
Laju Pertumbuhan Spesifik pada Laktosa sampaikan pada Endah Asmawati, S.Si, M.Si
0.3 atas masukannya pada proses pemodelan.
Model
0.25 Data percobaan

0.2 Daftar Notasi


µ , 1/jam

0.15
KS konsentrasi substrat [g/L]
0.1
dimana μ = ½ μm
0.05
KI konsentrasi substrat [g/L]
0
dimana substrat mulai
0 50 100 150 200 menghambat
[substrat], g/l
pertumbuhan
(b)
OD optical density
Laju Pertumbuhan Spesifik pada Galaktosa (absorbansi broth)
0.3
Model
S konsentrasi substrat [g/L]
0.25
Data percobaan t waktu [jam]
0.2
µ , 1/jam

t0 waktu awal fase [jam]


0.15
eksponensial
0.1
tt waktu akhir fase [jam]
0.05
eksponensial
0
0 50 100 150 200 X konsentrasi sel [g/L]
[substrat], g/l
X0 konsentrasi sel awal fase [g/L]
(c)
eksponensial
Gambar 2. Profil laju pertumbuhan
spesifik dari model dan data percobaan Xt konsentrasi sel akhir fase [g/L]
terhadap substrat eksponensial
(a) glukosa (b) laktosa dan (c) [substrat] konsentrasi substrat [g/L]
galaktosa µ laju pertumbuhan [jam-1]

54
Model Kinetika Inhibisi Substrat (Akbarningrum Fatmawati)

spesifik whey, Biomass and Bioenergy, 1997, Vol.


µm Laju pertumbuhan [jam-1] 12(6), 461-472.
spesifik maksimum
Ghaly, A. E.; Kamal, M.; Correia, L. R., Kinetic
µperc Laju pertumbuhan [jam-1]
modelling of continuous submerged
spesifik dari data
fermentation of cheese whey for single cell
percobaan
protein production, Bioresource Technology,
µmodel Laju pertumbuhan [jam-1] 2005, Vol. 96(10), 1143-1152.
spesifik dari percobaan
Kargi, F.; Ozmihci, S., Utilization of cheese whey
Daftar Pustaka powder (CWP) for etlianol fermentation: effect
Chapra, S. C.; Canale, R. P., Numerical Methods of operating parameters, Enzyme and
for Engineers; McGraw-Hill, 1988; 358-362. Microbial Technology, 2005, Vol. 38(5), 711-
718.
Ghaly, A. E.; Taweel, A. E., Kinetic modelling of
batch production of ethanol from cheese whey, Shuler, M. L.; Kargi, F., Bioprocess Engineering
Biomass and Bioenergy, 1994, Vol. 6(6), 465- Basic Concepts; Prentice Hall, 1992.
478.
Zafar, S.; Owais, M., Ethanol production from
Ghaly, A. E.; Taweel, A. E., Kinetic modelling of crude whey by Kluyveromyces marxianus,
continuous production of ethanol from cheese Biochemical Engineering Journal, 2006, Vol.
27(3), 295-298.

55

Anda mungkin juga menyukai