BPS3202
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES
Modul Praktikum:
Fermentasi (FER)
Dosen: Dr. Merry Meryam Martgrita, S.Si, M.Si
Adelina Manurung, S.Si, M.Sc
Kelompok : LABTEK/1819/01
Fernanda Siallagan (31S16027)
Nehemia Hutajulu (31S16024)
Romauli Pangaribuan (31S14007)
Tanggal Praktikum:
4-5 Maret 2019
Dr. Merry Meryam Martgrita, S.Si, M.Si Adelina Manurung, S.Si, M.Sc
Tanggal :_______________
ABSTRAK
Fermentasi adalah proses penguraian senyawa-senyawa organik dengan bantuan enzim untuk
menghasilkan energi. Pada praktikum ini, fermentasi dilakukan secara aerob dengan
menggunakan media YPG (Yeast Extract Pepton Glyserol). Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan sel, sisa gula pereduksi pada media, serta laju pertumbuhan spesifik.
Mikroba yang digunakan yaitu Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus niger. Untuk
masing-masing fermentor digunakan inokulum dengan konsentrasi 10%v/v dari volume kerja.
Adapun volume kerja untuk praktikum ini adalah 700 mL.
Berdasarkan percobaan diperoleh hasil bahwa konsentrasi sel semakin meningkat seiring
pada fermentor berisi kultur Saccharomyces cerevisiae dan fermentor berisi kultur Aspergillus
niger. Dengan Aspergillus niger mencapai titik awal fasa stasioner setelah 18 jam, sedangkan
titik awal fasa stasioner pada Saccharomyces cerevisiae belum ditentukan. Dari percobaan
diperoleh bahwa konsentrasi gula dalam masing-masing fermentor menurun, dengan konsumsi
gula oleh Aspergillus niger lebih tinggi dibandingkan Saccharomyces cerevisiae. Laju
pertumbuhan spesifik pada Aspergillus niger sebesar 0.7653 sel/jam dan Saccharomyces
cerevisiae sebesar 0.0671 sel/jam.
Kata Kunci : Saccharomyces cerevisiae , Aspergillus niger, Pertumbuhan sel, Sisa gula
pereduksi pada media, Laju pertumbuhan spesifik
BAB I
PENDAHULUAN
TEORI DASAR
II.1. Pengertian
Fermentasi berasal dari Bahasa Latin yaitu ‘fervere’ yang berarti mendidih (to boil).
Arti kata ‘fervere’ tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan bergelembung atau mendidih
yang disebabkan karena adanya aktivitas ragi. Gelembung-gelembung karbondioksida
dihasilkan dari katabolisme anaerobik terhadap kandungan gula. Fermentasi mempunyai
beberapa pengertian. Menurut definisi dalam biokimia, fermentasi berarti proses konversi
glukosa secara anaerobik, walaupun dewasa ini, khususnya di teknologi bioproses, fermentasi
dapat diartikan sebagai seluruh proses konversi mikrobial dan enzimatik (Shuler dan Kargi,
2002).
Dewasa ini, fermentasi dilakukan dengan teknik padat teknologi dengan menggunakan
fermentor/bioreaktor canggih yang dilengkapi dengan sistem pengendalian kondisi operasi,
dan produk akhir yang ingin dicapai dapat berupa produk yang terdiferensiasi secara kimia.
Contoh produk-produk yang dihasilkan dengan teknologi fermentasi modern antara lain adalah
bioetanol, asam asetat, penisilin, mononatrium glutamat (MSG), dan enzim-enzim.
Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroorganisme pada substrat organik
yang sesuai. Aktivitas mikroorganisme dapat dilihat melalui kurva pertumbuhan
mikroorganisme tersebut yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 1.1 Kurva pertumbuhan sel pada kultur batch (Mutia, 2007)
a. Fase adaptasi yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan pembentukan enzim-
enzim untuk mengurai substrat
b. Fase logaritmik merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak, aktivitas
sel meningkat, dan fase ini merupakan fase yang penting bagi kehidupan mikroba
c. Fase pertumbuhan statis yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati
relatif seimbang. Banyak senyawa metabolit sekunder yang dapat dipanen pada fase ini
d. Fase kematian yaitu fase dimana jumlah sel-sel yang mati lebih banyak daripada sel-
sel yang masih hidup
Pada fase logaritmik, laju pertumbuhan sel mengikuti laju pertumbuhan orde satu
berikut:
dX
= μX...........................................................Pers.1
dt
Nilai konstanta μ bersifat konstan dan biasanya dinyatakan dinyatakan sebagai laju
pertumbuhan sel spesifik. Sebagaimana laju reaksi kimia, laju pertumbuhan mikroba
bergantung pada konsentrasi nutrien. Dalam hubungan Monod-Type biasanya μ dinyatakan
sebagai fungsi konsentrasi substrat terbatas (S).
S
μ = μmax [(K ]...................................................Pers.2
s +S)
Selain aplikasi di atas, banyak ketertarikan pada proses teknologi SSF. Kebanyakan
dari aplikasi tersebut menghasilkan produk-produk seperti enzim, pigmen, senyawa aromatik,
senyawa kimia, antibiotik, dan agen pengontrol biologis. Selain itu banyak aplikasi
penggunaan mikroorganisme dalam SSF sebagai bagian dari proses perantara, yaitu pewarnaan
zat warna, biobleaching, biopulping, dan bioremediation.
Fermentasi terendam dilakukan dalam media cair menggunakan bioreaktor yang dapat
berupa labu yang diberi aerasi, labu yang digoyang dengan shaker atau fermentor.
Dibandingkan dengan medium padat, medium cair mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
a. Jenis dan konsentrasi komponen-komponen medium dapat diatur sesuai dengan yang
diinginkan
b. Dapat memberikan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan
c. Pemakaian medium lebih efisien
Fermentasi terendam merupakan cara fermentasi yang sejak lama dipraktekkan untuk
memproduksi berbagai produk fermentasi, misalnya produksi asam asetat secara tradisional.
Fermentasi ini mulai ditinggalkan sejak fermentasi terendam terbukti lebih efisien, khususnya
dalam memproduksi produk-produk fermentasi yang bernilai ekonomis tinggi dan
menghendaki sterilitas yang tinggi seperti produksi antibiotik. Jenis-jenis fermentor industri
untuk sistem terendam umumnya terbagi menjadi jenis kolom (bubble column dan loop
reactor).
Diperlukan beberapa kelengkapan tertentu untuk suatu fermentor industri yaitu:
LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
Stok kultur
S. cerevisiae
Kultur S.
cerevisiae yang
telah diremajakan
Kultur A.niger
yang telah
diremajakan
Air ; nutrisi
; substrat
A
A
Sel S.
cerevisiae
A
A
Inokulum
Sel A.niger
Inokulum
Inokulum
Gambar III.2.6 Diagram alir persiapan inokulum untuk pembuatan kurva baku sel
S.cerevisiae
Sel A.niger
Inokulum
Dimasukkan ke
Inokulum dalam fermentor
Disentrifugasi dengan
kecepatan ω = 6000 rpm Pellet
Supernatan
Dianalisis gula
pereduksinya
Pelet
Ditimbang
Berat
kering sel
Disentrifuga dengan
kecepatan 6000 rpm selama Pelet
15 menit
Supernatan
Gambar III.2.8 Diagram alir uji sisa gula pereduksi dengan metode DNS
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fermentasi dapat didefinisikan sebagai proses biologikal yang terjadi tanpa adanya
keterlibatan rantai respirasi, baik dengan oksigen ataupun nitrat sebagai akseptor elektron
terakhirnya. Dalam keadaan tersebut, yang terjadi hanyalah oksidasi parsial dari senyawa
organik dan hanya sejumlah kecil energi yang dibebaskan, sedangkan sisanya berada di dalam
produk.
Pada percobaan ini, dilakukan fermentasi dengan menggunakan mikroorganisme A.
niger dan S. cerevisiae dalam media cair YPG (Yeast extract, Pepton, Gliserol). Variasi pada
percobaan ini adalah mikroba yang digunakan dengan jumlah nutrisi yang diberikan sama dan
perlakuan serta kondisi lingkungan yang sama. Pada praktikum ini, dilakukan perhitungan
secara tidak langsung yaitu dengan alat spektrofotometer yang menghasilkan data absorbansi.
Data absorbansi dikonversi menjadi konsentrasi sel dan konsentrasi glukosa tiap waktu dengan
menggunakan kurva baku sel dan kurva baku glukosa. Nilai konsentrasi yang diperoleh
selanjutnya diplot terhadap waktu untuk memperoleh kurva tumbuh A. niger dan S. cerevisiae
selama proses fermentasi.
0,8
0,7
0,6
y = 644,37x + 0,0269
Absorbansi
0,5
R² = 0,9958
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012
Konsentrasi sel (g/ml)
Gambar IV. 2 Kurva baku Saccharomyces cerevisiae
Dari grafik pada gambar IV.3, dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan A. niger
meningkat seiring berjalannya waktu. Saat t=0 jam sampai t=6 jam, A. niger berada pada fasa
lag (fasa adaptasi). Kemudian pada t=7 jam sampai t=12 jam mengalami pertumbuhan sel (fasa
logaritmik/eksponensial). Selama pertumbuhan sel, produktivitas sel akan semakin berkurang
sehingga terdapat suatu keadaan dimana jumlah sel yang hidup dan jumlah sel yang mati relatif
seimbang atau disebut dengan fasa stasioner. Keadaan tersebut dimulai dari t=13 jam hingga
t=24 jam.
Laju pertumbuhan S.cerevisiae juga dapat diamati melalui grafik pada gambar IV.3.
S.cerevisiae mengalami fasa lag (fasa adaptasi) saat t=0 jam sampai t=6 jam. Kemudian fasa
pertumbuhan sel (fasa logaritmik/eksponensial) terjadi saat t=7 jam sampai t=24 jam.
-4
y = 0,7653x - 14,248
-6 R² = 0,8152
-8
-10
-12
Waktu (jam)
-7,2
0 5 10 15 20 25 30
-7,4
-7,6
Ln Konsentrasi Sel
-7,8
-8 y = 0,0671x - 9,0085
R² = 0,9509
-8,2
-8,4
-8,6
-8,8
Waktu (jam)
Gambar IV.6 Laju pertumbuhan spesifik S.cerevisiae
Dari persamaan laju pada masing-masing variasi substrat, dapat ditentukan laju
pertumbuhan sel dalam waktu 1 jam dengan persamaan Monod:
ln X = μt + ln X0
Melalui persamaan Monod, dapat ditentukan nilai konstanta 𝜇 yang bersifat konstan
dan dinyatakan laju yang spesifik untuk satu nilai konsentrasi awal untuk setiap konsentrasi
substrat.
Tabel IV.1 Laju pertumbuhan spesifik A. niger dan S. cerevisiae
Mikroorganisme Persamaan regresi fase Korelasi μ (jumlah sel/jam)
eksponensial
A. niger y = 0.7653x - 14.248 0.8152 0.7653
S. cerevisiae y = 0.0671x - 9.0085 0.9509 0.0671
Dari nilai korelasi pada masing-masing mikroorganisme, dapat dilihat bahwa nilai µ
pada A. niger lebih tinggi daripada nilai µ pada S.cerevisiae sehingga dapat disimpulkan bahwa
A. niger dapat bertumbuh lebih baik pada media YPG (Yeast extract, pepton, gliserol)
dibandingkan S. cerevisiae.
Pada praktikum ini, ditentukan kurva sisa gula pereduksi pada Fermentor berisi kultur
Saccharomyces cereviseae dan Aspergillus niger. Kurva sisa gula pereduksi merupakan kurva
yang menghubungkan nilai antara konsentrasi sisa gula pereduksi terhadap waktu fermentasi.
Konsentrasi sisa gula pereduksi ditentukan berdasarkan nilai absorbansi yang diperoleh dari
alat spektrofotometer.
Kurva sisa gula pereduksi ditentukan dari persamaan kurva baku glukosa, selanjutnya
ditentukan konsentrasi gula setiap jam. Profil sisa gula pereduksi pada Fermentor berisi kultur
Saccharomyces cereviseae dan fermentor berisi kultur Aspergillus niger yang ditunjukkan oleh
gambar IV.7 sebagai berikut.
30
Konsentrasi (g/ml) 25 Kurva sisa gula
pereduksi
20 Aspergillus niger
15
Kurv sisa gula
10 pereduksi
Saccharomyces
5 cerevisiae
0
0 10 20 30
Waktu (jam)
Gambar IV.7 Kurva Sisa Gula Pereduksi pada fermentor berisi kultur Saccharomyces
cereviseae dan fermentor berisi kultur Aspergillus niger
Pada grafik di atas, diperoleh kurva sisa gula pereduksi pada fermentor berisi kultur
Saccharomyces cereviseae dan fermentor berisi kultur Aspergillus niger semakin lama
semakin menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa selama fermentasi berlangsung terdapat
penggunaan gliserol oleh Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus niger sebagai sumber
karbon dan sumber energi untuk pertumbuhannya, sehingga konsentrasi gliserol semakin
berkurang seiring pertambahan waktu fermentasi hingga akhirnya substrat habis (konsentrasi
substrat 0).
Penggunaan gliserol oleh A.niger dan S.cerevisiae dapat dilihat pada tabel di atas
dengan ∆t adalah selisih waktu awal dan akhir fasa pertumbuhan, ∆C adalah selisih konsentrasi
sel awal dan akhir selama fasa pertumbuhan, dan ∆C/∆t adalah jumlah penggunaan gliserol.
Perhitungan tabel di atas dapat dilihat pada Lampiran B.6. Pada tabel di atas dapat dilihat
penggunaan gliserol oleh A.niger dan S.cerevisiae tidak jauh berbeda tiap jam.
Selama pertumbuhan diperlukan nutrisi. Semakin besar pertumbuhan maka semakin
banyak jumlah nutrisi yang dikonsumsi. Melalui grafik pada gambar IV.7 terlihat bahwa
jumlah gliserol yang dikonsumsi selama fermentasi oleh Aspergillus niger berbeda namun
tidak terlalu jauh dibandingkan Saccharomyces cereviseae.
Tabel IV.3 Penggunaan gliserol dan laju pertumbuhan spesifik A. niger dan S. cerevisiae
∆C/∆t (g/mL.jam) μ (jumlah sel/jam)
A.niger 0,3852 0.7653
S.cerevisiae 0,5138 0.0671
Dari grafik pada gambar IV.3, dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan A. niger lebih
tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan S. cerevisiae. Artinya A. niger lebih mudah
menggunakan gliserol sebagai sumber karbon dibandingkan S. cerevisiae. Jika dilihat dari
penurunan kadar glukosa, laju penurunan kadar glukosa antara S. cerevisiae dan A. niger,
penurunan keduanya tidak terlalu berbeda. Walaupun kadar nutrisi yang oleh mikroba yang
berbeda adalah sama, pertumbuhan dan perkembangannya belum tentu sama. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh faktor metabolisme kedua organisme tersebut yang berpengaruh pada
efisiensi pengubahan nutrisi menjadi energi yang digunakan untuk pertumbuhan. Sehingga
menyebabkan laju pertumbuhan A. niger lebih tinggi dibandingkan S. cerevisiae.
BAB V
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan A. niger pada media YPG(Yeast extract, pepton, gliserol) lebih
tinggi dibandingkan laju pertumbuhan S. cerevisiae pada media YPG.
2. Konstanta laju pertumbuhan spesifik A. niger lebih tinggi dibandingkan laju
pertumbuhan spesifik S. cerevisiae.
3. Laju penurunan gliserol pada A. niger lebih tinggi dibandingkan laju penurunan
gliserol pada S. cerevisiae.
4. Laju pertumbuhan A. niger dan S. cerevisiae sebanding dengan laju penurunan
gliserol pada media YPG sebagai sumber karbon.
5. Laju pertumbuhan dan penurunan gliserol pada A. niger lebih tinggi dibandingkan
dengan laju pertumbuhan dan penurunan gliserol pada S. cerevisiae.
V.2 Saran
Agar tujuan praktikum dapat dicapai dengan baik, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
• Ketelitian praktikan dalam hal pengukuran, baik dalam mengukur (menimbang) berat
sel ataupun dalam penggunaan spektrofotometer.
• Pengambilan sampel harus tepat pada waktu yang telah ditentukan yaitu satu jam sekali,
agar diperoleh nilai absorbansi dan kurva tumbuh sel yang lebih akurat.
• Pengadukan fermentor agar tidak terlalu cepat dan merata, agar sel bakteri tidak stress
dan bertumbuh dengan maksimal.
• Pengaturan suhu fermentor yang statis (tetap) pada suhu optimum pertumbuhan yaitu
370C A. niger dan S. cerevisiae
DAFTAR PUSTAKA
Domain: Eukaryota
Kingdom: Fungi
Filum: Ascomycota
Subfilum: Pezizomycotina
Kelas: Eurotiomycetes
Ordo: Eurotiales
Famili: Trichocomaceae
Genus: Aspergillus
Spesies: A. niger
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
Sehingga untuk campuran nutrien dan substrat dibuat sebanyak 630 mL dalam masing-
masing fermentor sesuai substrat yang ditugaskan.
Dik : persamaan kurva laju pertumbuhan spesifik sel : 𝑦 = 0.0378𝑥 − 5.7601 dimana
persamaan tersebut sama dengan persamaan Monod : ln 𝑋 = 𝜇𝑡 + ln 𝑋0 dimana
Ln X = y ; 𝑡 = 𝑋 ; 𝐿𝑛 𝑋0 = 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝𝑡 = −5.7601
𝜇 = 0.0378 sel/jam
Contoh perhitungan konsentrasi sisa gula pereduksi pada substrat laktosa 5%b/v pada t
= 3 jam
Dik : Persamaan kurva baku glukosa : 𝑦 = 0.0169𝑥 + 0.0361, dimana y = absorbansi dan x =
konsentrasi
Dit : [Sel]
0.883 − 0.0361
𝑥= = 50.1124
0.0169
Jadi, konsentrasi sel pada substrat laktosa 5%b/v pada t = 3 jam adalah 50.1124.
0,4
0,35 y = 156,88x + 0,0529
R² = 0,9576
0,3
Absorbansi (nm)
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002
Konsentrasi sel (g/ml)
0,8
0,7
0,6
Absorbansi
0,120
0,100
0,080
0,060
0,040
0,020
0,000
0 1 2 3 4 5 6 7
Waktu (jam)
Suspensi Berat
Berat Berat Berat ABS
falcon Konsentrasi
Falcon kering kering 600
Inokulum NaCl + sel sel (g/mL)
(g) sel (g) sel (g) nm
(g)
1 5.9359 5.953 0.01663
14 1 0.01665 0.00111 0.7472
2 5.9355 5.952 0.01667
1 5.9194 5.935 0.01544
13 2 0.01545 0.00103 0.687
2 5.9193 5.935 0.01546
1 5.9522 5.967 0.01455
12 3 0.01455 0.00097 0.641
2 5.9523 5.967 0.01455
1 5.8784 5.891 0.01231
11 4 0.01232 0.00082 0.5605
2 5.8784 5.891 0.01233
1 5.9393 5.949 0.00946
10 5 0.00945 0.00063 0.447
2 5.9395 5.949 0.00944
1 5.9478 5.956 0.00855
9 6 0.00855 0.00057 0.406
2 5.9477 5.956 0.00855
1 5.945 5.953 0.00794
8 7 0.00795 0.00053 0.352
2 5.9445 5.952 0.00796
1 5.9385 5.945 0.00628
7 8 0.0063 0.00042 0.293
2 5.9387 5.945 0.00632
Absorbansi Konsentrasi
Waktu 1/Konsentrasi
I II Mean (g/mL)
0 0.869 0.872 0.8705 24.63235294 0.040597015
1 0.859 0.865 0.862 24.38235294 0.041013269
2 0.845 0.86 0.8525 24.10294118 0.041488713
3 0.792 0.789 0.7905 22.27941176 0.044884488
4 0.781 0.77 0.7755 21.83823529 0.045791246
5 0.741 0.752 0.7465 20.98529412 0.047652418
6 0.657 0.643 0.65 18.14705882 0.055105348
7 0.64 0.643 0.6415 17.89705882 0.055875103
8 0.615 0.617 0.616 17.14705882 0.058319039
9 0.61 0.593 0.6015 16.72058824 0.059806508
10 0.591 0.554 0.5725 15.86764706 0.063021316
11 0.59 0.585 0.5875 16.30882353 0.061316501
12 0.582 0.57 0.576 15.97058824 0.062615101
13 0.56 0.565 0.5625 15.57352941 0.06421152
14 0.545 0.56 0.5525 15.27941176 0.065447546
15 0.531 0.542 0.5365 14.80882353 0.067527309
16 0.511 0.523 0.517 14.23529412 0.070247934
17 0.503 0.514 0.5085 13.98529412 0.07150368
18 0.496 0.501 0.4985 13.69117647 0.073039742
19 0.47 0.492 0.481 13.17647059 0.075892857
20 0.482 0.488 0.485 13.29411765 0.075221239
21 0.463 0.472 0.4675 12.77941176 0.078250863
22 0.432 0.46 0.446 12.14705882 0.082324455
23 0.42 0.442 0.431 11.70588235 0.085427136
24 0.319 0.43 0.3745 10.04411765 0.099560761
Absorbansi
Waktu Konsentrasi 1/Konsentrasi
I II Mean
0 0.835 0.842 0.8385 23.69117647 0.042209808
1 0.812 0.82 0.816 23.02941176 0.043422733
2 0.763 0.775 0.769 21.64705882 0.046195652
3 0.74 0.737 0.7385 20.75 0.048192771
4 0.718 0.708 0.713 20 0.05
5 0.693 0.69 0.6915 19.36764706 0.051632498
6 0.681 0.676 0.6785 18.98529412 0.052672347
Absorbansi
Waktu Konsentrasi 1/Konsentrasi
I II Mean
7 0.638 0.642 0.64 17.85294118 0.05601318
8 0.57 0.584 0.577 16 0.0625
9 0.545 0.531 0.538 14.85294118 0.067326733
10 0.498 0.51 0.504 13.85294118 0.072186837
11 0.472 0.475 0.4735 12.95588235 0.077185017
12 0.469 0.473 0.471 12.88235294 0.077625571
13 0.432 0.443 0.4375 11.89705882 0.084054388
14 0.442 0.452 0.447 12.17647059 0.082125604
15 0.425 0.43 0.4275 11.60294118 0.086185044
16 0.423 0.42 0.4215 11.42647059 0.087516088
17 0.391 0.399 0.395 10.64705882 0.093922652
18 0.395 0.388 0.3915 10.54411765 0.094839609
19 0.391 0.385 0.388 10.44117647 0.095774648
20 0.371 0.382 0.3765 10.10294118 0.098981077
21 0.375 0.38 0.3775 10.13235294 0.098693759
22 0.351 0.362 0.3565 9.514705882 0.105100464
23 0.344 0.35 0.347 9.235294118 0.108280255
24 0.341 0.345 0.343 9.117647059 0.109677419