Anda di halaman 1dari 7

NAMA : FANNY RAHMA

NIM : 1807113232
KELAS : TEKNIK KIMIA S1-B
MATA KULIAH : BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN

BIOPROSES ANAEROB

A. Pengertian
Bioproses adalah proses untuk menghasilkan suatu produk dengan
menggunakan konsep-konsep utama berupa bioteknologi, biologi, dan teknik
rekayasa proses. Teknologi bioproses adalah teknologi yang berkaitan dengan
segala operasi dan proses yang memanfaatkan organisme baik dalam fase hidup,
maupun produk enzimnya untuk menghasilkan produk.

B. Tahapan Bioproses

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai peran insinyur biokimia, kita dapat
melihat ilustrasi bioproses yang melibatkan sel dalam Gambar 1.1. Raw
material, biasanya biomassa, diolah dan dicampur dengan bahan lain yang
diperlukan untuk sel sebagai medium tumbuh. Campuran cairan, medium,
disterilisasi untuk mengeliminasi semua miikroorganisme hidup. Vessel dan
peralatan lain juga diperlukan sterilisasi sebelum dilakukan proses produksi.
Dalam proses produksinya, biasanya digunakan bioreaktor atau fermentor yang
dilengkapi dengan agitator, bafel, sparger udara, dan beberapa sensor kontrol
untuk mengetahui dan menjaga kondisi operasi. Strain mikroorganisme yang
steril dimasukkan ke dalam vessel. Jumlah sel akan mulai berkembang biak
secara eksponensial setelah melewati masa adaptasi hingga akhirnya menyentuh
level maksimum seiring berkurangnya substrat pada medium. Fermentasi
dihentikan dan isi dari vessel akan dipompa keluar untuk recovery produk dan
purifikasi. Proses ini dapat dijalankan baik secara batch atau kontinyu.

C. Kelebihan dan Kekurangan Bioproses


Proses biologi memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan industry teknik
kimia tradisional. Beberapa kelebihan dan kekurangannya:
Beberapa kelebihannya di antaranya:
1. Kondisi operasi yang standard. Kondisi reaksi untuk bioproses adalah
standar. Secara umum hanya diperlukan suhu kamar, tekanan atmosfir,
dan pH netral. Sebagai hasilnya didapatkan fasilias pabrik yang lebih
sederhana dan kecelakaan kerja yang minim dibanding pabrik kimia.
2. Spesifik. Katalis enzim umumnya memiliki spesifikasi yang tinggi dan
bereaksi dengan satu reaksi kimia. Banyaknya varietas enzim
memungkinkan produk yang dihasilkan semakin banyak dan seragam.
3. Efektivitas. Kecepatan katalis enzim biasanya lebih cepat dari katalis non
biologis. Kebutuhan konsentrasi enzim lebih kecil.
4. Sumber terbarukan. Material baru untuk bioprosesn adalah biomassa
yang keberadaannya sangat luas.
5. Rekombinan teknologi DNA. Perkembangan rekombinan DNA
memungkinkan proses bilogis lebih baik
Beberapa kekurangannya diantaranya:
1. Hasil produksi kompleks. Terkadang produk memiliki kontaminan
seperti sel lain, banyak terjadi metabolisme hasil samping, dan terkadang
terjadi reaksi enzimatis yang tidak diinginkan.
2. Kondisi lingkungan yang encer. Komponen dari produk komersial
biasanya diproduksi dalam jumlah terbatas dalam medium cair. Oleh
karena itu separasi menjadi mahal. Karena umumnya produk bioproses
memiliki sensitivitas tinggi terhadap panas, maka separasi tradisional
tidak bisa diterapkan. Diperlukan metode separasi yang lebih baik dan
lebih modern.
3. Kontaminasi. Sistem fermentor dapat terkontaminasi dengan mudah,
karena banyak bakteri dan jamur yang tumbuh di lingkungan sekitar.
D. Prinsip-prinsip proses anaerob
Proses anaerob hanya didukung oleh sejumlah bakteri yaitu archaebacteria yang
bersimbiosis dalam mengkonversi senyawa organik menjadi metana dan
karbondioksida pada kondisi tanpa oksigen dan tanpa nitrat. Tiga aspek penentu
kinerja proses anaerob yaitu:
1. Akumulasi biomassa didalam reaktor karena proses pengendapan,
perlekatan dan resirkulasi.
2. Kontak antara bakteri dengan air limbah sehingga terjadi difusi substrat
dan produknya dari fase cair ke biofilm atau bioflok.
3. Aktivitas biomassa yang tergantung pada pertumbuhan dan adaptasinya.

E. Metabolisme Anaerob
Proses Anaerob yaitu tidak ada oksigen yang terlibat atau dikonsumsi oleh
mikroba sehingga tidak ada reduksi zat organik. Namun penyisihannya dapat
terjadi jika zat organik telah dikonversi menjadi metana, yang lepas ke udara
luar. Berikut tahapan metabolisme anaerob:
1. Tahap degradasi
Ada sejumlah pola, alur (pathway) degradasi zat organik, mulai dari yang
sederhana sampai dengan yang kompleks, melibatkan banyak kelompok
bakteri. Ada tigas tahap degradasi anaerob zat organic terlarut maupun
tersuspensi yaitu:
a. Reaksi enzimatis ekstraseluler
Zat organik tersuspensi (insoluble) atau terlarut bermolekul besar, tidak
dapat langsung dimetabolisme oleh bakteri karena tidak bisa menembus
membran sel sehingga harus dilarutkan dulu (solubilisasi, likuifaksi) dan
ukurannya (berat molekulnya) diperkecil. Penanggungjawab pelarutan
dan reduksi ukuran itu adalah reaksi hidrolisis yang dikatalisis oleh
enzim ekstraseluler hasil ekskresi bakteri.
b. Tahap asidogenesis
Monomer yang dihasilkan pada tahap hidrolisis seperti asam lemak rantai
panjang, asam amino, gula dan alkohol, selanjutnya dimetabolisme intra-
seluler oleh bakteri hidrolitis dan non-hidrolitis yang digunakan sebagai
sumber karbon dan energi. Selain hasilnya berupa asam asetat, propionat,
butirat dan H2/CO2, juga sejumlah kecil asam format, laktat, valerat,
metanol, etanol, butanediol atau aseton. Karena asam lemak volatil
adalah hasil utama tahap ini maka golongan bakterinya disebut acidifying
atau acid-producing bacteria atau acidogenic bacteria atau acidogens
yang tahan pada pH rendah (pH<5)
c. Tahap aseto-metanogenesis
Sebagai tahap terpenting pada proses anaerob, metanogen prokaryote
bertugas mengkonversi substrat atau senyawa antara (intermediate) di
atas menjadi CH4 dan CO2. Substrat yang dapat diubah menjadi metana
tersebut - menurut Brock T. D (1997) - dibagi menjadi tiga kelas yaitu:
1) Kelas I (pengguna CO2) terdiri atas CO2, format dan CO dengan donor
elektron dari H2, alkohol atau piruvat. Kelas ini juga disebut
hidrogeno-trofik atau hidrogenofilik (pengguna hidrogen).
Metanogennya bersifat autotrof (CO2 sebagai sumber karbon dan
aseptor elektron)
2) Kelas II adalah pengguna grup metil (CH3) seperti metanol, metilamin,
dimetil-amin, trimetilamin, metilmerkaptan dan dimetilsulfida
3) Kelas III (pengguna asetat atau asetotrofik) terdiri atas dua genus
archae yaitu Methanosarcina dan Methanosaeta (Methanothrix). Kelas
inilah sumber utama (prekursor) metana karena tak kurang dari 70 %
total metana berasal dari asam asetat sedangkan sisanya dari H2/CO2.
Atau secara total, lebih dari 90 % zat organik diubah jadi CH4 dan
sisanya untuk sintesis biomassa.
2. Variabel lingkungan
Keterlibatan sejumlah genus bakteri mengakibatkan proses anaerob menjadi
sangat kompleks dan relatif sulit dikendalikan dibandingkan dengan proses
aerob. Khususnya bakteri metanogen atau istilah yang lebih tepat adalah
archae, karena sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan
(temperatur, pH) dan sifat air limbah. Variabel lingkungan terdiri atas:
1) pH
Pada proses anaerob, derajat keasamannya berkisar antara 6,5 - 7,5.
Berkaitan dengan pH ini, ada hal yang berlawanan pada proses anaerob
yakni tahap asidogenesis sangat membutuhkan alkalinitas sedangkan
tahap metanogenesis menghasilkan alkalinitas.
2) Ketersediaan nutrient (unsur N dan P) dan kehadiran zat toksik(racun)

F. Karakteristik Utama Yang Berpengaruh Pada Proses Anaerob


1. Efek temperature
Temperatur sangat mempengaruhi proses biokimia. Pada temperatur
rendah, aktivitas metanogen (archae) dan proses hidrolisis substrat menjadi
lamban sehingga proses ini banyak dioperasikan pada temperatur relatif
tinggi. Kisaran temperature secara umum ada tiga yaitu:
a. Psycrophilic atau Cryophilic (0 - 20 ℃)
b. Mesophilic (20 - 45 ℃)
c. Thermophilic (45 - 75 ℃)
2. Efek konsentrasi substrat
Konsentrasi substrat mempengaruhi kinerja reaktor. Jika terlalu rendah
(encer) maka pertumbuhan mikroba menjadi lamban sehingga
konsentrasinya pun ikut rendah. Hasil (yield) yang rendah ini menyebabkan
produksi sludge netto menjadi nol atau bahkan negatif. Pengaruh selan-
jutnya adalah efisiensi pengolahan menurun sehingga perolehan metana
menjadi rendah.
3. Efek zat tersuspensi (termasuk VSS ) dan koloid
Zat tersuspensi memperlambat proses hidrolisis dan kinetika transfer massa,
mengurangi aktivitas metanogen, mereduksi waktu tinggal sel, mengganggu
granulasi bakteri dan mendorong pembentukan lapisan busa (scum). Pada
biofilter, memperbesar peluang penyumbatan reaktor.
4. Efek sulfat
Reduksi sulfat menjadi sulfida dapat menurunkan aktivitas metanogen, bau,
korosi dan terjadi kompetisi antara bakteri pereduksi sulfat, SRB (sulphate
reducing bacteria) dengan metanogen. Kedua kelompok bakteri tersebut
dapat hadir atau coexist pada suatu reaktor anaerob. Dampaknya adalah
produksi metana menjadi rendah.
5. Efek fluktuasi debit
Pada umumnya, fluktuasi debit dan konsentrasi dapat menurunkan kinerja
proses pengolahan. Untuk itu harus diatur agar fluktuasi tidak terlalu besar.
DAFTAR PUSTAKA

Azim,Maulana dan Hadiyanto. 2016. Dasar-Dasar Bioproses. Semarang: EF Press


Digimedia.

Gede H Cahyana. 2018. Bioproses Anaerobik (ANAEROBIC BIOPROCESS).


Makalah.

Anda mungkin juga menyukai