Anda di halaman 1dari 30

Pengantar Bioseparasi

Lilis Sukeksi
Bioseparasi &Tujuannya
• Bioseparasi adalah nama yang diberikan untuk proses
pemurnian produk biologis dalam skala besar, menggunakan
aspek dasar teknik dan prinsip ilmiah.
• Tujuan akhir dari bioseparasi adalah untuk memurnikan
molekul, sel, dan bagian sel menjadi fraksi yang dimurnikan.
• Produk biologis dapat dipisahkan dan dimurnikan tergantung pada
karakteristik berikut: densitas, difusivitas, muatan elektrostatik,
polaritas, bentuk, ukuran, kelarutan, dan volatilitas.
Perbedaan Antara Bioseparasi dan Chemical
Separasi
Meskipun bioseparasi didasarkan Seringkali, produk akhir yang diinginkan
pada proses pemisahan kimia hanya ditemukan dalam jumlah yang
tradisional, mereka berbeda secara sangat kecil di bahan awal dari mana
signifikan. Ini karena bahan yang mereka dimurnikan. Karena itu, (dilute)
dimurnikan dan dipisahkan dalam aliran produk encer dalam jumlah besar
harus menjalani pemrosesan untuk
bioseparation adalah bahan biologis
mendapatkan sejumlah kecil produk
bukan bahan kimia sintetik yang murni. Sementara itu, seringkali terdapat
digunakan dalam teknik tradisional. pengotor yang tidak diinginkan pada
Dengan demikian, zat seperti protein, bahan awal yang memiliki susunan
karbohidrat, dan asam nukleat tidak genetik yang mirip dengan produk yang
cocok untuk teknik tradisional seperti diinginkan, sehingga membuat
proses adsorpsi dan proses evaporasi pemisahan menjadi sangat sulit.
Karena produk biologis lebih cenderung mengalami
degradasi daripada produk kimia, hal ini mengesampingkan
penggunaan banyak pelarut organik umum dalam
bioseparasi, karena mereka cenderung bertindak sebagai
katalis untuk terjadinya degradasi. Selain itu, banyak zat
biologis yang tidak stabil saat dipanaskan dan karena itu
harus ditangani pada suhu sub-ambien.
Teknik Bioseparasi

Ada banyak teknik yang berbeda dimana proses bioseparasi


dapat dicapai, namun untuk saat ini tidak ada proses yang
dapat bekerja secara efektif dengan satu jenis proses.
Ini karena proses bioseparasi memerlukan kombinasi resolusi
tinggi (disebut juga selektivitas) dengan hasil yang tinggi
(disebut juga produktivitas).
Akibatnya, bioseparasi harus menggabungkan dua atau lebih
teknik untuk mencapai kemampuan ganda dalam dua
kategori.
High Throughput & Low Resolution            High Resolution & Low Throughput

Adsorption                                                                  Affinity Separation
Centrifugation                                                            Chromatography
Filtration / Microfiltration / Ultrafiltration              Counter-current extraction
Precipitation                                                               Electrophoresis
Solvent extraction                                                      Ultracentrifugation
Supercritical fluid extraction
Salah satu metode yang lebih umum digunakan untuk
mencapai hasil sempurna dalam proses bioseparasi adalah
melalui penerapan skema RIPP (Recoveri, Isolasi, Pemurnian,
Pemolesan). Pertama-tama Teknik akan memanfaatkan salah
satu metode resolusi rendah dari kolom kiri atas untuk
mencapai pemulihan atau recoveri dan isolasi produk yang
diinginkan. Kemudian, salah satu metode resolusi tinggi dari
kolom kanan akan memurnikan produk dan “memolesnya”.
Pemolesan dapat merujuk pada sterilisasi, penghilangan
kontaminan, dan langkah pemrosesan akhir lainnya sebelum
dikemas menjadi bentuk yang dapat dipasarkan.
Kemajuan Saat Ini dalam Bidang Proses
Bioseparasi
Karena kebutuhan akan dua atau lebih teknik yang berbeda untuk
digunakan dalam mencapai bioseparasi, ini merupakan proses yang
sangat tidak efisien yang membutuhkan banyak modal, banyak investasi
waktu dan penggunaan peralatan laboratorium yang rumit dan mahal.
Memang, bahkan setelah investasi semacam itu, jumlah produk murni
yang diperoleh dapat diabaikan.

Dengan mempertimbangkan kekurangan ini, para ilmuwan saat ini


sedang mengerjakan pengembangan proses untuk membuatnya lebih
hemat biaya dan efisien.
Penggunaan nanomaterial dalam bioseparasi baru-baru ini
diperkenalkan untuk mengatasi kelemahan metode konvensional.
Berbagai bentuk bahan nano, terutama nanopartikel magnetik (MNP),
tabung nano karbon (CNT), membran nanopori yang dicor, dan
membran nanofiber elektrospun digunakan dalam pemisahan biologis
untuk tujuan produksi biomolekul yang berbeda seperti protein, asam
amino, asam nukleat, dan enzim. Makalah ini secara kritis meninjau
upaya mutakhir yang dilakukan dalam hal ini, dengan penekanan pada
sintesis dan evaluasi kinerja setiap nanoform. Tantangan dan prospek
masa depan dalam mengembangkan bioseparasi nanoenabled juga
dibahas, untuk tujuan menyoroti potensi kemajuan dalam sintesis dan
fabrikasi nanomaterial baru serta dalam desain proses nanoenabled
yang efisien untuk memisahkan spektrum biomolekul yang luas.
Berbagai bentuk dan jenis bahan nano yang digunakan dalam bioseparasi dan
aplikasi biologisnya
Metode bioseparasi konvensional seperti sentrifugasi, filtrasi, presipitasi,
dan kromatografi mengalami beberapa kelemahan seperti memakan
waktu, mahal, dan throughput yang rendah. Akibatnya, ada kebutuhan
mendesak untuk mengembangkan metode keluaran baru, sederhana,
hemat biaya, cepat, dan tinggi sebagai alternatif untuk pemisahan
biomolekul seperti protein, DNA, asam amino, enzim, dll.
Bioseparasi dari berbagai macam produk biologis dilakukan saat ini
dengan menggunakan berbagai macam protokol. Hanya ada
beberapa prosedur dasar yang tersedia untuk bioseparasi produk
biologis yang berbeda. Namun, seseorang harus menerapkannya
dalam urutan (atau protokol) yang sesuai tergantung pada sifat
produk yang dipisahkan dan pemanfaatan akhirnya. Sebagai
contoh, Scawen dan Hammond (1989) menunjukkan bahwa
protein yang dimaksudkan untuk penggunaan terapeutik atau
pengobatan harus sangat murni untuk meminimalkan efek
samping.
Jika protein yang sama ini akan digunakan untuk tujuan diagnostik
maka tingkat kemurniannya tidak perlu seketat itu. Parameter penting
lainnya yang secara signifikan mempengaruhi protokol yang akan
digunakan adalah skala operasi. Tergantung pada skala operasi,
berbagai prosedur bioseparasi yang akan digunakan dapat digunakan
dalam urutan yang berbeda, dan juga lebih dari satu kali dalam proses
yang sama. Hal ini bergantung pada persyaratan produk akhir yang
ditetapkan oleh industri, dan peraturan pemerintah negara bagian atau
federal.
Bioseparation didefinisikan sebagai langkah-langkah proses yang
digunakan untuk memurnikan produk dari bioreaktor (seperti
fermentor): langkah-langkah pemrosesan hilir yang dapat mencakup
ekstraksi, presipitasi, elektroforesis, dan kromatografi.
Broth: Medium cair pada tabung
BIOREAKTOR
Bioreaktor atau dikenal juga dengan nama fermentor adalah sebuah
peralatan atau sistem yang mampu menyediakan sebuah lingkungan
biologis yang dapat menunjang terjadinya reaksi biokimia dari bahan
mentah menjadi bahan yang dikehendaki. Reaksi biokimia yang terjadi di
dalam bioreaktor melibatkan organisme atau komponen biokimia aktif
(enzim) yang berasal dari organisme tertentu, baik secara aerobik
maupun anaerobic. Sementara itu, agensia biologis yang digunakan
dapat berada dalam keadaan tersuspensi atau terimobilisasi. Contoh
reaktor yang menggunakan agensia terimobilisasi adalah bioreaktor
dengan unggun atau bioreaktor membran.
KOMPONEN
Komponen utama bioreaktor terdiri atas tangki, sparger, impeller, saringan
halus atau baffle dan sensor untuk mengontrol parameter. Tanki berfungsi
untuk menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta produk.
Volume tanki skala laboratorium berkisar antara 1 – 30 L, sedangkan untuk
skala industri dapat mencapai lebih dari 1 000 L. Sparger terletak di bagian
bawah bioreaktor dan berperan untuk memompa udara, dan mencegah
pembentukan gelembung oksigen. Impeller berperan dalam agitasi dengan
mengaduk campuran substrat dan sel. Impeller digerakkan oleh rotor. Baffle
juga berperan untuk mencegah terjadinya efek pusaran air akibat agitasi
yang dapat mengganggu agitasi yang seharusnya. Sensor berperan untuk
mengontrol lingkungan dalam bioreaktor. Kontrol fisika meliputi sensor suhu,
tekanan, agitasi, foam, dan kecepatan aliran. Sedangkan, kontrol kimia
meliputi sensor pH, kadar oksigen, dan perubahan komposisi medium.
PERANCANGAN
Bioreaktor biasanya terbuat dari bahan stainless steel karena
bahan tersebut tidak bereaksi dengan bahan-bahan yang
berada dalam bioreaktor sehingga tidak menggangu proses
biokimia yang terjadi.
Selain itu, bahan tersebut juga anti karat dan tahan panas.
Bioreaktor harus dapat menciptakan lingkungan yang
optimum bagi mikroorganisme ataupun reaksi yang diinginkan
maka diperlukan pengontrolan.
Parameter yang biasa dikontrol pada bioreaktor adalah suhu,
pH, substrat (sumber karbon dan nitrogen), aerasi, dan agitasi.
Perancangan bioreaktor adalah suatu pekerjaan teknik yang
cukup kompleks. Pada keadaan optimum, mikroorganisme atau
enzim dapat melakukan aktivitasnya dengan sangat baik.
Keadaan yang memengaruhi kinerja agensia biologis terutama
temperatur dan pH. Untuk bioreaktor dengan menggunakan
mikroorganisme, kebutuhan untuk hidup seperti oksigen,
nitrogen, fosfat, dan mineral lainnya perlu diperhatikan. Pada
bioreaktor yang agensia biologisnya berada dalam keadaan
tersuspensi, sistem pengadukan perlu diperhatikan agar cairan
di dalam bioreaktor tercampur merata (homogen). Seluruh
parameter ini harus dimonitor dan dijaga agar kinerja agensia
biologis tetap optimum.
Untuk bioreaktor skala laboratorium yang berukuran 1,5-2,5 L umumnya terbuat dari
bahan kaca atau borosilikat, namun untuk skala industri, umunya digunakan bahan baja
tahan karat (stainless steel) yang tahan karat. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
kontaminasi senyawa metal pada saat fermentasi terjadi di dalamnya. Bahan baja yang
mengandung < 4% kromium disebut juga baja ringan, sedangkan bila kadar kromium di
dalamnya >4% maka disebut stainless steel. Bioreaktor yang umum digunakan terbuat
dari bahan baja 316 yang mengandung 18% kromium, 2-2,5% molibdenum, dan 10%
nikel. Bahan yang dipilih harus bersifat non-toksik dan tahan terhadap sterilisasi
berulang-ulang menggunakan uap tekanan tinggi. Untuk mencegah kontaminasi,
bagian atas biorektor dapat ditambahkan dengan segel aseptis (aseptic seal) yang
terbuat dari campuran metal-kaca atau metal-metal, seperti O-ring dan gasket. Untuk
meratakan media di dalam bioreaktor digunakan alat pengaduk yang disebut agitator
atau impeler. Sementara itu, untuk asupan udara dari luar ke dalam sistem biorektor
digunakan sistem aerasi yang berupa sparger. Untuk bioreaktor aerob, biasanya
digunakan kombinasi sparger-agitator sehingga pertumbuhan mikrooganisme dapat
berlangsung dengan baik.
Pada bagian dalam bioreaktor, dipasang suatu sekat yang disebut baffle untuk mecegah
vorteks dan meningkatkan efisiensi aerasi. Baffle ini merupakan metal dengan ukuran
1/10 diameter bioreaktor dan menempel secara radial di dindingnya. Bagian lain yang
harus dimiliki oleh suatu bioreaktor adalah kondensor untuk mengeluarkan hasil
kondensasi saat terjadi sterilisasi dan filter (0,2 μm) untuk menyaring udara yang masuk
dan keluar tangki. Untuk proses inokulasi kultur, pengambilan sampel, dan pemanenan,
diperlukan adanya saluran khusus dan pengambilannya harus dilakukan dengan hati-
hati dan aseptis agar tidak terjadi kontaminasi. Untuk menjaga kondisi dalam bioreaktor
agar tetap terkontrol, digunakan sensor pH, suhu, anti-buih, dan oksigen terlarut (DO).
Apabila kondisi di dalam sel mengalami perubahan, sensor akan memperingatkan dan
harus dilakukan perlakuan tertentu untuk mempertahankan kondisi di dalam bioreaktor.
Misalkan terjadi perubahan pH maka harus ditambahkan larutan asam atau basa untuk
menjaga kestabilan pH. Penambahan zat ini dapat dilakukan secara manual namun juga
dapat dilakukan secara otomatis menggunakan bantuan pompa peristaltik. Selain asam
dan basa, pompa peristaltik juga membantu penambahan anti-buih dan substrat ke
dalam bioreaktor.
JENIS-JENIS
Berdasarkan tingkat aseptis maka sistem bioreaktor terbagi menjadi 2,
yaitu bioreaktor sistem non aseptis (untuk pengolahan limbah) dan
bioreaktor sistem aseptis (untuk produksi sel dan produksi metabolit).
Untuk bioreaktor sistem aseptis diperlukan sterilisasi bioreaktor pada
suhu dan tekanan yang tinggi.
Sedangkan, berdasarkan pemberian substrat maka sistem fermentasi dalam
bioreaktor terbagi menjadi tiga, yaitu batch fermentation, continuous batch
fermentation, dan fed batch fermentation. Pada batch fermentation, makanan
hanya diberikan satu kali saja kemudian produk dipanen. Pada continous batch
fermentation, makanan diberikan terus menerus. Pada fed batch fermentation,
makanan diberikan kemudian produk dipanen, makanan yang baru diberikan
sebelum makanan pertama yang diberikan habis.Lalu, bila kita melihat sistem
aerasinya, bioreaktor dibagi menjadi bioreaktor stirred tank, bubble column, dan
loop airlift. Prinsip stirred tank bioreactor adalah menghasilkan aerasi dengan
menggunakan agitasi mekanis, yaitu dengan impeller. Pada bubble column
bioreactor, udara dalam bentuk gelembung dimasukkan ke media melalui sparger
untuk aerasi. Sedangkan, pada loop airlift bioreactor, udara dan media disirkulasi
bersamaan melalui kolom yang dimasukkan ke dalam kolom lain.
PRODUKSI SKALA BESAR
Untuk melakukan produksi skala besar menggunakan bioreaktor dibutuhkan proses
peningkatan skala (scale up). Parameter kinetik merupakan acuan dalam peningkatan
skala bioreaktor. Parameter kinetik dalam bioreaktor ialah pengaturan suhu, pH,
aerasi, agitasi, dan agen antifoam.Pengaturan suhu dalam bioreaktor dilakukan
dengan cara pemompaan air dingin ke bagian jaket bioreaktor. Pengaturan pH
dilakukan dengan cara pemberian asam seperti HCl dan basa seperti NaOH. Agitasi
dalam bioreaktor dibutuhkan untuk homogenisasi isi bioreaktor dan aerasi dalam
bioreaktor. Jika organisme dalam bioreaktor bersifat aerob maka udara (oksigen)
harus dimasukkan ke dalam bioreaktor. Udara dalam bioreaktor dimasukkan melalui
sparger yang berada di bawah. Dalam proses aerasi dan agitasi kadang-kadang
dihasilkan foam yang dapat mengganggu reaksi biokimia dalam bioreaktor. Oleh
karena itu, dibutuhkan agen antifoam untuk mencegah terjadinya foam. Agen
antifoam yang umunya dipakai dapat berupa minyak sawit ataupun tween.
APLIKASI
Awalnya bioreaktor hanya digunakan untuk memproduksi ragi, ekstrak
khamir, cuka, dan alkohol. Namun, alat ini telah digunakan secara luas
untuk menghasilkan berbagai macam produk dari makhluk hidup
seperti antibiotik, berbagai jenis enzim, protein sel tunggal, asam
amino, dan senyawa metabolit sekunder lainnya. Selain itu, suatu
senyawa juga dapat dimodifikasi dengan bantuan mikroorganisme
sehingga menghasilkan senyawa hasil transformasi yang berguna bagi
manusia. Pengolahan limbah buangan industri ataupun rumah tangga
pun sudah dapat menggunakan bioreaktor untuk memperoleh hasil
buangan yang lebih ramah lingkungan.
CULTURE BROTH
Merupakan media pertumbuhan ini ditempatkan dalam tabung, yang
memungkinkan bakteri tumbuh di dalamnya, dan mendapatkan
namanya dari bahan yang ditemukan di sebagian besar tabung seperti:
ekstrak daging sapi,
pepton, dan
garam meja.
Namun, kultur kaldu dapat didefinisikan sebagai media cair apa pun
yang digunakan untuk menumbuhkan semua jenis bakteri. Media kaldu
dapat ditemukan di seluruh dunia di fasilitas medis, laboratorium
patologi, dan laboratorium penelitian.

Anda mungkin juga menyukai