Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

BPS3202
LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES

Modul Praktikum:
Distilasi Biner (DIS)
Dosen: Ellyas Alga Nainggolan, S.TP.,M.Sc
Asisten : FBA. Fitriani

Kelompok : LABTEK/1819/006
Fernanda Siallagan (31S16027)
Nehemia Hutajulu (31S16022)
Romauli Pangaribuan (31S14007)

Tanggal Praktikum:
09 April 2019

PROGRAM STUDI TEKNIK BIOPROSES


FAKULTAS BIOTEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DEL
APRIL 2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
DISTILASI BINER

BPS3202 Laboratorium Teknik Bioproses


Tahun Ajaran 2018/2019

Catatan Pengampu Modul

Telah diperiksa oleh


Dosen Pengampu Modul

Ellyas Alga Nainggolan, S.TP.,M.Sc


Tanggal :________________
LEMBAR PENUGASAN
ABSTRAK

Destilasi didefinisikan sebagai sebuah proses dimana campuran dua atau lebih zat liquid
atau vapor dipisahkan menjadi komponen fraksi yang murni, dengan pengaplikasian dari
perpindahan massa dan panas. Proses pemisahan ini didasarkan oleh perbedaan kemudahan
menguap relatif antara komponen yang akan dipisahkan. Praktikum ini bertujuan untuk
melakukan proses distilasi sederhana dan distilasi fraksinasi dengan variasi ketinggian
packing 20 dan 35 cm. Larutan induk yang digunakan adalah aseton: air dengan
perbandingan 1:1 dengan massa kerja 150 gram. Untuk mendapatkan kurva baku digunakan
refraktometer yang mengukur indeks bias larutan. Pada praktikum ini diperoleh persamaan
regresi kurva baku yaitu: y = 0,0297 x + 1,3324 dengan R2=0,9505. Massa feed yang
digunakan adalah 146,13 gram untuk distilasi sederhana, 145,48 gram untuk distilasi
dengan ketinggian packing 20 cm, dan 145,95 gram untuk distilasi dengan ketinggian
packing 35 cm. Massa bottom yang diperoleh yaitu sebesar 58,8 gram untuk distilasi
sederhana, 59,83 gram untuk disitilasi dengan ketinggian packing 20 cm, dan 64,35 gram
untuk distilasi dengan ketinggian packing 35 cm. Massa distilat dapat diperoleh dengan
mengurangi feed dengan massa bottom. Percobaan pada distilasi sederhana memiliki error
sebesar 1,58% berdasarkan persamaan Rayleigh.

Kata kunci : Distilasi, indeks bias, fraksinasi, Persaman Rayleigh, Larutan Aseton-Air.
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Umum Percobaan


Eksperimen ini bertujuan agar praktikan dapat memahami dan menganalisis distilasi biner
multitahap.

I.2 Tujuan Khusus Percobaan


1. Menentukan kurva baku aseton-air.
2. Memisahkan aseton-air dengan menggunakan distilasi sederhana dan distilasi
fraksinasi dengan tinggi packing 20 dan 35 cm dengan konsentrasi aseton dalam
Feed 50% (w/w) dengan membuat neraca massa distilasi.
3. Mengevaluasi kinerja proses distilasi sederhana dengan persamaan Rayleigh.
4. Membuat kurva distilasi (t vs x).
BAB II

TEORI DASAR

Distilasi didefinisikan sebagai sebuah proses dimana campuran dua atau lebih zat
liquid atau vapor dipisahkan menjadi komponen fraksi yang murni, dengan pengaplikasian
dari perpindahan massa dan panas. Pemisahan campuran liquid dengan distilasi bergantung
pada perbedaan volatilitas antar komponen. Komponen yang memiliki relative volatility yang
lebih besar akan lebih mudah pemisahannya (Leily et al., 2009). Distilasi dapat dilakukan jika
titik didih senyawa-senyawa dalam campuran memiliki perbedaan yang berarti (Sattler dan
Feindt, 1995). Titik didih adalah temperatur pada saat cairan berubah menjadi uap pada
tekanan atmosfer atau temperatur pada saat tekanan uap dari cairan tersebut sama dengan
tekanan gas atau uap yang berada di sekitarnya.

II.1 Jenis Distilasi

Dalam praktikum ini digunakan 2 jenis distilasi yaitu distilasi sederhana dan distilasi
fraksionasi.

1. Distilasi Sederhana

Distilasi sederhana atau distilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk
memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu
campuran dapat dipisahkan dengan distilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni.
Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap saat mencapai titik didih masing-
masing (Walangare et al., 2013).

2. Distilasi Fraksionasi

Distilasi Fraksionasi memiliki prinsipnya dengan distilasi sederhana, hanya distilasi


bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu
memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan. Untuk
memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah menguap dapat dilakukan dengan distilasi
bertingkat. Distilasi bertingkat adalah suatu proses distilasi berulang. Proses berulang ini
terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap
plat terjadi pengembunan. Uap yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung
cairan yang lebih atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih
banyak kondensat (Walangare et al., 2013).
(a) (b)

Gambar II.1 (a) Distilasi Sederhana, (b) Distilasi Fraksionasi (Walangare et al., 2013)

II.2 Kesetimbangan Uap-Cair untuk Larutan Biner

Larutan biner merupakan larutan yang terdiri atas 2 zat. Larutan biner dapat berupa
larutan gas dalam gas, larutan gas dalam cairan, larutan zat padat dalam cairan, larutan cairan
dalam cairan, larutan padat dalam gas, larutan cairan dalam gas, larutan zat padat dalam zat
padat Sistem biner dapat bersifat ideal maupun tidak. Syarat larutan ideal antara lain
homogen pada seluruh sistem, tidak ada entalpi pencampuran pada waktu komponen-
komponen dicampur membentuk larutan (∆Hmix = 0), volume larutan sama dengan jumlah
komponen yang dicampurkan (∆Vmix = 0), memenuhi hukum Raoult : P1 = X1.P o. Jika
suatu komponen (pelarut) mendekati murni, komponen itu berperilaku sesuai dengan Hukum
Roult dan mempunyai tekanan uap yang sebanding dengan fraksi mol (Sukardjo, 2013). Bila
sistem biner bersifat non ideal maka akan meyimpang dari hukum Raoult. Beberapa larutan
yang menyimpang jauh dari hukum Roult seperti etanolair, air-tetrahidrofuran, metanol-
dimetil karbonat membentuk larutan non ideal (Castellan, 1983).

Sistem kesetimbangan dua fasa pada tekanan konstan dapat dikarakterisasi melalui
kurva kesetimbangan sebagai fungsi dari komposisi fasa uap-cair (fraksi mol) dan temperatur.
Kurva temperatur versus komposisi untuk hipotesis campuran ideal dan non ideal
ditunjukkan pada Gambar II.2.
(a) (b) (c)
Gambar II.2 Kurva temperatur versus komposisi sistem biner. (a) Sistem ideal; (b) Sistem
nonideal deviasi negatif; (c) Sistem nonideal deviasi positif (Sukardjo, 2013).

II.3 Neraca Massa Distilasi Batch dan Persamaan Reyleigh untuk Distilasi Sederhana
Batch

II.3.1 Neraca Massa Distilasi Batch

Neraca massa total untuk suatu operasi distilasi batch adalah :

F=D+W

Dimana, F = jumlah umpan

D = jumlah distilat

W = jumlah hasil bawah yang dihasilkan (akhir proses)

Neraca komponen A :

𝑥𝐴,𝐹 .F = 𝑥𝐴,𝐷 .D+𝑥𝐴,𝑊 . W

Dimana, 𝑥𝐴,𝐹 = komposisi umpan

𝑥𝐴,𝐷 = komposisi distilat rata-rata selama operasi

𝑥𝐴,𝑊 = komposisi hasil bawah pada akhir operasi

II.3.2 Persamaan Reyleigh untuk Distilasi Sederhana Batch

Persamaan Rayleigh menjelaskan hubungan antara jumlah yang menguap dengan


jumlah yang tertinggal pada labu distilasi (produk bottom). Pada proses distilasi sederhana
batch, penambahan produk distilat (D) sama dengan pengurangan produk bawah (W). Secara
matematis dapat ditulis sebagai :
dD = -dW
Untuk komponen A :
xA,D . D = -d(xA,W . W)
xA,D . dD = -(W.dxA,W + xA,W . dW)
xA,D . (-dW) = -(W.dxA,W + xA,W . dW)
XA,D . dW = (W. dxA,W + xA,W . dW)
W. dxA,W = (xA,D - xA,W )dW
𝑑𝑥𝐴,𝑊 𝑑𝑊
=
(𝑥𝐴,𝐷 −𝑥𝐴,𝑊 ) 𝑊

dW dxA,W
= (x
W A,D −xA,W )

Wf dW x dxA,W
∫Wi = ∫x A,Wf (x
W A,Wi A,D −xA,W )

W x dxA,W
ln (Wf) = ∫x A,Wf (x
i A,Wi A,D −xA,W )

Dimana, D merupakan jumlah produk atas, W jumlah produk bawah, xA,W komposisi
bottom, xA,D kompisisi distilat, 𝑊𝑖 jumlah produk bawah mula-mula, 𝑊𝑓 jumlah produk
bawah pada akhir proses distilasi, 𝑥𝐴,𝑊𝑖 komposi si produk bawah mula-mula, dan 𝑥𝐴,𝑊𝑓

komposisi produk bawah pada akhir proses distilasi.


Persamaan Rayleigh menunjukkan bahwa:

𝑊𝑓 𝑥𝐴,𝑊𝑓
dxA,W
ln ( ) = ∫
𝑊𝑖 𝑥𝐴,𝑊 (xA,D − xA,W )
𝑖

Persamaan Rayleigh digunakan sebagai pembanding antara produk bottom akhir


dengan umpan awal, sehingga benar diketahui bahwa apakah jumlah umpan awal dan produk
akhir bottom sesuai dengan fraksi mol aseton yang diperoleh.

II.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Distilasi


Proses Distilasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (Perry, 1984) :
1. Volatilitas Relatif
Setiap zat memiliki titik didih tersendiri di mana ia menguap, meninggalkan zat
dengan titik didih yang lebih tinggi. Titik didih dan tekanan uap dari masing-masing zat
mengindikasikan volatilitas relatif suatu bahan kimia terhadap sisa campuran.Volatilitas
relatif, akan menunjukkan betapa sulitnya untuk memisahkan zat-zat dalam campuran
melalui distilasi.
2. Tekanan Permukaan
Daya tarik molekul individu pada permukaan benda padat atau cairan menciptakan
gaya yang diarahkan hanya ke dalam disebut tegangan permukaan. Dibutuhkan lebih
banyak energi untuk menguapkan cairan karena molekul individu harus mengatasi
tegangan permukaan. Zat dengan tegangan permukaan yang lebih rendah lebi muda
menguap.
3. Solubilitas

Kecenderungan zat-zat tertentu untuk larut dalam pelarut (zat padat, cair, atau gas
lainnya) untuk membentuk larutan homogen mempengaruhi seberapa baik suatu zat
dapat dipisahkan melalui distilasi. Dua substansi yang sama, pada titik didih khususnya,
semakin sulit dipisahkan. Kelarutan berubah dengan suhu dan tekanan, yang berarti
mungkin menjadi lebih sulit untuk memisahkan dua zat seiring berlangsungnya distilasi.

4. Luas Permukaan
Luas permukaan yang optimal untuk cairan dan uap yang ada dalam kolom distilasi
memaksimalkan efisiensi kolom distilasi. Saat cairan menyebar, jumlah luas permukaan
meningkat, membuatnya lebih mudah untuk mendidihkan cairan dan memungkinkan
lebih banyak kontak antara molekul cair dan uap.
BAB III

LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN

III.1 Alat, Bahan, dan Skema Alat


III.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


No. Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Piknometer - 2
2 Heating mantle - 2
3 Labu bundar 250 mL 2
4 Thermometer - 2
5 Adapter - 2
6 Kondensor - 2
7 Statif - 2
8 Klem - 10
9 Microtube - 36
10 Micropipet 1 mL 2
11 Batang pengaduk - 2
12 Labu ukur 250 mL 1
13 Labu ukur 25 mL 2
14 Labu ukur 10 mL 8
15 Gelas beaker 2000 mL 1
16 Gelas beaker 250 mL 9
17 Gelas beaker 100 mL 2
18 Gelas beaker 50 mL 2
19 Gelas ukur 25 mL 1
20 Gelas ukur 10 mL 1
21 Stopwatch - 2
22 Corong kaca - 2
23 Bulb -
24 Packing - Secukupnya
25 Pipa ukur 10 mL

III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aseton 500 mL dan akuades
secukupnya.
III.1.3 Skema Alat
Alat utama percobaan distilasi ini adalah kolom distilasi. Bagian-bagian kolom
dijelaskan melalui gambar berikut ini:

Termometer
Kondensor
Adaptor

Saluran
air masuk
Wadah
Kolom distilasi penampung
berisi packing distilat

Saluran
air keluar

Labu
distilasi

Heating
mantle
III.2 Tahapan-tahapan Percobaan
III.2.1 Perhitungan Densitas Senyawa Volatil
Perhitungan densitas senyawa volatil dilakukan untuk memperoleh data densitas,
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Mulai

Piknometer 25 mL

Dicuci dan dikeringkan

Massa piknometer
Ditimbang
kosong

Ditentukan densitas dari senyawa volatil Densitas aseton

Piknometer dibersihkan dan dikeringkan

Selesai

III.2.2 Pembuatan Kurva Baku


Pembuatan kurva baku dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

Mulai

Dibuat 8 larutan dengan variasi konsentrasi

Refraktometer dinyalakan

Diperiksa indeks bias dari setiap larutan

Dibuat kurva baku dengan indeks bias

Dilakukan regresi linear hingga diperoleh R² = 0,95

Selesai
III.2.3 Distilasi Sederhana
Distilasi sederhana dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Mulai

Dibuat larutan 50 % w/w aseton-air sebanyak 150 mL

Larutan dipindahkan ke dalam labu bundar

Perangkat distilasi dirangkai

Heating mantle dinyalakan dan diatur temperaturnya

Ditunggu hingga tetesan distilat pertama terbentuk

Diambil tetesan distilat dengan interval Indeks bias


waktu dan diukur dengan refraktometer larutan

Distilasi dihentikan jika waktu proses sudah


tercapai atau jumlah cairan sudah sedikit

Heating mantle dimatikan

Rangkaian dibongkar dan dibersihkan

Selesai
III.2.4 Distilasi Fraksinasi
Distilasi fraksinasi (menggunakan packing) dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

Mulai

Dibuat larutan 50 % w/w aseton-air sebanyak 150 mL

Larutan dipindahkan ke dalam labu bundar

Dimasukkan packing ke kolom sesuai ketinggian ( 20 dan 35 cm)

Perangkat distilasi dirangkai

Heating mantle dinyalakan dan diatur temperaturnya

Ditunggu hingga tetesan distilat pertama terbentuk

Diambil tetesan distilat dengan interval Indeks bias


waktu dan diukur dengan refraktometer larutan

Distilasi dihentikan jika waktu proses sudah


tercapai atau jumlah cairan sudah sedikit

Heating mantle dimatikan

Rangkaian dibongkar dan dibersihkan

Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Destilasi didefinisikan sebagai sebuah proses dimana campuran dua atau lebih zat
liquid atau vapor dipisahkan menjadi komponen fraksi yang murni, dengan pengaplikasian
dari perpindahan massa dan panas. Proses pemisahan ini didasarkan oleh perbedaan
kemudahan menguap relatif antara komponen yang akan dipisahkan (Leily, 2009). Pada
praktikum ini dilakukan percobaan distilasi untuk memurnikan aseton dengan menggunakan
tiga variasi distilasi yaitu distilasi sederhana dan distilasi fraksinasi dengan ketinggian packed
20 dan 35 cm. Larutan induk yang digunakan adalah campuran air-aseton dengan volume
kerja 50% w/w sebanyak 150 g. Praktikum ini dilakukan secara duplo untuk mendapatkan
hasil yang akurat. Temperatur yang digunakan pada praktikum ini adalah ± 70℃ berdasarkan
hasil perhitungan hambatan pertukaran panas yang mempengaruhi proses pemanasan pada
distilasi.
IV.1 Penentuan Neraca Massa Distilasi
Adapun persamaan neraca massa secara umum untuk proses distilasi adalah:
𝐼𝑛 − 𝑂𝑢𝑡 + 𝐺𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 − 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑝𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 (1)
Pada praktikum ini tidak ada reaksi pada saat proses distilasi terjadi dan sistem yang
digunakan adalah sistem batch sehingga, tidak ada proses pembentukan senyawa baru
(generation) dan pengurangan senyawa untuk membentuk senyawa lain (consumption),
sehingga persamaan neraca masssa untuk proses distilasi ini adalah:
𝐹 =𝐷+𝑊 (2)
dengan F adalah Feed atau umpan yang dimasukkan ke dalam boiler atau labu distilasi, D
adalah Distilat atau hasil dari distilasi dan W adalah Waste atau larutan yang tersisa pada labu
distilasi. Adapun nilai Feed, Distilat dan Waste dari ketiga variasi distilasi dapat dilihat pada
tabel IV.1 dibawah ini:
Tabel IV.1 Nilai Feed, Waste dan Distilat pada Proses Distilasi

Variasi distilasi F (gram) W (gram) D (gram)


Sederhana 146,13 58,8 87,33
Packing 20 cm 145,48 59,83 85,65
Packing 35 cm 145,95 64,35 81,60

Berdasarkan Tabel IV.1 dapat dilihat bahwa jumlah distilat pada distilasi sederhana
lebih tinggi dibandingkan pada packing 20 dan 35 cm. Hal ini disebabkan karena pengaruh
ada tidaknya packing. Saat tidak ada packing (distilasi sederhana), maka tidak ada cairan (air)
yang dikembalikan ke labu distilasi dengan artian semua senyawa yang menguap langsung
dikondensasi dan masuk sebagai distilat (Sunil,2017). Hal tersebut akan membuat distilat
memiliki massa yang tinggi. Sedangkan saat ada packing (distilasi fraksinasi), akan ada
cairan (air) yang dikembalikan ke labu distilasi karena adanya proses pemanasan dan
pendinginan berulang pada packed sehingga memperbanyak buttom dan mengurangi jumlah
distilat. Hal lain yang mempengaruhi jumlah distilat sederhana lebih tinggi dibandingkan
packing 20 dan 35 cm adalah tinggi kolom distilasi. Pada distilasi sederhana tinggi kolom
yang digunakan sekitar 10 cm. Sedangkan tinggi kolom distilasi fraksinasi yaitu sekitar 50
cm. Semakin pendek kolom distilasi maka akan semakin banyak pula jumlah senyawa yang
menguap yang langsung dikondensasi (Nur Isti, 2015). Hal tersebut akan membuat semakin
banyak jumlah distilat yang didapatkan jika dibandingkan dengan kolom distilasi yang lebih
tinggi. Oleh sebab itulah jumlah distilat pada distilasi sederhana lebih tinggi dibandingkan
packing 20 dan 35 cm. Jika dibandingkan antara packing 20 dengan 35 cm, jumlah distilat
packing 20 cm lebih banyak dibandingkan jumlah packing 35 cm. Hal ini disebabkan oleh
semakin tinggi packed yang digunakan, semakin banyak pula air yang dikondensasikan atau
dikembalikan ke labu destilasi sekaligus mengurangi jumlah distilat yang didapatkan. Hal ini
akan sebanding dengan semakin murninya aseton yang didapatkan karena adanya proses
pemisahan aseton dan air sepanjang packed. Karena aseton yang didapatkan lebih murni pada
distilat, maka akan lebih rendah pula massa distilat yang didapatkan karena adanya
pengurangan jumlah air.

IV.2 Hubungan Fraksi Mol Distilat dan Waste Aseton terhadap Waktu
Jika diplot hubungan antara fraksi mol distilat aseton pada distilasi sederhana, distilasi
dengan packing 20 cm serta packing 35 cm terhadap waktu, maka akan dihasilkan gambar
IV. 1 dibawah ini:
0,6
0,5
0,4 Distilasi

Xd
0,3 Sederhana

0,2 Packing 35 cm

0,1
Packing 20 cm
0
0 20 40 60 80
waktu (menit)

Gambar IV. 1 Grafik Hubungan Waktu terhadap Fraksi Mol Aseton Distilat.

Berdasarkan gambar IV.1, dapat dilihat bahwa fraksi mol aseton yang dihasilkan oleh
distilasi fraksinasi lebih tinggi dibandingkan distilasi sederhana. Hal ini disebakan karena
adanya packing dapat meningkatkan daerah kontak antara cairan dan uap sehingga zat dapat
dipisahkan dengan lebih baik. Semakin tinggi packing, semakin tinggi pula fraksi aseton yang
didapatkan pada distilat dikarenakan kontak antara uap dan cairan semakin lama sehingga
fraksi mol destilat yang dihasilkan pada packing yang lebih tinggi akan bernilai lebih tinggi
dibandingkan dengan paking yang lebih pendek (Nur Isti, 2015). Hal ini sesuai dengan
gambar IV.1 dimana fraksi mol aseton yang didapatkan lebih tinggi pada packing 35 cm
dibandingkan dengan packing 20 cm.

Melalui gambar IV.1 dapat juga dilihat bahwa semakin lama proses distilasi maka
semakin menurun fraksi mol aseton pada distilat yang dihasilkan. Hal ini terjadi dikarenakan
semakin lama waktu distilasi maka semakin rendah konsentrasi aseton yang terdapat di dalam
labu destilasi sehingga fraksi mol aseton yang didapatkan pada distilat pun seiring
bertambahnya waktu akan semakin sedikit atau kecil.
Gambar IV.2 fraksi mol etanol pada distilat seiring waktu
(Clark W.M., 2008)

Berdasarkan literatur pada gambar IV.2 di atas, fraksi mol senyawa pada distilat juga
semakin lama semakin menurun. Hal tersebut sesuai dengan hasil yang didapatkan dari
percobaan distilasi aseton air. Dimana literatur menjelaskan bahwa semakin lama fraksi mol
senyawa yang dipisahkan (etanol) semakin lama akan semakin menurun seiring waktu
diakibatkan fraksi mol senyawa yang ada di bottom yang semakin sedikit akibat adanya
penguapan dan karena air yang juga mulai ikut menguap.

Jika diplot hubungan antara fraksi mol waste (bottom) aseton pada distilasi sederhana,
distilasi dengan packing 20 cm serta packing 35 cm terhadap waktu, maka akan dihasilkan
gambar IV. 2 dibawah ini:

0,9
0,85
0,8
0,75
Xw

0,7 Distilasi sederhana


0,65 Packing 35 cm
0,6
Packing 20 cm
0,55
0,5
0 20 40 60 80
waktu (menit)

Gambar IV. 3 Grafik Hubungan Waktu terhadap Fraksi Mol Aseton Waste (Bottom)
Dapat dilihat pada gambar IV.3, jumlah fraksi mol aseton pada bottom distilasi sederhana
lebih tinggi dibandingkan jumlah fraksi mol aseton pada bottom distilasi fraksinasi. Hal ini
disebabkan oleh distilasi fraksinasi lebih baik memisahkan aseton dengan air dibandingkan
dengan distilasi sederhana karena memperluas kontak antara uap dengan air sehingga terjadi
pemanasan dan pendinginan berulang sehingga didapatkan aseton yang lebih murni pada
distilat. Sedangkan pada distilasi sederhana kontak antara uap dan cairan tidak terjadi
sehingga pemisahan aseton dan air menjadi kurang baik yang sekaligus menyebabkan
banyaknya fraksi mol aseton yang tertinggal di bottom. Hubungan antara fraksi mol aseton
destilat dengan fraksi mol aseton waste dapat dilihat pada persamaan (3).

𝑋𝑤 + 𝑋𝑑 = 1 (3)
Jika fraksi mol distilat tinggi, maka fraksi mol waste akan lebih rendah dibangdingkan fraksi
mol distilat. Oleh karena itu, pada distilasi sederhana, fraksi mol aseton distilat paling rendah
dibandingkan fraksi mol aseton distilat pada distilasi fraksinasi. Sedangkan, fraksi mol
aseton bottom distilasi sederhana paling tinggi dibandingkan fraksi mol aseton pada distilasi
fraksinasi.

Melalui gambar IV.3 dapat juga dilihat bahwa semakin lama proses distilasi semakin
meningkat jumlah fraksi mol aseton yang tertinggal pada bottom seiring pertambahan waktu.
Hal ini disebabkan semakin lama proses pemanasan terjadi, maka semakin sedikit fraksi
aseton yang menguap, semakin banyak pula fraksi aseton yang tertinggal di bottom.

IV.3 Verifikasi Proses Distilasi Sederhana dengan Persamaan Reyleigh


Pada percobaan ini digunakan persamaan Reyleigh untuk menentukan hubungan
antara jumlah zat yang terdistilasi dengan zat yang tertinggal di dalam labu. Persamaan
𝑥 𝑑𝑥𝑤
Reyleigh merupakan persamaan integral. Nilai ∫𝑥 𝑤 𝑥 diperoleh dengan cara
𝑓 𝑑 −𝑥𝑤

mengintegralkan persamaan yang diperoleh pada kurva melalui hubungan antara 𝑥𝑤 dengan
𝑑𝑥𝑤
dimana persamaan polinomial yang diperoleh melalui kurva yaitu y = – 95,278x2 +
𝑥𝑑 −𝑥𝑤

155,95x + 65,149 dengan menghitung secara integrasi maka diperoleh perbedaan nilai antara
𝐹 𝑥 𝑑𝑥𝑤
nilai ln 𝑊 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ∫𝑥 𝑤 𝑥
𝑓 𝑑 −𝑥𝑤

0,807≠0,819 (terjadi error)


Dari hasil perhitungan yang telah dilapirkan pada B.5 didapatkan error pada distilasi
sederhana sebesar 1,58%. Hal ini disebabkan oleh air yang tidak terisi penuh pada kondensor.
Jika air tidak terisi penuh pada kondensor maka proses kondensasi tidak akan berjalan
maksimum karena jumlah uap yang seharusnya dikondensasi berkurang akibat berkurangnya
kontak antara uap dengan dinding kondensor yang yang berisi air. Hal ini juga berpotensi
membuat ada uap yang keluar dari kondensor tanpa sempat dikondensasi. Error juga dapat
disebabkan karena kurva baku yang memiliki R2=0,9505 sehingga konversi indeks bias
dengan konsentrasi senyawa menjadi kurang akurat. Hal ini akan berpengaruh pada
perhitungan persamaan Reyleigh yang membuat error semakin tinggi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini adalah:
1. Kurva baku aseton-air menggunakan 8 larutan dengan variasi konsentrasi yaitu
0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dan 60%. Diperoleh persamaan regresi linear
kurva baku yaitu: y=0,0297x + 1,3324.
2. Hubungan fraksi mol aseton distilat (XD) berbanding terbalik terhadap waktu yaitu
semakin lama proses distilasi berlangsung maka semakin kecil nilai dari fraksi
mol aseton distilat.
3. Hubungan fraksi mol aseton waste (Xw) berbanding lurus terhadap waktu yaitu
semakin lama proses distilasi maka semakin besar nilai dari fraksi mol aseton
waste.
4. Didapatkan bahwa jenis distilasi berpengaruh terhadap konsentrasi distilat yang
dihasilkan. Konsentrasi distilat yang dihasilkan oleh distilasi fraksinasi lebih baik
dibandingkan distilasi sederhana.
5. Diperoleh bahwa tinggi packing memiliki pengaruh terhadap konsentrasi distilat
yang dihasilkan. Konsentrasi aseton distilat yang dihasilkan pada packing 35 cm
lebih besar dibandingkan pada packing 20 cm.
6. Distilasi sederhana memiliki error sebesar 1,58% yang diperoleh dari persamaan
Rayleigh.

III.2 Saran
Sebaiknya proses pembuatan campuran air harus seakurat mungkin agar konsentrasi
yang diperoleh lebih baik. Juga, saat pengambilan sampel yang akan diukur dengan
refractometer harus langsung ditutup agar fraksi aseton tidak sempat menguap ke udara dan
mengurangi nilai konsentrasi yang seharusnya didapatkan. Harus dijaga juga temperatur
proses distilasi konstan agar hasil yang didapatkan tidak berbeda antar proses distilasi
maupun duplonya.
DAFTAR PUSTAKA
Castellan, G. W. 1982. Physical Chemistry Third Edition. General Graphic Services. New
York.

Clark, W.M. (2008). Modeling Batch Distilation. Jurnal Integrasi Proses, 6, 143-156.

Hartanto, Y., Santoso, H., Wijaya, S., & Mardone, A. (2017). Distilasi Ekstraksi pada
Pemisahan Aseton dan Metanol. Jurnal Integrasi Proses, 6 , 168-175.

N. K., Leily, Ramdja, A. F., & Leonard, N. (2009). Tinjauan Teoritis Perancangan Kolom
Distilasi untuk Pra-Rencana Pabrik Skala Industri. Jurnal Teknik Kimia, 16.

Kulkarni, D. J. (2017). Distillation-Research, Studies and Reviews on Modeling, Simulation


and Combined Mode Separations. International Journal of Research and Review, 4.

Nuristi, A. (2015). Pengaruh Panjang Kolom Distilasi Bahan Isian terhadap Hasil Produk
Cair Sampah Plastik. 2:1, 21-27.

Perry, R., Green, D. W., & Maloney, J. O. (1984). Perry's Chemical Engineers Handbook (6
ed.). Japan: McGraw-Hill.

Sattler, K., & Feindt, H. J. (1995). Thermal Separation Process. Weinheim: Wiley-VCH.

Sukardjo. (2013). Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta

Walangare, K., Lumenta, A., Wuwung, J., & Sugiarso, B. (2013). Rancang Bangun Alat
Konversi Air Laut menjadi Air Minum dengan Proses Destilasi Sederhana
Menggunakan Pemanas Elektrik. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer.
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR

A.1 Sifat Kimia dan Fisika senyawa


1. Aseton
Rumus Molekul : CH3COCH3
Titik Didih : 56,53℃
Berat Molekul : 58,08 gram/mol

2. Air
Rumus Molekul : H2O
Titik Didih ; 100℃
Berat Molekul : 18,0153 gram/mol
(Perry, 1984)
LAMPIRAN B
DATA LITERATUR

B.1 Perhitungan Densitas

B.1.1 Perhitungan Densitas Aseton

mpiknometer+aseton (g) − mpiknometer (g)


ρaseton =
Vpiknometer (mL)

40,0324 g − 20,4372 g
ρaseton =
25 ml

ρaseton = 0,7838 g/mL

B.1.2 Perhitungan Densitas Aquades

mpiknometer+aquades (g) − mpiknometer (g)


ρaquades =
Vpiknometer (mL)

45,5133 g − 20,6999 g
ρaquades =
25 ml

ρaquades = 0,9925 g/mL

B.2 Perhitungan Volume Aseton dengan Konsentrasi 50 % w/w

Volume kerja keseluruhan = 168,9 mL

50 % x ρaseton − 50 % x ρaquades
Volume kerja Aseton = 50 % x x 168,9 mL
ρaseton

50 % x 0.7838 − 50 % x 0,9925
Volume kerja Aseton = 50 % x x 168,9 mL
0,7972

Volume kerja Aseton = 95,69 mL

Volume kerja Aquades = 168,9 mL − 95,69 mL

Volume kerja Aquades = 73,21 mL


B.3 Perhitungan Volume Aseton untuk Kurva Baku

Pada konsentrasi aseton 10% w/w


Volume kerja keseluruhan = 10 mL

50 % x ρaseton − 50 % x ρaquades
Volume kerja Aseton = 10 % x x 10 mL
ρaseton

50 % x 0,7838 − 50 % x 0,9925
Volume kerja Aseton = 10 % x x 10 mL
0,7972

Volume kerja Aseton = 1,33 mL

Volume kerja Aquades = 10 mL − 1,33 mL

Volume kerja Aquades = 8,67 mL

B.4 Perhitungan Nilai F,W,D, dan Xw dan Xd pada Menit ke 10


B.4.1 Perhitungan Nilai F,W,D, dan Xw dan Xd pada Menit ke 10 pada Distilasi
Sederhana
F = 147,75 gram

W = 77,25 gram

D=F–W

D = 147,75 gr – 77,25 gr = 70,5gr

Xw = 0.041758
F. xf = D. xD + W. xW
147,75 x 0,5 = 70,5 xD + 77,25 x 0,041758
xD = 0,815
Perhitungan 𝑥𝐷 pada menit ke 10 diperoleh indeks bias rata-rata 1,36255

Melalui kurva baku etanol dipersamaan y = 0.0455x + 1.3342.


𝑦−1,3342
x= 0,0455
1,36255−1,3342
x= 0,0455
x = 0,627
maka Xd pada menit ke 10 yaitu 0,627

B.4.2 Perhitungan Nilai F, W, D, Xw, dan Xd pada Menit ke 10 pada Distilasi Packing
20 cm
F = 145,955 gr
W = 58,805gr

D=F–W

D = 145,955 gr – 58,805 gr = 87,15 gr

Xw = 0,034066
𝐹. 𝑥𝑓 = 𝐷. 𝑥𝐷 + 𝑊. 𝑥𝑊
145,955 𝑥 0,5 = 87,15 𝑥𝐷 + 58,805 𝑥 0,034066
𝑥𝐷 = 0,8144

Perhitungan Xd pada menit ke 10 diperoleh indeks bias rata-rata 1,3434.


Melalui kurva baku etanol dipersamaan y = 0,0297x + 1,3324

𝑦−1,3324
x= 0,0297

1,3434−1,3342
x= 0,0297

x = 0,310

B.5 Perhitungan Nilai Bilangan Reyleigh


Perhitungan Nilai Bilangan Reyleigh pada distilasi sederhana
1
Melalui persamaan yang diperoleh pada grafik hubungan antara 𝑥𝑊 dengan 𝑥𝑑 −𝑥𝑤

Diperoleh persamaan polynomial y = – 95,278x2 + 155,95x + 65,149


𝑑𝑥𝑤
= −95,278𝑥2 + 155,95𝑥 + 65,149
𝑥𝑑 − 𝑥𝑤
𝑥𝑤 0,01221
𝑑𝑥𝑤
∫ =∫ −95,278𝑥2 + 155,95 𝑥 + 65,149
𝑥𝑓 𝑥𝑑 − 𝑥𝑤 0

𝑥𝑤
𝑑𝑥𝑤 1 1
∫ = (−95,278)𝑥3 + (155,95)𝑥2 + 65,149𝑥
𝑥𝑓 𝑥𝑑 − 𝑥𝑤 3 2
𝑥𝑤
𝑑𝑥𝑤 1 1
∫ = (−95,278)(0,01221)3 + (155,95)(0,01221)2 + 65,149(0,01221)
𝑥𝑓 𝑥𝑑 − 𝑥𝑤 3 2
𝑥𝑤
𝑑𝑥𝑤
∫ = 0,807
𝑥𝑓 𝑥𝑑 − 𝑥𝑤

Diketahui :
F (Feed) = 149,89 gr
W (Bottom) = 64,36 gr
𝐹 149,89
ln = 𝑙𝑛 ( )
𝑊 64,36
𝐹
ln
= 0,82
𝑊
𝑥𝑤
𝐹 𝑑𝑥𝑤
ln = ∫
𝑊 𝑥𝑓 𝑥𝑑 − 𝑥𝑤

0,807 = 0,82 (𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟)


Menghitung Error:
𝐹 𝑥 𝑑𝑥
𝑙𝑛 𝑊 − ∫𝑥 𝑤 𝑥 −𝑤𝑥
𝑓 𝑑 𝑤
% Error =
𝐹
𝑙𝑛 𝑊
0,82 − 0,807
% Error = 𝑥 100%
0,82
% Error = 1,58%

B.6 Perhitungan untuk Hambatan yang terjadi pada Pemanasan saat Distilasi
Diketahui:
𝐶𝑝 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 75,39 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾

𝐶𝑝 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 89,32 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾

𝜌𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 989,6 𝑘𝑔/m3


𝜌𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 779,7 𝑘𝑔/m3
𝑋𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 50%
𝑋𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 50%
Maka,
Cp campuran = Cp water xwater + Cp etanol xetanol
J J
Cp campuran = (0,5 x 75,39 ) + (0,5 x 89,32 )
molK molK
Cp campuran = 82,355 J/molK
ρ campuran = ρ water xwater + ρ etanol xetanol
ρ campuran = (0,5 x 989,6 kg/m3) + (0,5 x 779,7 kg/m3)
ρ campuran = 884,65 kg/m3
diketahui massa kerja yang digunakan yaitu 150 gram
150 gram
mol = gram
46 mol
mol = 3,2608 mol
Luas labu destilasi
Dlabu bulat = 5,2 cm = 5,2 x 10-2 m
ketebalan labu (delta x ) = 0,7mm = 0,7 x 10-3 m
Alabu bulat = 4πr2
Alabu bulat = 4 x 3,14 x (2,6 x 10-2) 2
Alabu bulat = 84,905 x 10-4m2
−kA∆T
q=
∆x
W
−0,84 x 84,905x 10−4 m2 x (351 − T)
q= mK
0,7 x 10−3 m
q = −16,613 x (351 − T)

q = mCp ∆T
J
q = 3,2608 mol x 82,355 x(351 − 294)
molK
q = 17,13J/k
q=q
17,13 = −16,613 x (351 − T)
T = 352 K
T = 80oC
LAMPIRAN C

KURVA KALIBRASI

C.1 Kurva Baku Konsentrasi Aseton

1,355

y = 0,0297x + 1,3324
1,35
R² = 0,9505
indeks bias

1,345

1,34

1,335

1,33
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
% w/w aseton

Gambar C. 1 Kurva Baku Konsentrasi Aseton


𝟏
C.2 Kurva Hubungan antara Xw terhadap 𝑿𝒅−𝑿𝒘

hubungan Xw terhadap 1/(Xd-Xw)


0,0000
-1,00000,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000
-2,0000 y = -95,278x2 + 155,95x + 65,149
R² = 0,9625
-3,0000
1(Xd-Xw)

-4,0000
-5,0000
-6,0000
-7,0000
-8,0000
-9,0000
Xw

1/(Xd-Xw) Poly. (1/(Xd-Xw))

Gambar C. 2 Grafik Hubungan Xw terhadap 1/(Xd-Xw)


LAMPIRAN D

DATA MENTAH

D.1 Tekanan dan Temperatur Laboratorium

Tabel D.1 Tekanan dan Temperatur Laboratorium


Tanggal P (mmHg) T (oC)
09 April 2019 (masuk) 71,1 ± 0,05 23 ± 0,5
09 April 2019 (keluar) 71,1 ± 0,05 25 ± 0,5

D.2 Tabel Kurva Baku Aseton

Tabel D. 2 Kurva Baku Aseton


No w/w % Volume aseton Volume aquadest Indeks bias
1 0 0 10 1,3313
2 0,1 1,134 8,866 1,3346
3 0,2 2,269 7,731 1,3484
4 0,3 3,404 6,596 1,3433
5 0,4 4,538 5,462 1,3460
6 0,5 5,673 4,327 1,3470
7 0,6 6,808 3,192 1,3482

D.3 Distilasi Sederhana

Tabel D. 3 Pengukuran Indeks Bias Aseton - Air terhadap Waktu


Waktu Indeks bias Xd Xw 1/(Xd-
(menit) I II Rata-rata (%) (%) Xw)
0 1,3453 1,3456 1,3455 0,4394 0,5606 -8,2500
10 1,3438 1,3439 1,3439 0,3855 0,6145 -4,3676
20 1,3420 1,3367 1,3394 0,2340 0,7660 -1,8797
30 1,3410 1,3354 1,3382 0,1953 0,8047 -1,6409
40 1,3402 1,3347 1,3375 0,1700 0,8300 -1,5153
50 1,3396 1,3336 1,3366 0,1414 0,8586 -1,3944
60 1,3393 1,3329 1,3361 0,1246 0,8754 -1,3318
D.4 Distilasi Packing 20 cm

Tabel D. 4 Pengukuran Indeks Bias Aseton - Air terhadap Waktu


Waktu Indeks bias 1/(Xd-
Xd Xw
(menit) I II Rata-rata Xw)
0 1,3468 1,3466 1,3467 0,4815 0,5185 -27,0000
10 1,3453 1,3455 1,3454 0,4377 0,5623 -8,0270
20 1,3436 1,3434 1,3435 0,3737 0,6263 -3,9600
30 1,3426 1,3424 1,3425 0,3401 0,6599 -3,1263
40 1,3419 1,3416 1,3418 0,3148 0,6852 -2,7000
50 1,3416 1,3413 1,3415 0,3047 0,6953 -2,5603
60 1,3415 1,3411 1,3413 0,2997 0,7003 -2,4958

D.5 Distilasi Packing 35 cm

Tabel D. 5 Pengukuran Indeks Bias Aseton - Air terhadap Waktu


Waktu Indeks bias Xd Xw 1/(Xd-
(menit) I II Rata-rata (%) (%) Xw)
0 1,3470 1,3465 1,3468 0,4832 0,5168 -29,7000
10 1,3455 1,3453 1,3454 0,4377 0,5623 -8,0270
20 1,3443 1,3441 1,3442 0,3973 0,6027 -4,8689
30 1,3436 1,3433 1,3435 0,3721 0,6279 -3,9079
40 1,3429 1,3428 1,3429 0,3519 0,6481 -3,3750
50 1,3422 1,3423 1,3423 0,3316 0,6684 -2,9700
60 1,3419 1,3421 1,3420 0,3232 0,6768 -2,8286

Anda mungkin juga menyukai