Oleh:
KELAS : 2D
2. Dasar Teori
Proses perpindahan massa merupakan salah satu proses yang cukup penting.
Peprindahan massa merupakan peristiwa yang dijumpau hampir dalam setiap operasi
dalam kegiatan teknik kimia. Salah satu proses tersebut adalah distilasi yang
merupakan proses pemisahan campuran cair-cair menjadi komponen-komponennya
dengan berdasarkan pada perbedaan kemampuan/daya penguapan komponen-
komponen tersebut. Adanya perbedaan kemampuan penguapan antara komponen-
komponen tersebut dikenal sebagai volatilitas relatif. Distilasi batch adalah salah satu
di antara proses-proses tersebut. Pada percobaan ini dilakukan operasi batch. Bahan
yang akan dipisahkan secara distilasi adalah campuran etanol-air. Kolom yang
digunakan adalah kolom berpaking.
Kolom distilasi adalah sarana melaksanakan operasi pemisahan komponen-
komponen dari campuran fasa cair, khususnya yang mempunyai perbedaan titik didih
dan tekanan uap yang cukup besar. Perbedaan tekanan uap tersebut akan
menyebabkan fasa uap yang ada dalam kesetimbangan dengan fasa cairnya
mempunyai komposisi yang perbedaannya cukup signifikan. Fasa uap mengandung
lebih banyak komponen yangmemiliki tekanan uap rendah, sedangkan fasa cair lebih
benyak menggandung komponen yang memiliki tekanan uap tinggi.
Konsep pemisahan dengan cara distilasi merupakan sintesa pengetahuan dan
peristiwa-peristiwa:
a. Kesetimbangan fasa
b. Perpindahan massa
c. Perpindahan panas
d. Perubahan fasa akibat pemanasan (penguapan)
e. Perpindahan momentum
Konsep pemisahan secara distilasi tersebut dan konsep konstruksi heat
exchanger serta konstruksi sistem pengontak fasa uap-cair disentesakan,
menghasilkan system pemproses distilasi yang tersusun menjadi integrasi bagian-
bagian yang memiliki fungsi berbeda-beda. Distilasi adalah sistem perpindahan yang
memanfaatkan perpindahan massa. Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan
dengan dua cara yang berbeda. Pertama dengan menggunakan konsep tahapan
kesetimbangan (equilibrium stage) dan kedua atas dasar proses laju difusi (difusional
forces).Distilasi dilaksanakan dengan rangakaian alat berupa kolom/menara yang
terdiri dari piring (plate tower/tray) sehingga dengan pemanasan komponen dapat
menguap, terkondensasi, dan dipisahkan secara bertahap berdasarkan tekanan
uap/titik didihnya. Proses ini memerlukan perhitungan tahap kesetimbangan. Pada
operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa bila campuran
cair ada dalam keadaan setimbang \dengan uapnya, komposisi uap dan cairan
berbeda. Uap akan mengandung lebih banyak komponen yang lebih mudah menguap,
sedangkan cairan akan mengandung lebih sedikit komponen yang mudah menguap.
Bila uap dipisahkan dari cairan dan uap tersebut dikondensasikan, akan didapatkan
cairan yang berbeda dari cairan yang pertama, dengan lebih banyak komponen yang
mudah menguap dibandingkan dengan cairan yang tidak teruapkan. Bila kemudian
cairan dari kondensasi uap tersebut diuapkan lagi sebagian, akan didapatkan uap
dengan kadar komponen yang lebih mudah menguap lebih tinggi.
Keberhasilan suatu operasi distilasi tergantung pda keadaan setimbang yang
terjadi antar fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran. Dalam hal ini akan ditinjau
campuran biner yang terdiri dari kompoenen A (yang lebih mudah menguap) dan
komponen B (yang kurang mudah menguap). Karena pada umumnya proses distilasi
dilaksanakan dalam keadaan buble temperature dan dew temperature, dengan
komposisi uap ditunjukkan pada Gambar 1, sedangkan komposisi uap dan cairan
yang ada dalam kesetimbnagan ditunjukkan pada Gambar 3. Dalam banyak
campuran biner, titik didih campuran terletak di antara titik didih komponen yang
lebih mudah menguap (Ta) dan titik didih komponen yang kurang mudah menguap
(Tb). Untuk setiap suhu, harga yA selalu lebih besar daripada harga xA.
Gambar 2.1 Kesetimbangan uap cair pada temperatur buble dan temperatur dew
Menyalakan aliran air menuju kondensor, jaga aliran ini dalam laju kurang lebih
150 cm3/s.
Menambahkan etanol pada labu G1 sampai lengan labu menuju pemanas terendam.
% Konsentrasi
ρ (gr/mL)
[X]
Umpan 0,966 20
Residu 0,969 18,16312
4,83 kg
Ln (L1/L2) = ln ( )
1,21125 kg
= 1,38319
1
X (%) Y (%) Y-X (%) (% )
Y −X
0,02 0,192 0,172 5,81395349
0,05 0,377 0,327 3,05810398
0,1 0,527 0,427 2,34192037
0,2 0,656 0,456 2,19298246
0,3 0,713 0,413 2,42130751
0,4 0,746 0,346 2,89017341
0,5 0,771 0,271 3,6900369
0,6 0,794 0,194 5,15463918
0,7 0,822 0,122 8,19672131
L1
Trial error nilai X2 untuk mendapat luas bidang yang diarsir dengan acuan nilai ln
L2
1
, lalu menarik garis ke sumbuY untuk mendapat nilai .
Y −X
x1
L1 d (x)
ln =∫
L2 x2 y−x
L1 1
ln =x 1−x 2
L2 y−x
1,38319 = [0,2−(0,075 .2,482241)].100
1,38319 = 1,38319
Persamaan material balance :
L 1−L 2
L 1. X 1=L 2. X 2+
Y ave
( 4,83−1,21125 ) kg
4,83 kg .20 %=1,21125 kg .7,5 %+
Y ave
3,61875
96,6=9,084375+
Y ave
Y ave =4,134975 %
6. Pembahasan
Distilasi adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan
kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga
sebagai teknik pemisahan bahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih.
Dimana zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu,
sedangkan zat yang memiliki titik didih yang lebih tinggi akan menguap jika titik
didihnya sudah tercapai.
Percobaan yang dilakukan kali ini yaitu proses distilasi batch, dimana pada
operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi. Sedangkan produk
dikeluarkan secara kontinyu. Distilasi batch merupakan distilasi terfraksi, yaitu suatu
metode yang digunakan untuk memisahkan atau memurnikan suatu campuran dua
senyawa atau lebih yang memiliki perbedaan titik didik lebih kurang sebesar 30o C.
Larutan campuran yang digunakan adalah campuran etanol dan air. Pada saat
tetes pertama distilat turun, larutan hasil distilasi tersebut dicek densitasnya dan
dicatat suhunya. Setelah itu dilakukan pengecekan densitas pada 2 tempat yang
berbeda yaitu, pada bagian feed dan distilat, setiap interval 10 menit dari tetes
pertama. Dari data percobaan, dapat dihitung densitas serta konsentrasinya.
Pada praktikum didapat konsentrasi ethanol diumpan sebesar 20% dan di
residu sebesar 18,16312%, serta di destilat sebesar 73,131852%. Hal ini telah sesuai,
tetapi ethanol-air belum terpisah secara optimal karena komposisi air di destilat masih
banyak, faktor yang memengaruhi diantaranya temperatur yang terlalu tinggi sehingga
air yang ada didalam feed ikut teruapkan menuju destilat, pengaturan alat yang kurang
sesuai, mungkin saja kondisi tersebut menyebabkan kondisi yang kurang optimal
untuk memisahkan campuran ethanol-air, serta pada proses penimbangan sampel
piknometer sehingga terdapat etanol yang menguap, Hal ini mempengaruhi hasil
densitas juga fraksi molnya.
Perhitungan menggunakan metode Rayleigh dan neraca massa digunakan
untuk mencari nilai X2 (konsentrasi etanol di residu ) dan Yave (konsentrasi distilat),
lalu membandingkannya dengan data hasil praktikum. Terdapat hasil yang sangat jauh
menyimpang antara perhitungan dengan hasil praktikum. Penyebab peyimpangan
tersebut adalah ketidak telitian dalam melakukan perhitungan, terutama saat trial error
nilai X2 pada grafik sehingga akan mempengaruhi nilai Yave. SAntara perhitungan
(teoritis) dengan praktikum seharusnya memiliki selisih yang tidak terlalu jauh
sehingga data yang diperoleh adalah konkret.
7. Kesimpulan
a. Operasi pemisahan campuran biner etanol – air dengan metode distilasi batch
dilakukan untuk meningkatkan komposisi etanol pada distilat dengan pemisahan
menggunakan perbedaan titik didih.
b. Konsentrasi yang diperoleh pada percobaan:
t ρ destilat % Konsentrasi
(menit) (gr/mL) [Y]
20 0,859 71,82988
30 0,858 72,24481
40 0,8549 73,52893
50 0,8541 73,53498
60 0,8541 73,53498
% Konsentrasi
ρ (gr/mL)
[X]
Umpan 0,966 20
Residu 0,969 18,16312