MODUL 4
Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar
(SNI 2433-2011)
(AASTHO T-48-74)
(ASTM D-92-52)
1. Dasar Teori
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna hitam
sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan menjadi lembek dan
meleleh bila dipanasi. Bahan itu sebagian besar tersusun oleh bitumen yang
kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau setengah padat dari alam atau hasil
pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dengan
minyak bumi atau derivatnya (ASTM, 1994).
Dalam SNI 03-1737-1989, aspal keras didefinisikan sebagai suatu jenis aspal
minyak yang merupakan residu hasil destilasi minyak bumi pada keadaan hampa
udara, yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk padat, sedang aspal
cair adalah aspal minyak yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk
cair. Aspal ini terdiri dari aspal keras yang diencerkan dengan bahan pelarut.
(Christady, 2010).
Titik nyala aspal, yaitu angka yang menunjukkan temperatur (suhu) aspal yang
dipanaskan ketika dilewatkan nyala penguji di atasnya terjadi kilatan api selama
sekitar 5 detik. Syarat aspal AC 60/70 titik nyala sebesar minimal 200ºC. Titik
bakar aspal, yaitu angka yang menyatakan besarnya suhu aspal yang dipanaskan
ketika dilewatkan nyala penguji di atas aspal terjadi kilatan api lebih dari 5 detik.
Semakin tinggi titik nyala dan titik bakar aspal, maka aspal tersebut semakin baik.
Besarnya nilai titik nyala dan titik bakar tidak berpengaruh terhadap kualitas
perkerasan, karena pengujian ini hanya berhubungan dengan keselamatan
pelaksanaan khususnya pada saat pencampuran (mixing) terhadap bahaya
kebakaran (Sukirman, 2003).
2. Maksud
Tujuan diadakannya pemeriksaan titik nyala dan titik bakar adalah untuk mencari
titik nyala aspal, yaitu berupa munculnya percikan-percikan api pada kondisi
panas aspal yang maksimal. Dan mencari titik bakar dari aspal, yaitu berupa
munculnya api pada aspal yang telah dipanaskan mencapai suhu tertentu setelah
mencapai titik nyala.
3. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Cawan / Cleveland Open Cup
Berfungsi sebagai penyimpanan aspal.
b. Kompor
Berfungsi sebagai alat untuk memanaskan aspal dingin.
Gambar 3. 2 Kompor
c. Stopwatch
Berfungsi sebagai menghitung waktu titik nyala dan titik bakar dalam
pengujian.
Gambar 3. 3 Stopwatch
d. Sendok Stainless
Berfungsi sebagai alat untuk mengaduk aspal pada saat di panaskan
didalam panci menggunakan kompor .
e. Penjepit
Berfungsi sebagai alat untuk mengambil cawan .
Gambar 3. 5 Penjepit
f. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan dalam melakukan praktikum.
g. Tabung Gas
Berfungsi sebagai bahan bakar dalam memanaskan aspal.
h. Thermogun
Berfungsi sebagai alat untuk mengecek suhu.
Gambar 3. 8 Thermogun
i. Pemantik
Berfungsi sebagai alat untuk memanaskan benda uji .
Gambar 3. 9 Pemantik
4. Bahan
a. Aspal
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aspal dengan penetrasi
60/70 dan berfungsi sebagai bahan yang akan di uji dalam praktikum.
Gambar 3. 10 Aspal
5. Prosedur Praktikum
Prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan;
b. Lalu memanaskan aspal menggunakan kompor hingga mencair dengan
temperature pemanasan tidak boleh melebihi 150°C;C
c. Setelah itu tuangkan aspal kedalam cawan sebanyak ±70 ml
menggunakan bantuan penjepit;
d. Meletakan cawan pada dudukan alat Cleveland Electric;
e. Kemudian memasang regulator pematik alat Cleveland Electric ke
tabung gas;
6. Pelaporan
Tabel 3. 1 Data Hasil Pengujian
LABORATORIUM BAHAN PERKERASAN
JALAN JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
Kelompok :9
7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari data pemeriksaan titik nyala dan titik bakar didapatkan
hasil data sebagai berikut :
a. Titik nyala didapat pada waktu 13,46 detik dengan suhu sebesar 245ºC
b. Titik bakar didapat pada waktu 18,10 detik dengan suhu sebesar 275ºC
thermogun.