Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019

2.2 TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN CLEVELAND OPEN CUP
(FLASH and FIRE POINTS by CLEVELAND OPEN CUP)

2.2.1 Tujuan Pengujian

Pengujian ini bertujuan untuk mengukur suhu dimana aspal mulai


dapat mengeluarkan nyala api dan nyala terbakar akibat pemanasan
dengan menggunakan Cleveland Open Cup. Suhu yang diperoleh dari
pengujian ini adalah sebagai simulasi terhadap suhu maksimum yang bisa
terjadi pada aspal sampai aspal mengalami kerusakan permanen.

2.2.2Pendahuluan

Terdapat dua metode praktikum yang umum dipakai untuk


menentukan titik nyala dari bahan aspal. Praktikum untuk aspal cair
(Cutback) bisa dilakukan dengan menggunakan alat Tagliabue Open Cup,
sementara untuk bahan aspal dalam bentuk padat biasanya digunakan alat
Cleveland Open Cup. Kedua metode tersebut pada prinsipnya adalah
sama, walaupun pada metode Cleveland Open Cup, bahan aspal
dipanaskan di dalam tempat besi yang terendam di dalam bejana air,
sedangkan pada metode Tagliabue Open Cup, pemanasan dilakukan pada
tabung kaca yang juga diletakkan di dalam air.
Pada kedua metode tersebut, suhu dari material aspal ditingkatkan
secara bertahap pada jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu, titik api
kecil dilewatkan di atas permukaan sampel yang dipanaskan tersebut. Titik
nyala dinyatakan sebagai suhu terendah dimana percikan api pertama kali
terjadi sedangkan titik bakar ditentukan dimana suhu sampel terbakar.
Misalnya, dari hasil pengujian diperoleh temperatur titik nyala
adalah 344°C dan titik bakar 364°C yang berarti memenuhi syarat
minimum temperatur titik nyala oleh Bina Marga untuk aspal PEN 40-60
(200°C). Titik nyala dan titik bakar aspal perlu diketahui karena:
1. Sebagai indikasi temperatur pemanasan maksimum, dimana masih
dalam batas-batas aman pengerjaan.

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019
2. Agar karakteristik aspal tidak berubah (rusak) akibat pemanasan
yang melebihi temperatur titik bakar.

2.2.3Alat dan Bahan

Alat:
1. Cawan kuningan (Cleveland Cup) dengan bentuk dan ukuran tertentu
2. Thermometer
3. Nyala penguji, yaitu nyala api yang dapat diatur dan memberikan
nyala dengan diameter 3,2 sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5
cm
4. Pemanas terdiri dari logam untuk meletakkan cawan Cleveland
5. Pembakar gas atau tungku listrik atau pembakar alkohol yang tidak
menimbulkan asap atau nyala api disekitar cawan
6. Stopwatch
7. Penahan angin; alat yang menahan agin apabila sebagai pemanas.

Bahan:

1. aspal ±100 gram.

Berikut Merupakan Peralatan yang digunakan pada Pengujian Titik Nyala dan
Titik Bakar:

Gambar 2.3.2. Cawan Kuningan


Gambar 2.3.3. Stopwatch
(Cleveland Cup)

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019

Gambar 2.3.3. Thermometer Gambar 2.3.4 Cleveland


Electric

2.2.4 Prosedur Pengujian

Pengujian berdasarkan pada SNI 2456:2011 atau yang sejenisnya


adalah dari AASTHO T 48-89:1990 atau juga ASTM D 92-78. Pada
dasarnya ketiga pengujian ini adalah sama. Benda uji adalah contoh aspal
±100 gram.
1. Memanaskan contoh aspal antara 148,9°C sampai 176°C sampai
cukup cair;
2. Kemudian mengisi cawan Cleveland sampai garis dan
menghilangkan (pecahan) gelembung udara yang ada pada
permukaan cairan.

Langkah-langkah pengujian:

1. Meletakkan cawan di atas kompor pemanas tetap di bawah titik tengah


cawan;
2. Meletakkan nyala penguji dengan fokus pada jarak 7,5 cm dari titik
tengah cawan;
3. Memasang termometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4
mm di atas dasar cawan dan terletak satu garis yang menghubungkan
titik tengah cawan dan titik poros nyala penguji. Kemudian mengatur
titik poros termometer sehingga terletak pada jarak ± ¼ diameter
cawan dari api;

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019
4. Menyalakan kompor dan mengatur pemanas sehingga kenaikan suhu
adalah 15 °C tiap menit sampai mencapai 56 °C dibawah titik nyala
yang diperkirakan untuk selanjutnya kenaikan suhu 5 °C sampai 6
°C/menit;
5. Menempatkan penahan angin di depan nyala penguji;
6. Menyalakan sumber pemanas dan mengatur sumber pemanas sehingga
kenaikan suhu menjadi (15±1) permenit sampai benda uji mencapai 56
°C dibawah titik nyala perkiraan;
7. Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 5 °C sampai 6 °C permenit
pada suhu antara 56 °C dan 28 °C dibawah titik perkiraan;
8. Menyalakan nyala penguji dan mengatur agar diameter nyala penguji
tersebut menjadi 3,2 sampai 4,8 mm;
9. Memutar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi
ke tepi cawan) dalam satu detik. Dan mengulangi pekerjaan tersebut
setiap kenaikan 2°C;
10. Melanjutkan pekerjaan di atas sampai terlihat nyala singkat pada suatu
titik atas permukaan benda uji;
11. Membaca suhu pada termometer dan melakukan pencatatan;
12. Melakukan pekerjaan pembacaan suhu sampai terlihat nyala yang agak
lama sekurang-kurangnya 5 menit di atas pemukaan benda uji,
membaca suhu pada termometer dan catat.

Hal-hal yang harus diperhatikan:

Untuk mendapatkan temperatur titik nyala dan titik bakar yang akurat,
perlu diperhatikan dalam pengujian sebagai berikut:

1. Tersedianya pelindung angin yang menjaga nyala api dari


hembusan angin
2. Kecepatan pemanasan dengan menggunakan Bunsen (pengatur
besar kecilnya api)
3. Pemberian api pemancing (pilot) dilakukan menjelang temperatur
mendekati titik nyala perkiraan dengan memperhatikan:
a. Jarak as api pilot terhadap benda uji ±10 mm;

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019
b. Kecepatan lewat api pilot di atas muka benda uji ±1 detik
perjurusan;
c. Diameter api pilot berkisar 3,2 mm sampai 4,8 mm;
d. Cahaya ruang diatur sedemikian rupa sehingga nyala api
pilot dan nyala api pertama (pijaran api pertama terputus-
putus dalam kurun waktu 5 detik) dapat terlihat jelas (dapat
juga dilakukan di ruangan gelap);
e. Termometer harus bersih dan skalanya terbaca jelas,
diupayakan memakai bantuan kaca pembesar dalam
pembacaannya.

2.2.5 Pembahasan

 Titik Nyala didapat pada suhu 2950C dan padawaktu 5 menit 37,74
detik
 Titik Bakar didapat pada suhu 3450C dan pada waktu 7 menit
37,14 detik

2.2.6 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilaksanakan titik nyala dan titik bakar aspal
diperoleh suhu untuk titik nyala sebesar 295 °C dan 345 °C untuk titik bakar
yang berarti memenuhi syarat minimum untuk aspal PEN 40-60 yaitu 200°C.
Sesuai dengan standar SNI 2456:2011 dan AASHTO T-48-89. Dan aspal yang
diuji diizinkan untuk digunakan pada pekerjaan kontruksi Jalan Raya

2.2.7 Daftar Pustaka

Penuntun Praktikum Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau, 2019

AASTHO T 48-89:1990

SNI 2456:2011

ASTM D 92-78

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019
Tabel hasil pengamatan pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar

o
C di bawah o
No. waktu C Titik Nyala
titik nyala
1 150 0' 00''      
2 155 16.72''      
3 160 26.92''      
4 165 38.73''      
5 170 48.94''      
6 175 1'05''57      
7 180 1'14''82      
8 185 1'23''81      
9 190 1'34''26      
10 195 1'48''48      
11 200 1'59''97      
12 205 2'8''41      
13 210 2'17''89      
14 215 2'31''79      
15 220 2'43''45      
16 225 2'55''51      
17 230 03'56''83      
18 235 03'19''77      
19 240 3'27''56      
20 245 3'44''20      
21 250 3'54''24      
22 255 4'1''39      
23 260 4'13''13      
24 265 4'18''83      
25 270 4'31"61      
26 275 4'44"44      
27 280 4'58"44      
28 285 5'12"91      
29 290 5'26"89      
30 295 5'37"74 Titik Nyala    
31 300 5'48"91      
32 305 5'57"83      
33 310 6'10"28      
34 315 6'21"69      
35 320 6'33"90      
36 325 6'48"45      
37 330 7'05"72      
7'23"24  
38 335    

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B
LAPORAN LABORATORIUM JALAN RAYA 2019
o
C di bawah o
No. waktu C Titik Nyala
titik nyala
39 340 7'29"26      
40 345 7'37"14 Titik Bakar    
41 350 7'37"14      
      295 Titik Nyala
      345 Titik Bakar
Sumber :hasil pengamatan pengujian

KELOMPOK 1-TRANSPORTASI B

Anda mungkin juga menyukai