BAB 2
PEMERIKSAAN BAHAN CAMPURAN BETON
2.1 PENDAHULUAN
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, dan batu
pecah atau agregat-agregat lain yang dicampur jadi satu dengan suatu pasta yang
terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang satu
atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan
karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas,
dan waktu pengerasan (Mc.Cormac, 2004).
Faktor yang dapat mempengaruhi mutu beton salah satu diantaranya
distribusi susunan butir agregat (gradasi), agregat bergradasi baik dalam campuran
beton dapat menghasilkan beton yang berkualitas yaitu mudah dikerjakan
(workability), awet (durability), kuat (strength) dan ekonomis. Porositas beton
merupakan tingkatan yang menggambarkan kepadatan konstruksi beton. Porositas
meruapakan perbandingan antara ruang kosong dari suatu batuan dengan volume
batuan itu sendiri (Widhiarto, 2012).
Beton yang baik adalah jika beton tersebut memiliki kuat tekan tinggi,
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa mutu beton ditinjau hanya dari kuat
tekannya saja. Kuat hancur antara 20 sampai dengan 50 N/mm2 pada umur 28
hari bisa diperoleh di lapangan bila pengawasan pekerjaan baik. (Tjokrodimulyo,
1996).
Semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan bahan-
bahan material lain seperti batu bata dan batu koral hingga bisa membentuk
sebuah bangunan. Sedangkan dalam pengertian umum semen diartikan sebagai
bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat bahan-bahan padat menjadi
satu kesatuan yang kompak dan kuat (Pangaribuan, 2013).
Air adalah bahan dasar pembuatan beton yang paling murah. Air
berfungsi dalam pembuatan beton adalah untuk membuat semen bereaksi dan
7
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
sebagai bahan pelumas antara butir-butir agregat. Kelebihan air yang berfungsi
sebagai pelumas agregat, sehingga membuat adukan mudah dikerjakan. Tetapi
seiring dengan semakin mudahnya pengerjaan, maka akan menyebabkan beton
menjadi terdapat banyak rongga, maka kuat tekan beton itu sendiri akan menurun
(Tjokrodimulyo, 2007).
Pada umumnya air yang digunakan untuk pembuatan beton adalah air
dengan pH 7, air yangber pH Asam ataupun Basa tidak memenuhi persyaratan.
Ini dapat berpengaruh terhadap mutu atau kualitas dari beton. Jika dapat
menurunkan mutu beton maka akan sangatberbahaya terhadap konstruksi yang
akan di bangun karena daya dukung konstruksi yang telah direncanakan tidak
sesuai dengan realisasi pembangunan.Kuat tekan yang dihasilkan pada beton yang
menggunakan pH air asam yaitu semakin rendah nilai pH air yang digunakan
maka kuat tekan beton yang dihasilkan semakin turun dari kuat tekan beton
normal. Kandungan organik adalah bahan-bahan organik yang terdapat di dalam
pasir dan menimbulkan efek yang merugikan terhadap mutu mortar/beton. Kadar
bahan organik dalam agregat halus akan memperlambat proses pengikatan semen,
dan juga akan memperlambat perkembangan kenaikan mutu beton/mortar.
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar/beton, namun demikian peranan agregat pada beton
sangatlah penting. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70% volume
mortar/beton. Walaupun namanya sebagai bahan pengisi, akan tetapi agregat
sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau betonnya, sehingga pemilihan
agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar/beton
(Tjokrodimuljo, 2007).
8
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
9
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.2.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kehalusan semenadalah
sebagai berikut:
1. Saringan No.100
2. Saringan No.200
3. Timbangan
4. Kuas
5. Sieve shaker
6. Pan dancover
10
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.2.1.6 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan pada percobaankehalusansemen
menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
W4-W1
F1 = ×100%
W3
790,900- 376,200
= ×100%
500,000
414,700
= ×100%
500,000
=0,8294×100%
=82,940%
W5-W2
F2 = ×100%
W3
328,500- 244,600
= ×100%
500,000
83,900
= ×100%
500,000
=0,1678×100%
=16,780%
11
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Keterangan:
W1 : Berat saringan No. 100 (gram)
W2 : Berat saringan No. 200 (gram)
W3 : Berat contoh uji semen (garm)
W4 : Berat saringan No. 100 + semen tertahan (gram)
W5 : Berat saringan No. 200 + semen tertahan (gram)
F1 : Persentase semen tertahan saringan No. 100 (%)
F2 : Persentase semen tertahan saringan No. 200 (%)
12
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
13
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.2.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dari data percobaan dan hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan diperoleh persentase kehalusan semen yang tertahan pada
saringan No. 100 adalah 62,280% dan semen yang tertahan di saringan No. 200
adalah 13,680%. Menurut standar SNI 03-2530-1991 dengan syarat kehalusan
semen untuk yang tertahan di saringan No. 100 (W1) adalah ≤ 0,000% dan
persentase kehalusan semen yang tertahan pada saringan No. 200 (W2) ≤
22,000%, maka kesimpulannya adalah saringan No. 100 tidak memenuhi
syaratkarena persentase kehalusan semen yang tertahan lebih dari 0,000%,
sedangkan untuk saringan No. 200 memenuhi syarat karena semen yang tertahan
kurang dari 22,000%.
14
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
15
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
mengandung oli, asam alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya
yang merugikan dalam pembuatan dan hasil beton atau tulangan.
2.3.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan pemeriksaan pH airadalah
sebagai berikut:
1. Cawan
2. Indikator Universal
3. Gelas ukur
16
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
17
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.1.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil data percobaan dan data pemeriksaan pH air yang telah
dilakukan, nilai pH air yang diperoleh adalah 6,500 dengan keadaan air jernih,
tawar, dan tidak berbau. Menurut standar SNI 03-6817-2002, syarat pH air yang
digunakan untuk pembuatan campuran beton yaitu 4,500 – 8,500. Pada percobaan
yang telah dilakukan, air yang diuji telah memenuhi syarat pH air yang
diperbolehkan menurut SNI 03-6817-2002, maka air yang digunakan dalam
percobaan memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk campuran pembuatan
beton.
18
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
19
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan pemeriksaan kadar bahan
padat dalam air adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur 500 ml
2. Cawan penguap
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Hot plate
20
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.2.6 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan pada Percobaan Kadar Bahan Padat dalam
Air menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1000
Konsentrasi bahan padat =W × mg/liter (ppm)
S
=16,090- 15,970
= 0,120
=0,120×1000
=120
1000
Konsentrasi bahan padat =120 ×
500
120.000
=
500,000
=240,000mg/liter (ppm)
Keterangan :
W : Berat residu kering = W2-W1 (mg)
W1 : Berat cawan (gram)
W2 : Berat cawan + berat residu (gram)
S : Volume sampel air (ml)
21
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
22
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil data hasil percobaan dan hasil pemeriksaan kadar
bahan padat dalam air yang telah dilakukan, diperoleh konsentrasi kadar bahan
padat dalam air sebanyak 220,000ppm. Menurut SNI 03-6817-2002, persyaratan
kadar bahan padat dalam air yang diizinkan untuk pembuatan campuran beton
maksimum 2000,000 ppm (part per million). Sehingga kesimpulan dari percobaan
yang telah dilakukan bahwa kadar bahan padat dalam air di bawah batas
maksimum, sehingga air tersebut memenuhi syarat dan aman digunakan untuk
pencampuran beton.
23
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
24
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan bahan tersuspensi dalam air
adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur 1000 ml
2. Oven
3. Beaker glass 1000 ml
4. Botol semprot
5. Timbangan
6. Desikator
7. Kertas saring
25
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.3.6 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan pada Percobaan Bahan Tersuspensi Dalam
Air menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1000
Konsentrasi bahan tersuspensi = W × mg/liter (ppm)
S
= 1,960- 1,880
= 0,080
=0,080×1000
=80,000
1000
Konsentrasi bahan tersuspensi = 80,000 ×
1000
= 80,000 mg/liter (ppm)
Keterangan :
W : Berat residu kering = W2-W1 (mg)
W1 : Berat kertas saring (gram)
W2 : Berat kertas saring + bahan tersuspensi (gram)
S : Volume sampel air (ml)
26
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
27
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil data hasil percobaan dan hasil pemeriksaan kadar
bahan tersuspensi dalam air yang telah dilakukan, diperoleh konsentrasi kadar
bahan padat dalam air sebanyak 90,000 ppm. Menurut SNI 03-6817-2002
persyaratan kadar bahan padat dalam air yang diizinkan untuk pembuatan
campuran beton maksimum adalah 2000,000 ppm (partpermillion), maka
kesimpulannya adalah kadar bahan tersuspensi dalam air pada percobaan yang
telah dilakukan memenuhi syarat dan aman digunakan untuk campuran beton.
28
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
29
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar bahan organik dalam
air adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur 100 ml
2. Cawan
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Hotplate
7. Lilin
8. Korek api
30
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.4.6 Perhitungan
Perhitungan yang digunakan pada Percobaan Kadar Bahan Organik
dalam Air menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
1000
Konsentrasi bahan organik = W × mg/liter (ppm)
S
= 16,090- 16,080
= 0,010
= 0,010 × 1000
=10,000
1000
Konsentrasi bahan organik =10,000 ×
500
= 10,000 × 2,000
=20,000 mg/liter (ppm)
Keterangan :
W : Berat bahan organik = W2- W1 (mg)
W1 : Berat residu dengan cawan setelah dipijarkan (gram)
W2 : Berat residu dengan cawan setelah dioven (gram)
S : Volume sampel air (ml)
31
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
32
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.3.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil data hasil percobaan dan hasil pemeriksaan kadar
bahan organik dalam air yang telah dilakukan, dapat diperoleh konsentrasi kadar
bahan padat dalam air sebanyak 20,000 ppm (partpermillion). Menurut SNI 03-
6817-2002 persyaratan kadar bahan padat dalam air yang diizinkan untuk
pembuatan campuran beton maksimum yaitu 2000,000 ppm, sehingga
kesimpulannya adalah kadar bahan organik dalam air pada percobaan yang telah
dilakukan memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk campuran beton.
33
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan analisis saringan agregat
kasar adalah sebagai berikut.
34
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
1. Sieve shaker
2. Saringan 3", 21/2", 2", 11/2", 1", 3/4", 1/2", 3/8", dan No. 4
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
35
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.1.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan analisis saringan agregat kasar
adalah sebagai berikut.
826,100
= x100%
1024,000
= 80,674%
Persentase kumulatif lolos saringan 3/8"
Presentase lolos = 100,000% − persentase tertahan
= 100,000% − 80,674%
= 19,326%
Jumlah persentase kumulatif tertahan tanpa pan
Modulus kehalusan =
100,000
712,920
=
100, 000
= 7,129
37
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
38
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
39
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
40
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
120,000
100,000
80,000
Gradasi Butiran
60,000
Minimum
Maksimum
40,000
20,000
0,000
Gambar
1,0002.1 Kurva Gradasi Agregat Kasar Ukuran
10,000 100,000 Butiran Maksimum
41
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil pemeriksaan analisis saringan
agregat kasar yang telah dilakukan, diperoleh agregat kasar yang lolos saringan
3", 2½", 2", dan 1½" sebanyak 100,000%, saringan 1" sebanyak 8,369%, saringan
¾" sebanyak 35,527%, saringan ½" sebanyak 63,232%, saringan ⅜" sebanyak
80,674%, saringan No. 4 sebanyak 99,453%, modulus kehalusan sebanyak 7,129.
Menurut SNI 03-2461-1998, agregat kasar memiliki modulus kehalusan yang
berada pada kisaran 6,000 – 7,200. Berdasarkan dari hasil percobaan analisis
saringan agregat kasar nilai modulus kehalusan adalah sebesar 7,129telah
melewati syarat standar dan nilai ukuran agregat maksimum sebesar 20,000 mm.
42
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
43
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar adalah sebagai berikut.
1. Dunagan test set
2. Saringan No. 4
3. Oven
4. Cawan
44
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.15 Data Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Nilai Rata-
Parameter
I II Rata
Beratcontohjenuhkeringpermukaan (gram) 4379 4535 4457,000
Beratcontohdalam air (gram) 2570 2687 2628,500
Beratcontohkering (gram) 4093 4269 4181,000
Bulk specific gravity 2,263 2,310 2,286
Bulk specific gravity (SSD) 2,421 2,454 2,437
Apparent specific gravity 2,687 2,698 2,693
Absorption/penyerapan (%) 6,988 6,231 6,609
2.4.2.6 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dalam percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat kasar pada sampel I adalah sebagai berikut.
C
Bulk specific gravity =
A−B
6,988
=
4379-2570
= 2,263
A
Bulk specific gravity (SSD) =
A−B
4379
=
4379-2570
= 2,421
C
Apparent specific gravity =
C−B
6,988
=
6,988-2570
= 2,687
A−C
Absorption/ penyerapan = × 100,000%
C
4379-6,988
= 6,988 × 100,000%
45
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
= 62,564%
Keterangan:
A : berat contoh kering permukaan (SSD) (gram)
B : berat contoh dalam air (gram)
C : berat contoh kering (setelah dioven) (gram)
46
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.16 Hasil Perhitungan PercobaanBerat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Kasar
NomorSampel
Parameter Rata-rata
I II
Beratcontohawal (gram) 2001,500 2023,100 2012,300
Beratcontohkering (gram) 1902,700 1924,500 1913,600
Berat air (gram) 98,800 98,600 98,700
Kadar air (%) 5,193 5,123 5,158
47
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
pada sampel I diperoleh nilai berat contoh jenuh kering permukaan sebesar
4968,500gram, berat contoh dalam air sebesar 2855,000gram, dan berat contoh
kering sebesar 4571,400gram, sehingga diperoleh nilaibulk spesific gravity
sebesar 2,163, bulk spesific gravity (SSD) sebesar2,351,apparent spesific gravity
sebesar 2,663, dan absorption sebesar 8,688%.Hasil perhitungan tersebut
digunakan dalam penentuan mix design.
48
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan bobot isi dan rongga udara
agregat kasar adalah sebagai berikut.
1 . Oven
2. Timbangan
3. Batang pemadat Ø 16 mm
49
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
50
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.17 Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat Kasar Kondisi
Lepas
Parameter Nilai
Beratcontainer (gram) 7190
Beratcontainer + agregat (gram) 11422
Beratagregat (gram) 4232
3
Volume container (cm ) 3201,350
Beratisiagregat (kering) (gram/cm3) 1,322
Beratisiagregat (SSD) (gram/cm3) 10,059
Kadar ronggaudara (%) 0,422
Tabel 2.18 Percobaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat Kasar Kondisi
Padat
Parameter Nilai
Beratcontainer (gram) 7190
Beratcontainer + agregat (gram) 12051
Beratagregat (gram) 4861
Volume container (cm3) 3201,350
Beratisiagregat (kering) (gram/cm3) 1,518
Beratisiagregat (SSD) (gram/cm3) 11,554
Kadar ronggaudara (%) 0,336
51
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.3.6 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan berat isi dan rongga udara pada agregat
kasar pada kondisi lepas adalah sebagai berikut.
C−B
Berat isi (kering) =
V
12051-7190
=
3201,350
= 1,518 gram/cm3
C−B A
Berat isi (SSD) = 1 +
V 100,000%
6,609
= 1,518 ×1
100,000%
= 10,059 gram/cm3
= 45,069%
Perhitungan pada percobaan berat isi dan rongga udara pada agregat
kasar pada kondisi padat adalah sebagai berikut.
C−B
Berat isi (kering) =
V
12051−7190
= 3201,350
= 1,518 gram/cm3
C−B A
Berat isi (SSD) = 1 +
V 100,000%
6,609
= 1,518 × {1 × 100.000%}
= 11,554 gram/cm3
52
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
= 0,336 %
keterangan:
A : absorpsi agregat (%)
B : berat container (gram)
C : berat container berikut isinya (gram)
V : volume container (gram)
SG : berat jenis agregat (kering)
53
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.19 Hasil Pemeriksaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat Kasar pada
Kondisi Lepas
No. Parameter Nilai
1 Berat container (g) 7052,000
2 Berat container+agregat (g) 10989,000
3 Berat agregat (g) 3937,000
4 Volume container (cm3) 3048,305
5 Berat isi agregat (kering) (g/cm3) 1,292
6 Berat isi agregat (SSD) (g/cm3) 1,404
7 Kadar rongga udara (%) 45,069
54
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.20 Hasil Pemeriksaan Bobot Isi dan Rongga Udara Agregat Kasar pada
Kondisi Padat
No. Parameter Nilai
1 Berat container (g) 7370,000
2 Berat container+agregat (g) 11873,000
3 Berat agregat (g) 4503,000
4 Volume container (cm3) 3040,305
5 Berat isi agregat (kering) (g/cm3) 1,481
6 Berat isi agregat (SSD) (g/cm3) 1,610
7 Kadar rongga udara (%) 37,006
55
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan bobot isi dan kadar rongga
udara agregat kasar diperoleh nilai kadar rongga udara dari agregat kasar dalam
kondisi padat dan lepas, kondisi lepas yang diperoleh dalam percobaan tersebut
adalah 45,069% sedangkan dalam kondisi padat yang diperoleh dalam percobaan
tersebut adalah 37,006%. Berat isi agregat kering yang diperoleh dalam keadaan
lepas sebesar 1,292 gram/cm3 dan keadaan padat sebesar 1,481gram/cm3 juga
berat isi agregat (SSD) yang diperoleh dalam keadaan lepas sebesar
1,404gram/cm3 dan keadaan padat sebesar 1,610gram/cm3.
56
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
57
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar air agregat kasar
adalah sebagai berikut.
1. Cawan
2. Timbangan
3. Oven
4. Desikator
6,300 1/ 4 0,500
9,500 3/8 1,500
12,700 1/ 2 2,000
19,100 3/ 4 3,000
25,400 1 4,000
38,100 1 6,000
50,800 2 8,000
63,500 2 10,000
76,200 3 13,000
88,900 3 16,000
101,600 4 25,000
152,400 6 50,000
2.4.4.6 Perhitungan
Perhitungan data yang diperoleh dari percobaan kadar air agregat kasar
adalah sebagai berikut.
Berat air =A– B
= 2001,500 – 1902,700
= 98,800 gram
A −B
Kadar air = 100%
B
2001,500−1902,700
= × 100%
1902,700
= 5,193%
Keterangan :
A : berat contoh awal (gram)
B : berat contoh kering (gram)
A–B : berat air (gram)
59
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
60
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang sudah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa kadar air agregat kasar didapatkan hasil bahwa kadar air yang
terkandung dalam agregat kasar adalah 6,043%. Kadar air agregat mempunyai
acuan standar dalamSNI 03-1971-1990, yaitu sebesar 3,000% – 5,000%. Hasil
percobaan yang didapatkan dari percobaan kadar air agregat kasar tidak
memenuhi standar.
61
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
62
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat kasar adalah sebagai berikut.
1. Saringan No. 4, No. 16, dan No. 200
2. Timbangan
3. Oven
4. Cawan
63
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.5.6 Perhitungan
Perhitungan dari percobaan kadar lumpur dan lempung agregat kasar
adalah sebagai berikut.
A−B
Kadar lumpur dan lempung = 100%
B
500-489
= ×100%
489
= 2,200%
Keterangan:
A : berat agregat kering awal
(gram)
B : berat agregat kering setelah pencucian (gram)
64
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.25 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Kasar
No. Parameter Nilai
1 Berat agregat kering awal (g) 4746,000
2 Berat agregat kering setelah pencucian (g) 4673,500
3 Kadar lumpur dan lempung (%) 1,528
65
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan kadar lumpur dan lempung agregat kasar
diperoleh nilai kadar lumpur dan lempung agregat kasar adalah 1,528%. Menurut
SNI 03-4142-1996, syarat kadar lumpur dan lempung agregat kasar adalah ≤
1,000%. Jadi, agregat belum memenuhi standar yang ditentukan
66
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
67
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam abrasion test agregat kasar adalah
sebagai berikut.
1. Los angeles abrasion machine
2. Bola baja
3. Oven
4. Saringan 11/2", 1", 3/4", 1/2", 3/8", 1/4", No.4, dan No. 12
5. Talam
6. Timbangan
7. Pan
68
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
69
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.6.6 Perhitungan
Nilai yang didapat dari hasil percobaan uji abrasi dengan perhitungan
sebagai berikut.
A−B
Keausan = 100%
A
5006,7-3099
= ×100%
5006,7
= 38,103%
Keterangan:
A : berat total benda uji semula (gram)
B : berat benda uji yang tertahan saringan No. 12 (gram)
70
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
71
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.6.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian keausan agregat yang telah dilakukan
diperoleh nilai keausan rata-rata adalah 47,520%. Menurut SNI 2417:2008 (Cara
Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles), nilai keausan agregat
yang baik untuk digunakan dalam konstruksi adalah < 40,000 %. maka hasil
percobaan dari agregat telah memenuhi standar.
72
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
73
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Getaran yang dihasilkan, selain untuk meratakan permukaan bahan yang akan disaring juga
berfungsi untuk mengarahkan bahan yang tidak tersaring (Muhammad Faris, 2019).
2.5.1.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan Analisis Saringan Agregat
Halus adalah sebagai berikut.
1. Sieve shaker
2. Saringan 3", 21⁄2", 2", 11⁄2", 1", 3⁄4",1⁄2", 3⁄8", No.4, No.8, No.16, No.30, No.50,
No. 100
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
74
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
No. 4
411,900 411,900
(4,75 mm)
No. 8
261,400 345,200
(2,36 mm)
No. 16
364,100 487,600
(1,18 mm)
No. 30
401,000 652,200
(0,60 mm)
No. 50
396,100 706,700
(0,30 mm)
No. 100
375,600 546,900
(0,15 mm)
Pan 442,400 495,300
2.5.1.6 Perhitungan
Perhitungan percobaan analisis saringan agregat halus pada saringan No. 8
adalah sebagai berikut.
75
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
= 83,800 gram
berat tertahan
Persentase tertahan = 100%
berat contoh kering
83,800
= × 100%
993,30
= 8,437%
Persentase lolos = 100% − persentase tertahan
= 100% − 8,437%
= 91,563%
jumlah persentase kumulatif tertahan tanpa pan
Modulus kehalusan =
100,000
247,569
=
100
= 2,476
76
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
77
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
78
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
120,000
Presentase Kumulatif Lolos Saringan %
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0,000
0,100 1,000 10,000
Ukuran Bukaan Saringan (mm)
79
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil pemeriksaan analisis saringan
agregat halus, didapatkan persentase lolos tiap saringan sebagai berikut. saringan
No. 4 sebesar 100,000%, saringan No.8 sebesar 91,563%, saringan No.16 sebesar
79,130%, saringan No. 30 sebesar 53,841% saringan No. 50 sebesar 22,571%, dan
saringan No. 100 sebesar 5,326%. Didapatkan nilai perhitungan modulus
kehalusan sebesar 2,476. Menurut SK SNI S-0-1989-F, modulus kehalusan adalah
1,500 − 3,800. Berdasarkan dari hasil praktikum analisis saringan agregat halus
nilai modulus kehalusannya adalah sebesar 2,476 telah memenuhi syarat standar.
80
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
81
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.2.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk percobaan berat jenis dan penyerapan
agregat halus adalah sebagai berikut.
1. Timbangan
2. Labu ukur 500 ml
3. Kerucut kuningan (cone)
4. Penumbuk (tamper)
5. Talam
6. Sendok pengaduk
7. Oven
8. Saringan No.4
9. Hot plate
82
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
kali dengan tinggi jatuh ±5 mm di atas permukaan pasir contoh secara merata
dan jatuh bebas.
6. Membersihkan daerah sekitar kerucut dari butiran agregat yang tercecer.
7. Mengangkat kerucut dalam arah vertikal secara perlahan-lahan.
8. Mengamati agregat saat dibuka, apabila masih terletak rapi, maka contoh
masih basah, keringkan kembali agregat tersebut. Apabila jatuh lepas
keseluruhan. maka contoh terlalu kering. Apabila terjadi keruntuhan sebagian
sedikit demi sedikit pada permukaan benda uji tersebut, maka agregat sudah
dalam keadaan SSD.
9. Masukan ke dalam pan dan cover untuk menghindari penguapan.
10. Isi labu ukur dengan air suling setengahnya lalu masukkan agregat ke dalam
labu ukur sebanyak 100 gram (jangan sampai ada yang tertinggal di leher labu
ukur).
11. Gunakan hot plate untuk mengeluarkan gelembung udara.
12. Rendam labu ukur dalam air hingga suhunya mencapai suhu ruangan lalu
tambahkan air suling hingga tanda batas.
13. Timbang labu ukur + air + sampel agregat (C).
14. Masukkan sampel agregat ke dalam oven pada suhu 100°C 10°C selama 24
jam, setelah itu masukkan dalam desikator lalu timbang beratnya (A).
15. Isi labu ukur dengan air suling sampai tanda batas lalu timbang (B).
Tabel 2.37 Data Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Nilai Rata-
Parameter
I II Rata
Berat contoh jenuh kering permukaan (gram) 100,000 100,000 100,000
Berat contoh kering (gram) 99,790 99,660 99,725
Berat labu + air (gram) 668,97 669,55 669,26
Berat labu + sampel SSD + air (gram) 731,02 730,94 730,98
83
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.2.6 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus
pada nilai/sampel 1 sebagai berikut.
A
Bulking spesific gravity =
B + 100,000 − C
99,790
= 668,970 + 100,000 − 731,020
= 2,630
100,000
Bulk spesific gravity (SSD) =
B + 100,000 − C
100,000
= 668,970 + 100,000 − 731,020
= 2,635
A
Apparent spesific gravity =
B+A−C
99,790
= 668,970 + 99,790 −731,020
= 2,644
100,000 − A
Absorption = ×100%
A
100,000 − 99,790
= ×100%
99,790
= 0,210%
Keterangan:
A : berat agregat kering (setelah di oven) (gram)
84
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
85
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
diperoleh nilai bulk specific gravity sebesar 2,630; bulk specific gravity (SSD)
sebesar 2,635; apparent specific gravity sebesar 2,644; dan absorption/
penyerapan sebesar 0,210%. Ketika agregat halus diletakkan dalam cawan, akan
membuat pasir/agregat halus menjadi runtuh sebagian, dan itulah yang menjadi
kondisi SSD. Berdasarkan SNI 1970:2008, berat agregat halus pada kondisi SSD
mengalami penyusutan setelah dikeringkan dalam oven.
86
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
87
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.3.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan bobot isi dan rongga udara
agregat halus adalah sebagai berikut.
1. Oven
2. Timbangan
3. Batang pemadat Ø16 mm
4. Container (mold 6")
5. Meja getar
6. Mistar perata
7. Jangka sorong
8. Sekop
88
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Parameter Nilai
Berat container (gram) 7465,000
Berat container + agregat (gram) 12953,000
Berat agregat (gram) 5488,000
89
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.3.6 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan bobot isi dan rongga udara agregat halus
pada kondisi lepas adalah sebagai berikut.
C−B
Berat isi (kering) =
V
12302,000 − 7465,000
= 3246,540
= 1,490 gram/cm3
C−B A
Berat isi (SSD) = × (1 + )
V 100%
12302,000 − 7465,000 0,276
= × (1 + 100%)
3246,540
= 1,494 gram/cm3
berat isi (kering)
Kadar rongga udara = (1 − ) × 100%
SG
1,490
= (1 − ) × 100%
2,605
= 42,814%
Keterangan:
A : absorpsi agregat (%)
B : berat container (gram)
C : berat container berikut isinya (gram)
V : volume container (gram)
SG : berat jenis agregat (kering)
90
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Parameter Nilai
Berat container (gram) 7465,000
Berat container + agregat (gram) 12302,000
Berat agregat (gram) 4837,000
Volume container (cm³) 3246,540
Berat isi agregat (kering) (gram/cm³) 1,490
Berat isi agregat (SSD) (gram/cm³) 1,494
Kadar rongga udara (%) 42,814
Parameter Nilai
Berat container (gram) 7465,000
Berat container + agregat (gram) 12953,000
Berat agregat (gram) 5488,000
Volume container (cm³) 3246,540
Berat isi agregat (kering) (gram/cm³) 1,690
Berat isi agregat (SSD) (gram/cm³) 1,695
Kadar rongga udara (%) 34,939
91
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil pemeriksaan bobot isi dan rongga
udara agregat halus, diperoleh hasil bobot isi pada kondisi bobot isi lepas, nilai
berat isi agregat (kering) 1,490 gram/cm3 dengan nilai berat isi agregat (SSD)
1,494 gram/cm3, dan nilai kadar rongga udara 42,814%. Hasil bobot isi kondisi
padat, nilai berat isi (kering) 1,690 gram/cm3, nilai berat isi (SSD) 1,695
gram/cm3, nilai kadar rongga udara 34,939%.
92
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Agregat yang baik digunakan dalam campuran beton adalah agregat pada kondisi
SSD. Apabila agregat dengan kadar air tertentu (belum mencapai kondisi SSD) digunakan
dalam perencanaan campuran, maka agregat tersebut akan menyerap air terlebih dahulu
sampai mencapai kondisi SSD sebelum air bereaksi dengan semen. Campuran tersebut
akan mengalami kekurangan air sehingga tidak akan didapatkan kuat tekan yang
diinginkan dan akan berdampak buruk pada beton yang telah direncanakan. Kadar air SSD
pada agregat sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang terkandung dalam agregat. Semakin
besar selisih antara berat agregat semula dengan berat agregat setelah kering oven maka
semakin banyak pula air yang dikandung oleh agregat tersebut dan sebaliknya. Apabila
agregat tidak dalam kondisi jenuh kering permukaan (SSD), proporsi campuran harus
dikoreksi terhadap kandungan dalam agregat. Koreksi Proporsi Campuran dilakukan
terhadap kadar air dalam agregat minimum satu kali sehari (Dedy Satyawirawan, 2016).
93
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.4.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk percobaan kadar air agregat halus adalah
sebagai berikut.
1. Cawan
2. Timbangan
3. Oven
4. Desikator
6,300 ¼ 0,500
9,500 ⅜ 1,500
12,700 ½ 2,000
19,100 ¾ 3,000
25,400 1 4,000
38,100 1½ 6,000
50,800 2 8,000
63,500 2½ 10,000
76,200 3 13,000
88,900 3½ 16,000
101,600 4 25,000
152,400 6 50,000
94
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
3. Memasukkan cawan beserta agregat halus ke dalam oven dengan suhu 100℃
± 10℃ selama kurang lebih 24 jam.
4. Mengeringkan dalam oven, setelah itu memasukkan cawan beserta agregat
halus tersebut ke dalam desikator.
5. Menimbang kembali cawan beserta agregat halus (B) setelah didinginkan.
2.5.4.6 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan kadar air agregat halus adalah sebagai
berikut.
Berat air =A−B
= 2000,100 − 1991,200
= 8,900 gram
A−B
B × 100%
Kadar air =
2000,100− 1991,200
= ×100%
1991,200
= 0,447%
Keterangan:
A : berat contoh awal (gram)
B : berat contoh kering (gram)
A −B : berat air (gram)
95
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
96
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,
agregat halus mengandung kadar air sebanyak 0,447%. Dalam percobaan mix
design beton kadar air akan menjadi hal yang diperlukan. Oleh karena itu, data ini
akan digunakan untuk penyesuaian kebutuhan free water content dalam
perencanaan campuran (mix design) beton.
97
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Lumpur dalam beton adalah partikel yang lolos ayakan no. 200 (0,075
mm). Apabila agregat halus dan kasar mengandung kadar lumpur yang tinggi
maka dapat menyebabkan terhambatnya pengerasan semen, bertambahnya Faktor
Air Semen (FAS), mampu mengurangi daya ikatan pasta semen dengan agregat
sehingga dapat mengurangi kekuatan dan ketahanan beton dan lebih lanjut lagi
beton akan menjadi retak ketika kering akibat dari tingginya bagian yang halus
(Reni Rahmawati, 2015).
98
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.5.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk percobaan kadar lumpur dan lempung
agregat halus adalah sebagai berikut.
1. Saringan No. 4, No. 8, dan No. 200
2. Timbangan
3. Oven
4. Cawan
99
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.46 Data Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
Parameter Nilai
Berat agregat kering awal (gram) 500,000
Berat agregat setelah pencucian (gram) 489,000
2.5.5.6 Perhitungan
Perhitungan pada percobaan kadar lumpur dan lempung agregat halus
adalah sebagai berikut.
A −B
A × 100%
Kadar lumpur dan lempung =
500,000 − 489,000
= × 100%
500,000
= 2,200%
Keterangan:
A : berat contoh kering awal (gram)
B : berat contoh kering setelah pencucian (gram)
100
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
Tabel 2.47 Hasil Pemeriksaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
Parameter Nilai
Berat agregat kering awal (gram) 500,000
Berat agregat setelah pencucian (gram) 489,000
Kadar lumpur dan lempung (%) 2,200
101
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil pemeriksaan kadar lumpur dan
lempung agregat halus, diperoleh nilai kadar lumpur dan lempung sebesar
2,200%. Berdasar kepada SNI 03-4142-1996 nilai kadar lumpur dan lempung
adalah sebesar ≤ 5,000%. Dengan demikian, nilai kadar lumpur dan lempung yang
telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa agregat halus tersebut memenuhi syarat
untuk campuran beton.
102
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
103
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.6.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk sand equivalent test adalah sebagai
berikut.
1. Tabung Sand Equivalent (SE)
2. Beban Equivalent
3. Larutan standar (stock solution)
4. Gelas erlenmeyer
5. Statif
6. Cawan
7. Tin box
8. Saringan No. 4
9. Sumbat karet
10. Stopwatch
104
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.6.5 Perhitungan
Perhitungan percobaan sand equivalent menggunakan rumus sebagai
berikut:
skala pembacaan pasir
Nilai SE = 100%
skala pembacaan lumpur
105
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk percobaan kadar bahan organik agregat
halus adalah sebagai berikut.
1. Botol organik
106
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2. Larutan NaOH 3%
3. Standar warna
4. Gelas ukur
107
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
108
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.5.7.6 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan terhadap kadar bahan organik
agregat halus warna larutan pasir sama dengan warna No. 2. Hal ini berarti bahwa
kandungan organik yang dimiliki agregat tersebut rendah. Sesuai dengan pedoman
SNI 03-2816-1992 standar warna No.2 berarti pasir tersebut dapat digunakan
sebagai bahan campuran beton tanpa dicuci terlebih dahulu.
109
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
110
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.7.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan Soundness test agregaat halus
adalah sebagai berikut.
1. Beaker glass
2. Timbangan dengan ketelitian minimal 0,1%
3. Natrium sulfat/magnesium sulfat
4. Oven
5. Desikator
6. Termometer dengan ketelitian 0,1%
7. Hidrometer
8. Wadah untuk agregat halus, kawat kasa berbentuk tabung yang bagian
atasnya terbuka yang mempunyai ukuran bukan saringan No. 60
9. Saringan dengan ukuran sebagai berikut.
Tabel 2.28 ukuran saringan
Ukuran Saringan
No.4 (4,750 mm)
No. 5 (4,000 mm)
No. 8 (2,400 mm)
No. 16 (1,200 mm)
No. 30 (0,600 mm)
No. 50 (0,300 mm)
No. 100 (0,150 mm)
111
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
3. Mengambil benda uji ±100 untuk masing-masing fraksi yang telah disaring,
kemudian mencatat berat totalnya. Jangan menggunakan agregat halus yang
menempel pada celah saringan.
4. Memasukkan benda uji ke dalam beaker glass, kemudian menuangkan
larutan garam natrium/ magnesium yang telah disediakan sehingga larutan
tersebut dapat merendam seluruh permukaan benda uji dengan ketinggian
±12,5 mm (1/2").
5. Menutup beaker glass dengan rapat untuk mengurangi penguapan dan
masuknya substansi lain. Mengatur temperatur perendaman pada suhu 20,3oC
− 21,9 oC.
6. Memasukkan beaker glass ke dalam desikator dan mendiamkan selama
minimum 16 jam dan maksimum 18 jam.
7. Mengeluarkan beda uji dari dalam larutan, membiarkannya tiris selama 15 ± 5
menit. Mengeringkan dalam oven pada temperatur 110oC ± 5oC sampai
beratnya tetap, kemudian mendinginkan benda uji sebelum direndam kembali
dalam larutan.
8. Mengulangi proses perendaman dan pengeringan benda uji minimial 5 kali.
Apabila pengujian terpakasa dihentikan sementara, menyimpan benda uji di
dalam oven pada tempratur 110 oC ± 5oC sampai pengujian dilanjutkan
112
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
kembali.
9. Setelah proses perendaman dan pengeringan selesai, mencuci benda uji dengan
cara megalirkan air panas (43 oC ± 6 oC) ke dalam cawan sampai meluap
keluar untuk memastikan benda uji telah bersih dari larutan natrium sulfat/
magnesium sulfat. Selama proses pencucian, menjaga benda uji dari
guncangan atau tumbukan yang dapat membuat pecah atau retaknya benda uji.
10. Mengeringkan masing-masing fraksi benda uji dalam oven sampai
memperoleh beratnya tetap.
11. Menyaring agregat halus dengan ukuran saringan yang sama pada saat
persiapan benda uji, lalu menimbang dan mencatat berat benda uji yang
tertahan pada masing-masing saringan (B).
2.4.7.5 Perhitungan
Perhitungan pada Soundness test agregat halus dilakukan dengan runus
sebagai berikut.
A − B
Persentase agregat yang lapuk = ×100%
B
Keterangan:
A: berat agregat sebelum pengujian
B : berat agregat sesudah pengujian
113
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.8.3 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam bulking factor test agregat halus adalah
sebagai berikut.
114
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2. Stopwatch.
2.4.8.6 Perhitungan
Perhitungan bulking factor test dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
A − B
Bulking factor = ×100%
B
300,000 − 290,000
= ×100%
290, 000
= 3,448%
Keterangan:
A : volume pasir dengan kadar air asli (ml)
B : volume pasir dalam keadaan jenuh air (ml)
115
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
116
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi
2.4.8.7 Kesimpulan
Hasil data bulking factor test dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui volume semula sebesar 300,000 ml, volume dalam keadaan
jenuh sebesar 290,000 ml dan bulking factor sebesar 3,448%..
117
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma