Anda di halaman 1dari 9

Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur – I

Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember, 30 Oktober 2017

Pengaruh Penambahan “Dolosit” dan Fly Ash pada Pembuatan


Mortar
The Influence of “Dolosit” and Fly Ash Adding on Mortar Making.

Khoirunnisaa, Sonny Wedhantob, Made Wenac


a
Mahasiswi Jurusan Teknik Sipil, FakultasTeknik, Universitas Negeri Malang, Jln Semarang No 5 Malang,
email: khoirunnisa070@gmail.com
b
Staff pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Jln Semarang No 5
Malang, email: s_wedhanto@yahoo.co.id
c
Staff pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang, Jln Semarang No 5
Malang, email: made.wena.ft@um.ac.id

ABSTRAK
Dolosit tidak dikenal dalam deretan nama jenis batuan pada ilmu geologi; dalam bentuk bubuk Dolosit
banyak dijual di toko bangunan di Malang. Para tukang batu menggunakan Dolosit sebagai bahan tambahan
pembuatan mortar; selain Dolosit, akhir-akhir ini Fly Ash juga mulai banyak digunakan dalam pembuatan
mortar. Sejauh mana pengaruh menambahkan dua bahan tersebut terhadap mutu mortar, sampai sekarang
belum diketahui. Penelitian ini bermaksud untuk melihat perbedaan pengaruh Dolosit dan Fly Ash pada
mortar. Sampel dibuat dari tiga jenis mortar, yaitu mortar yang diberi dolosit, diberi fly ash, dan sebagai
kelompok kontrol adalah mortar yang tanpa diberi campuran apapun. Variasi persentase penambahan sebesar
5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat pasir. Benda uji berbentuk kubus mortar ukuran 5 x 5 x 5 cm3; tiap
perlakuan menggunakan 20 buah sampel terbuat dari campuran 1 PC : 2,75 Pasir dengan FAS = 0,485.
Pengujian dilakukan setelah sampel umur 7; 21; dan 28 hari. Hasil penelitian: (1) bahan bangunan yang
disebut “Dolosit” sebenarnya adalah jenis batuan Kalsit (kapur); (2) pengikatan awal mortar yang ditambah
Dolosit lebih lama dari yang ditambah Fly Ash; (3) substitusi Fly Ash pada mortar dapat mengurangi
pemakaian air dan menghasilkan workability mortar yang lebih baik; (4) substitusi Dolosit pada mortar akan
meningkatkan penyerapan air lebih banyak daripada substitusi Fly Ash maupun kelompok kontrol. (5)
substitusi Fly Ash menghasilkan mortar dengan kekuatan tekan lebih tinggi dari kelompok kontrol maupun
yang diberi Dolosit.
Kata kunci: mortar; Dolosit; Fly Ash

ABSTRACT
Dolosit did not recognized as the name of a kind of rocks on the geological science; in powder form much of
material store had sold. The masons used Dolosit as additional material at mortar made. Besides Dolosit,
lately fly-ash also started much used in mortar making. So far the influence of two substances would have on
the quality of mortar is yet not known. The research goal is to see a separation influence of the addition
Dolosit and fly-ash in mortar. Samples were made from three types of mortar, which were dolosit mortars,
given fly ash, and as a control group was mortared without any mixture. Variations in percentage additions
of 5%, 10%, 15%, and 20% of the weight of sand. The test cube mortar 5 x 5 x 5 cm3 size; each treatment
used 20 samples, made from a mixture of 1 pc: 2.75 sand, mixed by water cement ratio= 0,485. Testing was
done after sample had 7; 21; and 28 days age. Research result: (1) building materials called Dolosit actually
was a kind of calcite (lime) rocks; (2) initial of mortar setting added with Dolosit was more time than with
Fly Ash additional. (3)the substitution of Fly Ash on mortar can reduced the used of water and produced
better workability mortar;(4) Dolosit substitution on mortar will increase more water absorption than Fly
Ash adding or the control group; (5) Fly Ash substitution produced the highest compression than control
group and who were the Dolosit given.
Keywords: mortar; Dolosit; Fly Ash

Khoirunnisa, Sonny Wedhanto, Made Wena │S-59


Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur – I
Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember, 30 Oktober 2017

PENDAHULUAN
Pemanfaatan Dolomit pada proyek-proyek bangunan sipil sudah banyak dilakukan, sebab
beberapa hasil penelitian menyimpulkan, bahwa Dolomit dapat digunakan sebagai
substitusi semen PC pada pembuatan mortar, yang efeknya dapat meningkatkan kekuatan
tekan (Mikhailova, dkk. 2013) (Korjakins, dkk. 2008). Tetapi bahan bangunan yang
disebut “Dolosit” kemungkinan hanya dikenal di daerah Malang. Oleh tukang batu bubuk
Dolosit digunakan sebagai campuran mortar pada pekerjaan pasangan dan plesteran.
Sejauh ini secara ilmiah pengaruh penambahan bubuk Dolosit pada mortar belum pernah
diselidiki. Apakah bahan bangunan yang di Malang disebut “Dolosit” identik dengan
“Dolomit” belum diketahui. Tetapi ada kemungkinan bahwa Dolosit termasuk jenis batuan
Dolomit yang memiliki komposisi mineral sedikit berbeda.
Dolomit (Dolomite) merupakan Batuan Kapur yang banyak mengandung kristal
Magnesium Karbonat (MgCO3), memiliki rumus kimia CaMg(CO3)2. Dolomit berasal dari
batuan induk yang memiliki warna dan tekstur beragam; merupakan satu dari tiga bentuk
mineral karbonat kompleks selain Kalsit dan Aragonit (Stone Guide, 2009).
Kalsit adalah jenis batuan kapur yang sebagian besar berupa Kalsium Karbonat (CaCO3).
Kandungan Magnesium Karbonat pada Kalsit jumlahnya kurang dari 5%. Aroganit dan
Kalsit memiliki kandungan CaCO3 sama besar, tetapi Kalsit lebih sering ditemukan
daripada Aragonit (Korjakins, dkk. 2009). Secara fisik Kalsit dan Dolomit sulit dibedakan,
sebab keduanya sama-sama merupakan material sangat lunak, mudah hancur dengan
diremas jari tangan, mempunyai kemampuan penyarapan air sangat besar, dan mudah
larut dalam air. Perbedaan hanya dapat dilihat dari hasil analisis komposisi kimia ke dua
batuan tersebut. Kalsit maupun Dolomit sama-sama ditemukan pada batuan sedimen;
Kalsit terdapat pada batuan sedimen Kapur, dan Dolimit pada batuan sedimen Dolostone
(Skinner, dan Proter;, 1992)
Selain Dolosit, akhir-akhir ini Fly Ash juga banyak digunakan sebagai bahan substitusi
pada pembuatan mortar. Menurut (Cong dkk, 2012) Fly Ash sifatnya tidak larut dalam air;
penambahan Fly Ash dibawah 30% dari berat semen pada pembuatan mortar dapat menarik
bitir-butir air pada partkel mortar sehingga meningkatkan cairan yang terkandung dalam
mortar itu. Sifat ini berlawanan dengan peri-laku Dolomit maupun Kalsit yang justru
menyerap air yang ada pada mortar.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi, apakah sebenarnya bahan bangunan
yang disebut “Dolosit” itu; bagaimana pengaruhnya jika digunakan sebagai campuran
mortar, dan perbedaan pengaruh pada mortar jika dibandingkan dengan penggunaan Fly
Ash.
METODE
Penelitian dilakukan di Kota Malang, semua bahan bangunan dibeli di salah satu toko
Bahan Bangunan di Kota Malang. Sampel berupa kubus mortar ukuran 50 x 50 x 50 mm3,
setiap perlakuan menggunakan 20 buah benda uji. Mortar dibuat sesuai dengan standar
campuran ASTM C 109, yaitu 1 semen PC : 2,75 pasir dengan Faktor Air Semen (FAS)
0,485 yang ditakar berdasarkan perbandingan berat. Semen menggunakan jenis PPC merek
Semen Gresik; menggunakan pasir sungai Lumajang yang lolos ayakan No 16 (1,18 mm);
air pencampur dari PDAM di Laboratorium Pengujian Bahan Bangunan Jurusan Teknik
Sipil FT-UM. Perlakuan sampel dengan substitusi (mengganti) pasir menggunakan bubuk
Dolosit dan Fly Ash sebanyak 5; 10; 15; dan 20% dari berat pasir. Perawatan benda uji

S-60 │ Pengaruh Penambahan “Dolosit” dan Fly Ash pada Pembuatan Mortar
Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur – I
Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember, 30 Oktober 2017

pasca cetak dengan diangin-anginkan pada suhu kamar; pengujian dilakukan setelah benda
uji umur 7; 21; dan 28 hari.
Uji kekuatan tekan menggunakan Universal Testing Machine dengan ketelitian 0,1 kN; uji
komposisi kimia dilakukan dengan metode X-Ray Fluorescence (XRF). Pengikatan awal
dan akhir pada mortar dilakukan dengan uji vicat. Tingkat kelecakan (workability) mortar
yang dihasilkan dengan pengukuran nilai slump yang dilakukan menggunakan kerucut
tembaga yang umumnya dipakai untuk menentukan tingkat kelembaban pasir; prosedur
yang digunakan mengacu pada uji slump beton segar umumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelayakan sifat fisik bahan yang digunakan
Uji kelayakan sifat fisik bahan bertujuan untuk mengetahui laik/ tidaknya material yang
digunakan pada penelitian ini. Pengujian dilakukan pada semen dan pasir; Tabel 1 dan 2
adalah hasil pengujian yang telah dilakukan. Dari hasil pengujian disimpulkan bahwa pasir
dan semen PC yang digunakan masih layak dipakai.
Tabel 1. Hasil pengujian sifat fisik pasir
Jenis pengujian Hasil Nilai Standar
Kadar air alami 3,14% 3 – 5% (1)
Kadar air SSD 3,81% 2-7% (1)
Berat Jenis kering 2,68 gr/ cm3 1,6 – 3,2 gr/ cm3 (2)
Berat Jenis SSD 2,76 gr/ cm3 1,6 – 3,2 gr/ cm3 (2)
Kadar lumpur 3,91% < 5% (2)
Modulus kehalusan 2,82% 1,5 – 3,8% (1)
Sumber: (1) SNI 03-6820-2002
(2)
ASTM C 128

Tabel 2. Uji Pengikatan semen PC (SNI 15-0302-2004)


Jenis pengujian Hasil (menit) Standar
Pengikatan awal 105 > 45 menit
Pengikatan akhir 210 < 7 jam

Komposisi kimia Dolosit dan Fly


Tabel 3 adalah hasil pengujian XRF pada Dolosit dan Fly Ash; berdasarkan hasil pengujian
tersebut terlihat bahwa kandungan kimia paling banyak pada Dolosit adalah Calsium
Oksida (CaO), jumlahnya mencapai 96,3%. Jika melihat komposisi mineral pada
“Dolosit”, yang sebagian besar berupa Oksida Kapur (CaO) dipastikan bahwa “Dolosit”
dikategorikan sebagai Kalsit, sebab pada hasil pengujian XRF, Dolosit sama sekali tidak
mengandung MgCO, sedangkan ciri dari Dolomit adalah memiliki kandungan mineral
Magnesium Karbonat (MgCO3) dalam jumlah yang besar.
Kalsit sifatnya berpotensi meningkatkan kinerja mortar yaitu: plastis, dapat mengeras
dengan cepat setelah tercampur dengan air, dan menghasilkan rekatan yang kuat. Kalsit
merupakan bahan perekat hidrolis, yaitu jenis bahan perekat yang bila dicampur dengan air
akan membentuk pasta kemudian mengeras, dan setelah mengeras tidak dapat larut
kembali dalam air. Proses pengerasan bahan pengikat hidrolis akan lebih baik jika
dilakukan dalam rendaman air (Darren, dkk., 2016).

Khoirunnisa, Sonny Wedhanto, Made Wena │ S-61


Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur – I
Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember, 30 Oktober 2017

Tabel 3. Hasil pengujian XRF pada Dolosit dan Fly Ash


Kandungan Komposisi (%)
Dolosit Fly Ash
CaO 96,13 12,9
TiO2 0,17 2,02
MnO 0,048 0,28
Fe2O3 1,13 35,03
NiO 1,55 1,54
CuO 0,11 0,16
ZnO 0,02 0,080
MoO3 0,60 ---
BaO 0,1 0,25
Re2O7 0,1 0,27
Al2O3 --- 12
SiO2 --- 30,6
P2O3 --- 0,47
SO3 --- 1,1
K2O --- 1,96
V2O5 --- 0,074
Cr2O3 --- 0,10
Rb2O --- 0,16
SrO 0,39 ---
Eu2O3 --- 0,3
Pembuatan mortar yang ditambah Kalsit membutuhkan jumlah air yang jauh lebih besar,
sebab Kalsit memiliki kemampuan penyerapan air sangat tinggi, larut dalam air, tidak kuat
menahan asam yang paling lemah sekalipun, merupakan mineral sangat lunak yang
menduduki peringkat ke tiga material paling lunak setelah mineral Talk (Talc) dan
Gibsum. (Geo-Mineral Lab, 2012). Menurut (Arizzi & Cultrone., 2013), penggunaan
Kalsit untuk campuran mortar menyebabkan volume pori-pori mortar terus bertambah, dan
masih dapat berlanjut sampai dua tahun lamanya. Kalsit yang digunakan sebagai filler
(pengisi) pada pembuatan mortar, menurut Petersson's, dkk (dalam Aydin & Yildirin,
2012) akan mempercepat terjadinya reaksi hidrasi. Jika dicampur dengan semen PC dapat
meningkatkan kapasitas perekatan yang tinggi pada mortar.
Kandungan mineral tertinggi pada Fly Ash adalah Besi Oksida (Fe2O3), jumlahnya
mencapai 35,03%, (Dolosit hanya 1,13%). Sifat Fe2O3 adalah tidak larut dalam air. Kadar
besi yang terkandung dalam pasir berpengaruh terhadap kekuatan mortar; semakin besar
kadar Fe2O3 pada pasir akan menghasilkan mortar dengan kekuatan tekan yang makin
tinggi.
Menurut (Nivethitha, 2014) mineral-mineral yang berpengaruh pada kekuatan tekan mortar
adalah SiO2 ; Al2O3 , dan Fe2O3. Jika kandungan SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 pada Fly Ash
menurut Tabel 3 itu dijumlahkan, hasilnya lebih dari 70%, sedangkan kandungan CaO
pada Fly Ash besarnya 12,9 %. Menurut (ASTM C618) Fly Ash dengan kandungan mineral
sebesar itu digolongkan pada kelas F (Thomas, 2007), dan menurut (Rai, dkk., 2014), Fly
Ash kelas F dengan kandungan CaO kurang dari 20% bersifat pozzolan.
Menurut (Sankaralingam, dkk., 2013), penggunaan Fly Ash dapat mengurangi jumlah air,
karena memiliki bentuk bulat dengan permukaan butiran halus, dan dapat mengurangi
panas hidrasi semen sehingga menghindari penyusutan. Fly Ash tipe F juga mampu
meningkatkan ketahanan pada sulfat, karena sifat pozolan yang dimiliki Fly Ash akan
menyebabkan panas hidrasi rendah, sebab ion sulfat dapat merusak mortar.

S-62 │ Pengaruh Penambahan “Dolosit” dan Fly Ash pada Pembuatan Mortar
Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur – I
Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember, 30 Oktober 2017

Fly Ash yang diuji memiliki kandungan mineral SiO2 sebesar 30,6%, sedangkan Dolosit
sama sekali tidak mengandung SiO2. Menurut (SNI 03-6825-2002) pasir untuk membuat
mortar pasangan ataupun beton disyaratkan memiliki kandungan SiO2 lebih dari 90%. Ini
berarti semakin besar kadar SiO2 pada pasir akan menghasilkan mortar yang makin baik.
Penggunaan Fly Ash sebagai substitusi pasir akan menambah kandung mineral SiO2 pada
pasir; secara teoritis hal ini akan meningkatkan kekuatan mortar.
Selain kandungan mineral SiO2, Fly Ash mengandung TiO2 sebesar 2,02%, sedangkan
Dolosit hanya 0,17%. Menurut (Ez-zaky. 2012) TiO2 bersifat meningkatkan kadar C3S dan
C2S, ke dua unsur tersebut merupakan zat kimia penambah kekuatan mekanik dan daya
tahan mortar. Semakin besar kadar TiO2 dalam pasir, akan menghasilkan mortar dengan
kekuatan yang makin tinggi.
Dari perbandingan komposisi mineral hasil pengujian XRF, ternyata Fly Ash mengandung
beberapa mineral, seperti Fe2O3; SiO2; dan TiO2, dalam jumlah lebih besar dari Dolosit.
Menurut hasil-hasil penelitian terdahulu mineral-mineral yang disebutkan itu dapat
meningkatkan kekuatan tekan mortar. Jadi secara teoritis diduga diduga bahwa substitusi
pasir dengan Fly Ash akan meningkatkan kekuatan tekan mortar yang lebih besar daripada
Dolosit.
Pengaruh pengikatan awal dan akhir pada mortar
Perbandingan proses pengikatan awal sampai akhir pada Dolosit dan Fly Ash disajikan
pada Tabel 4. Jika persyaratan pengikatan awal-akhir mengacu pada (SNI 15-0302-2004)
yang menenetapkan, bahwa waktu pengikatan awal jarum vicat minimum selama 45 menit,
dan pengikatan akhir tidak boleh lebih dari 7 jam, maka mortar yang mengandung Dolosit
maupun Fly Ash telah memenuhi persyaratan itu, sebab dari Tabel 4 dietahui bahwa
pengikatan awal paling cepat terjadi pada menit ke 113 (lebih dari 45 menit) dan
pengikatan akhir paling lama terjadi setelah 255 menit (kurang dari tujuh jam).
Tabel 4. Perbandingan proses pengikatan awal dan akhir pada mortar
Persen substitusi Dolosit Fly Ash
bahan Pengikatan Pengikatan ∆t Pengikatan Pengikatan ∆t
awal akhir awal akhir
Substitusi 5% 113 menit 225 menit 112 menit 100 menit 225 menit 125 menit
Substitusi 10% 115 menit 225 menit 140 menit 100 menit 240 menit 140 menit
Substitusi 15% 120 menit 270 menit 150 menit 105 menit 240 menit 135 menit
Substitusi 20% 125 menit 285 menit 160 menit 120 menit 255 menit 135 menit

Pengaruh pada penyerapan air


Pengujian penyerapan air dilakukan dengan mengukur penurunan kelecakan mortar yang
dibuat dari berbagai persen (%) kadar material substitusi pasir. Untuk menjaga agar besar
FAS pada pembuatan sampel mortar tidak berubah, jumlah air hasil perhitungan FAS
ditambah dengan jumlah air yang diserap oleh pasir maupun material subsitutsinya. Hasil
pengukuran kelecakan terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penurunan kelecakan mortar
Persen (%) Penurunan mortar (mm)
substitusi pasir Substitusi dengan Dolosit Substitusi dengan Fly Ash
5% 5 5,5
10% 4 6
15% 3 7
20% 2 7

Khoirunnisa, Sonny Wedhanto, Made Wena │ S-63


Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur – I
Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember, 30 Oktober 2017

Dari Tabel 5, tampak bahwa substitusi pasir dengan Dolosit menyebabkan penurunan
kelecakan mortar yang lebih kecil dari Fly Ash, tetapi jika persentase substitusi Dolosit
ditingkatkan, penurunan kelecakan mortar menjadi makin bertambah kecil. Sebaliknya,
jika persen substitusi pasir menggunakan Fly Ash ditambah, maka penurunan kelecakan
mortar makin bertambah besar. Ini hanya dapat terjadi jika jumlah air yang ada dalam
mortar bertambah. Temuan tersebut memperkuat pendapat Cong dkk, (2012), bahwa
penambahan Fly Ash dibawah 30% dari berat semen yang digunakan pada pembuatan
mortar akan menarik butir-butir air pada partikel mortar itu, sehingga air dalam mortar
meningkat. Perilaku ini berlawanan dengan sifat Kalsit (Dolosit) yang justru menyerap air
pada mortar yang berakibat menurunkan kelecakan mortar.
Pada Gambar 1 diberikan grafik penyerapan air oleh mortar dengan substitusi pasir
menggunakan Dolosit dan Fly Ash. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kemampuan
penyerapan air oleh mortar menjadi semakin besar jika kadar Dolosit pada pasir betambah
besar; tapi sebaliknya, pada substitusi pasir dengan Fly Ash, semakin tinggi kadar Fly Ash
yang diberikan menyebabkan kemampuan penyerapan air oleh mortar semakin rendah.
Jadi penambahan Dolosit akan meningkatkan kemampuan penyerapan air pada mortar.
Jika mortar digunakan pada plesteran dan pasangan tembok, akan menghasilkan tembok
yang mudah lembab; tetapi pada mortar yang ditambah Fly Ash justru akan terjadi
sebaliknya, tembok tidak mudah lembab.

(a) Substitusi pasir menggunakan Dolosit (b) Substitusi pasir menggunakan Fly Ash
Gambar 1. Grafik kecepatan penyerapan mortar dengan substitusi pasir menggunakan Dolosit dan Fly Ash
Pengaruh pada kekuatan tekan mortar
Untuk mengetahui pengaruh substitusi Dolosit dan Fly Ash pada kekuatan mortar, maka
kekuatan tekan mortar yang dihasilkan dari substitusi ke dua bahan itu dibandingkan.
Sebagai kelompok pembanding (kontrol) digunakan mortar menggunakan campuran 1 PC :
2,75 Pasir murni tanpa substitusi apapun; FAS menggunakan 0,485. Perbandingan
kekuatan tekan hasil subtitusi pasir menggunakan Dolosit disajikan pada Tabel 6 dan Tabel
7 adalah hasil pengujian kekuatan tekan mortar menggunakan substitusi pasir dengan Fly
Ash.
Tabel 6. Kekuatan tekan mortar dengan substitusi Dolosit pada pasir
Substitusi Kekuatan tekan mortar pada Persen kekuatan relatif terhadap
Dolosit pada berbagai umur pengujian (MPa) kelompok kontrol[1] (%)
pasir 7 hari 21 hari 28 hari 7 hari 21 hari 28 hari
0% 23,59 28,01 31,84 100 100 100
5% 28,02 33,08 37.97 119 118 119
10% 28,36 36,54 39,78 120 131 125
15% 30,96 43,65 44,06 128 156 138.
20% 27,10 34,77 30,29 115 124. 95.
Keterangan: [1] dari kekuatan mortar mortar campuran 1 PC : 0.485 Pasir

S-64 │ Pengaruh Penambahan “Dolosit” dan Fly Ash pada Pembuatan Mortar
Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur – I
Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember, 30 Oktober 2017

Menurut Tabel 6, substitusi optimal Dolosit pada pasir adalah 15% dari berat pasir. Pada
umur 28 hari kekuatan tekan mortar dapat ditingkatkan sampai 38% di atas mortar
kelompok kontrol dari campuran 1 PC : 2,75 Pasir. Tetapi jika substitusi Dolosit yang
diberikan lebih dari 15% berat pasir justru akan menurunkan kekuatan tekan mortar.
Kondisi sebaliknya terjadi pada substitusi Fly Ash pada pasir. Substitusi Fly Ash sampai
20% dari berat pasir masih mampu meningkatkan kekuatan tekan mortar. Substitusi 5%
Fly Ash dari berat pasir menghasilkan kekuatan tekan mortar umur 28 hari mencapai 44%
lebih tinggi dari kelompok kontrol, dan substitusi 20% berat pasir meningkatkan kekuatan
tekan menjadi 77% lebih tinggi dari kelompok kontrol.
Tabel 7. Kekuatan tekan mortar dengan substitusi Fly Ash pada pasir
Substitusi Kekuatan tekan mortar pada Persen kekuatan relatif terhadap
Dolosit berbagai umur pengujian kelompok kontrol [1] (%)
pada pasir (MPa)
7 hari 21 hari 28 hari 7 hari 21 hari 28 hari
0% 23.59 28,01 31,84 100 100 100
5% 31,51 43,33 45,01 134 155 141
10% 32,20 48,23 49,44 136 172 155
15% 40,42 50,86 52,87 171 182 166
20% 41,07 54,43 56,24 174 194 177
Keterangan: [1] dari kekuatan mortar mortar campuran 1 PC : 0.485 Pasir
Naiknya kekuatan tekan mortar disebabkan karena kandungan SiO2 ; Al2O3 , Fe2O3 dan
TiO2 pada Fly Ash yang lebih besar dari Dolosit, dan sifat Fly Ash yang menarik butiran air
pada mortar. Akibatnya jumlah kebutuhan air untuk membuat mortar berkurang, sehingga
nilai FAS mortar menjadi lebih kecil; jumlah FAS yang makin kecil sudah terbukti
meningkatkan kekuatan tekan mortar. Jadi memang benar seperti diduga, bahwa substitusi
pasir dengan Fly Ash akan meningkatkan kekuatan tekan mortar lebih tinggi dibandingkan
dengan Dolosit.
Hasil pengujian pada Tabel 6 dan 7 menunjukkan bahwa mortar yang menggunakan
substitusi Dolosit dan Fly Ash menunjukkan peri-laku identik; pada umur 7 sampai 21 hari
kekuatan tekan mortar meningkat, tetapi dari umur 21 sampai 28 hari kekuatan tekan
mortar menurun. Ada kemungkinan dalam jangka waktu yang lebih lama kekuatan tekan
mortar akan makin turun; namun demikian pengamatan tersebut tidak tercakup dalam
penelitian ini.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Bahan bangunan di Malang yang disebut
“Dolosit” sebenarnya merupakan batuan Kalsit (Kapur); sifatnya dapat meningkatkan
kinerja mortar, bila dicampur dengan air dapat mengeras dengan cepat, dan setelah
mengeras tidak larut dalam air. (2) ) Pengikatan awal mortar yang ditambah Dolosit
maupun Fly Ash telah memenuhi syarat yang ditetapkan dalam SNI 15-0302-2004; reaksi
pengikatan awal mortar yang mengandung Dolosit lebih lama jika dibandingkan dengan
yang mengandung Fly Ash. (3) Substitusi Fly Ash pada mortar dapat mengurangi
pemakaian air dan menghasilkan workability mortar yang lebih baik. (4) Penambahan
Dolosit dan Fly Ash sifatnya saling berlawanan dalam kebutuhan air; Dolosit bersifat
meningkatkan penyerapan air, sedangkan Fly Ash sifatnya justru menarik air dari partikel
mortar. (5) Pada umur 28 hari substitusi 20% berat pasir dengan Fly Ash menghasilkan
mortar yang 77% lebih kuat dari mortar kelompok kontrol, dan substitusi Dolosit pada

Khoirunnisa, Sonny Wedhanto, Made Wena │ S-65


Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur – I
Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember, 30 Oktober 2017

dosis yang sama menghasilkan mortar dengan kekuatan yang 5% lebih rendah dari
kelompok kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Arizzi, A., dan Cultrone. (2013). “The Influence of Aggregate Texture, Morphology and
Grading on the Carbonation of Non Hydraulic ( Aerial) Limebased Mortars”.
Quarterly Journal of Engineering Geology and Hydrology, 46, pp: 507- 520.
ASTM Standards, (2003). “ASTM C 109/C 109 M – 02 Test Method for Compressive
Strenght of Hydraulic Cement Mortar (Using 2-in. or 50 mm Cube Specimens)” ,
ASTM International, West Conshohocken, PA. pp: 83-85.
ASTM Standards, (2004). “ASTM C 128 – 97 Spesific Gravity and Absorption of fine
Aggregate” , ASTM International, West Conshohocken, PA, pp: 84(1-8).
Aydin, E.G., & Yildirin, H.( 2012). “The Effect of Mineral Admixture and Micronized
Calcite on Alkali Silica Reaction Expansions in the Usage of Aggregate from
Different Origin”. International Journal of Physical Sciences, 7(45), pp: 5996-6011.
Cong, X., Xue, B., Sun, J., & Sun, X. (2012). “Experiment and Research on The Influence
of Mineral Admixture on Cement-Based Material Performance”. Applied
Mechanics and Materials, 174-177, pp: 1446-1449.
Darren, J.J., Gunaran, D., Hendry., & Budirahardjo, E.K. 2016. The Effect of Limestone
and Quicklime Addition to K-300 Concrete Mixture. Journal Engineering, 05(18),
pp: 142-148.
Ez-zaky, H. dkk. (2012). “Permeability and Mechanical Properties of Cement Mortars
Colored by Nano-Mineral Additives”. Matec Web of Conferences Vol 2, 6.
Geo-Mineral Lab., (2012). Mineral Properties. pp:4-5.https:// www.saddleback.edu
/faculty/jrepka/notes/GEOmineralLAB_1.pdf (diakses tanggal 6-9-2017)
Korjakins, A., Gaidukovs, S., Sahmenko, G., Bajare, D., & Pizele, D. (2008).
“Investigation of Alternative Dolomite Filler Properties and Their Application in
Concrete Production”. Construction Science, ISSN 7329, pp: 64-71.
Korjakins, A., Gaidukovs, S., Sahmenko, G., Bajare, D., Pizele, D. (2009). “Producing of
Concrete by Using a Dolomite Waste as an Alternative Filler”. Anyagtudomany.
Materials Schience, 61.évf. 2,szám, pp: 44-47.
Mikhailova, O., Yakovlev, G., Maeva, I., & Senkov, S. (2013). “Effect of Dolomite
Limestone Powder on The Compressive Strenght of Concrete”. Procedia
Engineering, 57, pp: 775-780.
Nivethitha, D., Srividhya. S., & Dharmar. S. (2014). “Review on Mechanical Properties of
Cement Mortar Enhanced with Nanoparticles”. International Journal of Science and
Research (IJSR), 916.
Rai, B., Kumar, S., Satish, K. (2014). “Effect of Fly Ash on Mortar Mixes with Quarry
Dust as Fine Aggregate:. Advances in Materials Sciene and Engineering, Vol 2014,
pp: 1-7
Sankaralingam, T., Roy, C., & Pandey, S.N. (2013). “Fly Ash For Cement Concrete”.
NTPC Limited, pp: 11-11

S-66 │ Pengaruh Penambahan “Dolosit” dan Fly Ash pada Pembuatan Mortar
Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Infrastruktur – I
Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember, 30 Oktober 2017

Standar Nasional Indonesia 03-6820-2002. (2002). Tentang Spesifikasi Agregat untuk


Pekerjaan Adukan dan Plesteran dengan Bahan Dasar Semen. Badan Standar
Nasional, pp. 3-4.
Standar Nasional Indonesia 03-6825-2002 (2002) Metode Pengujian Kekuatan Tekan
Mortar Semen Portland untuk Pekerjaan Sipil. Badan Standar Nasional. pp: 1, 5-6.
Standar Nasional Indonesia 15-0302-2004. (2004). Tentang Semen Portland Pozolan.
Badan Standar Nasional, pp: 1-5.
Skinner, B.J. & Porter, S.C. (1992). The Dinamic Earth, An Introduction to Physical
Geology. Second Edition. Now York : John Wiley & Sons, Inc, pp: 63-64.
Stone, Guide. (2009. Glossary of Stone Terms Stone Word, pp: 136-138.
Thomas, M. (2007). Optimizing the Use of Fly Ash in Concrete. Portland Cemen
Assoclation (PCA), pp : 5.

Khoirunnisa, Sonny Wedhanto, Made Wena │ S-67

Anda mungkin juga menyukai