1
Salah satu penelitian yang sering dilakukan untuk menemukan bahan aditif
yang dapat memperlambat pengerasan beton adalah berbagai jenis limbah yang
dihasilkan oleh pabrik industri maupun sumber lainnya. Diantaranya adalah Fly
Ash dan Lignosulfonate Acid. Dimana Fly Ash merupakan limbah yang dihasilkan
dari pembakaran batu bara yang digunakan sebagai bahan bakar pada suatu pabrik
indutri dan Lignosulfonate Acid merupakan limbah dari pabrik pembuatan kertas.
Fly Ash sendiri digunakan sebagai bahan tambah dalam campuran beton
dan pemakaiannya didasarkan pada beberapa persen dari berat kebutuhan semen,
hal ini dikarenakan Fly Ash memiliki silica didalamnya yang juga terdapat pada
semen. Penelitian terhadap Fly Ash sebelumnya sudah pernah dilakukan, dimana
hasilnya adalah penambahan persentase abu terbang (fly ash) sebesar 30%, 40%,
50%, 60%, 70% memiliki nilai kuat tarik belah tertinggi pada persentase abu
terbang (fly ash) 30% yaitu sebesar 3,21 MPa untuk umur beton 28 hari. Dan nilai
kuat tarik belah terendah pada presentase abu terbang (fly ash) 70% yaitu sebesar
0,82 MPa untuk umur beton 7 hari serta beton dengan persentase abu terbang (fly
ash) sebesar 0% dan 30% dapat mencapai kuat tekan rencana sebesar 30 Mpa
(Sumajou, dkk. 2015)
Sedangkan untuk Lignosulfonate Acid masuk kategori retarder type D
berdasarkan ASTM C494/C494M-05, yang berfungsi untuk memperlambat proses
penetrasi air dan semen, sehingga hidrasi tidak akan berlangsung dengan cepat,
biasanya penggunaan retarder ini akan memperlambat proses pengikatan awal
semen dengan agregat selama 1 sampai 3 jam. Kemudian berdasarkan penelitian
yang pernah dilakukan, penggunaan retarde type D pada campuran beton dapat
menurunkan penggunaan air sebedar 5% sampai dengan 10% dan meningkatkan
kuat tekan beton 10% sampai dengan 25% dari target mutu yang direncanakan
(Kosmatka, dkk. 2002).
Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menambahkan
cairan Lignosulfonate Acid sebanyak 0,6 % (dari berat semen) pada campuran
beton menyebabkan waktu pengerasan beton bertambah sebesar 66,77 %, dari
waktu pengerasan 4,46 jam (tanpa ditambahkan cairan Lignosulfonate Acid)
menjadi 7,52 jam. Begitu pula dengan waktu ikatan akhirnya mengalami
2
perpanjangan waktu sebesar 51,65 % dari yang awalnya 7,27 jam (tanpa
ditambahkan cairan Lignosulfonate Acid) menjadi 11,02 jam. Sedangkan untuk
kuat tekan beton yang direncanakan sebesar 25 Mpa mengalami kenaikan mutu
sebesar 24,5% pada usia 28 hari, hal ini terjadi pada sampel yang ditambahkan
Lignosulfonate Acid sebanyak 0,2 % (dari berat semen) menjadi 31,15 Mpa
sedangkan mutu beton tanpa campuran Lignosulfonate Acid hanya mencapai mutu
25,03 Mpa.
Dilihat dari beberapa penelitian diatas diketahui bahwa kedua bahan aditif
diatas dapat digunakan sebagai bahan tambah pada campuran beton dan dilihat
dari nilai kuat tekan yang diperoleh masih memenuhi target yang diinginkan
bahkan apabila kadar penambahannya tepat dapat menyebabkan peningkatan
mutu hingga ± 25 % dari rencana awal. Kemudian dilihat dari kemampuannya
dalam memperlambat proses pengerasan beton, untuk Lignosulfonate Acid dapat
memperlambat pengerasan sampai ± 3 jam, tetapi pengujian yang dilakukan hanya
berdasarkan penambahan Lignosulfonate Acid sebesar 0,6 % (dari berat semen),
sehingga belum diketahui potensi penambahan maksimum yang dapat
menyebabkan nilai perlambatan perkerasan yang paling optimum, sementara itu
untuk Fly Ash belum terlampir data pengujian terkait potensinya untuk
memperlambat pengerasan beton.
Berdasarkan kesimpulan yang dibuat diatas, maka pada penelitian kali ini
akan diangkat permasalahan mengenai bahan aditif mana yang lebih efektif untuk
memperlambat pengerasan beton tanpa mengurangi mutu beton yang ditargetkan
antara Lignosulfonate Acid dan Fly Ash.
3
b. Bagaimana pengaruh Fly Ash dan Lignosulfonate Acid sebagai bahan
tambah semen terhadap kuat tekan beton normal dan yang mana paling
mendekati atau sama dengan target nilai mutu beton yang direncanakan ?
c. Berapa persentase optimal penambahan Fly Ash dan Lignosulfonate Acid
terhadap beton normal ?
4
i. Pengujian Semen mengacu kepada :
1. Pengujian konsistensi normal semen SNI 03-6826-2002
2. Pengujian setting time semen SNI 03-6827-2002
3. Pengujian Densitas Semen SNI 15-2531-2015
4. Pengujian kehalusan semen SNI 15-2530-1991
j. Pengujian kuat tekan beton berdasarkan SNI 03-1974-1990
k. Pengujian slump berdasarkan SNI 03-1972-2008
l. Perencanaan campuran beton berdasarkan SNI 03-2834-2002