Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AIR DAN ADMIXTURE


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Bahan

Disusun Oleh :
Kelompok 4

1. Nur Salfianty A.D 22-2018-099


2. Abimanyu T.P. Putra 22-2018-117
3. Afrizal Bukhori 22-2018-121
4. Rivan Fairuz 22-2018-129

FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
2019

1
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Air dan Admixture”. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kami, Nabi Muhammad SAW.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah Teknologi Bahan dengan judul “Air dan Admixture”. Disamping itu kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini, oleh karena itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca.

Bandung, Oktober 2019

Penulis

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................... ii

Daftar Isi ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Sumber-Sumber Air ..................................................................... 4

1.3 Syarat Umum Air ......................................................................... 4

1.4 Syarat Mutu Air Menurut British Standard .................................. 5

1.5 Penilaian Waktu Pengikatan (setting time) dan Uji Kuat Beton .. 6

BAB II LANDASAN TEORITIS .................................................................. 8

2.1 Pengertian Air dan Admixtur ...................................................... 8


2.2 Beberapa Alasan Penggunaan Bahan Tambah……………...…..8

2.3 Aspek Ekonomi Penggunaan Bahan Tambah .............................. 9

2.4 Perhatian penting dalam penggunaan bahan tambah menurut SNI 2004..9

2.5 Jenis Bahan Tambah .................................................................... 10

2.6 Bahan Tambah Kimia menurut Draft Pedoman Beton………….14

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 17

3.2 Saran .......................................................................................... 18

Daftar Pustaka ................................................................................................ v

3
Air
1.1 Uraian Umum
Air dalam membuat beton adalah untuk memicu proses kimiawi dari semen,
membasahi agregat dan memberikan pekerjaan yang mudah dalam pekerjaan beton.
Dalam hal pekerjaan beton, senyawa yang terkandung dalam air akan mempengaruhi
kualitas beton untuk itu diperlukan standard yang baik untuk kualitas air. Selain itu air
dan semen akan terjadi reaksi kimia maka diperlukan perbandingan / faktor air semen
yang baik yang akan menghasilkan kualitas beton yang baik.
1.2 Sumber-sumber Air
1) Air yang terdapat di udara
2) Air hujan
3) Air tanah
4) Air permukaan
5) Air laut
1.3 Syarat Umum Air
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
yang merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organic, atau
bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di
dalamnya tertanam logam alumunium, termasuk air bebas yang terkandung dalam
agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.

Jenis Komponen Struktur Ion Klorida terlarut (Cl-) pada Beton


Persen terhadap berat semen
Beton prategang 0.06
Beton bertulang yang terpapar lingkungan
0.15
klorida selama masa layannya
Beton bertulang yang dalam kondisi kering
atau terlindung dari air selama masa 1.00
layannya
Konstruksi beton bertulang lainnya 0.30
Tabel 1.1 Batas Maksimum Ion Klorida

4
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan
berikut terpenuhi :
a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton
yang menggunakan air dari sumber yang sama. Hasil pengujian pada umur 7
dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak
dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan
90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa,
terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode uji
kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (menggunakan specimen kubus dengan
ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109).
1.4 Syarat Mutu Air Menurut British Standard (BS.3148-80)
Berikut ini adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh air yang akan digunakan
sebagai campuran beton. Jika ketentuan-ketentuan di bawah ini tidak terpenuhi,
sebaiknya air tidak digunakan untuk campuran beton. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1) Garam-garam Anorganik
Konsentrasi garam-garam tersebut hingga 500 ppm dalam campuran beton
masih diijinkan.
2) NaCl dan Sulfat
Konsentrasi NaCl atau garam dapur sebesar 2000 ppm pada umumnya masih
diijinkan.
3) Air Asam
Penggunaan air dengan pH diatas 3.00 harus dihindarkan
4) Air Biasa
Konsentrasi basa lebih tinggi dari 0.5% berat semen akan mempengaruhi
kekuatan beton.
5) Air Gula
Apabila kadar gula dalam campuran dinaikkan hingga mencapai 0.2% dari berat
semen, maka waktu pengikatan biasanya akan semakin cepat. Gula sebanyak 0.25%
akan mempengaruhi kekuatan beton.
6) Minyak

Minyak mineral atau minyak tanah dengan konsentrasi lebih dari 2% berat
semen dapat mengurangi kekuatan beton hingga 20%.

5
7) Rumput Laut
Rumput laut yang tercampur dalam air campuran beton dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan beton secara signifikan.
8) Zat-zat organic, lanau dan dan bahan-bahan terapung
Kira-kira 2000 ppm lempung yang terapung atau bahan-bahan halus yang
berasal dari batuan diijinkan dalam campuran.
9) Pencemaran limbah industry atau air limbah
Air yang tercemar limbah sebelum dipakai harus dianalisis kandungan
pengotornya dan diuji untuk mengetahui pengikatannya dan kekuatan tekan
betonnya.
1.5 Penilaian Waktu Pengikatan (setting time) dan uji kuat tekan
Air penganduk dianggap tidak mempunyai pengaruh berarti terhadap waktu
pengikatan dan sifat pengerasan beton jika hasil pengujian menunjukkan :
1) Perbedaan waktu pengikatan awal campuran beton yang menggunakan air yang
digunakan sebanding dengan campuran beton memakai air suling tidak lebih besar
dari 30 menit.
2) Kuat tekan rata-rata kubus beton yang dibuat dengan air yang diragukan tidak
kurang dari 90% kuat tekan beton yang memakai air suling.
1.6 Analisis Kimia
1) Sulfat (SO4 )
Diperiksa dengan cara gravimetri, yaitu di endapkan sebagai (BaSO4 ). Atau
dengan cara titrasi dan turdibimetri.
2) Magnesium (Mg ++ )
Ditentukan dengan metode complexsimetri dengan BDTA n/28
3) Amonium (NH4 )
Pengujiannya dilakukan dengan cara menambahkan reagen nessler. Warna yang
dihasilkan kemudian dibandingkan dengan warna standar
4) Magnesium (Cl)
Pengujian dilakukan dengan cara titrasi AgNO4 n/10. Indicator yang digunakan
adalah indicator chormat (cara mohr)
5) pH
Pengujian dengan menggunakan kertas lakmus (pH-meter)

6
6) Karbondioksida (CO2 )
Menurut Heyer pengujian dilakukan dengan cara melarutkan kapur.
7) Minyak dan Lemak
Dihitung dengan cara mengekstraksi air yang diduga mengandung minyak
menggunakan petroleum-ether.
8) Zat-zat yang Menyusut
Pengujian dengan cara dipanaskan selama 10 menit dengan menambahkan
larutan KMnO4 untuk kemudian di titrasi.

7
Bahan Tambahan
(Admixture)

2.1 Uraian Umum


Bahan tambahan atau admixture adalah bahan-bahan yang ditambahkan
kedalam campuran beton pada saat atau selama proses pencampuran itu berlangsung.
Fungsi dari bahan tambahan ini adalah untuk memenuhi kecocokan beton untuk
pekerjaan tertentu dalam hal mengubah sifat-sifat, menghemat biaya, waktu yang
efisien dan lain-lain.
Menurut ACI committee 212.IR-81 (revised 1986) yang selalu di perbaiki sejak
1944, 1954, 1963, 1971, jenis bahan tambahan untuk beton dikelompokkan dalam lima
kelompok yaitu : Accelerating, Air-entraining, water reducer, set-controlling, finely
devided mineral dan miscellaneous.
2.2 Beberapa Alasan Penggunaan Bahan Tambah
Beberapa tujuan yang penting dari penggunaan bahan tambah ini menurut
manual of concrete practice dalam admixtures and concrete (ACI.212.IR-81 revised
1986) antara lain :
1) Memodifikasi beton segar, mortar dan grouting
a. Menambah sifat kemudahan pengerjaan tanpa menambah atau mengurangi
kandungan air dengan sifat pengerjaan yang sama.
b. Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal dari campuran beton.
c. Mengurangi atau mencegah perubahan volume beton.
d. Mengurangi segregasi.
e. Meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan beton segar.
f. Mengurangi kehilangan nilai slump.
2) Memodifikasi beton keras, mortar dan grouting
a. Mengurangi ekolusi panas selama pengerasan awal (beton muda).
b. Mempercepat laju pengembagan kekuatan beton pada umur muda.
c. Menambah kekuatan beton (kuat tekan, kuat lentur, atau kuat geser dari beton).
d. Menambah sifat keawetan beton.
e. Mengurangi kapilaritas dari air dan mengurangi sifat permeabilitas.
f. Menghasilkan struktur beton yang baik dan menambah kekuatan ikatan beton
bertulang.
g. Mencegah korosi yang terjadi pada baja.

8
h. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.
2.3 Aspek Ekonomi Penggunaan Bahan Tambah
Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak
mengubah komposisi yang besar dari bahan yang lainnya, karena merupakan pengganti
dari dalam campuran beton itu sendiri. Penambahan biaya mungkin baru terasa efeknya
pada saat pengadaan bahan tambah tersebut yang meliputi biaya transportasi,
penempatannya di lapangan, dan biaya penyelesaian akhir beton tersebut. Jadi,
pertimbangan biaya diluar dari biaya yang langsung tetap menjadi perhatian dalam
aspek ekonominya.
2.4 Perhatian penting dalam penggunaan bahan tambah menurut SNI 2002
1) Bahan tambahan yang digunakan pada beton harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari pengawas lapangan.
2) Untuk keseluruhan pekerjaan, bahan tambahan yang digunakan harus mampu
secara konsisten menghasilkan komposisi dan hasil kerja yang sama dengan yang
dihasilkan oleh produk yang digunakan dalam menentukan proporsi campuran
beton sesuai dengan pemilihan proporsi campuran
3) Kalsium klorida atau bahan tambahan yang mengandung klorida tidak boleh
digunakan pada beton prategang, pada beton alumunium tertanam, atau pada beton
yang dicor dengan menggunakan begisting baja galvanis.
4) Bahan tambahan pembentuk gelembung udara harus memenuhi SNI 03-2496-
1991,.Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung untuk beton.
5) Bahan tambahan pengurang air, penghambat reaksi hidrasi beton, pemercepat
reaksi hidrasi beton, gabungan pengurang air dan penghambat reaksi hidrasi beton
harus memenuhi “spesifikasi bahan tambahan kimiawi untuk beton” (ASTM C 494)
atau ”Spesifikasi untuk bahan tambahan kimiawi untuk menghasilkan beton dengan
kelecakan yang tinggi” (ASTM C 618).
6) Abu terbang atau bahan pozzolan lainnya yang digunakan sebagai bahan tambahan
harus memenuhi “Spesifikasi untuk abu bahan tambahan mineral pada beton semen
Portland” (ASTM C 618).
7) Kerak tungku pijar yang diperhalus yang digunakan sebagai bahan tambahan harus
memenuhi “Spesifikasi untuk kerak tungku pijar yang diperhalus untuk digunakan
pada beton dan mortar” (ASTM C 989).

9
8) Bahan tambahan yang digunakan pada beton yang mengandung semen ekpansif
(ASTM C 845) harus cocok dengan semen yang digunakan tersebut dan
menghasilkan pengaruh yang tidak merugikan.
9) Silica fume yang digunakan sebagai bahan tambahan harus sesuai dengan
“Spesifikasi untuk silica fume untuk digunakan pada beton dan mortar semen
hidrolis” (ASTM C 1240).
2.5 Jenis Bahan Tambah
Secara umum bahan tambah yang digunakan beton dapat dibedakan menjadi
dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (Chemical admixture) dan bahan tambah
yang bersifat mineral (additive).
1) Bahan tambah kimia
Menurut standar ASTM C 494 (1994: .254) dan pedoman beton 1989
SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan pedoman beton 1989: 29), jenis bahan tambah
dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah.
a. Tipe A : Water Reducing Admixture (WRA)
Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air pengaduk
untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Dengan menggunakan
jenis bahan tambah ini akan dapat dicapai tiga hal, yaitu :
a) Hanya menambah/meningkatkan workability. Dengan menambahkan WRA
ke dalam beton maka dengan fas (kadar air dan semen) yang sama akan
didapatkan beton dengan nilai slump yang lebih tinggi. Dengan slump yang
lebih tinggi, maka beton segar akan lebih mudah dituang, diaduk dan
dipadatkan. Karena jumlah semen dan air tidak dikurangi dan workability
meningkat maka akan diperoleh kekuatan tekan beton keras yang lebih besar
dibandingkan beton tanpa WRA.
b) Menambah kekuatan tekan beton. Dengan mengurangi/memperkecil fas
(jumlah air dikurangi, jumlah semen tetap) dan menambahkan WRA pada
beton segar akan diperoleh beton dengan kekuatan yang lebih tinggi. Dari
beberapa hasil penelitian ternyata dengan fas yang lebih rendah tetapi
workability tinggi maka kuat tekan beton meningkat.
c) Mengurangi biaya (ekonomis). Dengan menambahkan WRA dan
mengurangi jumlah semen serta air, maka akan diperoleh beton yang
memiliki workability sama dengan beton tanpa WRA dan kekuatan
tekannya juga sama dengan beton tanpa WRA. Dengan demikian beton

10
lebih ekonomis karena dengan kekuatan yang sama dibutuhkan jumlah
semen yang lebih sedikit.
b. Tipe B : Retarding Admixture
Bahan tambah yang berfungsi untuk memperlambat proses waktu pengikatan
beton. Biasanya digunakan pada saat kondisi cuaca panas, memperpanjang
waktu untuk pemadatan, pengangkutan dan pengecoran.
c. Tipe C : Accelerating Admixtures
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat proses pengikatan dan
pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk
memperpendek waktu pengikatan semen sehingga mempecepat pencapaian
kekuatan beton. Yang termasuk jenis accelerator adalah : kalsium klorida,
bromide, karbonat dan silikat. Pda daerah-daerah yang menyebabkan korosi
tinggi tidak dianjurkan menggunakan accelerator jenis kalsium klorida. Dosis
maksimum yang dapat ditambahkan pada beton adalah sebesar 2 % dari berat
semen.
d. Tipe D : Water Reducing and Retarding Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air
pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan
konsistensi tertentu sekaligus memperlambat proses pengikatan awal dan
pengerasan beton. Dengan menambahkan bahan ini ke dalam beton, maka
jumlah semen dapat dikurangi sebanding dengan jumlah air yang dikurangi.
Bahan ini berbentuk cair sehingga dalam perencanaan jumlah air pengaduk
beton, maka berat admixture ini harus ditambahkan sebagai berat air total pada
beton.
e. Tipe E : Water Reducing and Accelerating Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah air
pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan
konsistensi tertentu sekaligus mempercepat proses pengikatan awal dan
pengerasan beton. Beton yang ditambah dengan bahan tambah jenis ini akan
dihasilkan beton dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang
rendah tetapi tetap workable. Dengan menggunakan bahan ini diinginkan beton
yang mempunyai kuat tekan tinggi dengan waktu pengikatan yang lebih cepat
(beton mempunyai kekuatan awal yang tinggi).

11
f. Tipe F : Water Reducing, High Range Admixture
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur
yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12 % atau lebih. Dengan menmbahkan bahan ini ke dalam beton,
diinginkan untuk mengurangi jumlah air pengaduk dalam jumlah yang cukup
tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan tinggi dengan
jumlah air sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan (workability beton) juga
lebih tinggi. Bahan tambah jenis ini berupa superplasticizer. Yang termasuk
jenis superplasticizer adalah : kondensi sulfonat melamine formaldehyde
dengan kandungan klorida sebesar 0,005 %, sulfonat nafthalin formaldehyde,
modifikasi lignosulphonat tanpa kandungan klorida. Jenis bahan ini dapat
mengurangi jumlah air pada campuran beton dan meningkatkan slump beton
sampai 208 mm. Dosis yang dianjurkan adalah 1 % - 2 % dari berat semen.
g. Tipe G : Water Reducing, High Range Retarding admixtures
Jenis bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur
yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12 % atau lebih sekaligus menghambat pengikatan dan pengerasan
beton. Bahan ini merupakan gabungan superplasticizer dengan memperlambat
waktu ikat beton. Digunakan apabila pekerjaan sempit karena keterbatasan
sumberdaya dan ruang kerja.
2) Bahan tambah mineral (additive)
Bahan tambah mineral ini merupakan bahan tambah yang dimaksudkan untuk
memperbaiki kinerja beton. Bahan tambah mineral ini cenderung bersifat
penyemenan. Beberapa bahan tambah mineral ini adalah pozzolan, fly ash, slag,
dan silica fume. Beberapa keuntungan penggunaan bahan tambah mineral ini antara
lain (Cain, 1994: 500-508):
a. Memperbaiki kinerja workability
b. Mengurangi panas hidrasi
c. Mengurangi biaya pekerjaan beton
d. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan sulfat
e. Mempertinggi daya tahan terhadap serangan reaksi alkali-silika
f. Mempertinggi usia beton
g. Mempertinggi kekuatan tekan beton.

12
3) Bahan tambahan lainnya

a. Air entraining
Bahan tambahan ini membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1
mm atau lebih kecil didalam beton atau mortar selama pencampuran. Dengan
maksud mempermudah pengerjaan bcton pada saat pengecoran dan
menambahkan kerahanan awal beton.

b. Beton tanpa slump

Beton tanpa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai slump


sebesar 1 inch (25.4 mm) atau kurang sesaat setelah pencampuran. Pemilihan
bahan tambahan ini tergantung pada sifat-sifat beton yang diingikan terjadi,
seperti sifat plastisnya, waktu pengikatan dan pencapaian kekuatan, efek beku-
cair, kekuatan dan harga dari beton tersebut.

c. Polirner

lni adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat rnenghasilkan kekuatan
tekan beton yang tinggi sekitar 15.000 psi ( 1.000 psi = 6,9 Mpa) atau lebih
dan kekuatan belah tariknya sekitar 1.500 psi atau lebih. Beton dengan
kekuatan tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan polimer dengan
cara:

1) Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air dilapangan atau


2) Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperature yang sangat
tinggi di laboratorium.
d. Bahan pembantu untuk rnengeraskan permukaan bcton (hardener concrete)
Permukaan beton yang harus menanggung beban-beban yang berat dan hidup
serta selalu dalam keadaan berputar atau berpindah-pindah, seperti lantai
untuk bengkel-bengkel alat-alat berat (heavy equipment) dan lainnya.
Pembebanan ini akan menyebabkan pengausan pada permukaan beton,
yang seiring dengan bertambahnya waktu akan menyebabkan rusaknya
permukaan beton tersebut.

13
Untuk menghindari hal ini dapat digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan
beton, yaitu:

(1) Agregat beton terbuat dari bahan kimia, dan


(2) Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran yang halus.

e. Bahan pembantu kedap air (waterproofing)


Jika beton terletak di dalam air atau berada di dekat permukaan air tanah
(misalnya beton yang digunakan pada pembuatan tunnel) maka beton tersebut
tidak boleh mengalami rembesan sehingga harus diusahakan agar kedap air.
Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah bahan yang mernpunyai partikel-
partikel halus dan gradasi yang menerus dalam pencarnpuran beton, Bahan-
bahan semacam itu akan mengurangi permebilitas air.

f. Bahan tambah pemberi warna


Beton yang diexpose permukaanya biasanya memerlukan keindahan bahan
yang digunakan untuk memberi warna pada permukaan beron ini cat (coating),
yang dilapiskan setelah pengerjaan beton selesai. Cara lainnya adalah
rnenambahkan bahan warna misalnya oker masih segar. Bahan-bahan ini
biasanya dicampurkan dalarn suatu adukan yang mutunya terjamin baik. Cara
ini merupakan cara yang terbaik. Selain itu pemberian warna dapat pula
dilakukan dengan cara menamburkan pasir silika atau agregat metalik selagi
permukaan beton dalam keadaan segar.

g. Bahan tambah untuk mernperkuat ikatan beton lama dangan beton baru
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering mengalami
kesulitan dalam pengikatan (penyatuannya). Untuk mengatasinya perlu
ditambahkan suatu bahan tambah agar terjadi ikatan yang menyatu antara
permukaan yang lama dengan permukaan yang baru jenis bahan tambah
tersebut biasanya disebut bonding agent yang merupakan larutan polimer.

14
2.6 Bahan Tambah Kimia menurut Draft Pedoman Beton 1989
1. Syarat umum mutu bahan tambah

a. Beton yang pembuatannya menggunakan jenis-jenis bahan tambah harus


memenuhi ASTM C.494, Standard Spesification for Chemical Admixtures for
Concrete.
b. Produsen bahan tambah harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan yang
disediakan untuk suatu pekerjaan beton adalah sama dengan bahan yang diujikan
untuk memenuhi persyaratan mutu.
c. Produsen bahan tarnbah yang akan dipakai untuk beton pratekan harus
menyatakan secara tertulis kadar klorida di dalam bahan tambah tersebut dan
kadar klorida yang sudah ditambahkan selama pembuatannya.

2. Keseragaman dan kesamaan (komposisi)

Apabila ditcntukan oleh pernbeli/pemakai bahwa perlu dilakukan uji keseragarnan


terhadap jumlah bahan tambah, maka :

a. Pengujian dilakukan terhadap contoh awal (initial sample) dan hasil uji dijadikan
referensi untuk membandingkan hasil - basil uji atas contoh yang diambil dari
sembarang bahan (lot).

b. Analisis infrared hasil spectra absorbs sejauh mungkin harus sama antara
contoh awal dengan contoh dari suatu lot.

c. Residu pengeringan di dalam oven, bila diuji dengan cara dan ketentuan dalarn
ASTM C.494, variasinya antara lain contoh awal dengan contoh yang diarnbil
dari lot harus berada pada batas variasi dimana 5% untuk bahan tarnbah cair dan
4% untuk bahan tambah non cair.

d. Berat jenis untuk bahan tambah cair perbedaan untuk contoh awal dengan air
suling dan dengan contoh dari lot tidak boleh lebih besar dari 10%.

15

Anda mungkin juga menyukai