Iskandar
Abstrak
Pendahuluan
Struktur pondasi merupakan salah satu elemen struktur yang sangat berperan dalam
menahan berat bangunan, sehingga harus didesain dengan baik dan kokoh. Adapun
beberapa faktor yang menentukan kekuatan pondasi adalah daya dukung tanah yang berada
di bawah pondasi serta kedalaman tanah keras untuk perletakan pondasi. Kemampuan daya
dukung juga dipengaruhi oleh jenis dan kondisi tanah.
Dalam pelaksanaan konstruksi, tipe struktur dan kedalaman pondasi juga berpengaruh
terhadap waktu dan biaya pelaksanaan konstruksi. Kondisi tanah yang berair akibat terlalu
dalam, serta terbatasnya waktu pelaksanaan menyebabkan bertambah rumitnya
pelaksanaan. Sehingga dalam hal ini membutuhkan suatu metode yang bisa mempercepat
pelaksanaan pekerjaan tersebut, karena bila satu pekerjaan terlambat akan menyebabkan
yang lain juga akan mengalamai keterlambatan. Hal inilah yang terjadi ketika penulis terlibat
langsung sebagai Structure Engineer dari Pelaksana (Contractor) PT. Pembangunan
Perumahan pada Proyek Pembangunan Gedung Auditorium Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh. Proyek ini merupakan suatu proyek yang dibiayai dengan dana bantuan Pemerintah
Jepang (JBIC) sekitar 82 % dan Pemerintah Indonesia dengan dana APBN sekitar 18 %.
Untuk perencanaan dan pengawasan, langsung melibatkan pihak konsultan Jepang, yaitu
Nisoken Architect dan Pacifik Consultan International (PCI). Pembangunan Gedung ini telah
selesai dilaksanakan dan saat ini telah digunakan untuk berbagai kegiatan yang diadakan di
lingkungan kampus Unsyiah.
Gedung yang telah dibangun ini terdiri dari 3 lantai untuk Event Hall dan Gedung Seminar
sedangkan Gedung Pertemuan, Cafetaria dan Guest House tediri dari 1 lantai. Konstruksi
bangunan terdiri dari beton bertulang yang berdiri diatas pondasi telapak beton bertulang.
1
Sistem pondasi telapak sesungguhnya cukup sederhana, namun pada proyek ini timbul
berbagai kesulitan yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1. Diperlukan galian yang cukup dalam (sd. 4 meter)
2. Karena jarak antar pondasi cukup dekat, dan kondisi tanah yang labil sehingga
keseluruhan tapak gedung harus digali secara terbuka
3. Faktor kesulitan besar karena bekerja dibawah muka air tanah
4. Mutu beton kurang dapat terkontrol
5. Banyak dibutuhkan peralatan berat
6. Banyaknya penggunaan pompa (data awal muka air tanah (MAT) pada elevasi –1,5 m
dari muka tanah asli ) sehingga pekerjaan lokasi kerja akan becek dan kotor
7. Banyak tanah yang akan ditimbun kembali sehingga kepadatannya kurang baik
8. Waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama
9. Biaya pelaksanaan akan lebih sulit diprediksi dan dikontrol
Mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan perubahan pondasi dengan
jenis pondasi lain atau dengan menaikkan elevasi pondasi menjadi di atas permukaan air
tanah. Setelah dilakukan berbagai analisa terhadap kondisi lapangan dan proyek, salah satu
cara yang diusulkan oleh pihak pelaksana adalah melalui system perbaikan tanah atau Sub
soil Improvement.
Adapun penulisan artikel ini bertujuan untuk mensosialisasikan suatu metode peningkatan
daya dukung tanah dengan menggunakan semen sebagai salah satu bahan campuran,
dengan mempertimbangkan berbagai data dan konsisi yang terjadi dilapangan. Sehingga
nantinya dengan metode soil improvement ini bisa menjadi suatu inovasi baru pada
pelaksaan suatu proyek, serta juga bisa meningkatkan efisiensi kerja lapangan.
Berdasarkan data analisa lapangan dan kondisi proyek, untuk mengatasi masalah ini
akhirnya pihak pelaksana (dalam hal ini penulis sebagai salah satu staf teknik (structure
engineer) dari pelaksana) yang bekerja sama dengan Laboratorium Mekanika Tanah
Unsyiah, serta disetujui oleh pihak Konsultan Nisoken Architect & PCI Jepang, akhirnya
sepakat dilakukannya peningkatan daya dukung tanah. Peningkatan daya dukung tanah ini
direncanakan menggunakan system soil improvement dengan menggunakan bahan semen
yang dicampur langsung dengan tanah sehingga nantinya diharapkan akan membentuk
suatu lapisan yang cukup keras untuk mendukung pondasi di atasnya.
Untuk memilih jenis pondasi suatu bangunan harus diperhatikan beberapa hal, antara lain
keadaan dan bentuk bangunan, beban yang bekerja, kondisi tanah dan lapisannya, studi
yang lebih rinci tentang bentuk pondasi. Secara umum kegagalan pondasi disebabkan oleh
dua hal yaitu daya dukung tanah (bearing capacity) dan bentuk deformasi tekanan tanah dan
batuan (Ralph B.Beck, 1993).
Menurut Bowles J (1993), stabilisasi dapat dilakukan dengan mekanis dan bahan pencampur.
Stabilisasi mekanis yaitu memperbaiki sifat-sifat tanah dengan cara memadatkan, yang
dilakukan dengan cara ditumbuk/digilas atau digetarkan, sehingga volume rongga tanah
menjadi sekecil mungkin dan volume rongga yang terisi air menjadi seoptimum mungkin serta
daya dukungnya juga akan meningkat. Kemudian stabilisasi juga dapat dilakukan dengan
mencampur tanah dengan bahan lain, seperti semen Portland, semen abu terbang, semen
pozolan kapur dan bahan lainnya. Stabilisasi dengan cara ini umumnya disertai dengan
pemadatan. Untuk stabilisasi dengan semen, dapat digunakan hampir semua jenis semen,
antara lain , semen Portland (Cement Stabilization) baik tipe I - IV, semen abu terbang
(Puzzoland). Stabilisasi dengan semen pada prinsipnya dapat digunakan untuk semua jenis
tanah, kecuali tanah yang kandungan bahan organisnya tinggi (gambut)
Untuk merencanakan persentase campuran tanah dan bahan campuran serta pengujian
kepadatan harus dilakukan beberapa pengujian di laboratorium antara lain, gradasi butiran,
batas atterberg, berat jenis, pemadatan (proctor/modified), test CBR dan kuat tekan bebas.
Adapun di lapangan juga di lakukan tes untuk mendapatkan tebal lapisan yang efektif untuk
dipadatkan (Nakazawa K, 1994).
2
Menurut Theodorus A., dkk (2008), campuran semen tanah atau soil cement adalah hasil
campuran tanah, semen dan air, yang dengan tingkat pemadatan tertentu akan menghasilkan
suatu campuran material baru, soil cement, yang mana dikarenakan kekuatannya,
karakteristik ketahanan terhadap air, panas dan pengaruh cuaca lainnya adalah sangat baik
sebagai suatu lapis pondasi.
Mekanisme stabilisasi dengan semen terhadap material yang akan distabilisasi adalah hidrasi
pertukaran kation, karbonasi fisika, reaksi pozzolanik dana sementasi. Hidrasi dari semen
merupakan faktor penting pada perubahan sifat teknis dari material, perubahan ini terwujud
dari adanya pembentukan sementasi material selama proses hidrasi. Ikatan yang kuat pada
akhirnya material menjadi kuat dan permanen.
METODE
Menurut Theodorus A., dkk (2008), kriteria kekuatan struktural stabilisasi tanah dengan
semen sebagai target proses stabilisasi diberikan dalam nilai-nilai parameter kuat tekan
bebas (Unconfined Compressive Strength (UCS)), maupun nilai California Bearing Ratio
(CBR). Dalam penelitian ini digunakan parameter kekuatan terhadap stabilisasi tanah adalah
Kuat Tekan Bebas (UCS).
Untuk melakukan stabilisasi terhadap daya dukung tanah secara umum dapat ditempuh
melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Pemilihan jenis tanah yang akan dilakukan stabilisasi.
2. Melakukan analisis sifat-sifat statis dari campuran semen dan tanah.
3. Melakukan pengujian terhadap daya dukung tanah yang telah distabilisasi.
Adapun pada Proyek Pembangunan Gedung Auditorium ini, upaya yang dilakukan adalah
menaikkan level tanah dasar pondasi dengan stabilisasi tanah dasar menggunkan semen.
Untuk melakukan perubahan posisi letak pondasi, langkah awal yang dilakukan adalah
melakukan pengujian tanah (sondir dan boring) bekerjasama dengan Laboratorium Teknik
Unsyiah. Kemudian berdasarkan hasil pengujian dilakukan perlakuan mekanis terhadap
tanah yang ada pada dasar pondasi bangunan gedung, dengan melakukan pencampuran
semen pada tanah permukaan pondasi.
Alat yang digunakan untuk pelaksanaan soil improvement ini adalah Excavator dan alat bantu
lainnya. Bahan tambahan adalah Semen Portland Tipe-I. Excavator melakukan galian tanah
secara merata sd. Elevasi. +2.400 ( elevasi di atas muka air tanah ) sampai seluruh tapak
bangunan tergali merata dan tanah di tempatkan pada Stock pile untuk nantinya digunakan
kembali.
Semen disiapkan pada lokasi lahan yang akan dicampur (Soil cement) dalam jumlah yang
cukup. Kemudian excavator menggali sampai kedalaman 35 cm turun dari elevasi galian
yang pertama (stock tanah diletakkan di sampingnya) kemudian pada tanah tersebut
2
ditaburkan semen sebanyak 45.5 kg tiap 1 m , diaduk dan diratakan dengan excavator
kemudian di padatkan.
El. 2.400
350
El. 2.085
350
El. 1.735
Gambar 1. Pencampuran Semen dengan Excavator
Tahap kedua tanah yang distock disamping dimasukkan kembali ke lokasi pengadukan
(untuk lapis 35 cm kedua) kemudian ditaburkan semen dengan jumlah yang sama seperti
lapis pertama, aduk, ratakan dan padatkan. Untuk menjaga kondisi air tanah, pada sisi
3
samping pondasi perlu dibuatkan sampit dengan kedalaman tertentu sehingga air kelebihan
(yang keluar dari tanah) dapat dibuang keluar lokasi.
Untuk menjaga mutu dari sub soil improvement, maka perlu dilakukan test dan dilakukan
setelah umur adukan mencapai 7 hari, pengujian meliputi pemukulan dengan menggunakan
besi beton dia 19 mm dan dipukul dengan palu 5 kg, pukulan dilakukan 5 (lima) kali dan
dicatat penurunan besi beton tersebut dengan sehingga dapat diketahui kekuatannya.
Adapun model pengujian lainnya adalah dengan mengambil sampel menggunakan alat core
drill, dimana hasilnya di uji di laboratorium dengan test tekan seperti test beton pada
umumnya.
Setelah pekerjaan Sub Soil Improvement, dipasang lantai kerja ketebalan 5 cm, selanjutnya
pemasangan bekisting dan pembersian untuk kemudian dicor sampai seruh pekerjaan
pondasi selesai. Pekerjaan selanjunya adalah penimbunan tanah, Tie Beam (sloof) dan plat
beton, kolom dan seterusnya.
N.G.L 0 10 20 30 40 50
+3.900 0 10 20 30 40 50
-6.100
MAT
+2.050
+2.900
-7.110
+1.900
-8.100
+0.900
-9.100
-10.100
-0.100
Berdasarkan hasil pengujian tanah yang dilakukan timbul permasalahan baru, dimana
penggunaan tiang pancang tidak effisien dan memerlukan biaya yang cukup besar. Cara
paling memungkinkan adalah dengan menaikkandst…
yang-2.100 sd. pondasi telapak untuk itu perlu
elevasi
dilakukan perbaikan tanah dasar sehingga terbentukKedala
lensa baru yang mempertebal lensa
kekuatan tanah yang telah ada dengan cara perbaikan man
kekuatan tanah dasar.
-3.100yang diusulkan adalah dengan sistim perbaikan tanah (Sub Soil Improvement) yakni
Metode
perbaikan tanah dengan menggunakan bahan semen yang dicampur langsung dengan tanah
-26.100
sehingga terbentuk lapisan keras (Soil Cement) yang mempunyai kekuatan yang cukup untuk
medukung pondasi di atasnya. Mengenai komposisi semen, air dan kedalaman soil cement
-4.100
dilakukan beberapa percobaan yang melibatkan laboratorium teknik beton dan Laboratorium
Mekanika Tanah Universitas Syiah Kuala disaksikan oleh Pihak Konsultan Nisoken dari
Jepang, sehingga diperoleh data sebagai berikut :
3
1.
-5.100Setiap 1 m tanah diperlukan 130 kg semen Type I
2. Ketebalan soil mix pada saat pengadukan 70 cm.
4
3. Pengadukan dilakukan dalam dua tahap pada 35 cm dan 70 cm
4. Kadar air tanah jenuh namun tidak ada air yang keluar dari tanah
5. Pengadukan harus rata dan dipadatkan
6. Perlu dilakukan pengujian percobaan langsung di lokasi kemudian di lakukan
pengujian hasil setelah umur 7 hari dan 14 hari
Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa dasar dari pemilihan metode tersebut di atas
adalah karena alternatif lainnya kurang memadai dan tentunya waktu pelaksanaan dan biaya
juga menjadi faktor penentu. Pada Tabel 1 berikut dapat dilihat perbandingan/efisiensi yang
didapat dari pemilihan metode tersebut.
Peralatan yang digunakan Excavator, Dump truck, dan Excavator, Dump truck, dan
Pompa (banyak) pompa (sedikit)
3
Setiap 1 m tanah dicampur dengan 130 kg PC type I dengan kadar air tanah jenuh air
namun tidak sampai ada air yang keluar. System pencampuran dilakukan secara langsung
dengan menaburkan semen tersebut secara merata dan dibantu pengadukkannya dengan
excavator sampai pada dalaman 70 cm dibagi dalam 2 tahap / lapis, dimana tiap-tiap lapis
mempunyai ketebalan 35 cm dan dibuat setempat yakni pada lokasi masing-masing pondasi.
Dimensi dari lapisan sub soil improvement tersbut sesuai dengan dimensi dari masing-
masing pondasi telapak ditambah 30 cm keliling. Kekuatan tanah setelah perbaikan adalah
2
55 kg/cm .
Berdasarkan hasil pengujian kembali dapat dilihat (estimasi) grafik daya dukung tanah stelah
dilakukan perbaikan Sub Soil Improvement sebagai berikut.
0 10 20 30 40 50 N.G.L
+3.900
MAT
+2.900
+2.050
+1.900
Perkuatan perbaikan akibat
+0.900
Subsoil improvement
-0.100
-1.100
-2.100
-3.100
-4.100
-5.100
5
Gambar 4. Foto Pelaksanaan Sub Soil Improvement dengan Semen PC-Tipe I
6
Gambar 7 . Foto Kondisi Lantai kerja Pondasi di atas tanah yang
telah distabilisasi
Selanjutnya setelah dilakukan pengujian hasil laboratorium dan lapangan, maka kondisi tanah
dapat ditingkatkan daya dukungnya, sehingga ketinggian pondasi bangunan dapat dinaikkan
lebih tinggi mendekati permukaan, sehingga galian tanah menjadi lebih rendah. Kondisi ini
dapat dilihat paga Gambar 8.
1200
KESIMPULAN
7
3. Kemudian kedalaman pondasi menjadi lebih rendah dari semula 3,8 m menjadi 1,8 m,
sehingga mempermudah pelaksanaan pondasi, waktu pelaksanaan menjadi lebih
singkat, dan biaya pun dapat terkontrol.
REFERENSI
[1] Ralph B.P., 1993, ” Teknik Pondasi”, Terjemahan Muslikh, Penerbit Fakultas Teknik
Universitas Gajah Mada.
[2] Bowles J.E., 1993, "Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah)", terjemahan
Johan K.H, Edisi I, Penerbit Erlngga Jakarta.
[3] Nakazuma K., 1994, “Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi”, Terjemahan Taulu L,
Penerbit PT. Pradnya Paramita Jakarta.
[4] Theodorus A., dkk (2008), Kajian Efektifitas Semen dan Fly Ash dalam Campuran Soil
Cement, JURNAL TEKNIK SIPIL, Vol. 15 No. 2, Agustus 2008 : 69-83.
[5] Pembangunan Perumahan, PT, 2002, “Laporan Sub Soil Improvement”, Proyek Unsyiah
Darussalam Banda Aceh.