Disusun Oleh:
Kelompok (1)
Dadan Ramdani 17310038
Nashir 17310045
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
TUGAS STRUKTUR BETON BERTULANG
Diajukan guna melengkapi persyaratan
Program Pendidikan Strata Satu (S1)
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Janabadra Yogyakarta
Diajukan Oleh:
Rombongan (19)
Dadan Ramdani 17310038
Nashir 17310045
iii
NO TANGGAL URAIAN PARAF
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
kasih-Nya, sehingga Laporan Tugas Struktur Beton Bertulang dapat kami selesaikan dengan
baik.
Tugas ini kami susun guna melengkapi Persyaratan Yudisium Program Pendidikan Strata Satu
(S-1) dan merupakan salah satu mata kuliah wajib dalam bidang Teknik Sipil.
Dalam kesempatan ini izinkanlah kami menyampaikan rasa terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dr. Risdiyanto, S.T., M.T. selaku Rektor Universitas Janabadra
2. Ibu Fatsyahrina Fitriastuti, S.Si., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Janabadra.
3. Bapak Ir. Bing Santoso, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Universitas Janabadra.
4. Bapak Arusmalem Ginting, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing Tugas Struktur Beton
Bertulang.
5. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil atas kerja samanya.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Semoga bantuan dan dukungannya hingga terselesainya tugas ini mendapat imbalan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Pengasih. Dan semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.
Kami menyadari dalam penyelesaian laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penyusun tidak menutup kepada pihak-pihak yang sudi memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun agar laporan ini tersusun dengan sempurna. Atas kritikan dan saran
penyusun mengucapkan banyak terima kasih.
Penyusun
v
BAB 1
BAB PENDAHULUAN
6
1.2. Data Struktur dan Teknis Bangunan
Untuk mempersempit cakupan permasalahan yang terkandung dalam proses
perencanaan dan perancangan struktur dilakukan pembatasan masalah untuk
memperjelasaspek-aspek yang digunakan dalam melakukan perencanaan dan perancangan.
Batasanmasalah yang diambil adalah sebagai berikut.
7
1.2.3. Denah Bangunan
Gambar 1. 2 Potongan
8
1.2.5. Peraturan-Peraturan yang Digunakan
Peraturan-peraturan yang digunakan dalam perencanaan antara lain:
1. Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain ( SNI
1727:2020)
2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2019)
3. Tata Cara Perhitungan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2019)
9
1.3. Tingkat Daktilitas
1.3.1. Tingkat Daktilitas 1
Struktur dengan tingkat daktilitas-1 harus dirancang agar tetap berperilaku elastis saat terjadi
gempa kuat. Untuk ini beban gempa rencana harus dihitung berdasarkan faktor daktilitas, μ
sebesar 1,0. SK SNI 03-2847-2019 mendefinisikan struktur dengan tingkat daktilitas-1
sebagai Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB).
1.4. Pembebanan
Beban yang bekerja pada struktur utama berupa beban mati, beban hidup dan beban gempa.
1. Beban mati
Beban mati adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung yang terpasang
termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing, klading
gedung dan komponen arsitektural dan structural lainnya serta peralatan layan terpasang
lain termasuk berat keran.
10
2. Beban hidup
Beban hidup merupakan beban yang dapat berpindah atau dipindahkan dan bekerja pada
struktur, besarnya sesuai dengan fungsi dari ruang. Seperti halnya beban mati, beban hidup
bekerja di atas lantai.
3. Beban gempa
Beban gempa adalah beban yang berpengaruh pada bangunan akibat terjadinya pergerakan
tanah akibat pergeseran lempeng bumi. Dalam merencanakan bangunan tahan gempa
sesuai SNI-1726-2019 menentukan bahwa analisis beban gempa dapat dilakukan dengan
3 prosedur, yaitu analisis gaya lateral ekivalen, analisis spectrum respon ragam dan
prosedur riwayat respon seismic.
4. Beban angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih tekanan udara.
5. Beban air hujan
Beban air hujan pada atap yang tidak melendut, dalam kN/m2. Apabila istilah atap yang
tidak melendut digunakan, lendutan dari beban (termasuk beban mati) tidak perlu
diperhitungkan ketika menentukan air hujan pada atap.
Tabel 1. 2 Beban Mati, Berat Sendiri Bahan Bangunan Komponen Gedung
Baja 78.5 kN /m3
Batu alam 26 kN / m3
Batu bulat, Batu gunung 15 kN / m3
Batu karang 7 kN / m3
Batu pecah 14.5 kN / m3
Besi tuang 72.5 kN / m3
Beton I 22 kN / m3
Beton bertulang 24 kN / m3
Kayu kelas I 10 kN/ m3
Kerikil (kering udara sampai lembab) 16.5 kN / m3
Pasangan batu merah 17 kN / m3
Pasangan batu belah, batu gunung, batu bulat 22 kN / m3
Pasangan batu cetak 22 kN / m3
Pasangan batu karang 14.5 kN / m3
Pasir (kering udara sampai lembab) 16 kN / m3
Pasir(jenuh air) 18 kN / m3
Pasir kerikil 18.5 kN / m3
Tanah, lempung dan lanau 17 kN / m3
Tanah (basah) 20 kN/ m3
Tanah hitam 114 kN/ m3
Sumber: Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 ( PPIUG 1983)
11
Tabel 1. 3 Kategori Bangunan Gedung dan Non-Gedung
KategoriRisiko
JenisPemanfaatan
Gedungdannongedungyangmemilikirisiko rendahterhadap
jiwamanusiapadasaatterjadikegagalan, termasuk,tapi tidak
dibatasiuntuk, antaralain:
- Fasilitaspertanian, perkebunan,peternakan,dan perikanan I
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumahjagadan strukturkecil lainnya
Semuagedungdanstrukturlain,kecualiyangtermasukdalam
kategoririsikoI,III,IV, termasuk,tapi tidakdibatasiuntuk:
- Perumahan
- Rumahtokodanrumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran II
- Gedungapartemen/ rumah susun
- Pusatperbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitasmanufaktur
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan III
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan UGD
- Fasilitas penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besardan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penanganan air
- Fasilitas penanganan limbah
- Pusat telekomunikasi
IV
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan
bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan
yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan
oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi
masyarakat jika terjadi kebocoran.
12
Tabel 1. 3 (Lanjutan) Kategori Bangunan Gedung dan Non-Gedung
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilita skesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah
dan unit gawat darurat.
- Fasilitas pemadam kebakaran,ambulans,dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat.
- Tempat perlindungan terhadap gempabumi,angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat,komunikasi,pusat operasi dan fasilitas lainnya IV
untuk tanggap darurat
- Struktur tambahan(termasuk menara telekomunikasi,tangki penyimpanan
bahanbakar,menara pendingin, struktur stasiun listrik,tangki air pemadam
kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material
atau peralatan pemadam kebakaran)yang disyaratkan untuk beroperasi
pada saat keadaan darurat
13
Tabel 1. 5 Beban Hidup, pada Lantai Gedung
a. Lantai dan tangga rumah tingkat kecuali yang disebut dalam 2 kN/m2
b. Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gedung-gedung 1,25 kN/m2
yang tidak terpenting yang bukan untuk toko, pabrik atau
bengkel
c. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, toserba, restoran, asrama 2,5 kN/m2
dan rumah sakit
d. Lantai ruang olahraga 2,5 kN/m2
e. Lantai ruang dansa 5 kN/m2
f. Lantai dan balkon dari ruangan-ruangan untuk pertemuan yang
lain dari pada yang disebut dalam a, s/d e,
seperti mesjid, gereja, ruang penggelaran, rung rapat, bioskop, 4 kN/m2
dan
panggung penonton dan tempat duduk tetap
g. Panggung penonton dan tempat duduk tidak tetap untuk 5 kN/m2
penonton
yang berdiri
h. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam c 3 kN/m2
i. Tangga, bordes tangga dan gang dari yang disebut dalam d, e, f 5 kN/m2
dan g
j. Lantai ruang pelengkap dari yang disebut dalam c, d, e, f dan g 2,5 kN/m2
k. Lantai untuk pabrik, bengkel, gedung, perpustakaan, toko buku, 4 kN/m2
ruang arsip, toko besi, ruang alat-alat dan ruang mesin harus
direncanakan terhadap beban hidup yang ditentukan tersendiri
minimum
l. Lantai gedung parkir bertingkat:
- Untuk lantai bawah 8 kN/m2
- Untuk lantai tingkat lainnya 4 kN/m2
m. Balkon-balkon yang menjorok bebas keluar direncanakan 3 kN/m2
terhadap beban hidup dari lantai ruang yang berbatasan,
minimum
(dikutip dari Tabel 3.1 Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983).
14
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R) …………………………………................. (1.4)
5. 1,2D + 1,0E + 0,2S …………………………………………………………………… (1.5)
6. 0,9D + 1,0W ………………………………………………………………………….. (1.6)
7. 0,9D + 1,0E ………………………………………………………………………….. (1.7)
dengan:
D = Beban mati
L = Beban hidup
Lr = Beban hidup atap
W = Beban angin
E = Beban gempa
R = Beban hujan
S = Beban salju
15
1.4.4. Perencanaan Pembebanan Gempa
Dalam perancangan bangunan tahan gempa berdasarkan SNI 03-1726-2019, bahwa
perancangan dapat menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen.
Sistem Rangka Pemikul Momen dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)
2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
Dalam tugas ini cara perancangan yang digunakan adalah dengan menggunakan Sistem
Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM).
Pembebanan gempa didasarkan pada pembagian wilayah gempa. Di Indonesia terdapat
pembagian menjadi beberapa wilayah gempa berdasarkan kuat tekanannya masing-masing.
Pada pembahasan ini wilayah gempa yang ditunjuk adalah Kecamatan Delanggu Kabupaten
Klaten dengan koordinat lokasi untuk menghitung pada program Spektra adalah Lintang
-07.622995. Bujur 110.697163. Pada perencanaan gedung ini, beban gempa akan ditinjau
dan dihitung sesuai dengan yang diisyaratkan pada Tata Cara Perencanaan Gempa Untuk
Bangunan Gedung SNI 03-2847-2019, bahwa perancangan dapat menggunakan Sistem
Rangka Pemikul Momen.
16
Gambar 1. 4 Peta MCE0
Sumber: http:puskim.pu.go.id
17
Tabel 1. 6 Koefisien Situs, Fa
18
Gambar 1. 7Peta CR (CRS)
Sumber: http:puskim.pu.go.id
19
Gambar 1. 9 Diagram hasil perhitungan Spektra
Sumber: http:puskim.pu.go.id
20
Tabel 1. 10 data hasil perhitungan program Spektra
Nilai
Variabel Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak
Batuan (B)
(C) (D) (E)
PGA (g) 0,525 0,525 0,525 0,525
SS (g) 1,342 1,342 1,342 1,342
S1 (g) 0,475 0,475 0,475 0,475
CRS 1,090 1,090 1,090 1,090
CR1 1,081 1,081 1,081 1,081
FPGA 1,000 1,000 1,000 0,900
FA 1,000 1,000 1,000 0,900
FV 1,000 1,325 1,525 2,400
PSA (g) 0,525 0,525 0,525 0,472
SMS (g) 1,342 1,342 1,342 1,208
SM1 (g) 0,475 0,630 0,725 1,141
SDS (g) 0,895 0,895 0,895 0,805
SD1 (g) 0,317 0,420 0,483 0,760
T0 (detik) 0,071 0,094 0,108 0,189
TS (detik) 0,354 0,469 0,540 0,944
……………...……………………………………………………….. (1.9)
2
SD1 = S𝑀1 ……………………………………………………………………………... (1.10)
3
SMS = Fa. SS …………………………………………………………............................... (1.11)
SM1 = FV. S1 ……………………………………………………………………………... (1.12)
dengan:
SDS = parameter respons spectral percepatan desain (periode pendek)
SD1 = parameter respons spectral percepatan desain (periode 1,0 detik)
SMS = parameter respons spectral percepatan gempa(periode pendek)
SM1 = parameter respons spectral percepatan gempa (periode 1,0 detik)
Fa = koefisien situs
Fv = koefisien situs
21
1.4.6. Menentukan Koefisien Modifikasi Respons
Koefisien modifikasi respons, R, berkaitan dengan daktilitas rencana struktur. Nilainya
bergantung pada sistem struktur yang digunakan. Nilai R ini dapat ditetapkan dari SNI-1726-
2019 Tabe l9 atau Tabel 20 untuk bangunan menyerupai gedung, dan SNI-1726-2019 Tabel
21 untuk bangunan yang tidak menyerupai gedung.
Tabel 1. 11 Faktor R, Cd, Dan Ω0 Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa (SNI 03-1726-2019)
22
Tabel 1. 11 (Lanjutan) Faktor R, Cd, Dan Ω0 Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa
23
1.4.7. Menghitung Periode Fundamental Perkiraan
Karena periode fundamental struktur belum dapat ditentukan perlu ditentukan periode
fundamental perkiraan, Ta. Nilai Ta ini bisa dihitung dengan Persamaan (v) (SNI-1726-2019
Pasal 7.8.2.1) dengan terlebih dahulu menentukan Ct dan x dari Tabel 1.12.
Tabel 1. 12 Nilai Koefisien Waktu Getar Perkiraan Ct Dan X
`SDS
Cs = R (1.13)
( )
Ie
SD1
Cs = R
(1.14)
T( )
Ie
dengan:
SDS = parameter respons spectral percepatan desain (periode pendek)
R = faktor modifikasi respons Tabel 1-10
Ie = faktor keutamaan gempa
24
1.4.9. Pembebanan Lateral Akibat Beban Gempa
Pembebanan lateral diambil dengan anggapan pelat lantai bekerja sebagai diafragma untuk
masing – masing lantai, dari hasil analisis statik didapat waktu getar alami fundamental dari
gedung, dari respon spektrum untuk Indonesia pada wilayah gempa tertentu didapat koefisien
gempa dasar.Gaya geser dasar akibat gempa statik dapat dihitung dengan rumus:
n
V = ∑ Fi ………………………………………………………………………………………………(1.16)
i=X
dengan:
W = total berat bangunan Cs= faktor respons gempa
V = beban geser dasar akibat gempa
25
1.4.11. Kemampuan Layan
Sistem struktur dan komponennya harus dirancang untuk memiliki kekakuan yang cukup
untuk membatasi lendutan, simpangan lateral, getaran atau deformasi lain yang melampaui
persyaratan kinerja serta fungsi bangunan gedung atau struktur lainnya. (menurut SNI 1727-
2019 pasal 1.3.2)
1.5. Perencanaan Pelat
1.5.1. Perencanaan Tebal Pelat
Pelat-pelat beton berperilaku sebagai bagian-bagian konstruksi lentur dan perencanaannya
adalah serupa dengan balok, meskipun secara umum lebih sederhana.Perencanaan tebal pelat
menggunakan metode langsung sesuai SNI 03-2847-2019 Pasal 13.6, dan harus memenuhi
syarat-syarat berikut:
1. Minimum harus ada tiga bentang menerus pada masing–masing arah.
2. Perbandingan bentang panjang dan bentang pendek yang diukur dari sumbu ke sumbu
harus lebih kecil dari dua (Ly / Lx < 2)
3. Beban yang diperhitungkan hanyalah beban gravitasi dan terbagi merata pada seluruh
pelat. Beban hidup tidak boleh lebih dari dua kali beban mati.
SNI 03–2847–2019 Pasal 8.4.1.8 menetapkan, untuk konstruksi monolit atau komposit penuh,
suatu balok mencakup bagian slab pada setiap sisi balok yang membentang dengan jarak yang
sama dengan proyeksi balok diatas atau dibawah slab tersebut, yang mana yang lebih besar,
tetapi tidak boleh lebih besar dari empat kali tebal slab.
26
SNI 03–2847–2019 menetapkan, lebar slab efektif sebagai sayap balok–T tidak boleh
melebihi seperempat panjang bentang balok, dan lebar efektif sayap yang menggantung pada
masing–masing sisi badan balok tidak boleh melebihi delapan kali tebal slab dan setengah
jarak bersih ke badan di sebelahnya.
Ecb.Ib
αm = ……………………………………………………………………………… (1.19)
Ecp.Ip
keterangan:
am = rata–rata kekuatan rasio lentur penampang balok terhadap kekuatan lentur pelat
dengan lebar yang dibatasi dalam arah lateral oleh sumbu dari panel yang bersebelahan pada
tiap sisi dari balok.
Ecb = modulus elastisitas balok beton
Ecp = modulus elastisitas pelat beton
Ib = momen inersia balok
Ip = momen inersia pelat
n
qu. l2 . l2 (1.23)
M =
0
8
keterangan:
Qu = beban terfaktor per unit luas
Ln = bentang bersih diukur dari muka ke muka kolom
tidak boleh kurang dari 0,65. l1
l1 = bentang dalam arah momen yang ditinjau, diukur dari sumbu ke sumbu
l2 = bentang transversal yang bersebelahan diukur dari sumbu ke sumbu
SNI 03–2847–2019 menetapkan, pada bentang interior, momen statis total, M0 harus
didistribusikan sebagai berikut:
Momen terfaktor negatif = 0,65Momen terfaktor positif = 0,35
28
Tabel 1. 13 Faktor Distribusi Momen pada Pelat
(1) (2) (3) (4) (5)
Slab tanpa balok di
Tepi Slab dengan antara tumpuan Tepi
eksterior balok di interior eksterior
tak- antara semua Tanpa Dengan terkekang
terkekang tumpuan balok balok penuh
`tepi tepi
Momen terfaktor
0,75 0,70 0,70 0,70 0,65
negatif interior
Momen terfaktor
0,63 0,57 0,52 0,50 0,35
positif
Momen terfaktor
0 0,16 0,26 0,30 0,65
negatif eksterior
Sumber: SNI 03–2847–2019
terfaktor pada daerah tributari yang dibatasi oleh garis 45 derajat yang ditarik dari sudut– sudut
panel dan garis–garis pusat panel–panel bersebelahan yang sejajar dengan sisi panjangnya.
Untuk momen pada lajur kolom akan dicari seperti yang disajikan berikut ini:
29
M−
M−n = 0,8. m (1.26)
lebar jalur kolom
M+
M+n = 0,8. m (1.27)
lebar jalur kolom
Untuk momen pada lajur tengah akan dicari seperti yang disajikan berikut ini:
30
Asperlu = ρ perlu. b. d (1.38)
As. fy
a= (1.39)
0,85. f′c. b
1
Mntotal = Ts. (dy − . a) (1.40)
2
keterangan:
Ly = bentangan panjang
Lx = bentangan pendek
M+ = momen positif
M- = momen negatif
Mn+ = momen nominal positif
Mn- = momen nominal negatif
b = lebar pelat yang ditinjau (1000 mm)
d = tinggi efektif balok
a = kedalaman balok tegangan beton tekan
As = luas tulangan tarik
ρb = rasio penulangan dalam keadaan seimbang
ρmaks = rasio tulangan
ρperlu = rasio tulangan yang diperlukan
f’c = kuat tekan beton
fy = kekuatan leleh tulangan
Rn = koefisien tahanan
31
4. Pembebanan
QU1 = 1,4. QDL (1.43)
QU2 = 1,2. QDL + 1,6. QLL (1.44)
dengan:
QDL= berat beban mati pelat
QLL= berat beban hidup pelat
Perencanaan Struktur Beton
Bertulang
32
CATATAN:
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan
betonnormal dan tulangan mutu 420 MPa. Untuk kondisi lain, nilai diatas
harusdimodifikasikan sebagai berikut:
(a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis (equilibrium density), Wc,
diantara 1440 sampai 1840 kg/m³, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65- 0,0003Wc)
tetapi tidak kurang dari 1,09
(b) Untuk fy selain 420 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
1. Balok Atap
Jenis balok yang dipakai adalah balok dengan kedua ujung menerus dengan bentang yang paling
panjang sebagai acuan kekuatan.
a) Arah Horizontal
L = 7,30 m = 7300 mm
1
h ≥ 21 . L . (0,4+ fy /700)
7300
h≥ (0,4+315/700) = 295,476 mm diambil dimensi h = 500 mm
21
hpakai = 500 mm > hmin = 295,476 mm OK!
Diambil dimensi b = 300 mm
Diambil dimensi h = 500 mm
b) Arah Vertikal
L = 7,40 m = 7400 mm
1
h≥ . L . (0,4+ fy /700)
21
7400
h≥ . (0,4+375/700) = 299,5238 mm diambil dimensi h = 500 mm
21
hpakai = 500 mm > hmin = 299,5238 mm OK!
Diambil dimensi b = 300 mm
Diambil dimensi h = 500 mm
2. Balok Lantai
Jenis balok yang dipakai adalah balok dengan kedua ujung menerus dengan bentang yang paling
panjang sebagai acuan kekuatan.
a) Arah Horizontal
L = 7,30 m = 7300 mm
1
h ≥ 21 . L . (0,4+ fy /700)
7300
h≥ (0,4+315/700) = 295,476 mm diambil dimensi h = 500 mm
21
hpakai = 500 mm > hmin = 295,476 mm OK!
Diambil dimensi b= 300 mm
33
C
D C 3.70
D C 3.70
L2 = 7.05
D
D C 3.35
B A 3.35
E
III IV V
3.45 3.45 3.65 3.65
L1 = 7.1
7400
h≥ . (0,4+315/700 = 299,5238 mm diambil h = 500 mm
21
hpakai = 500 mm > hmin = 299,5238 mm OK!
Diambil dimensi b = 300 mm
Diambil dimensi h = 500 mm
3. Balok Anak
Dimensi balok anak = 200 mm x 300 mm
4. Balok Sloof
Dimensi balok sloof = 300 mm x 500 mm
5. Perencanaan Kolom
a. Berat Balok Atap
Arah Horisontal
= b . (hb – hp) . BJ beton . L1
= 0,30 . (0,50 – 0,14) . 2400 . 7,1
= 18,4032 kN
Arah Vertikal
= b . (hb – hp) . BJ beton . L2
= 0,30 . (0,50 – 0,14) . 2400 . 7,25
= 18,792 kN
b. Berat Balok Lantai
Arah Horisontal
= b . (hb – hp) . BJ beton . L1 . 3
= 0,30 . (0,50 – 0,14) . 2400 . 7,1 .3
= 55,2096 kN
34
Arah Vertikal
= b . (hb – hp) . BJ beton . L2. 3
= 0,30 . (0,50 – 0,14) . 2400 . 7,25 .3
= 56,376 Kn
c. Berat Beban Mati Plat Atap
Beban mati (QD) dengan tebal plat 150 mm = 4,03 kN/m2
Berat DL lantai atap = L1 x L2 x QDL
= 7,1 x 7,25 x 4,03
= 207,443 kN
d. Berat Beban Hidup Plat Atap
Dari tabel 1.5 beban hidup (QL) untuk pelat atap (Bank) didapat: 1,00 kN/ m2
Berat LL lantai atap = L1 . L2 . QLL
= 7,1. 7,25 . 1,00
= 51,475 kN
e. Berat Beban Mati Pelat Lantai
Beban mati (QD) dengan tebal plat 140 mm = 4,56 kN/m2
Berat DL plat lantai = L1 x L2 x QDL x 3
= 7,1 x 7,25 x 4,56 x 3
= 704,178 kN
f. Berat Beban Hidup Plat Lantai
Dari tabel 1.5 beban hidup (QL) untuk pelat lantai (Mall) didapat: 4,79 kN/ m2 Berat
LL lantai = L1 x L2 x QLL x 3
= 7,1 x 7,25 x 4,79 x 3
= 739,6958 kN
g. Berat Dinding
Partisi luar yang digunakan adalah kaca dengan rangka kayu = 20 kg/m2 = 0,2 kN/m2
Berat dinding = (L1 + L2).(3,95 + 3,95 + 3,95 + 3,95).0,2
= (7,1 + 7,25).(15,8).0,2
= 45,346 kN
h. Berat Partisi Dalam
Partisi dalam yang digunakan adalah galvalum rangka besi = 22 kg/m2 = 0,22 kN/m2
Berat Partis = (L1 + L2).(3,95 + 3,95 + 3,95 + 3,95).0,2
= (7,1 + 7,25).(15,8).0,22
= 49,8806 kN
35
i. Balok anak
= b . (hb – hp) . BJbeton . L2
= 0,2 . (0,30 – 0,14) . 2400 .7,4
= 5,6832 kN
j. Berat Balok Sloof
Berat balok sloof (asumsi 300 x 500) = b . h . BJbeton . (L1 +L2)
= 0,3 . 0,5 . 2400 . (7,10 + 7,25)
= 5166 kg
= 51,66 kN
1.6. Perencanaan Kolom
Komponen struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecilmelampaui yang
digunakan terutama untuk menumpu beban tekan aksial. Untukkomponen struktur dengan
perubahan dimensi lateral, dimensi lateral terkecil adalah rata-ratadimensi atas dan bawah sisi
yang lebih kecil. Dimensi kolom dapat dicari dengan rumus,
ØPn(maks) = 0,8.Ø[(0,85.f′c. (Ag − Ast)) + fy. Ast] (1.49)
∑p
Ag = (1.50)
0,85. f′c. 0,7
dengan:
ØPn(maks) = beban aksial maksimum
Ag = luas penampang kolom
Ast = 1,5% Ag
f’c = kuat tekan beton
fy = tegangan leleh baja tulangan
∑p = total beban yang disangga oleh kolom
36
dengan :
pb = rasio tulangan balance
pmaks = rasio tulangan maksimal
pmin = rasio tulangan minimal
pperlu = rasio tulangan yang diperlukan
m = pembagian tegangan leleh tulangan dengan kuat tekan beton
Rn = pembagian moment nominal dengan jarak bersih as tulangan dengan tepi beton
dengan syarat ρperlu tidak boleh lebih kecil dari pmin dan tidak lebih besar dari pmaks.
h. Berat Kolom
Asumsi : (dimensi kolom lantai 1,2 = 600 mm x 600 mm)
(dimensi kolom lantai 3,4 = 500 mm x 500 mm)
Berat kolom = 0,6 . 0,6 .24.(3,95 + 3,95) = 68,256 kN
= 0,5 . 0,5 .24.(3,95 + 3,95) = 47,400 kN
= 115,656 kN
Σp = 18,5328+18,9475+55,5984+56,8425+207,4443+
51,475+704,178+739,6958+45,346+49,8806+51,66+115,656
= 2114,842 kN
= 2114842 N
p
Aperlu =
0,85. f ' c.0,7
2114842
= = 118478,5 mm2
0,85.30.0,7
37
1.9. Struktur Analisis Program (SAP) 2000
Sebagai alat dalam melakukan analisis struktur, program komputer pada masa ini telah
menjadi suatu kebutuhan. SAP 2000 merupakan salah satu program yang cukup popular,
praktis dan user-friendly. Program ini tergolong praktis antara lain karena pembuatan model
yang berbasis grafis (bukan teks seperti versi awal SAP 90), kemudahan mengubah model
sesuai keinginan, analisis ulang struktur secara cepat tanpa harus mengulang dari awal,
beberapa dukungan database (misal data profil atau input data gempa), pengolahan
hasiloutput secara lengkap dan fleksibel dengan teks biasa atau spreadsheet, dan beberapa
keunggulan lain yang menyebabkan program ini cukup popular.
Langkah-langkah untuk memasukkan mutu bahan dan dimensi adalah sebagai berikut:
Pada bagian pojok bawah, seperti yang dilingkari diatas, diganti satuan program
menjadi “KN,m,C”.
38
3. Membuat Desain Struktur 3 Dimensi
a) Buka menu File
b) Pilih New Model
c) Pastikan satuan dalam “KN,m,C”
4. Menentukan jumlah lantai, jumlah bentang arah X dan Y, tinggi antar lantai,
jarak antar balok X dan Y:
Gambar 1. 15 Penentuan jumlah lantai, bentang, tinggi, dan jarak antar balok
39
Gambar 1. 16 Mengisi x, y, dan z grid data
MPa ke kN/m2)
h) Klik OK
Menentukan material tulangan yang digunakan:
a) Buka Menu Define
b) Pilih Materials
c) Pilih A615Gr60
d) Kemudianadd Copy Of Materials untuk membuat copy dari jenis material beton
dari program SAP2000
40
e) Isikan nama pada Materials Name And Display Color
f) Masukkan Minimum Yield Stress, Fy(konversi dari kuat tarik baja tulangan polos
MPa ke kN/m2)
g) Masukkan Minimum Tensile Stress, Fu(1.5*Fy)
h) Masukkan Expected Yield Stress, Fye(1.1*Fy)
i) Masukkan Expected Tensile Stress, Fue(1.1*1.5*Fy)
j) Klik OK
41
m) Isikan Concrete Cover to Longitudinal Rebar Center dengan selimut beton
yaitu 40 mm pada Top dan Bottom
n) Klik OK
o) Klik OK sekali lagi
42
k) Load Pattern Name: Dinding
l) Type: DEAD
m) Self Weight Multiplier: 0
n) Pilih Add New Load Pattern
o) Load Pattern Name: EX
p) Type: QUAKE
q) Self Weight Multiplier: 0
r) Pilih Add New Load Pattern
s) Load Pattern Name: EY
t) Type: QUAKE
u) Self Weight Multiplier: 0
v) Pilih Add New Load Pattern
w) OK
43
Gambar 1. 20 Kombinasi Pembebanan
44
Gambar 1. 21 Frame Selections
45
n) Masukkan Distance = 0 dan Load = 0 di kolom I
o) Masukkan Distance d2 = 2.6 dan Load = 1/2.q.lx = 13.26 di kolom 2
p) Masukkan Distance d3= 4.4 dan Load = 1/2.q.lx = 13.26 di kolom 3
q) Masukkan Distance d4= 7 dan Load = 0 di kolom 4
r) Ulangi input untuk beban hidup/Load Pattern Name: HIDUP
46
Memasukkan beban tangga:
a) Pilih balok yang ada tangga di atasnya
b) Buka menu Assign
c) Arahkan mouse ke Frame Loads
d) Klik Distributed
e) Pada Load Pattern Name, pilih MATI
f) Masukkan beban tangga pada Uniform Load, yaitu beban mati tangga = 18 kN/m
g) Klik OK
48
b) Buka menu Assign
c) Arahkan mouse ke Joint
d) Klik Constraints
e) Choose Constraint Type to Add, pilih Diaphragm
f) Klik Add New Constraint
g) Pada Constraint Name, beri nama Diaphragm (misal DIAPH 1)
h) Klik OK
i) Ulangi untuk Mendefinisikan Rigid Floor Diaphragm lantai 2, lantai 3 hingga lantai
atap
Running Program:
a) Klik menu Analyze
b) Klik Run Analysis
c) Klik Run Now
49
Gambar 1. 25 Run analysis
51
BAB II
PERHITUNGAN PLAT
a. Pelat Atap
52
b. Pelat Lantai
Dipakai pelat dengan bentang terpanjang sebagai acuan kekuatan, yaitu, diambil
tipe pelat E untuk pelat atap dan A untuk pelat lantai
Ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari:
Ly=7250
Lx=6950
𝐿𝑦 7,25
Dengan : Ly = bentang Panjang 𝛽 = 𝐿𝑥 = 6,95 = 1,0431
Lx = bentang pendek
53
Dikarenakan hasil yang didapatkan 1,0431 < 2, Termasuk Pelat Dua Arah
Menetukan Tebal Pelat :
bw = 300
h = 600
Lnx = 4050 - bw
= 4050 - 300
= 3950 mm
Lny = 6000 - bw
= 6000 - 300
= 5700 mm
hb = h - hf
= 600 - 150
= 450 mm
be = bw + 2.hb
= 300 + 2 . 450
= 1200 mm
be efektif = bw + 8.hf
= 300 + 8 . 150
= 1500
ℎ𝑏
y1 =
2
450
= = 225 mm
2
ℎ𝑏
y2 = hb +
2
150
= 450 + = 525 mm
2
y = (hb.bw).y1+(hf.be).y2
(hb.bw)+(hf.be)
= (450 . 300) . 225 + (150 . 1200) . 525
(450 . 300) + (150 . 1200)
= 396,4285714 mm
54
1 1
Ib = 12.bw.hb³+((hb.bw).((y-y1)²))+ 12.be.hf3+((hf.be).((y2-y)²))
1
= 12 . 300 .450³ + ((450 . 300).((396,4285714 - 225)²)) +
1
. 1200 . 150³+((15.1200) . ((525 - 396,4285714)²))
12
= 9558482142,8571 mm4
1
Is 1 = 12 . 4050 . 125³
= 659179687,5000 mm4
1
Is 2 = 12 . 6000 . 125³
= 976562500,0000 mm4
𝑙𝑏 9558482142,8571
ɑf 1 = =
𝑙𝑠1 659179687,5000
= 14,5006
𝑙𝑏 9558482142,8571
ɑf 2 = =
𝑙𝑠2 976562500,0000
= 9,7879
𝑎𝑓2
afm = ɑf1 +
2
9,7879
= 14,5006 +
2
= 12,1442
afm = 12,1442 > 2
𝐿𝑛𝑦 5700
β = =
𝐿𝑛𝑥 3750
= 1,52
𝑓𝑦
ln(0,8+ )
1400
hf min =
36+9 . 𝛽
395
5700(0,8+ )
1400
=
36+9 . 1,52
= 122,5198 mm
55
2.1.4. Pembebanan pelat atap
56
Input Beban di SAP QD – Beban Sendiri Pelat = 1,35 kN/m2
b. Beban Hidup (QL)
Dari SNI 1727;2020 Pasal 4.3 Tabel 4.3-1, beban hidup untuk Restoran:
• Beban hidup (QL) = 4,79 kN/m2
a) Perhitungan Dx dan Dy
Dipakai :
• Tebal Pelat (h) = 130 mm C Ly
b) Distribusi Momen
Ly = 7,25 m
Lx = 6,95 m
𝐿𝑦 Ly
β =
𝐿𝑥
7,25
= = 1,0432
6,95
Lx
57
Dari Tabel 13.3.2 ( Kondisi II ), hal. 203, PBI 1971 dan metode
interpolasi diperoleh :
ly/lx
Berdasarkan table yang ada, tidak ditemukan data yang cocok. Maka
digunakan interpolasi :
(1,0432−1,0)
X1 = 36 + (42 – 36)
(1,1−1,0)
= 38,5899
(1,0432−1,0)
X3 = 36 + (37 – 36)
(1,1−1,0)
= 36,4317
X2 = X1 = 38,5899
X4 = X3 = 36,4317
58
Momen yang terjadi :
f′ c 600
ρb = 0,85 . β . .
fy 600+fy
= 0,8464
0,65 ≤ β ≤ 0,85 ….. (OK)
28,5 600
ρb = 0,85 . 0,846428571 . .
395 600 + 395
= 0,0313
59
ρmax = 0,75 . ρb
= 0,75 . 0,0336
= 0,0235
1,4 1,4
ρmin = = 395 = 0,0035
𝑓𝑦
𝑓𝑦 395
m = = = 16,3055
0,85 . 𝑓′𝑐 0,85 . 28,5
𝑀𝑛 14,5950 . 106
Rn = = = 1,4595
𝑏 . 𝑑 2 1000 . 1002
1 2.m.Rn
ρperlu =
m
[1 − √1 − fy
]
1 2 . 16,3055 . 1,4595
= [1 − √1 − ]
16,3055 395
= 0,0038
= 78,5398 mm2
𝐴. 𝑏
Jarak tulangan (S) =
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
78,5398 . 1000
=
381,3511
= 205,9514 mm
Dipakai jarak tulangan 200 mm.
60
Kontrol tulangan,
1000
As = Astul X
200
1000
= 78,5398 X
200
= 392,6991 mm2 > Asperlu = 381,3511 mm2 …… (OK)
Jadi tulangan arah X dipakai D10 – 200 mm.
Kontrol kapasitas momen :
Ts = As . fy
= 392,6991 . 395
= 155116,1373 N
Ts
a =
0,85 X f′ c X b
155116,1373
=
0,85 X 28,5 X1000
= 6,4031 mm
Mntotal = Ts . (dx – ½ . a)
= 155116,1373 . ( 100 – ½ . 6,4031)
= 15014998,3289 Nmm
= 15,0150 kNm
Mu = ɸ x Mn total = 0,80 x 15,0150
= 12,0120 kNm > Mn = 11,6760 kNm …… (OK)
d) Tulangan Lapangan Arah Y (Mly)
Mly = 11,9952 kNm
𝑀𝑙𝑦 11,9952
Mn = = = 14,9940 kNm = 14,9940. 106 Nmm
Ø 0,80
f′ c 600
ρb = 0,85 . β . .
fy 600+fy
= 0,8464
0,65 ≤ β ≤ 0,85 ….. (OK)
61
28,5 600
ρb = 0,85 . 0,846428571 . .
395 600 + 395
= 0,0313
ρmax = 0,75 . ρb
= 0,75 . 0,0313 = 0,0235
1,4 1,4
ρmin = = 395 = 0,0035
𝑓𝑦
𝑓𝑦 395
m = = = 16,3055
0,85 . 𝑓′𝑐 0,85 . 28,5
𝑀𝑛 14,9940 . 106
Rn = = = 1,8511
𝑏 . 𝑑2 1000 . 902
1 2.m.Rn
ρperlu =
m
[1 − √1 − fy
]
1 2 . 16,3055 . 1,8511
= [1 − √1 − ]
16,3055 395
= 0,0049
= 78,5398 mm2
62
𝐴. 𝑏
Jarak tulangan (S) =
𝐴𝑠𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
78,5398 . 1000
=
439,2490
= 178,8048 mm
Dipakai jarak tulangan 170 mm.
Kontrol tulangan,
1000
As = Astul X
170
1000
= 78,5398 X
170
= 471,2389 mm2 > Asperlu = 439,2490 mm2 …… (OK)
Jadi tulangan arah X dipakai D10 – 170 mm.
Kontrol kapasitas momen :
Ts = As . fy
= 471,2389 . 395
= 186139,3647 N
Ts
a =
0,85 X f′ c X b
186139,3647
=
0,85 X 28,5 X1000
= 7,6838 mm
Mntotal = Ts . (dx – ½ . a)
= 186139,3647 . ( 90 – ½ . 7,6838)
= 16037416,6519 Nmm
= 16,0374 kNm
Mu = ɸ x Mn total = 0,80 x 16,0374
= 12,8299 kNm > Mn = 11,9952 kNm …… (OK)
63
Vcx = 0,17√𝑓′𝑐 . 𝑏 . 𝐷𝑥
64
2.2.2. Perhitungan Penulangan Pelat Lantai Tipe C
a) Perhitungan Dx dan Dy
Dipakai :
• Tebal Pelat (h) = 130 mm
• Selimut beton (s) = 25 mm C Ly
Lx
Ly = 7,25 m
Lx = 6,95 m
Dx = h – s + 1/2 . ∅
= 130 – 25 + 1/2 . 10 = 100 mm
Dy = h – s + ∅ + 1/2 . ∅
= 130 – 25 + 10 + 1/2 . 10 = 90 mm
b) Distribusi Momen
Ly = 7,25 m
Lx = 6,95 m
𝐿𝑦 Ly
Β = 𝐿𝑥
7,25
= 6,95 = 1,0432
Lx
65
Dari Tabel 13.3.2 ( Kondisi II ), hal. 203, PBI 1971 dan metode
interpolasi diperoleh :
ly/lx
Berdasarkan table yang ada, tidak ditemukan data yang cocok. Maka
digunakan interpolasi :
(1,0432−1,0)
X1 = 36 + (1,1−1,0)
(42 – 36)
= 38,5899
(1,0432−1,0)
X3 = 36 + (1,1−1,0)
(37 – 36)
= 36,4317
X2 = X1 = 38,5899
X4 = X3 = 36,4317
66
Mtx = -0,001.QU.Lx2.X2 = -0,001 . 13,028 . 6,952 . 38,5899
= -24,2841 kNm
Mly = 0,001.QU.Ly2.X3 = 0,001 . 13,028 . 7,252 . 36,4317
= 24,9478 kNm
Mty = -0,001.QU.Ly2.X4 = -0,001 . 13,028 . 7,252 . 36,4317
= -24,9478 kNm
f′ c 600
ρb = 0,85 . β . . 600+fy
fy
= 0,8464
0,65 ≤ β ≤ 0,85 ….. (OK)
28,5 600
ρb = 0,85 . 0,8464 . . 600 + 395
395
= 0,0313
ρmax = 0,75 . ρb
= 0,75 . 0,0313
= 0,0235
1,4 1,4
ρmin = 𝑓𝑦 = = 0,0035
395
𝑓𝑦 395
m = 0,85 . = 0,85 . = 16,3055
𝑓′𝑐 28,5
𝑀𝑛 30,3551 . 106
Rn = 𝑏 . = = 3,0355
𝑑2 1000 . 1002
1 2.m.Rn
ρperlu = m [1 − √1 − ]
fy
1 2 . 16,3055 . 3,0355
= 16,3055 [1 − √1 − ]
395
= 0,0082
67
Dari hitungan rasio tulangan (ρ) di atas diperoleh :
ρmax = 0,0235
ρmin = 0,0035 Syarat : ρmin < ρ < ρ maks
ρperlu = 0,0082
karena ρperlu < ρmin, maka dipakai ρperlu = 0,0082
Asperlu = ρ . b . dx
= 0,0082 . 1000 . 100
= 823,8129 mm2
Dipakai tulangan (∅) = 10
1
Luas tulangan ( A ) = 4 . π . ∅2
1
= 4 . π . 102
= 78,5398 mm2
𝐴. 𝑏
Jarak tulangan (S) = 𝐴𝑠
𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
78,5398 . 1000
= 823,8129
= 95,3370 mm
Dipakai jarak tulangan 90 mm.
Kontrol tulangan,
1000
As = Astul X 90
1000
= 78,5398 X 90
= 15,3675 mm
68
Mntotal = Ts . (dx – ½ . a)
= 372278,7295 . ( 85 – ½ . 15,3675)
= 34367368,2515 Nmm
= 34,3674 kNm
Mu = ɸ x Mn total = 0,80 x 34,3674
= 27,4939 kNm > Mn = 24,2841 kNm …… (OK)
d) Tulangan Lapangan Arah Y (Mly)
Mly = 24,9478 kNm
𝑀𝑙𝑦 24,9478
Mn = = = 31,1848 kNm = 31,1848. 106 Nmm
Ø 0,80
f′ c 600
ρb = 0,85 . β . . 600+fy
fy
= 0,8464
0,65 ≤ β ≤ 0,85 ….. (OK)
28,5 600
ρb = 0,85 . 0,8464 . . 600 + 395
395
= 0,0313
ρmax = 0,75 . ρb
= 0,75 . 0,0313
= 0,0235
1,4 1,4
ρmin = 𝑓𝑦 = = 0,0035
395
𝑓𝑦 395
m = 0,85 . = 0,85 . = 16,3055
𝑓′𝑐 28,5
𝑀𝑛 31,1848 . 106
Rn = 𝑏 . = = 3,850
𝑑2 1000 . 902
1 2.m.Rn
ρperlu = m [1 − √1 − ]
fy
1 2 . 16,3055 . 3,850
= 16,3055 [1 − √1 − ]
395
= 0,0107
69
Dari hitungan rasio tulangan (ρ) di atas diperoleh :
ρmax = 0,0235
ρmin = 0,0035 Syarat : ρmin < ρ < ρ maks
ρperlu = 0,0107
karena ρperlu < ρmin, maka dipakai ρperlu = 0,0162
Asperlu = ρ . b . dx
= 0,0107 . 1000 . 90
= 960,8390 mm2
Dipakai tulangan (∅) = 10
1
Luas tulangan ( A ) = 4 . π . ∅2
1
= 4 . π . 102
= 78,5398 mm2
𝐴. 𝑏
Jarak tulangan (S) = 𝐴𝑠
𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
78,5398 . 1000
= 960,8390
= 81,7409 mm
Dipakai jarak tulangan 80 mm.
Kontrol tulangan,
1000
As = Astul X 90
1000
= 78,5398 X 90
= 16,6482 mm
70
Mntotal = Ts . (dx – ½ . a)
= 403301,9569 . ( 90 – ½ . 16,6482)
= 32940056,0297 Nmm
= 32,9401 kNm
Mu = ɸ x Mn total = 0,80 x 32,9401
= 26,3520 kNm > Mn = 24,9478 kNm …… (OK)
Vcy = 0,17√𝑓′𝑐 . 𝑏 . 𝐷𝑦
71
g) Tulangan Tumpuan Arah X (Mtx)
Mtx = - 24,2841 kNm
Besar momen Mtx = - Mlx, maka dipakai tulangan D10 – 90 mm dengan
jumlah tulangan pada setiap 1000 mm (1 m) dipasang 12 buah.
2.3. Kesimpulan :
2.3.1. Penulangan Pelat Atap :
a. Arah sumbu X-X = D10 – 200 mm (BJTP – 370)
b. Arah sumbu Y-Y = D10 – 170 mm (BJTP – 370)
Lanjut BAB 3
72
BAB 3
PERENCANAAN TANGGA
54
Gambar 3. 1 Denah tangga tampak atas
55
Perhitungan Beban Pelat Tangga dan Bordes
1. Beban pada pelat tangga
a. Akibat beban mati (Qdl1)
Berat sendiri pelat tangga (17,5 cm) = 1 . 0,175 . 24= 4,2 kN/m2
Berat spesi (2 cm) = 1 . 0,02 . 21 = 0,42 kN/m2
Berat keramik (1 cm) = 1 . 1 . 21 = 0,21 kN/m2
Berat railing tangga = = 0,25 kN/m2 +
Jumlah = = 5,08 kN/m 2 +
56
Gambar 3. 3 Menentukan desain tangga
57
Gambar 3. 5 Pemodelan tangga menggunakan SAP 2000 v.14
58
Tebal pelat tangga (h) = 240 mm
1
d = 240 − 20 − 12 =149 mm
2
M u 15,0906
Mn = = =18,8633 kNm =188633.106 Nmm
0,8 0,8
Karena f’c = 28,5 Mpa > 28 MPa , maka:
0, 05 ( f ' c − 28 ) 0, 05 ( 28,5 − 28 )
1 = 0,85 − = 0,85 − = 0, 0313
7 7
1, 4 1, 4
min = = = 0,0035
fy 395
f 'c 28,5
min = = = 0, 0035
4 fy 4 395
Fy 395
m= = =16,3055
0,85 f ' c 0,85 28,5
Mn 188633.106
Rn = = = 0,8497
b.d 2 1000.1492
A.b 113,0973.1000
Jarak tulangan ( s) = = = 214,1584 mm
As perlu 528,1013
Dipakai jarak tulangan 210 mm
1000
Jumlah tulangan (n) pada setiap 1 m = = 5 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔
210
59
Kontrol tulangan
1 1
As = . . 2 . n = . .122.7 = 565, 4867 mm2 As perlu = 528,1013 mm2 OK
4 4
Jadi tulangan lapangan arah X dipakai ∅12-210
Kontrol kapasitas momen:
CC = 0,85 . f’c . b . a Ts = As.fy
= 0,85 . 28,5 . 1000. a = 528,1013 . 395
= 24225.a = 223367,2377 N = 223,3672 kN
Syarat Cc = Ts :
24225.a = 223367,23775
226677
a= = 9, 2205 mm
24225
1
Mn = Ts.(dy − . a)
2
= 223367,2377. (149 – ½ . 9,2205)
= 32251936,7232 Nmm
= 32,2519 kNm
Mn total = 32,2519 kNm > Mn = 18,8633 kNm OK
A.b 113,0973.1000
Jarak tulangan ( s) = = = 214,1584 mm
As perlu 528,1013
Dipakai jarak tulangan 210 mm
1000
Jumlah tulangan (n) pada setiap 1 m = = 5 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔
210
Kontrol tulangan
60
1 1
As = . . 2 . n = . .122.5 = 565, 4867 mm2 As perlu = 528,1013 mm2 OK
4 4
Jadi tulangan lapangan arah X dipakai ø12-210
Kontrol kapasitas momen:
CC = 0,85 . f’c . b . a Ts = As.fy
= 0,85 . 28,5 . 1000. a = 565,4867.395
= 24225.a = 223367,2377 N = 223,3672 kN
Syarat Cc = Ts :
24225.a = 223367,2377
223367, 2377
a= = 9, 2205 mm
24225
1
Mn = Ts.(dy − . a)
2
= 223367,2377. (149 – ½ . 9,2205)
= 32251936 Nmm
= 32,2519 Nm
Mn total = 32,2519 kNm > Mn = -5,5421 kNm OK
3. Tulangan bagi
As ≥ 0,018 x 1000x 270
As ≥ 486 mm2
Dipakai tulangan ∅ = 10
1 1
Luas tulangan (A) 4 . π. ∅2=4 . π. 102 = 161,6046 mm2
61