Anda di halaman 1dari 25

RANGKUMAN TUGAS AKHIR TERPADU

PERENCANAAN KONSTRUKSI GEDUNG APARTEMEN


KAWASAN ALAM SUTERA – TANGERANG

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan program sarjana Teknik Sipil

Dosen Pembimbing:

Ir. Biemo W. Soemardi, MSE., Ph.D.

Dr. Ing. Ediansjah Zulkifli ST.,MT

Ir. Erza Rismantojo, MSCE, Ph.D.

Oleh :

NICHOLAS GUNARSO 15015002

MOHAMMAD ELAN SEPTAJI 15015005

WILSON 15015030

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018

1
I. Deskripsi Proyek
Proyek apartemen kawasan Alam Sutera yang direncanakan oleh arsitek terlampir
dalam Gambar I.1 dengan kriteria bangunan terlampir dalam Tabel 1.1.

Gambar I. 1 Desain Apartemen Rencana


Tabel I. 1 Spesifikasi Rencana Pendesainan Apartemen
Nama Proyek Gedung Apartemen Kawasan Alam Sutera - Tangerang
Lokasi Kota Tangerang
Luas Wilayah Bangunan 4665.76 m2
Jumlah Gedung 4 Gedung
Lokasi Skybridge Lantai 13
26 Lantai ( Tower 1&3 )
Jumlah Lantai
24 Lantai ( Tower 2&4 )
Jumlah Lantai Basement 3 Lantai
90 meter ( Tower 1&3 )
Tinggi Bangunan
83 meter ( Tower 2&4 )
SRPMK ( Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus )
Sistem Struktur
SDSK ( Sistem Dinding Struktur Khusus )

Dalam pengerjaannya proyek ini akan didekati kedalam 3 sub bahasan yaitu sub
bahasan mengenai rekayasa struktur, geoteknik, dan juga rekayasa struktur. Adapun
untuk bahasan mengenai setiap sub bahasan akan dibahas secara lebih mendetail
pada subbab-subbab selanjutnya. Dalam perancangannya, digunakan standar-
standar yang berlaku di Indonesia. Standar yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Rekayasa Struktur
a. SNI 1726:2012
b. SNI 2847:2013
c. SNI 1729:2015

1
2. Geoteknik
a. SNI 8460:2017
b. SNI 2847:2013
c. SNI 1726:2012
3. Rekayasa Konstruksi
a. SNI 2415:2016

II. Rekayasa Struktur


Pembahasan dari rekayasa struktur akan terbagi ke dalam dua sub-bahasan, yaitu
hasil dari pemodelan struktur, evaluasi struktur dan hasil perhitungan pendetailan
struktur. Struktur dimodelkan berdasarkan hasil desain arsitektur. Dari desain
arsitektur ditentukan terdapat struktur atas, basement, dan skybridge. Kemudian
dibuat struktur dengan elemen yang efisien namun masih memenuhi standar yang
berlaku.

II.1 Pemodelan Struktur


Dengan menggunakan ETABS, struktur dimodelkan sebagai berikut.

Gambar II. 1 Tampak 3D Struktur Atas

2
Gambar II. 2 Layout Tipikal Struktur

Gambar II. 3 Tampak 3D Basement

3
Gambar II. 4 Layout Tipikal Basement
Dari model struktur atas, hasil analisis parameter tahan gempa sesuai dengan SNI
1726:2012 adalah sebagai berikut.

Tabel III. 1 Pengecekan Parameter Tahan Gempa


Parameter Tower 1 dan 3 Tower 2 dan 4 Syarat
Periode Struktur (s) 3,62 3,16
Simpangan Arah X (mm) 31,05 29,58 < 70
Simpangan Arah Y (mm) 34,51 29,87 < 70
P delta Arah X 0,0248 0,0305 < 0,0909
P delta Arah Y 0,0241 0,0356 < 0,0909
Ketidakberaturan Vertikal - -
Ketidakberaturan Horizontal - -

Hasil pengecekan parameter tahan gempa, struktur yang dimodelkan sudah


memenuhi persyaratan tahan gempa.

II.2 Pendetailan Elemen Struktur


Pendetailan elemen struktur digunakan berdasaarkan SNI 2847:2013 untuk beton
dan SNI 1729:2015 untuk baja. Berikut ini adalah rekapitulasi penulangan untuk
masing-masing elemen.

4
Gambar II. 5 Spesifikasi Teknis Balok B1

Gambar II. 6 Spesifikasi Teknis Balok B2

5
Gambar II. 7 Spesifikasi Teknis Balok B3

Gambar II. 8 Spesifikasi Teknis Balok B4

6
Gambar II. 9 Spesifikasi Teknis Balok B5

Gambar II. 10 Spesifikasi Teknis Balok Basement


Selain itu, pada struktur juga digunakan balok perangkai untuk menghubungkan
dindng geser. Balok perangkai yang digunakan memerlukan tulangan diagonal
dengan jumlah 9 buah tulangan ukuran D32 dengan tulangan transversal 3 D13 –
100. Berikut ini adalah potongan spesifikasi dari balok perangkai.

7
Gambar II. 11 Potongan Balok Perangkai
Konfigurasi balok yang digunakan pada struktur diatur sedemekian rupa hingga
didapat konfigurasi berikut ini.

8
Gambar II. 12 Denah Balok

Gambar II. 13 Spesifikasi Teknis Kolom – 1

Gambar II. 14 Spesifikasi Teknis Kolom – 2

9
Gambar II. 15 Spesifikasi Teknis Kolom Komposit
Konfigurasi kolom yang digunakan dalam struktur adalah sebagai berikut.

Gambar II. 16 Konfigurasi Kolom


Selanjutnya, telah didesain kebutuhan penulangan pengikat pada hubungan balok
kolom untuk masing-masing sambungan.

10
Tabel III. 2 Rekapitulasi Kebutuhan HBK
As butuh Diameter Jumlah
Sambungan s (mm) Av (mm2)
(mm2) Tulangan (mm) Kaki
K1 950 x 950 100 864,68 16 5 1005,71
K1 850 x 850 100 763,43 16 4 804,57
K1 750 x 750 100 662,18 16 4 804,57
K1 700 x 700 100 611,55 16 4 804,57
K1 650 x 650 100 561,67 16 3 603,43
K1 600 x 600 100 563,64 16 3 603,43
K2 700 x 700 100 611,55 16 4 804,57
K2 650 x 650 100 561,67 16 3 603,43
K2 600 x 600 100 563,64 16 3 603,43
K2 550 x 550 100 566,01 16 3 603,43

Dinding geser didesain tebal, dan kebutuhan tulangan longitudinal dan kebutuhan
akan tulangan pengikat pada daerah KBK.
Tabel III. 3 Rekapitulasi Dinding Geser
Dinding Jumlah Lapis Diameter (mm) Spasi (mm) Kebutuhan KBK
P1 2 Lapis 16 200 Butuh
P2 2 Lapis 16 200 Butuh
P3 2 Lapis 16 200 Butuh
P4 2 Lapis 16 200 Butuh

Gambar teknis untuk tipikal dinding geser yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar II.15 dan Gambar II.16.

11
Gambar II. 17 Potongan Melintang Dinding Geser

Gambar II. 18 Potongan Bagian KBK


Elemen lain yang didesain, yaitu pelat lantai didesain untuk tulangan longitudinal
menggunakan aplikasi SAFE.

12
Tabel III. 4 Rekapitulasi Rekapitulasi Penulangan Pelat Lantai Tipikal
Arah X Arah Y

Tebal Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan


Pelat
(mm) (Atas) (Bawah) (Atas) (Bawah)
2 2 2
mm /mm mm /mm mm /mm mm2/mm

1 150 D13 - 125 D13 - 250 D13 - 100 D13 - 200

2 150 D13 - 100 D13 - 125 D13 - 100 D13 - 250

Tabel III. 5 Rekapitulasi Rekapitulasi Penulangan Pelat Atap


Arah X Arah Y

Tebal Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan


Pelat
(mm) (Atas) (Bawah) (Atas) (Bawah)
2 2 2
mm /mm mm /mm mm /mm mm2/mm

1 150 D13 - 250 D13 - 250 D13 - 250 D13 - 250

2 150 D13 - 200 D13 - 250 D13 - 200 D13 - 250

13
III. Geoteknik
Pembahasan dari geoteknik terbagi ke dalam dua sub-bahasan pokok, yaitu hasil
dari pengolahan data tanah yang digunakan dalam mendesain dinding penahan
tanah dan pondasi. Pendesainan dalam lingkup geoteknik mengacu pada standar
SNI 8460 2017 dengan SNI 2487 2013 untuk detailing. Awalnya dilakukan
pengolahan data tanah untuk mendapatkan parameter – parameter tanah yang
dibutuhkan. Selanjutnya, untuk dinding penahan tanah, akan dimodelkan pada
plaxis 8.6 untuk dilakukan pengecekan terhadap stabilitas galian dan dinding itu
sendiri. Selain itu, untuk pondasi digunakan program L Pile 2018 & Group 8.0
untuk dilakukan pengecekan terhadap kapasitas aksial, lateral, dan momen dari
pondasi terhadap beban yang ditransfer oleh struktur melalui kolom. Adapun hasil
ringkasan dari kedua sub-topik telah dipaparkan pada sub-bab III.1 & III.2 sebagai
berikut.

III.1 Design Dinding Penahan Tanah

1. Dinding penahan tanah yang dipilih adalah Diaphragm Wall dengan sistem
penunjang Selected Basement Slab yang diwakili oleh Strut.
- Diaphragm Wall
 Ketebalan = 900 mm
 Kedalaman = 22 m
Penulangan berdasarkan gaya dalam hasil analisis seismik yakni D25-250
masing-masing untuk tulangan lentur negatif dan positif dan 4D13-250
untuk tulangan geser.
- Selected Basement Slab (Strut)
- Strut diinstal pada elevasi -3,5 m dan -6,5 m dan -9,5 m dengan strut
merupakan strut sementara yang nantinya akan dilepaskan setelah dilakukan
pemasangan ground slab dan slab lantai basement lainnya secara bertahap.
Profil baja yang digunakan bertipe IWF 800 x 300 dengan masing-masing
hasil spesifikasi design diringkas dalam bentuk tabel sebagai berikut:

14
Tabel 1 Spesifikasi D wall dan Strut yang Digunakan
D-Wall Slab Basement

Diaphgram Wall (d = 0,9 m) Selected basement Slab (diwakili Strut )


Parameter Nilai Satuan Parameter Nilai Satuan
h 22 m
3
γc 24 kN/m B 800 mm
fc' 35 MPa H 300 mm
E 27.805,575 MPa E 200.000 MPa
t 0,9 m L 6,1 m
A 0,9 m2/m A 267,4 cm2
I 0,06075 m4 L spacing 12 m
EA 25.025.017,483 kN/m EA 5.348.000 kN
2
EI 1.689.188,680 kN.m /m
μ 0,15
w 21,6 kN/m

Gambar VII. 1 Ilustrasi Pemodelan Plaxis 8.6


Adapun Detailing penulangan akhir adalah sebagai berikut:

Gambar III. 1 Detailing Penulangan D wall

15
III.2 Design Pondasi Dalam

1. Jenis Pondasi yang dipilih adalah pondasi tiang bor. 1 jenis penampang didesain
pertama untuk menopang beban tower.
- Pondasi tower 1, 2, 3 & 4
 Diameter = 1,2 m
 Panjang = 75 m
Kelompok tiang pondasi tower 1, 2 ,3 ,4 berjumlah 66 tiang dengan
konfigurasi 11 x 6

Gambar VII. 2 Konfigurasi & Dimensi Grup Tiang & Tiang Tunggal
2. Penurunan kelompok tiang yang paling maksimum sebesar 172,12 mm dan
hasil analisis perhitungan differential settlement dipastikan kurang dari 1/300
sehingga struktur atas dapat dipastikan aman dari keretakan.
3. Rencana tulangan pondasi & pile cap, hasil desain diperoleh sebagai berikut:
- Tulangan pondasi
 Tulangan Longitudinal = 40 D32 (Baja Ulir) untuk (0 - 20) m & 20
D32 (Baja Ulir) untuk (20 – 75) m
 Tulangan Transversal = D16 - 50 (Tulangan Spiral) untuk (0 - 20)
m&
D16 -75 (20 – 75) m
 Panjang Penyaluran = 1280 mm
 Panjang lekukan = 640 mm

16
Gambar III. 2 Detailing Pondasi

- Tulangan pile cap


 Tebal Pile cap = 3,5 m
 Tulangan Longitudinal = D32 -150 (Baja Ulir) 2 lapis
 Tulangan Transversal = D32 -150 (Baja Ulir) 2 lapis
 Pada pile cap telah dilakukan pengecekan one way shear - two way
shear dan pengecekan uplift beserta panjang penyaluran dan semua
syarat – syarat telah terpenuhi dan pile cap telah rigid.

Gambar III. 3 Hasil Detailing Pile cap

17
IV. Rekayasa Konstruksi
Untuk pekerjaan rekayasa konstruksi pokok bahasan dibagi menjadi 2 sub bahasan
yaitu mengenai instalasi skybridge dan juga konstruksi basement.

IV.1 Instalasi Skybridge


Permasalahan pada instalasi skybridge berawal dari jarak bersih antar bangunan.
Jarak bersih antar bangunan berdasarkan gambar arsitek adalah 16 m sedangkan
untuk jarak skybridge rencana 30 m. Pembagian segmen jembatan menjadi 3 bagian
dipilih menjadi metode pelaksanaan pemasangan skybridge. Untuk ilustrasi gambar
pengerjaan terdapat pada Gambar IV.1.

Gambar IV. 1 Pemasangan Skybridge


Skybridge dibagi menjadi 3 segmen dimana nantinya 2 segmen akan dikonstruksi
di atas dan didorong menggunakan sistem skidding hydraulic, sedangkan segmen
sisanya akan dikonstruksi di elevasi dasar dan diangkat dengan sistem hydraulic
jack. Dalam kegiatan pemasangan skybridge alat yang direncanakan akan
digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel IV. 1 Alat Instalasi Skybridge Rencana


Alat Instalasi Skybridge
Hydraulic Jack Strand Fagioli LK15 MK2
Strand Guide Enerpac SGS1
Hydraulic Power Packs Enerpac SLPP2E
Tendon Baja Enerpac Super 15.7 mm
Skidding System Enerpac HSKLH900

18
Untuk sambungan yang direncanakan akan menggunakan pelat baja 50 mm yang
akan dibengkokkan dan disambung ke flange profil IWF dengan menggunakan las
5 mm. Adapun untuk ilustrasi gambar sambungan terlampir dalam Gambar IV. 2

Gambar IV. 2 Detail Sambungan Pengangkatan Skybridge dan Sambungan


Perkuatan Skybridge Cantilever
IV.2 Konstruksi Basement
Dalam perencanaan konstruksi basement hal yang menjadi permasalahan adalah
menentukan pendekatan yang tepat agar pekerjaan lebih efisien dan efektif.
Berdasarkan data dari pihak geoteknik diketahui bahwa muka air tanah berada di
elevasi 2 meter di bawah permukaan tanah. Untuk mengatasi muka air tanah yang
cukup tinggi maka pekerjaan galian untuk basement direncanakan akan
menggunakan metode top down. Dengan metode top down perlu diperhitungkan
beberapa hal seperti mengenai permasalahan dewatering, perencanaan kemiringan
galian, metode pengeluaran excavator, dan penentuan alat berat yang tepat untuk
mengeksekusi pekerjaan galian secara cepat dan efektif.

IV.2.1 Pekerjaan Dewatering


Pekerjaan dewatering dibutuhkan dalam pengerjaan proyek dikarenakan galian
direncanakan hingga kedalaman 13 meter sedangkan muka air tanah berada di

19
kedalaman 2 meter. Hal ini tentu saja akan menghambat proses konstruksi apabila
air di site konstruksi tidak dibuang keluar. Air yang diperhitungkan dalam
dewatering ada 2 yaitu air hujan dan air tanah. Data debit air tanah diberikan oleh
pihak geoteknik sedangkan data air hujan harus dicari terlebih dahulu.

Dalam menentukan debit air hujan ke site digunakan acuan SNI 2415 tahun 2016
dimana debit curah hujan dapat diperhitungkan dengan menggunakan metode
rasional praktis. Proses penentuan debit dilakukan secara bertahap dimulai dari
penentuan stasiun cuaca yang berpengaruh terhadap site, pencarian nilai curah
hujan rencana periode ulang tertentu, penentuan nilai intensitas dengan pendekatan
tertentu, dan setelah semua tahapan dilakukan barulah diperoleh nilai debit air
hujan.

Tabel IV. 2 Rangkuman Proses Penentuan Debit Beban Air Hujan


Keterangan Proses Dewatering
Penentuan Stasiun Curah
Polygon Thiessen - Stasiun Meteorologi Kelas 1 Soekarno Hatta
Hujan Pengaruh
Penentuan Curah Hujan Distribusi Log Normal Periode Ulang 2, 5, dan 10 Tahun
Rencana Berdasarkan Kriteria Perencanaan Drainase Litbang Permukiman 2014
Penentuan Intensitas Mononobe
Koefisien Perlu Debit Kriteria Perencanaan Drainase Litbang Permukiman 2014

Gambar IV. 3 Topografi Penentuan Stasiun Curah Hujan

20
Gambar IV. 4 Penggambaran Polygon Thiessen
Dari beban air hujan yang terjadi barulah ditentukan untuk saluran perlu drainase
permukaan. Direncanakan untuk saluran drainase salurannya adalah saluran persegi
dengan dimensi seperti Gambar IV.3.

Gambar IV. 5 Penampang Drainase Permukaan


Setelah menentukan saluran drainase permukaan maka perlu juga diperhitungkan
pekerjaan dewatering site konstruksi. Susunan dewatering rencana terangkum
dalam Gambar IV.6 dan Tabel IV.3.

21
5

Gambar IV. 6 Susunan Dewatering

Tabel IV. 3 Rangkuman Penjelasan Susunan Dewatering


Perencanaan Dewatering Site Konstruksi
Saluran Pipa PVC 3 inchi yang dikeluarkan dari pompa hingga ke ketinggian rencana galian
o
Aksesoris siku pipa 90
Pipa 3 inchi tambahan sampai saluran drainase sepanjang 3 m
o
Aksesoris siku pipa 45 2 unit

Dari susunan rencana diperhitungkan head terbesar yang harus diakomodasi.


Berdasarkan hasil perhitungan ditemukan bahwa head loss terbesar berada di galian
terdalam 13 m dengan nilai head mencapai 15 m. Untuk mengakomodasi beban
head dan juga flow dari air hujan yang nilainya kurang lebih 370 liter/menit
dipilihlah pompa otomatis Tsurumi KTVE 33.7 dengan kapasitas head 26 m dan
flow untuk head 15 m sebesar 600 liter/menit.

IV.2.2 Perencanaan Galian

Galian yang direncanakan akan dibagi menjadi 4 tahapan pekerjaan yang


terangkum dalam Tabel IV.4.

Tabel IV. 4 Perencanaan Tahapan Galian


Tahap Kedalaman Awal Kedalaman Akhir Luas (m2) Tinggi (m) Volume (m3)
1 0 -3.5 3.5 4082.54
2 -3.5 -6.5 3 3499.32
1166.44
3 -6.5 -10 3.5 4082.54
4 -10 -13 3 3499.32

22
Berdasarkan informasi Tabel IV.4 teridentifikasi 2 jenis tipe galian yaitu galian 3,5
m dan galian 3 m. Perencanaan kemiringan galian dilakukan untuk setiap jenis
galian dimana untuk faktor keamanan galian yang harus diperhatikan sebesar 2
berdasarkan SNI 8460-2017 pasal 7.5.5. Adapun desain akhir dari perencanaan
galian terangkum dalam Tabel IV.5.

Tabel IV. 5 Desain Kemiringan Galian


Tahapan Vertikal (m) Horizontal (m)
Galian 3,5 m 3.5 22
Galian 3 m 3 19.7

Nilai horizontal dalam Tabel IV.5 adalah nilai horizontal minimal yang harus
dipenuhi agar faktor keamanan galian terpenuhi. Dalam kegiatan galian
direncanakan untuk menggunakan 2 mini excavator dan 2 long boom excavator.
Adapun untuk produktivitas dan durasi pekerjaan galian terangkum dalam Tabel
IV.6 dan Tabel IV.7.

Tabel IV. 6 Rangkuman Produktivitas Alat Berat Setiap Tahap Galian


Alat Berat Galian Rencana
Excavator Komatsu PC 100-6 2 unit
Produktivitas Galian 3 m 39.0 m3/jam
Produktivitas Galian 3,5 m 43.3 m3/jam
Excavator Long Arm HG LDB350-PC360 2 unit
Produktivitas Galian 3 m 25.8 m3/jam
Produktivitas Galian 6,5 m 21.1 m3/jam
Produktivitas Galian 10 m 20.5 m3/jam
Produktivitas Galian 13 m 18.0 m3/jam

Tabel IV. 7 Durasi Pekerjaan Galian


Durasi Pekerjaan
Galian 1 14 hari
Galian 2 14 hari
Galian 3 17 hari
Galian 4 17 hari

Setelah kegiatan galian selesai barulah direncanakan untuk pengeluaran mini


excavator dari posisi dasar galian. Dimana untuk perencanaan pengeluaran ini
terlampir dalam Tabel IV.8 dan Gambar IV.7.

23
Tabel IV. 8 Rangkuman Alat Rencana
Kesimpulan Pengeluaran Excavator
Crawler Crane Kobelco CKE1350
Alat
Jarak 7 m dari Dinding Basement
T1 Webbing Sling DAWSON WLL 50 Ton
T2 Webbing Sling DAWSON WLL 50 Ton
T3 Rounding Sling DAWSON DSRES 100 Ton

Gambar IV. 7 Gambaran Pengeluaran Excavator

24

Anda mungkin juga menyukai