Anda di halaman 1dari 79

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG PROYEK Dalam latar belakang proyek memuat alasan pembangunan proyek, alasan penunjukkan lokasi proyek, fasilitas pendukung, aspek tata ruang, estetika dan peraturan ketinggian bangunan. 1.1.1 Alasan Pembangunan Proyek Jakarta sebagai salah satu pusat pemerintahan serta pusat ekonomi dan bisnis merupakan kota yang sangat padat dan membutuhkan perencanaan wilayah yang terencana dan terpadu antar berbagai kehidupan. Bapak Adi Susilo selaku pemilik proyek membangun BELMONT RESIDENCE TOWER 2 yang berfungsi sebagai apartemen di jakarta tepatnya jakarta barat dan menujuk PT. Bina Buana Semesta sebagai kontraktor untuk membangun apartemen tersebut. Saat ini PT. Bina Buana Semesta sedang membangun proyek BELMONT RESIDENCE TOWER 2 yang berlokasi di Jl. Lapangan bola meruya ilir Kel. Meruya, Kec. Kembangan, Jakarta Barat dengan total luas bangunan 19.060,35 m2.

1.1.2

Alasan Penunjukan Lokasi Lokasi pembangunan Apartement Belmont Residence Tower 2

terletak di Jl. Lapangan Bola meruya ilir, Jakarta Barat sudah berdasarkan pertimbangan yang matang dari pihak konsultan dan owner pertimbangan-

pertimbangan tersebut antara lain dari letak daerahnya yang strategis dekat dengan pusat kota serta mudah untuk mendapatkan akses jalan ke tempat tempat lain disamping itu kawasan Meruya Ilir memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena dekat dengan pusat perekonomian dan bisnis.

1.1.3

Fasilitas Pendukung Beberapa fasilitas pendukung yang terletak disekitar proyek Belmont Residence Tower 2 yaitu : Lantai Dasar : Ruko, Lobby Entrance, Core Lift dan

Service Area, Ruang Kontrol Lantai 2 : Ruko, Unit, Building Management, Balai

Warga, Core Lift dan Service Area Lantai 3 Service Area Lantai 4 Lantai 5 s/d 18 Lantai 19 : Kios, Unit, Kolam Renang, Gymnasium : Unit, Core Lift dan Service Area : Ruang Mesin Lift, Roof Tank, Gondola : Ruko, Unit, Ruang Bermain, Core Lift dan

1.1.4

Aspek Tata Ruang a. Koefisien Dasar Bangunan ( KDB ) Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 441/KPTS /

1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Koefisien Dasar

Bangunan (KDB) adalah koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan terhadap luas lahan. Koefisien Dasar Bangunan juga

menggambarkan kepadatan dalam suatu bangunan. kepadatan tersebut dinyatakan dalam Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sangat rendah, Koefisien Dasar Bangunan (KDB ) rendah, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sedang, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) tinggi dan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sangat tinggi. Tabel 1.1 Klasifikasi Koefisien Dasar Bangunan ( KDB ) NO 1 2 3 4 5 NILAI KDB >5 % 5 % - 20 % 20% - 50 % 50% - 75 % >75 % SPESIFIKASI Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

( Sumber : Kepmen PU No. 640/kpts/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota ) Dalam Pembanguna Proyek Belmont Residence Tower 2 ini besarnya Koefisien Dasar Bangunan ( KDB ) adalah :

KDB =

x 100%

x100%

KDB : 30,28% Interpretsi : Koefisien Dasar Bangunan pada proyek Belmont Residence sebesar 30,28 % dari luas lahan digunakan untuk

bangunan dasar dan juga menyatakan bahwa Koefisien Dasar Bangunan (KDB) tergolong dalam KDB sedang. b. Koefisien lantai Bangunan ( KLB ) Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/ KPTS / 1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, yang dimaksud dengan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah koefisien perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan terhadap luas lahan. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) juga menggambarkan

ketinggian dari suatu bangunan. Ketinggian tersebut dinyatakan dalam Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sangat rendah, Koefisien Lantai Bangunan (KLB) rendah, Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sedang, Koefisien Lantai Bangunan (KLB) tinggi, dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sangat tinggi. NO 1 2 3 4 NILAI KDB 2 x KDB 4 x KDB 8 x KDB 9 x KDB KLASIFIKASI Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi

20 x KDB

Sangat Tinggi

Tabel 1.2 klasifikasi Koefisien Lantai Bangunan (KLB) (Sumber : Keputusan Peraturan menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 1988) Dalam Proyek Pembangunan Belmont Residence Tower 2 besarnya Koefisien Lantai Bangunan adalah :

KLB =

x 100%

KLB = 528,72 % Interpretasi : Koefisien Lantai Bangunan pada Proyek Belmont Residence Tower 2 adalah sebesar 528,72 %, sehingga KLB/KDB = 17,46. Hal ini menandakan bahwa Koefisien Lantai Bangunan (KLB) tersebut dalam kelas KLB 9x KDB, kalsifikasi Tinggi.

1.1.5

Peraturan Ketinggian Bangunan Proyek Belmont Residence Tower 2 terletak di kawasan Jakarta

Barat yang mempunyai 20 lantai utama termasuk dalam kategori bangunan tinggi berdasarkan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung , pasal 20 ayat 3.

. 1.1.6 Peta Peruntukan Lahan

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek

Batas Proyek Sebelah Barat Sebelah Timur Sebelah Utara Sebelah Selatan : Taman kebon jeruk : Jl. Panjang raya : Gedung bussines park : Gedung belleza

1.2

DATA UMUM PROYEK 1.2.1 Nama Proyek: PROYEK TOWER 2 MONT BLANC

BELMONT RESIDENCE JAKARTA BARAT 1.2.2 1.2.3 Lokasi Proyek: Jl. Lapangan Bola meruya ilir, Jakarta Barat

Fungsi Bangunan: Apartemen (bangunan tempat tinggal)

1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.2.7 1.2.8 1.2.9

Jenis Konstruksi: Pemilik Proyek: Luas Lahan : Luas Bangunan:

Beton Bertulang PT Mitra Abadi Sukses Sejahtera 3,605 m2 19060,35 m2

Memiliki 1 Tower : 18 Lantai, 19 dengan lantai atap Konsultan PT. Atelier Enam PM PT. Stadin Strukturindo

a. Konsultan MK:

b. Konsultan Perencana Struktur: Konsultan: c. Konsultan Perencana Arsitektur: d. Konsultan perencana MEP :

PT. Megantika International PT. Metakom Pranata

1.2.10 Kontraktor a. Kontraktor Bore Pile b. Kontraktor Struktur Atas 1.2.11 Supplier a. Supplier Readymix b. Supplier Besi Sejahtera c. Supplier Bekisting 1.2.12 Jenis Pelelangan 1.2.13 Waktu Pelaksanaan : PT. Sinar Powerindo Utama : Pelelangan Terbuka : 224 hari kerja : Adhimix dan Betamix : PT. Mitra Abadi Sukses : PT. Pakubumi Semesta : PT. Bina Buana Semesta

1.2.14 Periode Pelaksanaan 15/11/2013 1.2.15 Biaya Pelaksanaan 1.2.16 Sifat Kontrak 1.2.17 Sistem Pembayaran 1.2.18 Masa pemeliharaan 1.2.19 Instalasi Listrik 1.2.20 Instalasi Air Bersih

: 15/04/2013 sampai

: Rp. 22.000.000.000 : Lumpsum : Termin/Bertahap : 6 Bulan : PLN dan Genset : Jet Pump dan Air Tanah

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 DATA TEKNIS PROYEK Terdapat berbagai macam jenis pekerjaan dalam suatu pembuatan konstruksi bangunan, antara lain ialah pekerjaan struktur. Pekerjaan struktur adalah pekerjaan yang meliputi seluruh konstruksi suatu bangunan dan pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang utama. Pada proyek yang dikerjakan oleh PT Bina Buana Semesta ini, yaitu Belmont Residence Tower 2 terdapat beberapa

pekerjaan seperti yang akan dijabarkan dibawah ini :

2.1.1

Pondasi Pondasi adalah struktur pendukung bangunan terbawah yang

berfungsi meneruskan beban vertikal dan horizontal dari struktur bagian atas bangunan ke dalam tanah. Dalam proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2 pondasi yang digunakan adalah pondasi bored pile 1000 mm dan soldier pile 600 dengan panjang netto tiang 23 m (elevasi ujung Pile Toe pada -28,050 m). Dengan menggunakan mutu beton fc 35 MPa dan nilai slump 18 mempunyai 137 titik. 2.1.2 Pilecap Pile cap merupakan bagian struktur yang berfungsi untuk meratakan beban dari kolom ke pondasi, bagian ini berfungsi juga

menggabungkan beberapa pondasi sehingga pondasi tersebut mampu menahan beban diatasnya. Dalam proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2, pile cap yang digunakan adalah dengan mutu beton fc 35 MPa.

Tabel 2.1 Tipe Pile Cap Tipe Pile Cap P1 P1 - A P2 P2 -A P3 P4 P6 - A P8 P8 - A P - 24 Jumlah Pile Cap 13 42 7 1 2 3 1 1 1 1 Jumlah Tiang 13 42 14 2 6 12 6 8 8 24 Bentuk Pile cap Persegi Persegi Persegi panjang Persegi panjang Persegi panjang Persegi panjang Persegi panjang Persegi panjang Persegi panjang Persegi panjang

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pile 1 1 2 2 3 4 6 8 8 24

2.1.3

Kolom Kolom merupakan struktur vertikal yang berfungsi menahan

beban-beban dari balok untuk kemudian disalurkan ke pondasi. Dalam proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2 ini digunakan kolom persegi dan persegi panjang.

10

Mutu beton yang digunakan pada kolom persegi adalah sebagaiberikut: Fc 40 MPa untuk lantai basement sd lt.5 Fc 35 MPa untuk lt.6 sd lt.14 Fc 30 MPa untuk lt.15 sd lt.Atap

Tabel 2.2 Tipe Kolom dan Pembesian

Tipe Kolom K12A K24 K40 K45 K45A (KOMPOSIT) K50 K46 K48

Dimensi Kolom (mm) 150 x 200 200 x 400 400 x 400 400 x 500 450 x 500 500 x 500 400 x 600 400 x 800

Tulangan Pokok (mm) 4D13 6D16 12D16 12D16 12D16 16D16 14D16 18D19

Sengkang D10 100 / 150 D10 100 / 150 D10 100 / 150 D10 100 / 150 D10 100 / 150 D10 100 / 150 D10 100 / 150 D10 100 / 150

2.1.4

Balok Balok adalah konstruksi horizontal yang berfungsi menahan gaya

vertikal dari pelat lantai termasuk berat sendiri balok, yang nantinya akan diteruskan ke kolom. Mutu beton untuk balok yang digunakan adalah :

11

Fc 40 MPa untuk lantai basement sd lt.5 Fc 35 MPa untuk lt.6 sd lt.14 Fc 30 MPa untuk lt.15 sd lt.Atap

Tabel 2.3a Tipe Balok dan Dimensi NAMA BALOK B13A B14 B17 B17A B23 B24 B24L B25A B26B B26C B28A B34 B35A B35 B36 DIMENSI 150 X 300 100 x 400 100 x 700 150 x 700 200 x 300 200 x 400 200 x 400 (LIFT) 250 x 500 200 x 650 200 x 650 200 x 820 300 x 400 350 x 500 300 x 500 300 x 600 NAMA BALOK B36B B36C B38A B44A B45 B46 B48A B47B B57B B56 B66 B86 B310 B410 DIMENSI 300 x 650 350 x 650 350 x 800 400 x 450 400 x 500 400 x 600 400 x 820 400 x 750 500 x 750 500 x 600 600 x 600 800 x 600 300 x 1000 400 x 1000

2.1.5

Plat Lantai Pelat adalah elemen bidang tipis yang menahan beban transversal

melalui aksi lentur masing-masing tumpuan. Pelat lantai direncanakan untuk dapat menahan beban mati dan beban hidup yang bekerja pada pelat lantai tersebut.

12

Pelat yang digunakan pada proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2 adalah pelat beton konvensional dengan menggunakan mutu beton sebagai berikut: Fc 40 MPa untuk lantai basement sd lt.5 Fc 35 MPa untuk lt.6 sd lt.14 Fc 30 MPa untuk lt.15 sd lt.Atap

Jenis tulangan yang dipakai adalah BJTD 40 diameter 10 mm dan 13 mm. Tipe pelat lantai yang digunakan pada proyek pembangunan Belmont Residences Tower 2 sebagai berikut: Tabel 2.4 Tipe Pelat Lantai NAMA PLAT S12 S15A S20A S20B S15B S25A S25B TEBAL PLAT (mm) 120 150 200 200 150 250 250

2.1.6

Tangga Tangga adalah alat transportasi dan penghubung antara lantai satu

ke lantai berikutnya. Tangga berfungsi sebagai penghubung secara vertikal (ke atas dan ke bawah) atau naik dan turun antara lantai satu dengan yang

13

lainnya. Tangga yang direncanakan mempunyai tebal pelat sebesar 150 mm, tinggi optrade 18 cm, lebar antrede 30 cm dan memakai tulangan D13- 150 untuk tulangan utama dan D10 200 untuk tulangan pembagi. Menggunakan mutu beton fc 40 Mpa, fc 35 MPa dan fc 30 MPa.

2.1.7

Atap Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai

penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan, angin atau untuk keperluan perlindungan.

Atap yang digunakan pada proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2 ini adalah pelat beton. Pelat beton tersebut diberi lapisan waterproofing yang berfungsi agar air yang jatuh tidak merembes pada beton.

2.1.8

Grand Water tank Ground Water Tank (GWT) Merupakan suatu konstruksi bawah

tanah yang berfungsi sebagai tangki penyimpanan air sementara yang akan dipompakan ke penampungan di atas, untuk dapat didistribusikan pada setiap unit plumbing yang ada. GWT pada proyek ini terletak di basement Belmont Residence Tower 2 dengan kedalaman 5 m. Mutu beton yang

14

digunakan dalam pembuatan GWT adalah mutu beton fc 35 MPa dan besi D19.

2.1.9

Core Wall Core Wall pada umumnya ditempatkan di tengah bangunan, ditepi

bangunan atau di luar bangunan selain sebagai inti bangunan, juga bisa sebagai tempat transportasi vertikal seperti untuk tangga, lift dan lain- lain. Core Wall yang ada lift di dalamnya disebut Core Lift. Core Wall dapat memikul beban angin ataupun beban gempa yang bekerja padanya melalui portal maupun lantai.

Pada proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2, mutu beton Core Wall yang digunakan adalah mutu beton fc 40MPa, fc 35 MPa fc 30 MPa.

2.1.10 Konstruksi Podium

Konstruksi podium adalah bangunan yang dirancang untuk parkir mobil dan dimana ada sejumlah lantai atau tingkat dimana parkir berlangsung. Podium pada proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2 terdapat pada lantai 1. Podium ini berfungsi sebagai parkir kendaraan bermotor dan area komersial. Podium termasuk dalam konstruksi beton bertulang yang semuanya secara konvensional.

15

2.1.11 STP (Sewage Treatment Plant)

Seawage Treatment Plant (STP) Merupakan suatu unit pengelolaan Limbah buangan dari aktivitas penggunaan gedung. Mengingat banyaknya jumlah toilet pada gedung ini, maka diperlukan pengelolaan limbah buangan untuk selanjutnya dibuang ke saluran air sekitar. Hal ini dimaksudkan agar limbah yang dibuang ke pembuangan sekitar gedung sudah menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan. Mutu beton yang digunakan dalam pembuatan STP ini adalah mutu beton fc 35 Mpa dan besi D22.

2.2

Administrasi Proyek Sistem administrasi proyek merupakan sarana yang dibuat untuk memfasilitasi hubungan komunikasi antara pihak-pihak yang terkait dalam pembanguan suatu proyek, dalam sistem administrasi terdapat informasi yang berisi mengenai: pelelangan, struktur organisasi proyek, struktur organisasi kontraktor, rencana waktu kerja (time schedule) yang di dalamnya memuat master schedule, barchart, dan S-Curve, dan rencana harian, Laporan Pekerjaan (harian, mingguan, bulanan ), dan tenaga kerja (jenis dan keselamatan tenaga kerja).

16

2.2.1

Pelelangan Pelelangan proses yang sering dilakukan dalam proses pengadaan

barang dan jasa. Dalam proses tersebut terdapat aturan-aturan yang memiliki dasar hukum yang telah dibuat oleh pemerintah. Pada proyek Belmont Residence Tower 2 dan PT Mitra Abadi Sukses Sejahtera sebagai owner mengadakan pelelangan terbuka yang bertujuan untuk mencari kontraktor yang nantinya akan membangun proyek Belmont Residence Tower 2. Pelelangan terbuka adalah pelelangan yang dapat diikuti oleh rekanan yang tercantum dalam daftar rekan mampu sesuai dengan bidang usaha, lingkup, ataupun klasifikasi kemampuannya. Perbandingan peserta pelelangan dilakukan melalui negosiasi baik dari segi teknis maupun dari segi harga.

Pelelangan dilakukan setelah pihak owner menunjuk panitia lelang untuk membuat dokumen tender atau dokumen lelang, dilanjutkan dengan mengadakan pelelangan terbuka yang diikuti oleh beberapa kontraktor sebagai peserta lelang. Owner menunjuk konsultan perencana untuk membuat perencanaan gedung sesuai dengan yang owner inginkan.

PT. BINA BUANA SEMESTA selaku kontraktor utama mendapatkan proyek ini melalui pelelangan terbuka. Tata cara pelelangannya sebagai berikut :

17

a.

PT. Mitra Abadi Sukses Sejahtera selaku owner bersama Adi Susilo & Partners selaku konsultan perencana membentuk panitia lelang.

b.

Panitia lelang berjumlah minimal 5 orang dari tim konsultan dengan tugas sebagai berikut : Mengkoordinasikan penyusunan dokumen lelang yang berisi rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) serta gambar perencanaan, menyusun dan menentapkan tata cara penilaian terhadap penawaran, syarat peserta lelang, serta perkiraan harga. Mengumumkan segala sesuatunya mengenai pelelangan melalui media massa dan elektronik. Mengundang peserta yang tidak termasuk dalam daftar rekanan mampu untuk mengikuti prakualifikasi. Melaksanakan pembukaan dokumen penawaran. Mengadakan evaluasi dan penetapan calon pemenang dan membuat laporan pertanggungjawaban hasil pelelangan.

c.

Owner mengumumkan adanya pelelangan melalui media massa dimana di dalam pengumuman tersebut tercantum : Latar belakang proyek : uraian singkat yang memuat nama proyek, pemberi tugas, maksud dan tujuan, lingkup proyek, lokasi dan jadwal mulai.

18

Tanggal dan tempat pengambilan dokumen lelang/dokumen prakualifikasi.

d.

Penggantian uang dokumen lelang.

PT. Mitra Abadi Sukses Sejahtera selaku owner mengundang perusahaan jasa konstruksi.

e. f.

Peserta lelang membeli dokumen lelang dari panitia lelang. Peserta lelang mempelajari dokumen lelang yang berisi : Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar perencanaan, Tata cara penilaian terhadap penawaran, dan Syarat peserta lelang.

g.

Diadakan rapat penjelasan pelelangan. Dalam rapat ini dijelaskan kepada peserta lelang mengenai cara hal-hal seperti metode

penyelanggaraan

pelelangan,

penyampaian

penawaran,

dokumen yang harus diampirkan, sistem kontrak, dsb. h. PT. BINA BUANA SEMESTA selaku peserta lelang membuat harga penawaran. i. Peserta lelang termasuk PT. BINA BUANA SEMESTA di dalamnya memasukkan harga penawaran kepada panitia lelang. j. Selanjutnya tahap pemasukkan dokumen yaitu membuka dokumen bersama-sama, dokumen penawaran kontraktor diproses oleh panitia lelang sebagai acuan untuk mendapatkan calon pemenang. Penyampaian dan pembukaan penawaran oleh panitia lelang dilakukan dihadapan para peserta lelang.

19

k.

Setelah tahap pelelangan berlangsung, peserta lelang meng-upload dokumen lelang ke situs resmi milik Summarecon bertujuan untuk tidak adanya kekeliruan yang terjadi pada dokumen lelang.

l.

Penetapan calon pemenang berdasarkan harga yang mendekati harga owner dan disesuaikan dengan realita dan kondisi harga di pasaran.

m.

Penetapan pemenang dilakukan dengan nilai penawaran harga terendah dan kompetitif yaitu PT. BINA BUANA SEMESTA.

n.

Pemberian Surat Perintah Kerja (SPK) dari owner kepada kontraktor pemenang untuk melaksanakan pembangunan fisik bangunan.

2.2.2 Hubungan Kerja dan Tugas Institusi Terkait 1) Antara Owner dengan Konsultan Perencana, Konsultan MK. Owner menunjuk Konsultan Perencana untuk merencanakan pembangunan (Arsitektur, Stuktur, Mekanikal & Elektrikal). Konsultan MK memberikan jasa pengawasan dan memanagement jalannya proses konstruksi sehingga pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan. Sedangkan owner membayar upah atas semua jasa yang telah dikerjakan kepada semua konsultan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.

20

2)

Antara Pemilik Proyek (Owner) dengan Kontraktor. Kontraktor berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai

kontraknya dengan baik, tepat waktu, dan dapat dipertanggung jawabkan pada waktu penyerahan pekerjaan. Sedangkan owner membayar biaya pelaksanaan kepada kontraktor dan sub kontraktor sesuai dengan kontrak. 3) Antara Konsultan Perencana dengan Kontraktor. Merupakan hubungan koordinasi, dimana setiap konsultan mengkoordinasikan rencana pekerjaan kepada kontraktor, sehingga pelaksanaan proyek dapat terlaksana sesuai rencana. Apabila terjadi perbedaan, baik gambar, maupun metode kerja maka dapat

dikonsultasikan melalui konsultan MK. 4) Antara Kontraktor dan Sub Kontraktor Kontraktor sebagai pelaksana dapat meng-subkan pekerjaannya sesuai kesepakatan dalam kontrak kerja. Hak dan Kewajiban. Dalam merealisasikan pekerjaan proyek yang telah direncanakan banyak sekali pihak yang ikut terlibat, Hak dan kewajibannya adalah : 1) Pemilik Proyek (Owner)

21

a)

Menunjuk penyedia jasa dan meminta laporan secara

periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang telah dilakukan penyedia jasa. b) Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana, lahan,

dana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan suatu bangunan. c) Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang

direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik, menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa bila produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.

2)

Konsultan Management Konstruksi (MK) a) Mengawasi dan mengendalikan jalannya proyek

agar pelaksanaan pekerjaan kontraktor sesuai dengan spesifikasi, kualitas, biaya dan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja pekerjaan yang bersangkutan.

22

b)

Memeriksa dan mempelajari rencana dan metode

kerja yang dibuat oleh kontraktor, Memberi persetujuan terhadap tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan

kontraktor, seperti : pengesahan Shop Drawing, checklist pekerjaan, dll.

c)

Menyesuaikan jadwal pekerjaan yang harus diikuti

kontraktor. d) Memantau dan mempertahankan jadwal,

Menciptakan jalinan kerja yang baik antara unsur-unsur terkait dalam proyek, Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan kontraktor, serta mengundang pihakpihak terkait lainnya jika diperlukan (Owner, konsultan perencana). e) Mengajukan dan mengusulkan kepada Owner jika

terjadi adanya perubahan atau penambahan pekerjaan atau menampung keinginan Owner jika ada perubahan untuk disampaikan kepada kontraktor.

3)

Konsultan Perencana a) Membuat perencana secara lengkap yang terdiri dari

gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, perhitungan struktur hingga rencana anggaran biaya, Memberikan usulan

23

serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan. b) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada

kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan. c) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

4)

Kontraktor Utama a) Melaksanakan seluruh pekerjaan dengan syarat-

syarat dan peraturan yang sesuai dengan dokumen kontrak yang telah disepakati. b) Membuat laporan hasil pekerjaan secara berkala

yang memuat pelaksanaan pekerjaan, kemajuan pekerjaan yang telah dicapai, jumlah bahan bangunan yang masuk serta hal yang menghambat pekerjaan. c) Menyerahkan gambar kerja dan metode kerja

sebelum pekerjaan dimulai, serta melaporkan kejanggalankejanggalan yang terjadi antara perencana arsitek dengan perencana struktur dan perencana ME. d) Mengadakan perubahan-perubahan yang

dikehendaki owner atas persetujuan konsultan MK, dan mengkonsultasikan gambar dan hal-hal yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan melalui konsultan MK serta mencari jalan keluarnya. e) Mempertanggungjawabkan hasil pelakanaan

pekerjaan secara keseluruhan termasuk membayar semua

24

ganti rugi akibat kecelakaan kerja, kecuali hal tersebut diakibatkan oleh force majeur atau diluar jam kerja dan biasanya diwakili oleh pihak asuransi. 2.2.3 Struktur Organisasi Kontraktor

Adapun Struktur Organisasi Kontraktor pada Proyek Belmont Residence Tower 2 adalah sebagai berikut: terlampir dilampiran

Pada proyek ini yang mempunyai kedudukan sebagai kontraktor adalah PT. Bina Buana Semesta. Adapun uraian pekerjaan tiap bagian adalah :

a.

Project Manager Project manager mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai

berikut: 1) Bertanggung jawab secara umum terhadap seluruh aspek perencanaan dan pelaksanaan proyek dalam hal biaya, mutu dan, waktu. 2) Menyelenggarakan rapat intern minimal satu kali dalam seminggu untuk evaluasi setiap pekerjaan proyek demi kemajuan proyek. 3) Mengawasi administrasi proyek, pembukuan dan transaksi, alat dan bahan, serta kinerja staff proyek.

25

4) Mengontrol time schedule proyek yang akan dilaksanakan.

b.

Site Manager Site manager mempunyai tugas dan wewenangnya sebagai berikut:

1) Membuat rencana proteksi, metode kerja, dan site plan proyek 2) Membuat rencana pemakaian tenaga kerja dan alat untuk kebutuhan proyek. 3) Membuat evaluasi sistem mutu subkontraktor pada alat sewa yang digunakan. 4) Membuat surat peminjaman alat dan surat permintaan material. 5) Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan persyaratan waktu, mutu, dan biaya yang telah ditetapkan. 6) Mengkoordinir pendataan, penggunaan, dan realisasi pemakaian alat yang digunakan serta sertifikat kalibrasi untuk alat ukur. 7) Membuat schedule aktivitas setelah 2 minggu dan schedule koordinasi sub kontraktor, seperti schedule aktivitas pengecoran untuk direalisasi ke lapangan dalam jangka waktu seminggu. 8) Membuat laporan harian dan laporan progress serta evaluasi setiap pekerjaan.

26

9) Memimpin rapat koordinasi lapangan. 10) Melakukan tahapan sukontrol subkontraktor. 11) Dalam serah terima ikut terlibat dalam proses serah terima pekerjaan.

c.

Site Engineering Site Engineering mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

1) Meninjau rencana metode kerja dan mengkoordinasikan dengan Project Manager terhadap keefektifan dan efesiensi pekerjaan proyek. 2) Memeriksa shop drawing. 3) Memberikan penjelasan ke lapangan. 4) Melakukan monitoring dan evaluasi penyelesaian waktu pelaksanaan pekerjaan proyek. 5) Memastikan semua spesifikasi teknis sudah tercantum didalam rencana inspeksi dan test. 6) Mengkoordinasikan bersama dengan owner dan konsultan apabila ditemukan perbedaan pelaksanaan di lapangan dengan shop drawing.

d.

Surveyor

27

Surveyor mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut: 1) Mengikuti kegiatan pada rapat sosialisasi. 2) Melakukan plotting site plan ke lapangan untuk menentukan titik elevasi tanah asli. 3) Melaksanakan dan melakukan marking untuk menentukan elevasi/level, as, vertikal, dan horizontal. 4) Melaksanakan verifikasi alat ukur, mengkoordinir dan mengawasi penggunaan alat ukur. 5) Melakukan pengukuran kembali atas hasil setiap item pekerjaan.

e.

Drafter Drafter mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

1) Membuat shop drawing. 2) Melakukan pengecekan dan melaporkan kepada konsultan atas penyimpangan pelaksanaan terhadap gambar struktur dan arsitektur. 3) Membantu memecahkan masalah teknis di lapangan.

f.

Quality Control Quality Control mempunyai tugas dan wewenang sebgai berikut :

28

1) Mengecek semua pekerjaan bekisting 2) Mengecek semua pekerjaan pembesian sesuai ketentuan 3) Mengecek pekerjaan pengecoran 4) Menjaga kualitas dan mutu

g.

Logistik Logistik mempunyai tugas dan wewenang sebgai berikut :

1) Mengatur permintaan material ke pusat 2) Membuat laporan material mingguan dan bulanan 3) Mengatur kebutuhan material 4) Monitoring jadwal pengecoran

h.

Mekanik Mekanik mempuyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

1) Membuat schedule pemeliharaan alat 2) Melakukan pemeliharaan alat 3) Evaluasi realisasi pemeliharaan alat 4) Memastikan kondisi keamanan alat 5) Melakukan tindakan pencegahan pada setiap pemakaian alat

i.

Administrasi Administrasi mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

1) Membuat laporan surat masuk dan keluar

29

2) Membuat risalah rapat internal dan rapat dengan subkontraktor 3) Membuat laporan harian 4) Membuat izin pelaksanaan pekerjaan

j. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)

General Affair Building Management, Asset management Pelaksanaan keamanan Satpam/Security dan ketertiban, kebersihan Pengurusan kendaraan perusahaan dan fasilitas pool Mengurus berbagai perijinan, dan kehumasan, operasional, dll Pengurusan Tenaga Kerja Asing Cleaning Service dan penanganan limbah Recepsionist dan operator telepon, serta keluar masuk Tamu Kantin, Laundry & Mess Perusahaan Alat Tulis Kantor (ATK) Pemeliharaan kesehatan, safety dan pelaksanaan K3 bagi seluruh karyawan

11)

Penanganan tamu Penting (Tamu VVIP, VIP, Instansi Pemerintah, Auditor Perusahaan, Demonstrasi / Unjuk Rasa)

12) 13)

Penanganan Listrik, Air dll Outsourcing Management / Labour Suply / Tenaga Kerja Kontrak (Bagaimana outsourcing melakukan, memilih dan membuat kerjasama

30

k. Supervisor 1) 2) Memproduksi barang atau jasa (production) Mempertahankan dan meningkatkan mutu hasil kerja dan mutu suasana kerja (quality) 3) Mengendalikan biaya operasional agar harga produk tetap bersaing (cost) 4) Mengembangkan cara kerja yang sederhana, mudah, sistematis, fleksibel dan adaptabel yang mampu mendukung terwujudnya hasil produksi yang bermutu tinggi, cepat dan murah (methods) 5) Mengupayakan dan mempertahankan semangat kerja yang tinggi dan suasana kerja yang harmonis (morale) 6) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kerja anak buah (training) 7) Menekan seminimal mungkin resiko kerusakan dan kecelakaan di tempat kerja (safety) 8) Menjaga dan memelihara lingkungan hidup (environment)

l. Site Engineer Arsitek 1) Jasa ini meliputi pekerjaan pra-disain/disain arsitektural untuk bangunan dan struktur lain.

2)

Jasa nasihat/pra disain mencakup kegiatan:

31

a)

Jasa bantuan, nasehat dan rekomendasi yang bertkaitan

dengan masalah arsitektural dan hal lain yang terkait. b) Jasa studi awal mengenai filosofi lokasi, maksud

pembangunan, tinjauan iklim dan lingkungan, kebutuhan hunian (okupansi), kendala biaya, analisis pemilihan lokasi, skedul disain dan konstruksi. c) Jasa lainnya yang mempengaruhi keaslian rancangan dan

konstruksi sebuah proyek. d) Jasa ini tidak perlu berkaitan dengan proyek konstruksi

baru. Misalnya, ini dapat berupa nasehat yang berkaitan dengan cara untuk melaksanakan pemeliharaan, renovasi, jasa restorasi bangunan, atau penilaian kualitas bangunan atau nasehat dalam halhal arsitektural lainnya 3) Jasa disain dan administrasi kontrak meliputi: a) Jasa rancangan skema yang berupa penentuan, dengan

klien, karakter utama dari proyek , penentuan maksud, kebutuhan ruang, batasan pembiayaaan dan jadwal waktu. b) Jasa penyiapan sket termasuk rencana lantai, rencana lokasi

dan pandangan luar. c) Jasa pembuatan rancangan, yang memuat ilustrasi yang

lebih akurat tentang konsep disain berupa rencana lokasi, bahan

32

yang harus digunakan, struktur, sistem mekanikal dan elektrikal dan perkiraan biaya konstruksi. d) Jasa disain akhir, yang memuat gambar dan spesifikasi

tertulis yang cukup detail untuk submisi tender dan konstruksi, dan nasehat ahli pada klien pada saat undangan dan pengumuman tender.

m. HSE 1) Penetapan HSE Policy/Plan milik Perusahaan 2) Penyusunan HSE Manual System milik Perusahaan 3) Penyusunan standar prosedur untuk penggunaan material atau aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh perusahaan 4) Audit keselamatan kerja 5) Menjadi pihak yang paling bertanggung jawab untuk menelusuri motif, asal-usul, dan segala hal yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan kerja 6) Menggalakkan awareness tentang keselamatan kerja terhadap seluruh karyawan perusahaan

2.2.4

Time Schedule Perencanaan waktu merupakan bagian penting untuk mencapai

keberhasilan suatu proyek konstruksi. Pengaruh dari Time Scedule terhadap proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri.

33

Dari Time Schedule, kita akan mendapatkan gambaran lama pekerjaan yang dapat diselesaikan serta bagian-bagian pekerjaan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya keterlambatan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor akan menimbulkan dampak berupa denda keterlambatan yang jumlahnya tidak sedikit. Melihat dari hal tersebut tentunya seluruh elemen dalam suatu proyek konstruksi akan berusaha agar setiap bagian pekerjaan dapat selesai tepat waktu tanpa mengurangi mutu yang disyaratkan. Sehingga sebelum menyusun time schedule, harus diperhatikan bagian-bagian pekerjaan yang terkait satu sama lain serta pekerjaan yang dapat dimulai tanpa menunggu pekerjaan yang lain selesai. Pada proyek Belmont Residence Tower 2 ini terdapat beberapa macam schedule guna mendukung kelancaran jalannya pekerjaan : 2.2.4.1 Kurva S Merupakan suatu grafik yang menunjukan hubungan antar bobot prestasi pekerjaan (bobot satuan pekerjaan dengan bobot kumulatif pekerjaan). Sumbu X menunjukan skala waktu, sedangkan sumbu Y menunjukan skala bobot prestasi pekerjaan kumulatif yang telah dicapai dalam skala waktu yang ditunjukan. (Kurva S pada Lampiran ). 2.2.4.2 Rencana Harian

34

Merupakan rencana yang dibuat oleh pihak pelaksana berdasarkan Kurva S yang berisi item-item pekerjaan yang harus dicapai selama 1 hari kerja.

2.2.4.3

Rencana Mingguan Merupakan rencana yang dibuat oleh pihak pelaksana

berdasarkan Kurva S yang berisi item-item pekerjaan yang harus dicapai selama 7 hari kerja. Rencana harian dan mingguan dibuat sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan dihari yang bersangkutan sehingga target keseluruhan proyek dapat terealisasi. 2.2.5 Laporan Pekerjaan 2.2.5.1 Laporan Harian Laporan Harian berguna monitoring dan merupakan bentuk pengawasan pada setiap jenis pekerjaan yang dilaporkan secara tertulis dalam suatu format laporan. Residence Tower 2 Pada proyek Belmont

kegiatan dan aktivitas seputar pelaksanaan

pekerjaan dilapangan dicatat dalam suatu form laporan harian proyek. 2.2.5.2 Laporan Mingguan

35

Laporan mingguan proyek merupakan rekapitulasi dari laporan harian yang telah dibuat oleh kontraktor. Isi laporan mingguan secara garis besar sama dengan laporan harian akan tetapi pada laporan mingguan dicantumkan kemajuan-kemajuan pekerjaan yang terjadi dalam jangka waktu satu minggu tersebut. 2.2.5.3 Laporan Bulanan Laporan bulanan proyek merupakan rekapitulasi dari laporan mingguan. Pada laporan bulanan turut dijelaskan, antara lain: a) b) Kemajuan pekerjaan dalam jangka waktu satu bulan Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

periode tersebut beserta penanggulangannya. c) Kejadian penting lainya yang dirasa perlu untuk

dilaporkan. d) Dokumentasi-dokumentasi proyek yang

bersangkutan baik dalam bentuk foto maupun berkasberkas. Laporan ini diserahkan kepada pemilik proyek pada saat rapat bulanan antara pihak kontraktor dengan pemilik proyek.

36

2.3

Tenaga Kerja Tenaga kerja yang ada dalam proyek Belmont Residence Tower 2 ini ada tiga yaitu : 2.3.1 Tenaga kerja tetap Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja yang ditunjuk oleh pihak kantor divisi pusat untuk menduduki suatu jabatan dan menjalankan tugasnya dalam mengelola dan mengatur jalannya proyek. Tenaga kerja tetap umumnya terdiri dari individu-individu yang menduduki jabatan penting atau vital dalam proyek ini seperti Project Manager dan Manager dari tiap bagian yang ada dalam susunan organisasi kontraktor. 2.3.2 Tenaga kerja borongan Tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang dipasok oleh mandor sesuai kebutuhan yang diminta oleh pihak kontraktor. Tenaga kerja seperti ini umumnya merupakan tenaga kerja kasar yang mendapatkan bayaran dari pihak mandor sesuai jumlah hari kerja mereka.

Pada proyek ini pada proyek ini terdapat tenaga kerja borongan yaitu : a. b. mandor kayu memiliki jumlah tenaga kerja 30 orang mandor besi memiliki jumlah tenaga kerja 25 orang

37

c.

mandor beton memiliki jumlah tenaga kerja 18 orang

Prosedur Pembayaran Upah Pada proyek ini pembayaran upah terdiri atas: a. b. Pembayaran upah pegawai tetap dibayarkan setiap akhir bulan. Pembayaran upah mandor dibayarkan setiap dua minggu melalui

bagian administrasi di tempat proyek berlangsung. c. Pembayaran upah kepada tenaga kerja di lapangan 1 minggu sekali

2.3.3 Keselamatan Tenaga Kerja

Untuk menjamin konstruksi dengan angka nol kecelakaan, PT. Bina Buana Semesta sebagai kontraktor utama menggunakan standar sistem managemen kualitas internasional ISO 18001-1999. PT.Bina Buana Semesta menunjukkan komitmen keselamatan kerja dalam kebijakan perusahaan. Adapun dalam pelaksanaan pekerjaan, kontrol dasar dari K3 mengacu pada beberapa standar, yaitu: a. b. c. d. OHSAS 18001-1999 Technical Specification of The Project Safety Target of PT. Bina Buana Semesta. Safety Management

38

Keselamatan kerja tersebut diwujudkan dalam bentuk penggunaan alat proteksi diri, dibuatnya rambu-rambu peringatan dan tindakan preventif lainnya yaitu sebagai berikut: a. Pekerja wajib menggunakan pelindung kaki (Safety Shoe) yang bebas dari oli, alasnya anti slip, anti karat, anti spark dan ada pelindung baja serta sepatu karet bila tempatnya mengandung bahan kimia. b. Pekerja wajib menggunakan safety helmet sebagai alat pelindung kepala yang digunakan di lokasi kerja. c. Pekerja wajib menggunakan sarung tangan karet untuk bekerja dengan bahan kimia atau alat listrik dan sarung tangan kulit/bahan untuk memegang benda panas atau dingin atau untuk penggalian. d. Pekerja wajib menggunakan pelindung mata dan atau pelindung muka digunakan untuk pekerjaan memahat, menggerinda dan mengelas. e. Pekerja wajib menggunakan pelindung pernapasan digunakan untuk bekerja di ruangan yang mengandung debu dan racun. f. Pekerja wajib menggunakan safety belt untuk pekerjaan di tingkat atas (pada ketinggian). g. Memberikan rambu dan pagar pengaman pada daerah yang potensial berbahaya.

39

h.

Menyiapkan peralatan P3K dan pemadam kebakaran ditempat tempat yang strategis.

i. j.

Tidak meminum minuman keras dan merokok pada saat bekerja. Tidak menggunakan narkotika dan obat obatan terlarang.

Rambu-rambu keselamatan kerja (safety sign) yang terdapat di proyek Apartemen Belmont residence sebagai berikut:

40

Gambar 2.13 Rambu Keselamatan Kerja Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja yang mungkin terjadi dikategorikan menjadi 3 (tiga) jenis kecelakaan, yaitu:

a.

Kecelakaan ringan Jika terjadi kecelakaan ringan (tersandung, terinjak paku, sakit

pusing, dll) yang masih tergolong mudah ditangani, maka yang bersangkutan melaporkan ke security atau petugas K3 untuk diberikan tindakan P3K oleh petugas K3 dengan membawa tanda pengenal untuk mempermudah pendataan.

b.

Kecelakaan menengah/sedang Jika terjadi kecelakaan (terjatuh, terinjak paku hingga sobek,

tertimpa

potongan

kayu,

dll)

yang

masih

masuk

kategori

sedang/menengah, maka yang bersangkutan melaporkan ke security atau

41

petugas K3 untuk diberikan tindakan P3K oleh petugas K3 dengan membawa tanda pengenal untuk mempermudah pendataan serta apabila kondisi korban harus dibawa ke rumah sakit, maka security beserta petugas K3 membawa korban ke rumah sakit rujukan dalam proyek ini yaitu Apartemen Belmont Residence untuk diambil tindakan selanjutnya.

c.

Kecelakaan berat Jika terjadi kecelakaan berat (jatuh sampai luka berat, tertimpa

potongan kayu yang mengakibatkan kepala sobek, dll) yang tergolong berat, maka korban bersama security dan petugas K3 langsung membawa korban ke rumah sakit rujukan untuk selanjutnya ditindak lanjut. Petugas K3 dan security wajib mendampingi dan membuat berita acara kejadian. Petugas K3 berhak mengambil keputusan untuk tindakan yang harus diambil dan kemudian melaporkan kepada Project Manager.

Seluruh pekerja dalam proyek Apartemen Belmont residence ini sudah didaftarkan kepada Jamsostek sehingga terdapat jaminan yang pasti apabila mungkin terjadi kecelakaan kerja di lokasi proyek.

42

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK

3.1

Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang di laksanakan di proyek

Belmont Residence Tower 2 didapat beberapa pengamatan yang di amati oleh penulis. Adapun pengamatan yang di amati oleh penulis adalah : 3.1.1 Konstruksi Plat Lantai Pekerjaan konstruksi plat lantai diawali dengan pengukuran dengan kolom setinggi 2,5 m. Setelah pengukuran, pasang bekisting lalu lakukan pengecekkan elevasi. Setelah bekisting terpasang dilakukan pekerjaan pembesian dengan urutan pemasangannya adalah tulangan bawah, beton decking, tulangan kaki ayam, dan tulangan atas. Ikat semuanya dengan menggunakan bendrat. Setelah pekerjaan pembesian selesai, lakukanlah pembersihan area plat lantai yang akan di cor dengan menggunakan compressor. Setelah selesai dibersihkan dilakukan pengecoran

menggunakan bucket yang diangkat menggunakan tower crane. Permukaan plat lantai yang di cor diratakan dengan trowel. Jika beton sudah mengeras bisa dilakukan proses curing dengan menggunakan sika. Pelepasan bekisting dilakukan minimal 14 hari.

43

3.1.2

Konstruksi Balok Secara garis besar, pekerjaan konstruksi balok hampir sama dengan

pekerjaan konstruksi plat lantai. Pertama dilakukan pengukuran dan elevasi lantainya, lalu pasang bekisting. Plat lantai hanya dengan papan horizontal, sedangkan balok membutuhkan juga sisi vertikal pada bekistingnya. Pada proses pembesian, letakkan tulangan utama terlebih dahulu lalu masukkan sengkang satu per satu. Setelah selesai, lakukan pembersihan area yang akan di cor, hal ini bersamaan dengan pembersihan plat lantai karena balok dan plat lantai di cor bersamaan. Sama seperti plat lantai, pelepasan bekesting dilakukan minimal 14 hari.

3.1.3

Konstruksi Kolom Pekerjaan konstruksi kolom dimulai dengan menentukan ketinggian

elevasi tiap lantainya. Untuk bekisting kolom di buat sendiri disesuaikan dengan dimensi kolom-nya. Setelah tulangan selesai dirakit kemudian diangkat menggunakan Tower Crane dan disambung dengan tulangan yang sudah ada. Tulangan yang sudah ada terlebih dahulu ditopang dengan menggunakan kayu agar ketika proses penyambungan besi baru dengan besi lama tidak goyang. Panjang overlap untuk kolom adalah 40D. setelah selesai besi terpasang lalu pasang bekisting yang diangkat menggunakan Tower Crane dengan hati-hati dan perlahan. Pengecoran untuk kolom

menggunakan bucket yang diangkat menggunakan tower crane. Setelah

44

lebih dari 8 jam atau 12 jam dari proses pengecoran, maka bekisting sudah dapat dibuka. 3.1.4 Struktur Corewall Core wall merupakan inti dari struktur tower. Penulangan pada tiap lantai berbeda menurut beban yang diterimanya, makin ke atas beban semakin kecil sehingga jarak antara tulangan besi lebih renggang. Pada perencanaan struktur suatu bangunan tinggi, gaya lateral yang berupa gaya angin ataupun gaya gempa merupakan hal yang sangat penting dan dominan dalam perencanaan bangunan tersebut. Salah satu struktur yang biasa digunakan pada bangunan tinggi adalah core wall yang dapat mentransfer beban angin ataupun beban gempa melalui portal maupun lantai ke dindingnya.

Struktur tower pada Proyek Belmont Residences menggunakan core wall sebagai struktur penahan gempa dan juga sebagai struktur pendukung untuk lift.

a. Pembesian Tahap -tahap pembesian core wall secara ringkas, yaitu: 1. Stek-stek tulangan yang telah ditanamkan pada struktur beton dibawahnya disambungkan (saling overlap) dengan tulangan arah vertikal dinding, dimana tulangan yang dipasang harus lebih panjang dari tinggi dinding dengan tujuan untuk overlap

45

dinding sebelah atasnya dan/atau koneksi ke tulangan pelat atau balok 2. setelah tulangan vertikal terpasang maka tulangan horizontal diikat padanya dengan kawat 3. tulangan yang dipasang relatif rapat dan dirakit dari besi tulangan ulir dengan diameter tulangan menurut gambar kerja sehingga tulangan yang telah selesai relatif kaku dan tidak memerlukan dukungan lateral untuk membantu berdiri tegak 4. tulangan dipasang dikedua sisi dinding

b. Bekisting Bekisting untuk pekerjaan dinding core wall dibuat dari plywood dan rangkanya terbuat dari besi. Tahap pekerjaan fabrikasi bekisting core wall sama seperti dinding beton bertulang.

c. Pengecoran Pekerjaan pengecoran dilakukan dengan bantuan tower crane. Selama pengecoran juga dilakukan pemadatan beton dengan vibrator. Proses curing juga dilakukan setelah bekisting dibongkar, yaitu dengan penyiraman secara berkala.

46

3.1.5

Struktur Shearwall

Dinding core pada bangunan tower adalah shear wall (dinding geser) yang berfungsi sebagai penahan gaya geser yang terjadi. Gaya-gaya dari pembebanan mati, berat balok sendiri, pelat lantai, serta gaya lateral pada tiap lantai disalurkan ke shear wall yang terletak pada tengah bangunan.

Pelaksanaan pekerjaan shearwall

diawali dengan pekerjaan

pengukuran (marking) untuk menentukan elevasi dan as shearwall serta menandai batas shearwall. Setelah itu dilakukan pemasangan pembesian shearwall, pemasangan bekisting shearwall menggunakan baja, dan dilanjutkan dengan proses checklist, setelah semua terpenuhi pengecoran dapat dilaksanakan, lalu pembongkaran bekisting dan perawatan. 3.2 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Plat

Salah satu pekerjaan konstruksi yang penulis amati adalah pekerjaan konstruksi plat. Berikut ini akan dijelaskan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi plat serta cara pemasangan bekisting,pembesian dan pengecorannya.

47

3.2.1

Peralatan Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi

tangga meliputi tower crane, truck mixer, concrete bucket, vibrator, bar bender, bar cutter dan scaffolding.

3.2.1.1

Tower Crane Tower Crane atau yang biasa disebut dengan TC adalah

sebuah alat berat yang sering dijumpai dan hampir selalu ada di semua proyek konstruksi skala besar. TC sangat cocok dipakai untuk pelayanan bangunan tingkat tinggi untuk melayani daerah yang cukup luas. Pada proyek ini TC menjadi sentral atau alat yang paling utama karena dalam proyek gedung bertingkat transportasi vertikal maupun horizontal yang memegang peranan penting dan

menentukan terutama soal kecepatan kerja. TC digunakan untuk mengangkat concrete bucket untuk pengecoran pada lokasi yang tinggi serta mengangkat peralatan bantu dan bahan-bahan untuk pekerjaan struktur seperti compressor, bekisting kolom, serta alat dan bahan lainnya. Seluruh operasional proyek dipengaruhi oleh berfungsinya TC, disebabkan peranannya yang dominan untuk kelancaran jalannya pembangunan proyek. Untuk keperluan

operasional ketinggian TC minimal harus lebih yinggi 4-6 meter dari ketinggian maksimum pekerjaan yang dilayani.

48

Gambar 3.1 Tower Crane

3.2.1.2

Truck Mixer Truck Mixer adalah truk angkutan khusus beton yang dibuat

untuk

transportasi

dan

campuran

beton

sampai

ke

lokasi

pembangunan. Truk ini dapat diisi dengan bahan kering dan air. Dengan pencampuran yang terjadi selama transportasi. Gambar 3.2 Truck Mixer

49

3.2.1.3

Concrete Bucket Concrete Bucket berfungsi untuk mengangkut adukan beton

yang akan digunakan pada pengecoran dari Truck Mixer ke tempat pengecoran. Bucket pada proyek ini berkapasitas 0.9 m3. Penggunaan bucket untuk mengangkut adukan sangat membantu proses pengecoran, dikarenakan bucket dapat menjangkau tempat-tempat yang sulit dijangkau. Penggunaan bucket pada proyek ini dibantu dengan bahan terpal yang dibentuk seperti pipa corong yang dipasang pada ujung bucket untuk mempermudah pengeluaran adukan dari bucket ke tempat yang akan di cor dan di angkat menggunakan tower crane.

Gambar 3.3 Concrete Bucket

50

3.2.1.4

Vibrator Vibrator adalah alat yang berfungsi untuk menggetarkan

atau memadatkan beton pada saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat rongga-rongga udara di antara beton yang dapat membuat beton keropos sehingga mengurangi kekuatan struktur beton itu sendiri. Vibrator digerakkan oleh mesin listrik dan mempunyai lengan sepanjang beberapa meter untuk dapat menggetarkan beton di tempat yang agak jauh. Untuk volume pengecoran yang sangat besar, alat ini sangat penting.

Gambar 3.4 Vibrator

51

3.2.1.5

Bar Cutter Bar Cutter adalah alat yang untuk memotong besi tulangan

sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Alat ini menggunakan tenaga mesin. Cara kerjanya yaitu pekerja mengatur posisi dimana besi tersebut akan dipotong dan bila besi tersebut sudah pas, operator menginjak pedal yang ada di bawah alat tersebut untuk memotong besi tersebut.

Gambar 3.5 Bar Cutter

3.2.1.6

Bar Bender Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk

membengkokkan besi tulangan. Mesin ini akan membengkokkan besi sesuai sudut yang telah direncanakan secara otomatis. Cara kerja Bar Bender yaitu besi yang ingin dibengkokkan terlebih dahulu di posisikan sesuai dengan alat, setelah itu atur sudut pada Bar Bender sesuai dengan sudut yang diinginkan dan dibutuhkan di lapangan.

52

Setelah itu injak pedal yang terdapat pada Bar Bender untuk membengkokkan besi tersebut.

Gambar 3.6 Bar Bender

3.2.1.7

Air Compressor Air compressor adalah alat penghasil atau penghembus

udara bertekanan tinggi yang digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang dapat mengurangi mutu dan daya lekatan tulangan pada beton seperti: debu-debu, potongan-potongan kawat bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. Alat ini digunakan setelah proses pembesian selesai. Air compressor sangat diperlukan untuk menjaga agar hasil pengecoran tidak tercampur dengan sisa-sisa dari pekerjaan pembesian maupun debu yang terdapat pada area pengecoran. Gambar 3.7 Air Compressor

53

3.2.1.8 Theodolite dan Waterpass Theodolite adalah alat bantu dalam proyek untuk

menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai, sedangkan waterpass adalah alat yang digunakan untuk menentukan elevasi bangunan. Alat bantu ini merupakan perlengkapan yang digunakan oleh tim surveyor untuk melaksanakan tugas-tugas pengukuran dilapangan seperti menentukan elevasi bangunan,

pembuatan garis marking, kerataan atau ketegakkan bekisting, kerataan saat pengecoran, dan sebagainya. Gambar 3.8 Theodolite

54

3.2.1.9

Bekisting Bekisting berfungsi sebagai cetakan beton baik itu berupa

kolom, balok maupun pelat sesuai dengan ukuran beton yang diinginkan. Pada proyek ini menggunakan bekisting konvensional.

Gambar 3.9 Bekisting

3.2.1.10 Perancah Perancah adalah alat yang terdiri dari rangkaian besi yang dapat dibongkar pasang maupun diatur ketinggiannya dengan menambah rangkaian besi sampai ketinggian yang direncanakan. Alat ini berfungsi untuk menyangga bekisting di atasnya seperti pada bekisting balok, plat, dan tangga.

Gambar 3.10 Perancah

55

3.2.1.11 Mesin Genset Mesin Genset adalah mesin yang menghasilkan arus listrik. Mesin genset berfungsi untuk kebutuhan pekerja yang berhubungan dengan masalah listrik selama belum adanya arus listrik dari PLN. Mesin Genset dalam proyek ini sangat berperan sebagai sumber listrik untuk menjalankan tower crane dan alat lainnya. Mesin Genset membutuhkan solar untuk menghasilkan arus listrik.

3.2.2

Bahan-bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengerjaan struktur

proyek Belmont Residence Tower 2 adalah sebagai Berikut :

3.2.2.1

Beton Adhi Mix Beton yang digunakan dalam pekerjaan struktur pada

proyek ini adalah beton Adhi Mix yang diproduksi oleh PT. Adhi karya beton.

56

3.2.2.2

Baja Tulangan / Besi Beton Baja tulangan yang digunakan pada proyek Belmont

Residence Tower 2 adalah BJTD 40. Baja tulangan tersebut digunakan untuk pembesian kolom, balok dan plat.

3.2.2.3

Beton Decking Beton decking adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai

dengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Biasanya berbentuk kotak-kotak seperti tahu atau silinder. Beton decking berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan posisi yang diinginkan. Bisa dibilang berfungsi untuk membuat selimut beton sehingga besi tulangan akan selalu diselimuti beton yang cukup, sehingga didapatkan kekuatan maksimal dari bangunan yang dibuat. Selain itu, selimut beton juga menjaga agar tulangan pada beton tidak berkarat ( korosi ). Gambar 3.11 Beton Decking

57

3.2.2.4

Kawat Pengikat ( Bendrat ) Kawat pengikat atau bendrat adalah kawat lunak yang

digunakan untuk mengikat baja tulangan dalam konstruksi beton bertulang agar tulangan tidak bergerak atau berpindah tempat selama proses pengecoran serta pemadatan dengan vibrator. Gambar 3.12 Kawat Pengikat ( Bendrat )

3.2.2.5

Tulangan Kaki Ayam Tulangan kaki ayam adalah potongan besi yang dipotong

sedemikian rupa sehingga dapat menjaga jarak antara tulangan atas dengan tulangan bawah pelat. Gambar 3.13 Tulangan Kaki Ayam

58

3.2.3

Tata Cara Pelaksanaan Konstruksi Plat Pekerjaan struktur plat proyek Apartemen Belmont Residence ada

beberapa pekerjaan diantaranya: 3.2.3.1 Menentukan Elevasi Plat Menggunakan orang surveyor. waterpass dan pekerjaan ini dilakukan oleh 2

3.2.3.2 Pekerjaan Penulangan Plat Sebelum pemasangan tulangan plat terlebih dahulu tulangan balok sudah jadi, setelah itu barulah pemasangan dilakukan. Langkah-langkah pada penulangan plat adalah: 1. Cara penulangan harus sesuai dengan metode kerja dan shop drawing. 2. Angkat besi ukuran D10 dengan panjang 12 m dengan tower crene dari pabrikasi ke temapt lokasi. 3. Perakitan dilakukan dilakukan 5 orang dengan rincian 3 orang mengerjakan tulangan bawah dan atas 1 memasang tuangan kaki ayam dan 2 orang memasang ikatan kawat besi dan sambungan. 4. Gunakan beton decking 3 cm dan tebal 12 cm.

59

3.2.3.3 Pekerjaan bekisting plat Pekerjaan pemasangan bekisting dilakukan setelah pemasangan bekisting balok, dan pemasangan / perakitan dilakukan langsung dilokasi lantai yang akan di cor. Langkah pemasangan bekisting : i. Pengecekan penulangan pelat sesuai dengan shop drawing. ii. Menyesuaikan posisi scaffolding dan plywood dangambar kerja sebagai acuan bekisting. iii. Scaffolding dipasang berdasarkan urutannya mulai dari base jack hingga U Head Jackhingga ketinggian yang diinginkan iv. Setelah itu barulah pemasangan plywood dilakukan v. Setelah bekisting selesai di pasang cek vertikal dan horizontal meteran. plat dengan menggunakan unting-unting dan

1.1.7.4

Pekerjaan Pengecoran Plat Dibawah ini adalah langkah-langkah pengecoran pada plat a) Lakukan perhitungan volume beton yang akan dicor dan sesuai dengan yang direncanakan b) Pengecoran menggunakan truck mixer dengan kapasitas 7 m3 yang berisi beton readymix dari PT. Adhimix. Proses pengecoran menggunakan mobil concrete pump.

60

c) Melakukan pembersihan di plat dan sekitarnya agar terbebas dari kotoran yg mengurangi kekuatan pada coran tersebut d) Menggunakan penurunan e) Penempatan concret pump dititik/ditempat pertama yang akan dilakukan pengecoran. f) Tim surveyor mengawasi saat terjadinya pengecoran guna untuk melakukan pengecekan level plat sudah sesuai atau belum g) Setelah itu melakukan perataan pada beton menggunakan roskam kayu atau alat lainnya dan diadakan pengecekan kembali pada permukaan beton yang telah diratakan. marking untuk kaso yang mengalami

3.3 Pengendalian Mutu Pengendalian mutu beton merupakan bagian dari pelaksanaan pekerjaan pengecoran yang dikerjakan baik sesudah pengecoran dan setelah pengecoran. Pengujian yang pertama dilakukkan adalah pekerjaan pengujian tingkat kekentalan beton saat tiba di lokasi proyek (slump test) dan uji kuat tekan (crushing test) yang pengujian untuk mengetahui tingkat kuat tekan dari beton yang digunakan.

3.3.1

Uji Slump Uji slump merupakan suatu cara untuk memantau homogenitas

adukan beton segar dengan suatu kekentalan tertentu yang dinyatakan

61

dengan satuan nilai slump sebelum pelaksanaan pengecoran. Dalam kondisi laboratorium, dengan material beton yang terkendali secara ketat, nilai slump umumnya meningkat sebanding dengan nilai kadar air campuran beton, dengan demikian berbanding terbalik dengan kekuatan beton. Pelaksanaan dalam lapangan haruslah hati-hati, karena banyak faktor yang berpengaruh terhadap perubahan adukan beton pada pencapaian nilai slump yang ditentukan. Misalnya, truk mixer yang membawa beton segar mengalami hambatan selama perjalanan menuju proyek. Cara uji slump ini sangatlah sederhana. Pengujian ini menggunakan cetakan yang berbentuk kerucut terpancung atau disebut dengan kerucut Abrams. Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam pengujian : 1. Kerucut Abrams dengan ukuran diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm. 2. Plat logam dengan permukaan rata dan kedap air. 3. Tongkat pemadat yang terbuat dari batang baja yang lurus, dengan diameter 16 mm dan panjang sekitar 60 cm. 4. Sendok cekung 5. Meteran

62

Gambar 3.16 Peralatan uji slump

Bahan yang digunakan adalah beton segar sesuai dengan isi cetakan. Prosedur percobaannya adalah : 1. Cetakan dan plat dibasahi dengan kain basah. 2. Letakkan cetakan di atas plat dan tahan dengan kuat di tempat selama pengisian oleh operator yang berdiri diatas injakan. 3. Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga lapis kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Tongkat pemadat harus tepat sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada bagian pertama atau lapisan pertama, pemasukan bagian tepi dilakukan dengan tongkat yang dimiringkan sesuai dengan kemiringan dinding cetaka.

63

4. Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat, tunggu selama kurang lebih 10 detik dan dalam jangka waktu ini, semua lapisan kelebihan beton segar disekitar cetakan harus dibersihkan. 5. Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas. 6. Balikkan cetakan dan letakan disamping benda uji. 7. Setelah beton mengalami penurunan pada permukaan, ukur segera slump dengan menentukan perbedaan ketinggian antara bagian atas cetakan dengan bagian permukaan atas beton. 8. Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian dari awal pengisian hingga pelepasan cetakan tanpa gangguan dalam waktu tidak lebih dari 21/2 menit. Gambar 3.17 Hasil Uji Slump

9. Proses uji slump ini diawasi oleh konsultan pengawas dan quality control dari pihak kontraktor utama dan pelaksana pengecoran. Jika nilai slump yang didapat tidak memenuhi syarat maka

64

pengawas dan kontraktor berhak menolak beton adhi mix tersebut. 10. Nilai slump diambil setiap mobil 1 mobil truk mixer, tetapi pada pelaksanaan di lapangan pengujian slump dilakukan pada saat mobil pertama datang dan dilanjutkan dengan mobil yang ketiga dan seterusnya.

3.3.2 Uji Kuat Tekan Pengujan ini dilakukan untuk menentukan kuat tekan beton dengan benda uji berbentuk silinder atau kubus yang dibuat dan dimatangkan (curing) di laboratorium maupun di lapangan. Pada proyek Belmont Residence Tower 2 benda uji yang digunakan adalah silinder.

Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Pengujian kuat tekan dilakukan pada Truck Mixer pertama dengan pengambilan 4 benda uji dengan menggunakan cetakan benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Adapun prosedur pengujian kuat tekan beton sebagai berikut :

65

1. Pada saat di lapangan, cetakan berbentuk silinder dilapisi terlebih dahulu dengan minyak untuk memudahkan proses pelepasan beton dari cetakan nantinya. 2. Isi cetakan dalam 3 lapis, tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali tusukan secara merata dengan menggunakan tongkat pemadat. 3. Pengujian dilakukan setelah beton berumur 7 dan 28 hari. 4. Ambil benda uji yang akan ditentukan kuat tekannya dari bak perendam, kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain pelembab. 5. Tentukan berat dan ukuruan benda uji 6. Lalu cetakan tersebut diangkut menuju laboratorium beton untuk dilakukan pengujian. 7. Pada saat di laboratorium, letakan benda uji pada mesin sentries. 8. Jalankan benda uji atau mesin tekan dengan penambahan beban konstan berdasar 2-4 kg/cm2 per detik. 9. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji. Gambar 3.18 Benda Uji

66

3.4

Perhitungan Struktur yang Diamati (Pelat Lantai) Pada pengamatan kali ini, Penulis mengamati struktur pelat zona as B-C/5-6 lantai 2 Apartemen Belmont Residence Tower 2.

4500

Diketahui: Mutu Beton (fc) Mutu Baja (fy) = 35 MPa = 400 MPa

67

Tebal Pelat Selimut Beton Faktor reduksi kekuatan Lx Ly

= 120 mm = 20 mm = 0,8 = 4500 = 1700

Perhitungan Beban-beban Beban Hidup / Life Load (LL) = 250 kg/m2 Beban Mati / Dead Load (DL) Beban sendiri pelat = tebal pelat x b.j beton = 0,12 m x 2400 kg/m3 = 288 kg/m2 Berat keramik (granit) Berat Plafond Mechanical Electrical Maka, Total seluruh beban mati = 288 + 24 + 18 + 10 = 340 kg/m2 Wu = (1,2 x DL) + (1,6 x LL) = (1,2 x 340) + (1,6 x 250) = 462 + 400 = 862 kg/m2 = 8,62 KN/m2 = 24 kg/m2 = 18 kg/m2 = 10 kg/m2

68

Koefisien Momen yang menentukan = = 2,64

Berdasarkan analisa dimana pelat menahan beban pada keempat sisinya, pada tabel SNI T-15-1991-03 (Tabel 4.2.b Pelat umum, Momen di dalam pelat persegi yang keempat sisinya terjepit) maka pelat disini termasuk dalam katagori keempat sisi merupakan jepit dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

Nilai x diperoleh dari nilai interpolasi 65

, antara nilai 2,5 dan 3,0

62

2,5

.3=

. 3 = 0,84

MLx

= 0,001 x 62,84 x total beban x l2 = 0,001 x 62,84 x 8,62 x 1,72 = 1,57 KNm

69

MLy

= 0,001 x 14,84 x total beban x l2 = 0,001 x 14,84 x 8,62 x 1,72 = 0,38 KNm

MTx

= 0,001 x 83,84 x total beban x l2 = 0,001 x 83,84 x 8,62 x 1,72 = 2,1 KNm

MTy

= 0,001 x 50,44 x total beban x l2 = 0,001 x 50,44 x 8,62 x 1,72 = 1,26 KNm

Perhitungan Pembesian Perkiraan diameter tulangan utama yang digunakan diperkirakan dalam arah x dan arah y yaitu 10 mm, maka perhitungan pembesiannya yaitu: dx = h(tebal plat) decking dx = 120 20 . 10 = 95 mm = 0,095 m dy = h(tebal plat) decking dy dx = 120 20 10 1/2 . 10 = 85 mm = 0,085 m

Momen Lapangan Arah x = = 217,75 kN/m

70

= 0,00055 Dimana, hitung < min min memakai 0,0018 dari buku Gideon Kusuma dasar perencanaan beton bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.

Aslx

= .b .d . 106 = 0,0018 x 0,8 x 0,085 x 106 = 122,4 mm2

Digunakan tulangan 8 200 mm2 (251 mm2)

Momen Lapangan Arah y = = 84,44 kN/m

71

= 0,0002156 Dimana, hitung < min min memakai 0,0018 dari buku Gideon Kusuma dasar perencanaan beton bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.

Asly

= .b .d . 106 = 0,0018 x 0,8 x 0,075 x 106 = 108 mm2

Digunakan tulangan 8 225 mm2 (223 mm2)

Momen Tumpuan Arah x = = 363,321 kN/m

72

= 0,0009148 Dimana, hitung < min min memakai 0,0018 dari buku Gideon Kusuma dasar perencanaan beton bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.

Astx

= .b .d . 106 = 0,0018 x 0,8 x 0,085 x 106 = 122,4 mm2

Digunakan tulangan 8 200 mm2 (251 mm2)

Momen Tumpuan Arah y = = 280 kN/m

73

= 0,0007065 Dimana, hitung < min min memakai 0,0018 dari buku Gideon Kusuma dasar perencanaan beton bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.

Asty

= .b .d . 106 = 0,0035 x 0,8 x 0,075 x 106 = 108 mm2

Digunakan tulangan 8 225 mm2 (223 mm2)

Pilih Tulangan Daftar Analisis Tulangan Pelat AS ( mm2) Tulangan Hasil Perhitungan hit min

74

MLX MLY MTX MTY

238 mm2 210 mm2 238 mm2 210 mm2

8 200 8 225 8 200 8 225

0,00055 0,0002156 0,0009148 0,0007065

0,0018 0,0018 0,0018 0,0018

Detail tulangan plat

75

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN Setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan di PT. BINA BUANA SEMESTA banyak sekali hal-hal yang penulis temui di lapangan sehingga menambah wawasan dan memperluas pola pikir penulis terhadap dunia keteknikan dan suasana kerja di lapangan. Dari tinjauan dan pengamatan serta informasi yang penulis dapat selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Pelaksanaan proyek berjalan sesuai dengan jadwal pekerjaan, tetapi ada beberapa faktor yang terjadi di lapangan yang mengakibatkan sedikit keterlambatan atau tidak sesuai jadwal pekerjaan dikarenakan oleh keadaan cuaca yang tidak mendukung seperti hujan dan kendala proyek lainnya. 2. Secara umum proses pekerjaan struktur meliputi pekerjaan pengukuran, pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, pekerjaan pengecoran, dan pekerjaan perawatan beton yang sacara langsung dilaksanakan di dalam area proyek dan diawasi oleh bagian quality control dan konsultan pengawas.

76

3. Penyimpangan yang terjadi dilapangan maupun gambar kerja segera direvisi oleh kontraktor, hal ini menandakan pengawasan dalam proyek berjalan dengan baik.

4. Pada pembangunan proyek Apartemen Belmont Residence Tower 2 mutu beton plat menggunakan fc 40 Mpa, fc 35 Mpa dan fc 30 Mpa.

5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan komponen penting dalam kelancaran suatu proyek karena sistem K3 yang baik dapat menunjang keberhasilan proyek dan semua unsur yang terlibat di dalamnya akan merasa aman.

6. Dalam proyek peralatan penunjang memiliki peranan yang penting dalam pelaksaanaan kegiatan proyek sehari-hari. Tujuan penggunaan peralatan penunjang ini untuk mempermudah pekerjaan yang dilakukan di peroyek sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relative lebih hemat

4.2 SARAN Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan saran yang mudah-mudahan dapat memberikan dorongan dan motivasi bagi mahasiswa maupun bagi penulis sendiri, yaitu: 1. Bagi para mahasiswa yang hendak melakukan Praktek Kerja Lapangan terlebih dahulu harus menyusun rencana belajar dan pengamatan yang

77

jelas dan terarah, sehingga waktu yang dimiliki selama di proyek lebih efisien dan bermanfaat. 2. Mahasiswa harus lebih aktif dan disiplin dalam mengikuti rangkaian kegiatan PKL. Mahasiswa juga harus lebih berani berkomunikasi dengan pihak kontraktor dan menciptakan hubungan yang baik demi lancarnya kegiatan PKL yang dilaksanakan. 3. Sebaiknya pada pembangunan gedung-gedung bertingkat perlu

memperhatikan konsep ramah lingkungan yang disebut green building agar dapat mengurangi pemanasan global efek rumah kaca. 4. Setiap ada permasalahan yang menyimpang dari perencanaan, hendaknya konsultan pengawas dan kontraktor berkomunikasi langsung dan memberikan jalan keluar yang terbaik agar dapat menyelesaikan permasalahan dengan cepat. 5. Pada pelaksanaan proyek Apartemen Belmont Residences dibutuhkan kerja sama yang baik pada pihak-pihak yang terkait, yang berguna untuk memperlancar dan menyelesaikan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditentukan. 6. Dalam pelaksanaan pekerjaan hendaknya pekerja diberikan pengarahan oleh pihak Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk memperhatikan keselamatan dirinya dengan menggunakan peralatan dan pengaman sewaktu bekerja yang sudah ditetapkan oleh pihak kontraktor. 7. Pentingnya dilakukan pemeriharaan peralatan yang ada agar

penggunaannya dapat dioptimalkan semaksimal mungkin, sebab bila

78

pemeliharaan tidak dilakukan hal ini dapat mengganggu pelaksanaan dan akan meningkatkan biaya proyek.

79

Anda mungkin juga menyukai