Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

SPESIFIKASI TEKNIS

1.1 Latar Belakang

Pengertian bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu

dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di

dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan

kegiatan, baik hunian, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial budaya,

maupun kegiatan khusus.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dijelaskan

bahwa setiap bangunan gedung memiliki fungsi yang berbeda-beda. Hal ini dirumuskan

dalam Bab III Pasal 5 yang mengidentifikasi fungsi bangunan gedung, yaitu sebagai

berikut:

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 1


Tabel 1.1 Identifikasi Fungsi Bangunan Gedung

Fungsi Bangunan Gedung Keterangan


Bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah
Fungsi Hunian tinggal deret, rumah susun, dan rumah tinggal
sementara.
Bangunan untuk masjid, gereja, pura, wihara, dan
Fungsi Keagamaan
kelenteng.
Bangunan untuk perkantoran, perdagangan,
Fungsi Usaha perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,
terminal, dan penyimpanan.
Bangunan untuk pendidikan, kebudayaan,
Fungsi Sosial dan Budaya pelayanan kesehatan, laboratorium, dan pelayanan
umum.
Bangunan untuk reaktor nuklir, instalasi pertahanan
Fungsi Khusus dan keamanan, serta bangunan sejenis yang
diputuskan oleh menteri.

(Sumber: UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung)

Suatu bangunan gedung dapat memiliki lebih dari satu fungsi atau kombinasi fungsi

dalam bangunan gedung, misalnya kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha. Untuk

kombinasi fungsi hunian dan usaha seperti: Bangunan gedung rumah-toko (ruko),

rumah-kantor (rukan), apartemen-mal, serta hotel-mal. Sementara itu, untuk kombinasi

fungsi usaha, seperti: Bangunan gedung kantor-toko, hotel, atau mal.

1.2 Ketentuan Umum

Tugas besar “Perencanaan Struktur Gedung” merupakan salah satu persyaratan

penilaian mata kuliah Perencanaan Struktur Gedung (PSG). Adapun ketentuan umum

dalam penyusunan laporan tugas besar tersebut adalah sebagai berikut:

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 2


1. Bangunan riil atau tidak riil yang menggunakan acuan standar:

a. Materi kuliah Struktur Beton 1 dan Struktur Beton 2

b. Materi kuliah Rekayasi Fondasi

c. SNI 1727:2020

d. SNI 03-1726-2019

e. FEMA 451-2006

f. PPURG 1987

g. Puskim dan sumber lain yang dapat dipertanggung jawabkan.

2. Penyusunan disertai dengan permodelan pada software yang mendukung.

1.3 Ketentuan Bangunan Gedung

1.3.1 Spesifikasi Gedung

a. Nama Gedung = SMA Struktur

b. Lokasi Gedung = Banten (Serang)

c. Fungsi Bangunan = Gedung Pendidikan

d. Tinggi Gedung = 48,5 m

e. Ketinggian lantai 1 = 4,5 m

f. Ketinggian lantai 2 – 12 =4 m

g. Jumlah Lantai = 12 lantai


2
h. Luas Bangunan = ± 7.056 m

i. Berat Jenis Tanah = 16 kN/m3

j. Kondisi Tanah = Lunak

k. Faktor Keutamaan Gempa (Ie) = 1,5

l. Kuat Tekan Beton (fc’) = 30 Mpa

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 3


Gedung dirancang tahan gempa dengan daktilitas parsial atau penuh, sesuai dengan SNI

03-1726-2019 dengan analisis struktur akibat beban gempa dengan metode response

spectrum.

1.3.2 Spesifikasi Atap

a. Tipe Atap = Dak beton bertulang

b. Tebal Pelat Atap = 120 mm

1.3.3 Spesifikasi Frame

a. Kolom = Beton bertulang penampang persegi

b. Mutu Beton = 30 Mpa

c. Mutu Baja Tulangan = Ø ≤ 12 = 240 MPa

= Ø ˃ 12 = 300 MPa

d. Kecepatan Angin = 40 km/jam

e. Pelat = Dihitung berdasarkan tabel koefisien momen Mc

= Arthur

1.3.4 Spesifikasi Fondasi

a. Digunakan fondasi pancang dengan asumsi kedalaman sampai tanah keras.

b. Kedalaman fondasi = -15 m

1.4 Deskripsi Bangunan Gedung

Bangunan pada perencanaan struktur gedung ini berfungsi sebagai gedung pendidikan

yang diberi nama SMA Struktur. Bangunan ini mempunyai 12 lantai. Yang terdiri dari

lantai 1 pada bangunan ini mempunyai tinggi 4,5 m dan latai 2 – 12 pada bangunan ini

mempunyai tinggi 4 m. Pada lantai dasar terdapat ruang kepala sekolah, ruang tata

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 4


usaha, ruang guru, ruang PMR, ruang keals dan toilet. Pada lantai 2 – 11 terdapat

beberapa ruang kelas dan toilet.

Gambar 1.2 Denah Kolom Balok

1.5 Perhitungan Pembebanan

1.5.1 Beban-Beban

a. Beban Hidup (LL)

Lantai 1-11 (R. Pendidikan) = 250 kg/m2 (PPURG 1987 hal. 12)

Lantai 12 (Atap) = 100 kg/m2 (PPURG 1987 hal. 7)

b. Beban Mati (DL)

Berat sendiri komponen struktur (DL) sudah dihitung secara otomatis oleh ETABS

berdasarkan input data dimensi dan karakteristik material yang direncanakan.

c. Beban Mati Tambahan

Dinding setengah bata = 250 kg/m2 (PPURG 1987 hal. 5)

Keramik = 24 kg/m2 (PPURG 1987 hal. 6)

Plester (2,5 cm) x 21 kg/m2 = 53 kg/m2 (PPURG 1987 hal. 5)


PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 5
Beban plafon + penggantung (11+7) = 18 kg/m2 (PPURG 1987 hal. 6)

Beban M/E = 25 kg/m2

Waterproofing =5 kg/m2

Kemudian, beban-beban gravitasi tersebut dirangkum untuk tiap-tiap lantai, yaitu:

a. Lantai 1-11

1. Beban Hidup = 250 kg/m2

2. Beban Mati Tambahan

Keramik = 24 kg/m2

Plester (2,5 cm) = 53 kg/m2

Beban M/E = 25 kg/m2

Beban Plafon = 18 kg/m2

Total = 120 kg/m2

b. Lantai 12 (Atap)

1. Beban Hidup = 100 kg/m2

2. Beban Mati Tambahan

Plester (2,5 cm) = 53 kg/m2

Beban M/E = 25 kg/m2

Beban Plafon = 18 kg/m2

Waterproofing =5 kg/m2

Total = 101 kg/m2

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 6


1.6 Perhitungan Dimensi

1. Dimensi Balok
a) Balok Induk
a. Melintang
L 600
hmin = = = 37,5 (SNI 2847-2019 tabel 9.3.1.1 hal. 180)
16 16

Di asumsikan bahwa b = 1/2 h, maka :

b = 1/2 h = (1/2)(37,5) = 20 cm

Jadi digunakan balok induk arah melintang ukuran 200/400 mm.


b. Memanjang
L 500
hmin = = = 31,25 (SNI 2847-2019 tabel 9.3.1.1 hal. 180)
16 16

Di asumsikan bahwa b = 1/2 h, maka :

b = 1/2 h = (1/2)(31,25) = 20 cm

Jadi digunakan balok induk arah melintang ukuran 200/350 mm.

b) Balok Anak
c. Melintang
L 600
hmin = = = 28,57 (SNI 2847-2019 tabel 9.3.1.1 hal. 180)
21 21

Di asumsikan bahwa b = 2/3 h, maka :

b = 2/3 h = (2/3)(28,57) = 19 cm = 20 cm

Jadi digunakan balok induk arah memanjang ukuran 200/300 mm

d. Memanjang
L 500
hmin = = = 23,81 (SNI 2847-2019 tabel 9.3.1.1 hal. 180)
21 21
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 7
Di asumsikan bahwa b = 2/3 h, maka :

b = 2/3 h = (2/3)(23,81) = 16,67 cm = 20 cm

Jadi digunakan balok induk arah memanjang ukuran 200/250 mm

Perencanaan Pelat Lantai


a. Tebal Pelat
Penentuan tebal pelat (SNI 2847 2019 hal. 134)
Untuk αfm lebih dari 2.0 ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari :
fy
l n (0.8 + )
h = 1400
36 + 9β
dan
Untuk αfm kurang dari 2.0 ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari
fy
l n (0.8 + )
h = 1400
36 + 5β (afm - 0.2)
dimana,
Ecb × I b
αfm = (SNI 2847 2019 – beton hal 165)
Ecs × Is

dimana:
Ib : Momen inersia penampang bruto balok terhadap pusat mm4
Is : Momen inersia penampang bruto pelat terhadap sumbu pusat yang
ditentukan dengan menghitung α f dan β t

Ecb : Modulus elastis beton balok Mpa


Ecs : Modulus elastis beton slab Mpa
ln : Panjang bentang bersih yang di ukur muka ke muka tumpuan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 8


dengan asumsi,
Ecb = Ecs = 4700√ f'c (SNI 2847 2019 – beton hal 434)
= 4700√ 30
= 25742.96 Mpa
Perhitungan perencanaan:

a. Bentang bersih pelat sumbu panjang


 Ly : 300 cm
 Bw1 balok induk : 20 cm
 Bw2 balok anak : 20 cm

 Ln = Ly – ( bw2 1 − bw2 2 )
= 300 – ( − )
20 20
Ln
2 2
Ln1 = 280 cm

b. Bentang bersih pelat sumbu pendek


 Ly : 250 cm
 Bw3 balok induk : 20 cm
 Bw4 balok anak : 20 cm

 Ln = Ly – ( bw2 3 − bw2 4 )
= 250 – ( − )
20 20
Ln
2 2
Ln2 = 230 cm
Tebal pelat (t) = 120 cm

ln 1 280
β = = = 1,22 < 2 (two way slab)
ln 2 230

b× h 3 200× 4003
Ib = = = 1,07 ×109
12 12
3 3
Ln2 × t 2300 ×120
Is = = = 3,31 ×108
12 12

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 9


3 3
Ln1 × t 2800 × 120
Il = = = 4,03 ×108
12 12

E . Ib 1,07 x 109
αfs = = = 3,221 mm
E . Is 3,31 x 10
8

9
E . Ib 1,07 x 10
αfl = = = 2,646 mm
E . Il 4,03 x 10
8

α fs+ afl 3,221 + 2,646


αfm = = = 2,933 cm > 2
2 2

fy 300
l n (0.8 +
) 280 (0,8 + )
h =h = 1400 = 1400 = 60,48 mm
36 + 9β 36 + 9(1,22)
h = 61 mm < 90 mm

Maka tebal pelat dapat diambil = 120 mm

1.6 Dimensi Kolom

1.7.1 Perhitungan Beban per m3

P
σ=
A

Dimana : σ = regangan beban

P = total beban

A = Luas penampang rencana

Fc’ = 30 Mpa

Koefisien reduksi Fc’ = 40%

Jumlah lantai = 12

Panjang lantai =6m

Lebar lantai =5m

Luas lantai = 30 m2

Asumsi Berat Bangunan per lantai = 1200 Kg/ m2

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 10


Total Luas Bangunan = jumlah lantai x luas lantai = 12 x 30 = 360 m2

P = 360 x 1200 = 432000 Kg = 4236472.8 N

σ = 0,4 x fc’= 0,4 x 30 = 12 Mpa

P
σ=
A

4236472.8
A= = 353039 m2
12

A = √ 353039 = 594 mm = 600 mm

1.7 Dimensi Perencanaan Tangga


Lebar Tangga =2 m
Tinggi Lantai =4 m
Elevasi Bordes = 2,08 m
Aptrit = 30 cm
Optrit = 16 cm
Analisa Kenyamanan (Standar 57 - 63 cm)
Nilai kenyamanan = aptrit + 2 optrit
= 30 + 2(16)
= 62 cm
(sesuai standar kenyamanan)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 11


Gambar 1.3 Potongan Tangga

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG | BAB 1 12

Anda mungkin juga menyukai