Anda di halaman 1dari 89

Departemen Teknik Sipil

TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA


Tahun Akademik 2018/2019

BAB V
PERHITUNGAN STRUKTUR

5.1 Tinjauan Umum

Dalam suatu perencanaan konstruksi harus ditetapkan terlebih


dahulu parameter yang berperan dalam perhitungan struktur dermaga.
Parameter – parameter tersebut meliputi data hidrooseanografi di lokasi
Pelabuhan. Parameter tersebut bisa ditentukan berdasarkan perhitungan
pada bab sebelumnya maupun literature yang dipakai dalam perencanaan.
Parameter – parameter yang digunakan dalam perencanaan dermaga ini
antara lain:

1) Arah gelombang dominan berasal dari Timur.


2) Tinggi gelombang (H) sebesar 1,574 m dan periode gelombang (T)
sebesar 5,445 detik.
3) Elevasi muka air laut berdasarkan analisis pasang surut pada bab
sebelumnya adalah:
- Muka air tertinggi (highest high water level, HHWL)
= +330,2406 cm
- Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL)
= +259,04 cm
- Muka air laut rerata (mean sea level, MSL)
= +165,1203 cm
- Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL)
= +71,2 cm
- Muka air terendah (lowest low water level, LLWL)
= ±0,00 cm
4) Data Kapal
Direncanakan jenis kapal yang bersandar di dermaga adalah:
- Tipe Kapal : Kapal Penumpang
- Jumlah Kapal yang Dilayani : 1 buah
- Tonase : 3300 DWT

Indria Triwidya 21010116130095 269


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

- Loa (Length Overall) : 126 m


- Lpp (Length Perpendicular) : 117,02 m
- Lebar Kapal : 24 m
- Draft Kapal : 5,5 m

Gambar 5.1 Kapal Penumpang (Aranui 5)

Perencanaan tersebut meliputi perencanaan dimensi dermaga serta


perhitungan elemen penyusun struktur yang meliputi perencanaan plat
lantai, balok, dan pondasi tiang pancang.

Gambar 5.2 Layout Dermaga

Indria Triwidya 21010116130095 270


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Perencanaan konstruksi meliputi perencanaan dimensi dermaga dan


perencanaan elemen penyusun struktur dermaga yang meliputi
perencanaan pelat, balok, pondasi serta tiang pancang. Skema
perencanaan konstruksi dan daya dukung tanah pada dermaga dapat
dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Skema Perencanaan Konstruksi dan Daya Dukung Tanah


Pada Dermaga

Indria Triwidya 21010116130095 271


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

5.2 Analisa Struktur

Analisa struktur dermaga akan dilakukan dengan program software


SAP 2000 V.14 untuk menghitung gaya-gaya dalam yang bekerja pada
elemen struktur. Untuk memperoleh hal itu, terlebih dahulu dibuat
permodelan struktur dan perhitungan serta distribusi beban yang bekerja
pada struktur dermaga.

5.2.1 Peraturan yang Digunakan

Beberapa peraturan yang digunakan pada perencanaan struktur


dermaga kali ini adalah sebagai berikut:

1) SNI 2847:2013 untuk Beton Bertulang Struktural


2) SNI 1727:2013 untuk Beban Minimum Struktural
3) SNI 1726:2013 untuk Tata Cara Ketahanan Gempa pada
Struktur
4) PIANC 2009
5) OCDI 2009

5.2.2 Parameter Perencanaan

Beberapa parameter perencanaan yang digunakan pada


perencanaan struktur dermaga kali ini yaitu antara lain:

1) Beton Bertulang
• Beton struktural direncanakan menggunakan mutu f’c = 35
MPa kecuali Spun Pile mutu K-600 (f’c = 49,8 MPa)
• Tiang pancang menggunakan Spun Pile beton precast
diameter 80 cm dan tebal 120 mm dengan L = 12 m
produksi dari Jaya Konstruksi.
• Balok yang direncanakan berukuran 50/70.
• Tebal plat yang direncanakan adalah 300 mm.
• Selimut beton yang direncanakan adalah 80 mm.

Indria Triwidya 21010116130095 272


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

• Pile Cap yang direncanaka adalah 1,2 m x 1,2 m tebal 0,8


m.
• Tulangan direncanakan mutu BJTD 40.
• Faktor dan ketentuan lain dikutip dari peraturan yang
berlaku.

Gambar 5.4 Jenis dan Kelas Baja

2) Penentuan Fixity Point


Pondasi tiang pancang dimodelkan dengan perletakan jepit
pada kedalaman kondisi terjepit penuh. Dengan menggunakan
metode OCDI 2002. Posisi jepit tiang pancang ditentukan
berdasarkan faktor kelenturan (flexibity factor) dengan rumus
sebagai berikut:

Indria Triwidya 21010116130095 273


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.5 Fixity Point tiang pancang (OCDI, 2009)

Indria Triwidya 21010116130095 274


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Untuk spesifikasi dari tiang pancang diambil dari brosur


s
e
b
a
g
a
i

b
e
r
i
k
u
t
:

Gambar 5.6 Brosur Tiang Pancang dari Jaya Konstruksi

Indria Triwidya 21010116130095 275


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Adapun persamaan untuk menentukan letak jepitan tiang


pancang adalah:

4 𝐾ℎ ×𝐷 𝑆𝑓
𝛽=√ dan fixity point adalah x =
4 ×𝐸𝐼 𝛽

Dimana,

x = letak jepit tiang pancang (m)

Kh = koefisien subgrade reaction

= 0,15 × (N-SPT – 54,00 m)

= 0,15 × (39) = 5,85 kg/cm3

E = modulus elastisitas tiang = 4700 √𝑓 ′ 𝑐

= 4700 √49,8

= 33167,484 MPa

𝜋
I = momen inersia penampang = × D4
64

𝜋
= × 804
64

= 2010619,298 cm4

D = diameter tiang pancang = 80 cm

Perhitungan:

Safety factor (SF) diambil 2

𝑆𝐹 2,0
x= = = 549,45 cm = 5,5 m
𝛽 0,00364
Kedalaman Dasar = 1,1 × D = 1,1 × 5,5 = 6,05 m

Indria Triwidya 21010116130095 276


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Elevasi Dermaga = 4,8 m

Hv = (kedalaman dasar + elevasi dermaga) + x

= (6,05 + 4,8) + 5,5 m


= 16,35 m ≈ 17 m

Sehingga, fixity point yang direncanakan adalah 17,0 m dari


elevasi dermaga menuju dasar laut yang direncanakan.

Elevasi lantai dermaga = 4,8 m

Kedalaman dasar laut = 6,05 m

x = 5,5 m

Gambar 5.7 Hasil Perhitungan Fixity Point Tiang Pancang

3) Model Struktur

Dermaga yang direncanakan memiliki panjang 160 m dan


lebar 10 m yang akan dibagi 5 segmen menjadi 40 m × 10 m
dengan menggunakan aplikasi SAP 2000 V14.1.0, struktur
dermaga beserta bebannya dimodelkan.

Indria Triwidya 21010116130095 277


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.8 Model Struktur (3D)

Gambar 5.9 Model Struktur Dermaga (Plan)

Indria Triwidya 21010116130095 278


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.10 Denah Tiang Pancang

Gambar 5.11 Denah Balok

Gambar 5.12 Denah Plat

Indria Triwidya 21010116130095 279


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

5.3 Perhitungan Beban pada Dermaga

5.3.1 Gaya-Gaya yang Bekerja

Gaya-gaya yang berkeja pada dermaga dapat dibedakan


menjadi 2 gaya, gaya vertical meliputi berat sendiri bangunan
dermaga, beban hidup, beban peralatan bongkar muat (crane), dan
sebagainya. Gata horizontal dibedakan meliputi gaya bentural
kapal ketika merapat ke dermaga (gaya sandar, berthing forces)
dan gaya tambat (mooring foces), yaitu gaya yang ditimbulkan
ketika kapal bertambat di dermaga yang disebabkan oleh angin,
arus, dan gelombang.

5.3.1.1 Beban Vertikal

1. Beban Mati
Berat sendiri material yang diperhitungkan dalam
perencanaan struktur adalah sebagai berikut:
- Beton Bertulang = 2400 kg/m3
- Baja = 7850 kg/m3
- Beban Pelat = 2400 × 0,3 = 720 kg/m3
Beban mati dihitung secara otomatis dengan software
SAP 2000 dengan melakukan proses sebagai berikut:
1) Pemodelan struktur dermaga
2) Mendefinisikan karakteristik material
3) Mendefinikan dimensi elemen
4) Mendefinisikan kasus pembebanan (Load Cases)

Indria Triwidya 21010116130095 280


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.12 Input Dead Load pada SAP 2000

2. Beban Hidup
Beban yang diakibatkan oleh orang atau peralatan
yang bergerak sifat sementara yang membebani
struktur. Beban hidup yang diperhitungkan adalah
sebagai berikut:

Gambar 5.13 Spesifikasi dan Ukuran Truk 100 PS

Indria Triwidya 21010116130095 281


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

a. Beban Truk
Wtruck = berat truk kosong
= 13 ton
Wbeban = beban maksimum truck
= 2,5 ton
Wtotal = Wtruck + Wbeban
= 15,5 ton
Ltruck = panjang antar as
= 5,235 m
Btruck = lebar antar ban dalam 1 as
= 1,495 m
Atruck = Ltruck × Btruck
= 7,826 m2
Qtruck = beban truck pada plat
= 1,98 t/m

b. Beban Hidup menurut OCDI of Japan 2009

Gambar 5.15 Spesifikasi Tabel OCDI untuk Beban


Hidup

Indria Triwidya 21010116130095 282


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Sehingga dari pertimbangan-pertimbangan yang


ada, beban hidup yang digunakan adalah beban
menurut OCDI of Japan 2009. Hal ini dikarenakan
besar beban yang ada pada OCDI of Japan 2009
baik merata maupun terpusat sesuai dengan fungsi
dermaga untuk Kapal Penumpang 3300 DWT.

qbeban : 15 KPa = 1,5 ton/m2 (Merata)


P beban : 200 kN = 20 t ton (Terpusat)

Gambar 5.16 Beban Hidup Dermaga Dalam Permodelan


SAP 2000

3. Beban Uplift

Lantai dermaga yang dekat dengan permukaan air


dibawahnya, maka gaya gelombang dapat berdampak
pada bagian bawah dermaga (Gaya Uplift) tergantung
pada kondisi gelombang dan bentuk structural plat atau
lantai dermaga. Oleh sebab itu, kondisi ini perlu

Indria Triwidya 21010116130095 283


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

diperhitungkan terhadap gaya uplift. Total Gaya Uplift


yang terjadi pada lantai dermaga:

P=4×ɣ×g×H

Dimana:

P = Beban Uplift (kN / m2)

ɣ = Berat jenis air laut (1,025 ton / m3)

g = Gaya Gravitasi (9,81 m2/s)

H = Tinggi gelombang (1,574 m)

Gambar 5.17 Beban Uplift pada Dermaga

Diasumsikan garis muka air tenang = HHWL = +3,3 m


Jarak lantai dermaga → HHWL
= Elevasi Lantai – HHWL – t
= (+4,8) – (+3,3) – 0,30
= 1,2 m
H Gelombang = 1,08 m

Indria Triwidya 21010116130095 284


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

(Dari grafik gelombang pecah kala ulang dengan


kedalaman 5,937 m diperoleh tinggi gelombang 1,08 m)
⟶ Amplitudo Gelombang = 0,54 m
Jarak lantai dermaga dengan HHWL – Amplitudo =
0,66 m
(Tidak menyentuh lantai dermaga).
Dikarenakan posisi lantai dermaga lebih tinggi
daripada posisi permukaan air di bawahnya, maka gaya
uplift pada bagian dermaga boleh dianggap tidak
berpengaruh terhadap struktur dermaga.
Dengan kedalaman perairan di lokasi dermaga
sebesar 5,00 m maka perlu dilakukan upaya dredging
supaya Kapal Perintis bisa berlabuh di dermaga pada
saat kondisi surut. Hal ini disebabkan karena besarnya
LLWL = 0 m atau 0 m (Sisa kedalaman perairan
sebesar 5 m) dan draft Kapal Perintis 3300 DWT = 5,5
m sehingga kapal tidak bisa berlabuh di dermaga saat
kondisi surut. Perlu dilakukan upaya dredging sebesar =
5,5 – 5 = 0,5 m (minimal).

5.3.1.2 Beban Horisontal

1. Beban Sandar Kapal (Berthing Force)


Pada waktu merapat ke dermaga kapal masih
mempunyai kecepatan sehingga akan terjadi benturan
antar kapal dan dermaga. Gaya yang ditimbulkan oleh
benturan tersebut disebut gaya sandar. Dalam
perencanaan dianggap bahwa benturan masimum yang
terjadi pada sudut 10° terhadap sisi depan dermaga.
Besar energi benturan diberikan oleh rumus berikut:

Indria Triwidya 21010116130095 285


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

dimana:
E : Energi benturan (ton.m)
V : kecepatan kapal saat merapat (m/s)
W : Displacement kapal (ton)
α : sudut tambat kapal (100)
g : gravitasi bumi (9,81 m/s2)
Cm : koefisien massa
Ce : koefisien eksentrisitas
Cs : koefisien kekerasan (untuk dermaga, Cs = 1)
Cc : koefisien bentuk tambatan (untuk dermaga, Cc
= 1)

Kecepatan merapat kapal merupakan salah satu faktor


penting dalam perencanaan dermaga dan sistem fender,
yang dapat ditentukan dari nilai pengukuran atau
pengalaman. Secara umum kecepatan merapat diberikan
dalam tabel berikut ini:

Tabel 5.1. Kecepatan Merapat Kapal Dermaga

Koefisien massa tergantung pada gerakan air di


sekeliling kapal, yang dapat dihitung dengan persamaan
berikut:

𝜋 𝑑
Cm = 1 + ×
2 ×𝐶𝑏 𝐵

Dimana:

Indria Triwidya 21010116130095 286


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

𝑊
Cb =
𝐿𝑝𝑝 ×𝐵 ×𝑑 ×𝛾0

Dengan: Cb = koefisien blok kapal

d = draft kapal (m)

B = lebar kapal (m)

Lpp = panjang garis air (m)

𝛾0 = berat jenis air laut (t/m3)

Koefisien eksentrisitas adalah perbandingan antara


energi sisa dan energi kinetic kapal yang merapat, dan
dapat dihitung dengan rumus berikut:

1
Ce = 2
1+(𝑙⁄𝑟)

Dengan: l = jarak sepanjang muka air dari pusat


berat kapal
sampai titik sandar kapal (m)
r = jari-jari putar di sekeliling pusat
berat kapal pada permukaan air.

Gambar 5.18 Grafik Jari-Jari Putar di Sekeliling Pusat


Berat Kapal (Triadtmodjo, 2010)

Indria Triwidya 21010116130095 287


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Dengan teori di atas tersebut kita dapat menghitung


berapa nilai energi sandar pada dermaga yang kita
rencanakan, data sebagai berikut:

Direncanakan jenis kapal yang berlabuh di dermaga


adalah:

- Tipe Kapal : Kapal Penumpang


- Jumlah Kapal yang Dilayani : 1 buah
- Tonase : 3300 DWT
- Loa (Length Overall) : 126 m
- Lpp (Length Perpendicular) : 117,02 m
- Lebar Kapal : 24 m
- Draft Kapal : 5,5 m
- Lpp : 117,02 m
- Displacement (W) : 1,687 × 0,969 ×
3300
= 5394,52 ton
1. Cb (koefisien blok kapal)
𝑊
Cb =
𝐿𝑝𝑝 ×𝐵 ×𝑑 ×𝛾0

5394,52
Cb =
117,02 × 24 ×5,5 ×1,03
= 0,53

Gambar 5.19 Jari-Jari Putar di Sekeliling Pusat Berat


Kapal (Triadtmodjo, 2010)

Indria Triwidya 21010116130095 288


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Didapar dari grafik l/r = 0,21 sehingga


2. 𝑟 = 0,21 × 𝐿𝑜𝑎 = 0,21 × 126 = 26,46 𝑚
𝜋 𝑑 𝜋 5,5
3. 𝐶𝑚 = 1 + 2 ×𝐶𝑏
× 𝐵
=1+
2 ×0,53
× 24
= 1,68
1 1
4. Ce = 2 = 2 = 0,41
1+(𝑙⁄𝑟) 1+(0.25 𝑥 126⁄26,46)

5. Kecepatan merapat kapal


Vx = V sin α
= 0,2 sin 10°
= 0,026 m/s
𝑊 × 𝑉2
6. 𝐸 = × 𝐶𝑚 × 𝐶𝑒 × 𝐶𝑠 × 𝐶𝑐
2 ×𝑔
2
5289,36 × (0,2 ×sin(100 ))
E= 𝑥 1,68 𝑥 0,41 𝑥 1 𝑥1
2 ×9,81
E = 0,22 ton m

Tabel 5.2 SF (PIANC 2002)

Type Size SF
Tanker, Bulk, Cargo Largest 1,25
Smallest 1,75
Container Largest 1,5
Smallest 2
General 1,75
Ro-Ro, Ferries ≥2,0

Dari perhitungan didapat besarnya energi benturan kapal


(E) adalah 0,22 tonm. Energi tersebut harus dikalikan faktor
keamanan sebesar 1,75 untuk kapal cargo Ed = 1,75 x 0,22
= 0,385 tonm = 3,85 kNm

Indria Triwidya 21010116130095 289


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Tabel 5.3 Energi yang Diserap oleh Fender Type V

Gambar 5.20 Fender Type V

Indria Triwidya 21010116130095 290


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Tabel 5.4 Tabel Dimensi Fender Type V

Gambar 5.21 Grafik Performance Fender

Dari perhitungan tersebut, untuk dermaga dipilih fender


jenis V 200×1000 RL 52,5% dengan kemampuan menyerap
energi sebesar 5 kNm dan gaya yang diteruskan sebesar 75
kN.

Indria Triwidya 21010116130095 291


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Pemasangan fender dibuat menyesuaikan tinggi pasang


surut sedemikian rupa agar dapat mengenai kapal.

log r = -1,055 + 0,65 log (DWT)

L = 2 √𝑟 2 − (𝑟 − ℎ)2

dengan :

L = Jarak maksimum antar fender (m)

r = jari-jari kelengkungan sisi haluan kapal (m)

h = tinggi fender (tegak) = 1000 mm

Contoh perhitungan:

log r = -1,055 + 0,65 log (DWT)

log r = -1,055 + 0,65 log 3300

r = 17,06 m

Untuk jarak antar fender diperoleh hasil

L = 2 √𝑟 2 − (𝑟 − ℎ)2

L = 2 √17,062 − (17,06 − 1)2 = 11,5 ≈ 8 m

Dikarenakan jarak antar spun pile adalah 4 m maka jarak


antar fender diambil 8 m.

Tabel 5.5 Jarak Antar Fender

(Sumber : OCDI,1991)

Indria Triwidya 21010116130095 292


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.22 Gaya Sandar yang Diterima Dermaga

2. Gaya Tambat (Mooring Force) Akibat Angin


Angin yang berhembus ke kapal yang ditambatkan
akan menyebabkan gerakan kapal yang bisa
menimbulkan gaya pada dermaga. Jika arahnya
meninggalkan dermaga akan menyebabkan gaya tarikan
kapal pada alat penambat.
Besarnya gaya angin tergantung pada arah hembusan
angin, dapat dihitung dengan rumus:
a. Gaya longitudinal apabila arah angin datang dari
arah haluan (α = 00)
Rw = 0,42 Qa Aw
b. Gaya longitudinal apabila arah angin datang dari
arah buritan (α = 1800)
Rw = 0,5 Qa Aw
c. Gaya lateral apabila arah angin datang dari arah sisi
badan (α = 900)
Rw = 1,10 Qa Aw
dengan Pa = 0,063 V2
dimana:
Rw : Gaya akibat angin (kg),
V : Kecepatan angin (m/s)

Indria Triwidya 21010116130095 293


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Digunakan kecepatan angin maksimum pada


arah dominan yaitu 29,16 knot = 15 m/s
Qa : Tekanan angin (kg/m2)
: 0,063 × (15)2 = 14,175 kg/m2
Aw : Luas proyeksi bidang terkena angin (m2)
: lebar kapal × ( tinggi kapal – draft kapal )
: 24 × (26 – 5,5) = 492 m2
Angin dominan datang dari arah timur (membentuk
sudut α = 45°), sehingga dihitung angin datang dari arah
lebar kapal sehingga beban angin diperhitungkan
menggunakan persamaan berikut :
Rw = 1.10 Qa Aw
= 1.10 × (14,175) × (492)
= 7671,51 kg = 7,67 ton

3. Gaya Tambat (Mooring Force) Akibat Arus

Gelombang yang terjadi di laut akan menyebabkan


gaya dorong ke tiang pancang yang terendam air hingga
kedalaman rencana. Besarnya gaya yang ditimbulkan
oleh gelombang dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut:

- Gaya tekanan karena arus dalam arah haluan :

- Gaya tekanan karena arus dalam arah sisi kapal :

Dimana:
Rf : Gaya akibat gelombang (ton)
Ac : Luas penampang pada sisi kapal yang terendam air
(m2)
: Lpp x draft kapal

Indria Triwidya 21010116130095 294


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

: 126 × 5,5
: 693 m2
𝛾0 : Rapat massa air laut (1,025 t/m3)
Vc : Kecepatan gelombang (m/s)
: 0,5 m/s (asumsi)
S : Luas penampang pada lebar kapal yang terendam
air
: Lebar kapal x draft kapal
: 24 × 5,5
: 132 m2
Cc : Koefisien tekan

Tabel 5.6 Tabel Nilai C Melintang

Kondisi Nilai C
Air dalam 1,0 – 1,5
Kedalaman air/draft kapal = 2 2,0
Kedalaman air/draft kapal = 1,5 3,0
Kedalaman air/draft kapal = 1,1 5,0
Kedalaman air/draft kapal = 1 6,0

Kedalaman air/draft kapal = 6,05 / 5,5


= 1,1
Cc =5
Arus datang dari arah timur (membentuk sudut α = 40ᵒ),
sehingga dihitung arah datang arus dari arah lebar
kapal.
- Perhitungan berdasarkan arah haluan kapal:

- Perhitungan berdasarkan arah sisi kapal:

Indria Triwidya 21010116130095 295


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Fx = Rw + Rfhaluan = 7,67 + 4,62 = 12,29 ton


Fy = Rw + Rfsisi kapal = 7,67 + 13,576 = 21,246 ton

Karena konstruksi dermaga direncanakan terdapat 8 buah


bollard yang bekerja, sehingga masing-masing menerima:

FxBollard = 12,29/8 = 1,536 ton


FyBollard = 21,246/8 = 2,655 ton

4. Gaya pada Bollard


GRT = 0.541 × DWT
Berdasarkan spesifikasi kapal yang digunakan untuk
merencanakan dermaga tersebut, GRT = 0.541 × 3300 =
1785,3 ton

Tabel 5.7 Gaya Tarikan Kapal

(Sumber: http://digilib.unila.ac.id/9459/17/BAB%20III.pdf)

Indria Triwidya 21010116130095 296


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.23 Pemilihan Bollard berdasarkan Displacement Kapal

Gambar 5.24 Bollard Tipe Curved

Indria Triwidya 21010116130095 297


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Tabel 5.8 Spesifikasi Bollard Tipe Curved

Dari spesifikasi Bollard Curved Type di atas digunakan


tipe CV-35 Berdasarkan Tabel 5.8 maka gaya tarik
bollard adalah 35 ton.

Fxbollard = 35 × sin 45° = 24,75 ton

Fybollard = 35 × cos 45° = 24,75 ton

Kapal yang berlabuh ditambatkan ke dermaga


dengan mengikat tali-tali penambat (bitt/bollard) ke
bagian haluan, buritan dan kapal. Bitt digunakan untuk
mengikat kapal pada kondisi cuaca normal. Sedangkan
bollard selain untuk mengikat pada kondisi cuaca
normal dan pada kondisi badai, juga digunakan untuk
mengarahkan kapal merapat ke dermaga atau untuk
memutar terhadap ujung dermaga.
Alat pengikat biasanya terbuat dari besi cor
berbentuk silinder yang pada ujung atasnya dibuat
tertutup dan lebih besar, sehingga dapat menghalangi
keluarnya tali kapal yang dikaitkan. Tinggi bolder
dibuat 50 cm di atas lantai dermaga. Jarak dan jumlah
minimum bitt untuk beberapa ukuran kapal ditentukan
sebagai berikut:

Indria Triwidya 21010116130095 298


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Tabel 5.9 Penempatan Bollard


Ukuran Kapal Jumlah Minimum
Jarak Maksimum (m)
(GRT) Tambatan

2000 10-20 4

2001-5000 20 6

5001-20000 25 6

20001-50000 35 8

50001-100000 45 8

(Sumber : Perencanaan Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 1999)

Maka, berdasarkan Tabel 5.9, untuk ukuran kapal


sebesar 3300 DWT memiliki jarak maksimum bollard
adalah 20 meter dan jumlah minimum bollard adalah 4
buah. Untuk Dermaga yang direncanakan, akan
dipasang 8 bollard baja dengan panjang sisi 720 mm
dan jarak antar bollard adalah 20 m.

Gambar 5.25 Gaya Tambat pada Bollard

Indria Triwidya 21010116130095 299


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

5. Beban Gelombang
a. Beban Gelombang pada Struktur Tiang
Perhitungan beban gelombang pada struktur tiang
menggunakan persamaan Morison (1950), yaitu:

1 sinh 2𝑘ℎ+2𝑘ℎ
Fd max = 𝜌gCdH2
16 sinh 2𝑘ℎ
𝜋
Fi max = 𝜌gCmD2H tanh (kh)
8
di mana :
Fdmax = gaya drag maksimum (N).
Fimax = gaya inersia maksimum (N).
𝜌 = berat jenis air laut (1025 kg/m3).
G = percepatan gavitasi (9,81 m/s2).
D = diameter tiang pancang (0,8 m)
H = tinggi gelombang (1,574 m).
h = tinggi muka air (6,05 m).
T = periode gelombang (5,445 detik).
L = panjang gelombang (m).
L0 = 1,56T2

= 1,56 (5,445)2
= 46,25 m.
𝑑 8
= = 0,173
𝐿𝑜 46,25
𝑑
Dengan nilai = 0,173 dari lampiran (Triatmodjo,
𝐿𝑜
𝑑
2009) maka didapat nilai = 0,20248
𝐿
𝑑 8
maka nilai L = = = 39,51 m.
0,20248 0,20248
2𝜋
k = bilangan gelombang ( )
𝐿
2𝜋 2𝜋
= = 0,159
𝐿 39,51
2𝜋
ω = frekuensi gelombang ( )
𝑇

Indria Triwidya 21010116130095 300


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

2𝜋 2𝜋
= = 1,154
𝑇 5,445

Cd = koefisien drag = 1.
Cm = koefisien inersia = 1,68 ( pada perhitungan
sebelumnya )

Gambar 5.26 Gaya Gelombang pada Tiang Pancang

maka perhitungan gaya gelombang yang terjadi


pada struktur tiang adalah :
1 sinh 2𝑘ℎ+2𝑘ℎ
Fd max = 𝜌gCdH2
16 sinh 2𝑘ℎ
1
= ×1025×9,81×1×(1,574)2
16
sinh(2×0,159×6,05)+(2×0,159×6,05)
sinh(2×0,159×6,05)

= 2450,94 N
𝜋
Fi max = × 𝜌×g×Cm×D2×H×tanh (kh)
8

Indria Triwidya 21010116130095 301


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

𝜋
= ×1025×9,81×1,68×(0,8)2 ×1,574×tanh
8
(0,159×6,05)

= 4979,523 N
Total gaya horizontal pada struktur tiang adalah :

Fx = 2450,94 × (cos(1,154×1))2 –
4979,523 × sin(1,154×1)
= 2349,66 N

Beban terpusat dikonversi menjadi beban merata


segitiga dengan panjang tiang pancang terkena
pengaruh gelombang = 6,05. Maka didapatkan:
2 𝑥 𝐹𝑥 2 𝑥 2349,66
qx = = = 776,75 N/m
𝐿𝑡𝑝 6,05

b. Beban Gelombang pada Tepi Dermaga


Perhitungan beban gelombang pada struktur
dermaga yaitu:
𝜌gH
P= ×{(sinh k(h+s+t) – sinh k(h+s))}
2𝑘 cosh(𝑘ℎ)

Gambar 5.27 Sketsa Definisi Gaya Gelombang

Indria Triwidya 21010116130095 302


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

di mana :
P = gaya gelombang pada dermaga (N/m).
p = berat jenis air laut (1025 kg/m3).
g = percepatan gavitasi (9,81 m/s2).
h = kedalaman air laut (6,05 m).
H = tinggi gelombang (1,574 m).
k = bilangan gelombang (0,159).
L = panjang gelombang (39,51 m).
T = periode gelombang (5,445 detik).
t = tebal plat (0,3 m).
S = Elevasi dermaga – HHWL – t
= 4,8 – 3,30 – 0,3 = 1,2 m
Maka gaya gelombang yang terjadi pada tepi
dermaga adalah:
𝜌gH
P = × {(sinh k(h+s+t) – sinh
2𝑘 cosh(𝑘ℎ)

k(h+s))}
1025𝑥9,81x1,574
= × {(sinh (0,159
2(0,159) cosh(0,159𝑥6,05)

× (6,05+1,2+0,3) – sinh (0,159)(6,05+1,2)


= 2811,85 N/m
= 2,81 kN/m

Kemudian dibebankan menjadi beban terpusat pada


masing-masing as tiang pancang.

P = 2,81 × 4 (panjang antar balok)

= 11,24 kN

Indria Triwidya 21010116130095 303


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.28 Beban Gelombang pada Struktur Tiang

Gambar 5.29 Beban Gelombang pada Tepi Dermaga

Indria Triwidya 21010116130095 304


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

6. Beban Gempa

Salah satu standard beban yang diperhitungkan


dalam perencanaan dermaga adalah beban gempa. Pada
perencanaan gempa kali ini, beban gempa didasarkan
pada kurva respons spektrum yang telah dikeluarkan
oleh Puskim PU.

a. Spektrum Respons Desain


Untuk perhitungan beban gempa pada
struktur bangunan, perlu dibuat kurva respon spectra
desain untuk lokasi dimana dermaga akan didirikan.
Untuk membuat kurva spectrum respons desain
dilakukan dengan menggunakan software yang
tersedia di situs:
http://petagempa.pusjatan.pu.go.id/SpektrumRespons.asp
x?lon=115,20598573008&lat=-8,6398926383889
Dengan menggunakan software yang tersedia didapatkan
kurva percepatan respon spectrum desain untuk wilayah
Bali seperti pada Gambar 5.29 dan untuk periode dan
spectral percepatan disajikan pada Tabel 5.9.

Indria Triwidya 21010116130095 305


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.30 Kurva Desain Respon Spektrum Bali (Pusjatan PU)

Tabel 5.10 Respon Percepatan Periode dan Spektral Percepatan Daerah Bali

Indria Triwidya 21010116130095 306


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Dari perhitungan spektrum respon desain, didapatkan


parameterpercepatan periode dan spektral percepatan
yang digunakan sebagai base input untuk membuat
respon spektrum ke software SAP 2000.

Gambar 5.31 Respons Spectrum Design

b. Kategori Desain Seismik


Struktur bangunan merupakan dermaga. Mengacu
pada Tabel 5.10, tentang kategori resiko bangunan
Gedung dan struktur lainnya untuk beban gempa,
struktur bangunan termasuk dalam kategori resiko IV.
Mengacu pada Tabel 5.10, tentang faktor keutamaan
gempa, struktur bangunan mempunyai factor keutamaan
Ie = 1,50.

Indria Triwidya 21010116130095 307


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Tabel 5.11 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non


Gedung

Indria Triwidya 21010116130095 308


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Tabel 5.12 Faktor Keutamaan Gempa (Ie)

Untuk perhitungan pengaruh beban gempa, Kategori


Desain Seismik (KDS) dari struktur harus ditentukan
terlebih dahulu berdasarkan parameter respons spectra
dari percepatan desinnya yaitu: (SDS) = 0,854 g dan
(SD1) = 0,539 g.

Dari Tabel 5.13 untuk nilai SDS = 0,854 g, struktur


bangunan termasuk pada kategori resiko D. Dari Tabel
5.14 untuk nilai SD1 = 0,539 g, struktur bangunan
termasuk pada kategori resiko D. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa struktur mempunyai kategori
desain seismic D.

Tabel 5.13 Kategori Desain Seismik Berdasarkan


Parameter Respons Percepatan pada Periode Pendek 0,2
detik

Indria Triwidya 21010116130095 309


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Tabel 5.14 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter


Respons Percepatan pada Periode 1 detik

Dengan mengacu pada standar gempa SNI 03-1726-


2012, maka system struktur bangunan harus
direncanakan sebagai struktur dengan penahan gaya
seismic berupa Sistem Rangka Pemikul Momen
(SRPM) dari beton bertulang.

Mengacu pada Tabel 5.15, maka struktur harus disdain


sebagai Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK), dengan koefisien modifikasi respons (R) = 8,
factor kuat lebih system (Ωo) = 3, dan factor
pembesaran defleksi (Cd) = 5,5.

Indria Triwidya 21010116130095 310


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Tabel 5.15 Faktor R, Cd, dan Ωo untuk Sistem Penahan


Gaya Gempa SRPM

c. Gaya Geser Dasar Seismik


Data-data dan parameter yang telah ditentukan di atas
lalu dihitung gaya geser dasar seismic dan dicek
terhadap struktur.
- Respon spectra desain untuk dermaga adalah:
(SDS) = 0,854 g
(SD1) = 0,539 g.

Indria Triwidya 21010116130095 311


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

- Koefisien situs
Tabel 5.16 Koefisien Situs, Fa (SNI 1726:2012)

B
e
r
Berdasarkan Tabel 5.16, dengan nilai Ss = 0,68 dan
jenis tanah sedang (SD) didapatkan koefisien situs
Fa dengan melakukan interpolasi.
0.75−0.68 𝑥−1.7
=
0.75−0.5 1.2−1.7
Fa = 1,56

Tabel 5.17 Koefisien Situs, Fv (SNI 1726:2012)

Berdasarkan Tabel 5.17, dengan nilai S1 = 0,299 dan


jenis tanah sedang (SD) didapatkan koefisien situs
Fv dengan melakukan interpolasi.
0.299−0.2 𝑥−3.2
=
0.3−0.2 2.8−3.2
Fv = 2,804

Indria Triwidya 21010116130095 312


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

- Periode Fundamental Pendekatan


Tabel 5.18 Nilai Parameter Perioda Pendekatan
(SNI 1726:2012)

Ct = 0,0466 (struktur beton bertulang), diperoleh


dari tabel 5.17
hn = 17,00 m
x = 0,9 diperoleh dari tabel 5.17
Ta = Ct × hnx
= 0,0466 × 17,000,9
= 0,597 detik

Tabel 5.19 Koefisien untuk Batas Atas pada Perioda


yang Dihitung (SNI 1726:2012)

Berdasarkan Tabel 5.18, dengan nilai SD1 = 0,539 (≥


0,4) maka didapatkan koefisien Cu = 1,4
Ta max = Cu x Ta

= 1,4 x 0,597
= 0,836 detik

Indria Triwidya 21010116130095 313


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.32 Nilai T Dermaga pada Software SAP 2000

Gambar 5.33 Nilai T Trestle pada Software SAP 2000

Waktu getar alami struktur, T = 0,742 detik


T ≤ Ta max
0,742 < 0,836 (OK)
maka digunakan T = 0,742 detik
- Koefisien Respon Seismik (Pasal 7.8.1.1 SNI
1726:2012)
SDS = 0,854
SD1 = 0,539
I = 1,50

Indria Triwidya 21010116130095 314


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

R =8
T = 0,742 detik
𝑆𝐷1 0,539
cs max = R = 8 = 0,136
𝑇×( ) 0,742 × ( )
𝐼𝑒 1,50

cs = 𝑆𝐷𝑠
R =
0,854
8 = 0,16
𝐼𝑒 1,50

cs min = 0,044 SDS Ie ≥ 0,01

= 0,044 0,854 1,50

= 0,056 ≥ 0,01 (OK)

Di mana, cs min < cs < cs max


Maka dipakai Cs = 0,16
- Berat Seismik Efektif (W)
Berat seismic efektif adalah berat beban mati 100%
yang dibebankan saat terjadi gempa. Perhitungannya
sebagai berikut:
• Pada Dermaga
1. Akibat berat plat beton bertulang 300 mm
W1 = Tplat Aplat yang dihitung γbeton
= 0,3 (40 10) 2,4
= 288 ton
2. Akibat berat balok beton bertulang (50/70)
W2 = Abalok Lbalok γbeton
= (0,5 0,7) (10 11 + 40 3)
2,4
= 552,84 ton
3. Akibat berat Pile Cap 1,2 m 1,2 m tebal
0,8 m
W3 = Vpilecap npilecap γbeton
= (1,2 1,2 0,8) 44 2,4
= 121,65 ton

Indria Triwidya 21010116130095 315


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

4. Akibat berat tiang pancang (Ø0,8 m)


W4 = n × Atiang pancang × Ltiang pancang
× γ beton
𝜋
= 44 × × 0,82 × 12 × 2,4
4
= 636,96 ton

Total beban mati struktur dermaga adalah


W1+W2+W3+W4 = 1599,45 ton.
5. Beban Hidup

Direncanakan beban hidup yg bekerja diatas


platform (q = 1 ton/m2)

Total beban hidup dermaga = Adermaga × q


= (40 × 10)
× 1,5
= 600 ton
Maka beban total pada dermaga = W mati +
0,5 W hidup
= 1599,45 +
0,5 × 600
= 1899,45 ton

• Pada Trestle
1. Akibat berat plat beton bertulang 300 mm
W1 = Tplat Aplat yang dihitung γbeton
= 0,3 (20 8) 2,4
= 115,2 ton
2. Akibat berat balok beton bertulang (50/70)
W2 = Abalok Lbalok γbeton

= (0,5 0,7) (8 6 + 20 3)

2,4

Indria Triwidya 21010116130095 316


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

= 90,72 ton
3. Akibat berat Pile Cap 1,2 m 1,2 m tebal
0,8 m
W3 = Vpilecap npilecap γbeton
= (1,2 1,2 0,8) 18 2,4
= 49,77 ton
4. Akibat berat tiang pancang (Ø0,8 m)
W4 = n × Atiang pancang × Ltiang pancang ×
γ beton
𝜋
= 18 × × 0,82 × 12 × 2,4
4
= 260,58 ton

Total beban mati struktur trestle adalah


W1+W2+W3+W4 = 516,26 ton.
5. Beban Hidup

Direncanakan beban hidup yg bekerja diatas


platform (q = 1 ton/m2)

Total beban hidup pada trestle = A trestle × q


= (20 × 8) ×
1,5
= 240 ton
Maka beban total pada trestle = W mati +
0,5 W hidup
= 516,26 +
0,5 × 240
= 636,26 ton
- Gaya Geser Dasar Seismik (SNI 1726:2012 Pasal
7.8.1)
Gaya geser dasar seismic (Vb) dalam arah yang
ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:

Indria Triwidya 21010116130095 317


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

V = Cs W
Dimana,
Cs = kofisien respon seismic
W = berat seismic efektif

Maka perhitungan gaya dasar seismic yang terjadi


adalah:
Vdermaga = 0,16 1899,45 = 393,912 ton
Vtrestle = 0,16 636,26 = 101,802 ton

Vxdermaga = 1/3 × 393,912 = 131,304 ton

Vydermaga = 1/11 × 393,912 = 35,81 ton

Vxtrestle = 1/3 × 101,802 = 33,93 ton

Vytrestle = 1/6 × 101,802 = 16,967 ton

5.3.2 Kombinasi Pembebanan

Setiap komponen struktur harus dianalisa untuk semua


kombinasi beban yang berlaku, tergantung pada jenis komponen
dan kondisi dermaga. Kondisi kosong adalah kasus dimana tidak
ada kapal berada di dermaga. Kondisi tambat dan labuh adalah
setelah ada kapal terikat ke dermaga dengan aman. Kondisi sandar
terjadi ketika kapal bertumbukan dengan dermaga dan kondisi
gempa terjadi saat gempa dengan asumsi bahwa tidak ada kapal di
dermaga, dan tidak ada angin atau gaya arus pada struktur.
Penggunaan berbagai jenis beban dibahas di bawah:

1. Beban Mati (D) adalah beban sendiri dari semua bagian


dermaga yang bersifat tetap.
2. Beban Hidup (L) adalah beban yang terjadi akibat penggunaan
dermaga tersebut, baik beban bersifat orang, barang, mesin, dan
peralatan.

Indria Triwidya 21010116130095 318


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

3. Beban Sandar (Berthing Load) (C) adalah gaya sandar akibat


benturan kapal pada dermaga. Merupakan kejadian yang sering
terjadi pada tepi dermaga.
4. Beban Uplift (U) adalah gaya-gaya gelombang yang dapat
berdampak pada bagian bawah dermaga tergantung pada
kondisi gelombang dan bentuk structural plat atau lantai
dermaga.
5. Beban Tambat (Mooring Load) (B) adalah gaya tambat kapal
saat berlabuh akibat adanya arus dan angina, merupakan
kejadian yang sering terjadi pada tepi dermaga. Angin dan arus
pada kapal masuk ke dalam kondisi tambat dan labuh. Beban
angina dan arus yang bekerja pada struktur adalah merupakan
beban tambahan yang bekerja secara simultan dengan beban
tambat.
6. Beban Gelombang (W) adalah gaya gelombang yang terjadi
pada struktur pondasi dermaga. Besar gaya ini cukup kecil
pengaruhnya.
7. Beban Gempa (E) adalah beban berdasarkan gempa rencana
yang besarnya berdasarkan lokasi struktur. Beban gempa
diperhitungkan secara arah X dan arah Y.

Agar struktur dan komponennya harus dirancang sedemikian rupa


hingga kuat rencananya sama atau lebih pengaruh beban-beban
terfaktor dengan kombinasi berikut:

1. 1,4 D
2. 1,2 D + 1,6 L
3. 1,2 D + 1 L + 1,2 B
4. 1,2 D + 1 L + 1,2 M
5. 1 D + 1 L + 1 Ex + 0,3 Ey
6. 1 D + 1 L + 0,3 Ex + 1Ey
7. 0,9 D + 1 Ex + 0,3 Ey
8. 0,9 D + 0,3 Ex + 1 Ey

Indria Triwidya 21010116130095 319


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

9. 0,9 D + 1 W
Kombinasi nomor 5 sampai 8 dipengaruhi oleh beban gempa,
sehingga harus dicek terpisah dengan kombinasi yang lainnya
(gravitasional dan lateral).

Gambar 5.34 Kombinasi Pembebanan pada Aplikasi SAP 2000

Gambar 5.35 Pendefinisian Pembebanan pada Aplikasi SAP


2000

Indria Triwidya 21010116130095 320


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

5.4 Hasil Perhitungan Struktur

Hasil dari perhitungan struktur adalah berupa gaya-gaya dalam.


Namun, sebelumnya struktur harus dicek keruntuhannya apakah struktur
tersebut kuat terhadap beban yang bekerja atau terjadi over-stressed.
Setelah dicek, barulah nilai gaya-gaya dalam dapat digunakan untuk
menghitung penulangan.
1. Cek Keruntuhan Struktur Akibat Kombinasi Beban

Gambar 5.36 Struktur Dermaga yang Dibebani Oleh Kombinasi Beban

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tidak ada bagian struktur
dermaga yang berwarna merah (Over-stressed). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa struktur dermaga kuat menahan kombinasi beban
yang terjadi.

Indria Triwidya 21010116130095 321


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

2. Momen pada Frame

Gambar 5.37 Momen pada Struktur Dermaga

Gambar 5.38 Posisi Momen Tumpuan Maksimum

Indria Triwidya 21010116130095 322


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.38 Diagram Momen Tumpuan Maksimum

Gambar 5.39 Posisi Momen Lapangan Maksimum

Indria Triwidya 21010116130095 323


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.40 Diagram Momen Lapangan Maksimum

Berdasarkan hasil analisa diatas, didapat Momen ultimate (Mu)


sebagai berikut:

Tabel 5.20 Hasil Mu Balok (50/70)


Mu (ton m)
Balok
Lapangan Tumpuan

Dermaga -40,53 -53,135

Indria Triwidya 21010116130095 324


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

3. Gaya Geser pada Frame

Berdasarkan hasil analisa, didapat Gaya geser ultimate (Vu) sebagai


berikut:

Gambar 5.42 Gaya Geser pada Struktur Dermaga

Indria Triwidya 21010116130095 325


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.43 Posisi Gaya Geser Tumpuan Maksimum

Gambar 5.44 Diagram Gaya Geser Tumpuan Maksimum

Gambar 5.45 Posisi Gaya Geser Lapangan Maksimum

Indria Triwidya 21010116130095 326


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.46 Diagram Gaya Geser Lapangan Maksimum

Berdasarkan hasil analisa diatas, didapat Gaya Geser ultimate (Vu)


sebagai berikut:

Tabel 5.21 Hasil Vu Balok (50/70)


Vu (ton)
Balok
Lapangan Tumpuan

Dermaga 26,99 32,622

Indria Triwidya 21010116130095 327


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

4. Momen pada Shell

G
Gambar 5.47 Momen Plat Pada Struktur Dermaga

Berdasarkan hasil analisa diatas, didapat Momen ultimate (Mu)


sebagai berikut:

Tabel 5.22 Hasil Momen pada Plat

Tumpuan X Lapangan X Tumpuan Y Lapangan Y


Pelat
(tonm/m) (tonm/m) (tonm/m) (tonm/m)
Dermaga -16,941 15,673 -9,735 6,079

Indria Triwidya 21010116130095 328


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

5.5 Penulangan Struktur

5.5.1 Desain Penulangan Pelat

1) Kontrol Tebal Pelat

Pelat Bagian Tengah (Tipe A) 4000 x 4000 mm2


𝐸𝑐𝑏 × 𝐼𝑏
𝛼=
𝐸𝑐𝑠 × 𝐼𝑠
Ecb = Ecp
∑𝑎
α fm =
𝑛

Ec = Ecb = Ecp = 4700√𝑓′𝑐 = 4700√35


= 27805,575 MPa
1 1
Ib = × b × h3 = × 500 × 7003
12 12
= 1,429× 1010 mm4
1 1
Ip = × b × h3 = × 4000 × 3003
12 12
= 9 × 109 mm4
H plat = 300 mm (asumsi awal)

Tabel 5.23 Perhitungan Komponen αfm Pelat Tipe A

No E ( MPa) Ib (mm4) Is (mm4) α

α1 27805,575 1,429× 1010 9 × 109 1,587

α2 27805,575 1,429× 1010 9 × 109 1,587

α3 27805,575 1,429× 1010 9 × 109 1,587

α4 27805,575 1,429× 1010 9 × 109 1,587

αfm 1,587

αfm = 1,587 > 2

Indria Triwidya 21010116130095 329


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Berdasarkan SNI 2847:2013, untuk αfm yang lebih kecil


dari 2 dan lebih 0,2, harus menggunakan ketentuan pada
pasal 9.5.3.3. Ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang
dari:
𝑓𝑦 392
ln(0,8 + ) 4000 (0,8 + )
1400 1400
h= = 4 = 89,103 mm
36 + 5𝛽(𝛂fm−0,2) 36 + 9(4)(1,587−0,2)

dan tidak boleh kurang dari 125 mm.


Maka untuk perancangan dermaga digunakan h pelat = 300
mm sesuai dengan asumsi yang direncanakan.

Pelat Bagian Pinggir (Tipe 2) 1000 x 4000 mm2


𝐸𝑐𝑏 × 𝐼𝑏
𝛼=
𝐸𝑐𝑠 × 𝐼𝑠

Ecb = Ecp
∑𝑎
α fm =
𝑛

Ec = Ecb = Ecp = 4700√𝑓′𝑐 = 4700√35


= 27805,575 MPa
1 1
Ib = × b × h3 = × 500 × 7003
12 12
= 1,429 × 1010 mm4
1 1
Ip1 = × b × h3 = × 4000 × 3003
12 12
= 9 × 109 mm4
1 1
Ip2 = × b × h3 = × 1000 × 3003
12 12
= 2,25 × 109 mm4
Ip3 = Ip1
Ip4 = Ip2
H plat = 300 mm (asumsi awal)

Indria Triwidya 21010116130095 330


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Tabel 5.24 Perhitungan Komponen αfm Pelat Tipe B

No E (Mpa) Ib (mm4) Is (mm4) α

α1 27805,575 1,429 × 1010 9 × 109 1,588

α2 27805,575 1,429 × 1010 2,25 × 109 6,351

α3 27805,575 1,429 × 1010 9 × 109 1,588

α4 27805,575 1,429 × 1010 2,25 × 109 6,351

α fm 3,97

αfm = 3,97 > 2


Berdasarkan SNI 2847:2013, untuk αfmyang lebih besar
dari 2, harus menggunakan ketentuan pada pasal 9.5.3.3.
Ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari:
𝑓𝑦 392
ln(0,8 + ) 4000 (0,8 + )
1400 1400
h= = 4 = 60 mm
36 + 9𝛽 36 + 9( )
1

dan tidak boleh kurang dari 90 mm.


Maka untuk perancangan dermaga digunakan h pelat = 300
mm sesuai dengan asumsi yang direncanakan.

2) Perbandingan Nilai Bentang Panjang (ly) dengan Bentang


Pendek (lx)
Digunakan Pelat dengan ukuran terbesar untuk desain
penulangan pelat.
lx = ly = 4000 mm

𝑙𝑦 4000
𝛽= = =1
𝑙𝑥 4000

𝛽 < 2 ( 𝑡𝑤𝑜 𝑤𝑎𝑦𝑠 𝑠𝑙𝑎𝑏)

Indria Triwidya 21010116130095 331


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

3) Tinggi Efektif (d) Pelat


h = 300 mm
P (selimut) = 80 mm
Dy = Dx = 22 mm
𝐷𝑥 22
dx = h – p – = 300 – 80 – = 209 mm
2 2
𝐷𝑦 22
dy = h – p – Dx – = 300 – 80 – 22 – = 187 mm
2 2

4) Pembebanan dan Momen Pelat Lantai Dermaga


Pembebanan dan perhitungan momen pada pelat lantai
dermaga dilakukan dengan menggunakan software SAP
2000.
5) Desain Penulangan Pelat
a. Mencari batas-batas rasio tulangan (ρmin, ρb, ρmax)
𝑓′ 𝑐 − 28
β = 0,85 – [( ) × 0,05]
7
35 − 28
= 0,85 – [( ) × 0,05]
7
= 0,8
0,25√𝑓′𝑐 0,25√35
1. ρmin = = = 0,00377
𝑓𝑦 392
1,4 1,4
ρmin = = = 0,00357
𝑓𝑦 392

maka dipilih ρmin yang terbesar yaitu 0,00377


0,85 ×  × f′ c 600
2. ρb = ×
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦

0,85 × 0,8 × 35 600


= ×
392 600 + 392

= 0,039

𝑓𝑦 392
𝜀𝑐 + 𝐸𝑠 0,003 +
200000
3. ρmax = 𝜀𝑐 + 𝜀𝑠 × ρb = × 0,039 = 0,0217
0,003 + 0,005

Indria Triwidya 21010116130095 332


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

b. Design penulangan pada momen maksimum tumpuan


tegak lurus sumbu y (Mty)
𝑓𝑦 392
1. m = = = 13,176
0,85 𝑓′𝑐 0,85 𝑥 35

𝑀 𝑙𝑥 9,735 × 107
2. Rn = = = 3,093
Ø 𝑏 𝑑² 0,9 × 1000 × 187²

1 2𝑚𝑅𝑛
3. ρ = [1 − √1 − ]
𝑚 𝑓𝑦

1 2 × 13,176 × 3,093
= [1 − √1 − ] = 0,00835
13,176 392

ρmin < ρ < ρmax, maka digunakan ρ = 0,00835


4. Asperlu = ρ × b × dy = 0,00835 × 1000 × 187 =
1561,45 mm2
Tulangan yang akan dipasang yaitu D22 mm
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 1561,45
5. n = 1 =1 = 4,1 ≈ 5
×𝜋× D2 × 𝜋 × 222
4 4

𝑏 1000
6. s = = = 200 mm
𝑛 5
Tulangan yang digunakan yaitu D22 – 150 mm
memenuhi syarat
7. Asterpasang = ¼ × π × D2 × n = ¼ × π × 222 × 2

= 1900,664 mm2

Asterpasang > Asperlu (OKE!)

8. Cek Momen Kapasitas


𝐴𝑠 × 𝑓𝑦𝐷 (1900,664) × (392)
a = =
0,85 × 𝑓′ 𝑐 ×𝑏 0,85 × (35) × (1000)

= 25,044 mm
0,85 × 𝑓′ 𝑐 × β1
𝜀𝑡 = 0,003 ( − 1)
ρ × fy
0,8 × 35 × 0,8
= 0,003 (
0,00835 × 392
− 1)

= 0,018 > 0,005

Maka  = 0,9

Indria Triwidya 21010116130095 333


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

𝑎
Mn = Asterpasang × fy × (d – )
2
25,044
= 1900,664 × 392 × (187 – )
2
= 129996628,9 Nmm
= 13 ton m
 Mn = 0,9 × 13
= 11,7 ton m
Mu = 9,735 ton m sehingga didapatkan  Mn >
Mu → OKE

c. Design penulangan pada momen maksimum lapangan


tegak lurus sumbu y (Ml0y)
𝑓𝑦 392
1. m = = = 13,176
0,85 × 𝑓′𝑐 0,85 × 35

𝑀 𝑙𝑥 6,079 × 107
2. Rn = = = 1,93
Ø 𝑏 𝑑² 0,9 × 1000 × 187²

1 2𝑚𝑅𝑛
3. ρ = [1 − √1 − ]
𝑚 𝑓𝑦

1 2 × 13,176 × 1,93
= [1 − √1 − ]
13,176 392

= 0,0051

ρmin < ρ < ρmax, maka digunakan ρ = 0,0051


4. Asperlu = ρ × b × dy = 0,0051 × 1000 × 187
= 953,7 mm2
Tulangan yang akan dipasang yaitu D22 mm
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 953,7
5. n = 1 2
=1 = 2,51 ≈ 3
×𝜋×D × 𝜋 × 222
4 4

𝑏 1000
6. s = = = 333,333 mm
𝑛 3
Tulangan yang digunakan yaitu D22 – 200 mm
memenuhi syarat
7. Asterpasang = ¼ × π × D2 × n
= ¼ × π × 222 × 3

Indria Triwidya 21010116130095 334


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

= 1140,4 mm2
Asterpasang > Asperlu (OKE)

8. Cek Momen Kapasitas


𝐴𝑠 × 𝑓𝑦𝐷 (1140,4) × (392)
a = =
0,85 × 𝑓′ 𝑐 ×𝑏 0,85 × (35) × (1000)

= 15,026 mm
0,85 × 𝑓′ 𝑐 ×β1
𝜀𝑡 = 0,003 ( − 1)
ρ × fy
0,85 × 35 × 0,8
= 0,003 ( − 1)
0,0051 × 392

= 0,033 > 0,005


Maka  = 0,9
𝑎
Mn = Asterpasang × fy × (d - )
2
15,026
= 1140,4 × 392 × (187 – )
2
= 80237294,12 Nmm
= 8,024 ton m
 Mn = 0,9 × 8,024
= 7,22 ton m
Mu = 6,079 ton m sehingga didapatkan  Mn >
Mu → OKE

Untuk kebutuhan penulangan arah x baik di daerah lapangan (Mlx)


maupun tumpuan (Mtx) digunakan D22-200 mm dan D22-150
mm.

Indria Triwidya 21010116130095 335


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

d. Detail Penulangan Pelat

Gambar 5.48 Detail Penulangan Pelat Pada Dermaga

Indria Triwidya 21010116130095 336


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

5.5.2 Desain Penulangan Balok (Balok 50 cm × 70 cm)


Data perencanaan untuk perhitungan tulangan balok dermaga
adalah sebagai berikut:
• D → fyD = 392 MPa
• Tebal selimut (ts) = 80 mm
• Batas-batas rasio tulangan (min, b, max)
𝑓′ 𝑐 − 28
𝛽 = 0,85 – [( ) × 0,05]
7
35 − 28
= 0,85 – [( ) × 0,05]
7
= 0,8
0,25√𝑓′𝑐 0,25√35
a. ρmin = = = 0,00377
𝑓𝑦 392
1,4 1,4
ρmin = = = 0,00357
𝑓𝑦 392

maka dipilih ρmin yang terbesar yaitu 0,00377


0,85 ×  × f′ c 600
b. ρb = ×
𝑓𝑦 600 + 𝑓𝑦
0,85 × 0,8 × 35 600
= × = 0,0367
392 600 + 392
𝑓𝑦 392
𝜀𝑐+ 𝐸𝑠 0,003 +
200000
c. ρmax = × ρb = × 0,0367 = 0,0228
𝜀𝑐+ 𝜀𝑠 0,003 + 0,005
𝑓𝑦𝐷 392
d. m = = = 13,176
0,85× 𝑓′𝑐 0,85 × (35)
𝑓𝑦 392
e. y = = = 0,00196
𝐸𝑠 200000
f.  → fy = 240 MPa

1) Pada Momen Tumpuan


Momen maksimum yang terjadi saat momen tumpuan
yaitu Mu = -53,135 ton m. Dalam design ini digunakan
tulangan D29 dan 10.
a. Mencari rasio tulangan
d = h – (ts +  + 𝐷⁄2)

Indria Triwidya 21010116130095 337


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

= 700 – (80 + 10 + 29⁄2) = 595,5 mm


𝑀𝑢 53,15 × 10⁷
Rn = = = 3,33 MPa
 × 𝑏 × 𝑑² (0,9)×(500)×(595,5)²

1 2 𝑚 𝑅𝑛
 = [1 − √1 − ]
𝑚 𝑓𝑦𝐷

1 2 (13,176) × (3,33)
= [1 − √1 − ]
13,176 392

= 0,00903
Diketahui bahwa min <  < max, maka  = 0,00903
b. Menghitung Kebutuhan Tulangan
Tulangan Tarik
As perlu =×b×d
= 0,00903 × 500 × 595,5
= 2688,68 mm2
As perlu
Jumlah tulangan yang dibutuhkan = 1
( ×  × D²)
4

2688,68
= 1
( ×  × 292 )
4

= 4,07 ≈ 5
Tulangan yang akan dipakai yaitu 5D29 mm.
1
As terpasang = ( ×  × 2) × 𝑛
4
1
= ×  × 292 × (5)
4

= 3302,6 mm2
As terpasang > As perlu → OKE
Tulangan Tekan
As’ = 50% × As
= 50% × 2688,68
= 1344,3 mm2
As perlu
Jumlah tulangan yang dibutuhkan = 1
( ×  × D²)
4

1344,34
= 1
( ×  × 292 )
4

Indria Triwidya 21010116130095 338


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

= 2,04 ≈ 3
Tulangan yang akan dipakai yaitu 3D29 mm (As’ =
1344,3 mm2)

c. Cek Regangan Balok dan Cek Tahanan Momen


Balok
Asumsi awal: tulangan tarik sudah leleh (s > y)
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦𝐷
a =
0,85 × 𝑓′ 𝑐 × 𝑏
(3302,6 ) × (392)
=
0,85 × (35) × (500)

= 87,033 mm
𝑎
c =

87,033
=
0,8

= 108,79 mm
𝑑−𝑐
s = × c
𝑐
595,5 −108,79
= × 0,003
135,99

= 0.0107
𝑓𝑦
y =
𝐸
392
=
200000

= 0.00196
s > y, maka fs = fy → OKE
(Tulangan tarik sudah leleh)

s > 0,005 →  = 0,9


𝑎
Mn = 0,9 × As × fyD × (𝑑 − )
2
87,033
= 0,9 × 3302,6 × 392 × (595,5 − )
2

= 643147593,5 Nmm
= 64,314 ton m

Indria Triwidya 21010116130095 339


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Mu = 53,135 ton m, sehingga didapatkan Mn > Mu


→ OKE
Jadi, tulangan yang akan dipasang pada tumpuan
yaitu 5D29 memenuhi syarat.

2) Pada Momen Lapangan


Momen maksimum yang terjadi saat momen lapangan
yaitu Mu = -40,53 ton m. Dalam design ini digunakan
tulangan D29 dan 10.
a. Mencari rasio tulangan
d = h – (ts +  + 𝐷⁄2)

= 700 – (80 + 10 + 29⁄2)


= 595,5 mm
𝑀𝑢
Rn =
 × 𝑏 × 𝑑2

40,53 × 10⁷
=
(0,9) × (500) × (595,5)²

= 2,54 MPa
1 2 × 𝑚 × 𝑅𝑛
 =
𝑚
[1 − √1 − 𝑓𝑦𝐷
]

1 2 × (13,176) × (2,54)
=
13,176
[1 − √1 − 392
]

= 0,00678
Diketahui bahwa min <  < max, maka  = 0,00678
d. Menghitung Kebutuhan Tulangan
Tulangan Tarik
As perlu =×b×d
= 0,00678 × 500 × 595,5
= 2019,54 mm2
As perlu
Jumlah tulangan yang dibutuhkan = 1
( ×  × D²)
4

Indria Triwidya 21010116130095 340


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

2019,54
= 1
( ×  × 292 )
4

= 3,06 ≈ 4
Tulangan yang akan dipakai yaitu 4D29mm.
1
As terpasang = ( ×  × 2 ) × 𝑛
4
1
= ×  × 292 × (4)
4

= 2642,079 mm2
As terpasang > As perlu → OKE
Tulangan Tekan
As’ = 50% × As
= 50% × 2019,54
= 1009,77 mm2
As perlu
Jumlah tulangan yang dibutuhkan = 1
( ×  × D²)
4

1009,77
= 1
( ×  × 292 )
4

= 1,53 ≈ 2
Tulangan yang akan dipakai yaitu 2D29 mm (As’ =
1009,77 mm2)

e. Cek Regangan Balok dan Cek Tahanan Momen Balok


Asumsi awal: tulangan tarik sudah leleh (s > y)
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦𝐷
a =
0,85 × 𝑓′ 𝑐 × 𝑏
(2642,079 ) × (392)
=
0,85 × (35) × (500)

= 77,53 mm
𝑎
c =

77,53
=
0,8

= 96,91 mm
𝑑−𝑐
s = × c
𝑐

Indria Triwidya 21010116130095 341


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

595,5 −96,91
= × 0,003
96,91

= 0.0154
𝑓𝑦
y =
𝐸
392
=
200000

= 0.00196
s > y, maka fs = fy → OKE
(Tulangan tarik sudah leleh)

s > 0,005 →  = 0,9


𝑎
Mn = 0,9 × As × fyD × (𝑑 − )
2
77,53
= 0,9 × 2642,079 × 392 × (595,5 − )
2

= 518946874,2 Nmm
= 51,894 ton m
Mu = 40,53 ton m, sehingga didapatkan  Mn > Mu →
OKE
Jadi, tulangan yang akan dipasang pada tumpuan yaitu
4D29 memenuhi syarat.
3) Design Penulangan Geser
Pada design penulangan kali ini digunakan:
a. Pada Tumpuan
• Kuat Geser
Vu = 32,622 ton = 326,22 kN
dbalok = 595,5 mm
Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 11.2.1.1,
kekuatan geser yang disediakan beton untuk
komponen struktur balok adalah
Vc = 0,17 × 𝜆 × √𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏 × 𝑑

= 0,17 × (1) × √35 × 500 × 595,5


= 299457,168 N
= 299,457 kN

Indria Triwidya 21010116130095 342


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Vc = (0,75) × (299,457)


= 224,59 kN
Karena Vu > Vc maka digunakan luas tulangan
geser sesuai dengan persamaan (11-15) pada
SNI 2847:2013
• Kebutuhan Tulangan Geser
Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 11.4, terdapat
3 kondisi yang mempengaruhi kebutuhan
tulangan geser:
1. Vu < 0,5 Vc → Tidak membutuhkan
tulangan geser.
2. 0,5Vc < Vu < Vc → Digunakan luas
tulangan geser minimum (SNI 2847:2013
pasal 11.4.6.1)
3. Vu > Vc → Digunakan luas tulangan geser
sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 11.4.7.2
persamaan (11-15) yaitu :
𝐴𝑣 ×𝑓𝑦 × 𝑑
Vs =
𝑠
dengan Vs tidak boleh lebih dari 0,66 ×
√𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏 × 𝑑 (SNI 2847:2013 pasal
11.4.7.9)

Checking:
Vu = 326,22 kN
Vc = 224,59 kN
0,5Vc = 112,30 kN
Sehingga Vu > Vc → Tulangan geser harus
disediakan
Vu - Vc = 326,22 – 224,59
0,67 × 𝑏𝑤 × 𝑑
= 101,63 kN <
1000

Indria Triwidya 21010116130095 343


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

0,67 × 500 ×595,5


=
1000

= 199,49 kN
⟶ Vs diperhitungkan
Vu − Vc
Vs =

101,63
=
0,75

= 135,51 kN
Batasan nilai Vs ⟶ Vc1
= 0,33 × √𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏 × 𝑑

= 0,33 × √35 × 500 × 595,5


= 581299,21 N
= 581,299 kN
Vc2 = 0,66 × √𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏 × 𝑑
= 0,66 × √35 × 500 × 595,5
= 1162598,42 N
= 1162,60 kN
Karena Vs < Vc1, maka:
1 2
Av × fy × d 2 × ( 10 ) × 392 × 595,5
4
s1 = =
Vs 135,51 × 10ᶟ

= 270,60 mm
d 695,5
s2 = = = 347,75 mm
2 2
1 2
3 × Av × fy 3 × 2 × ( 10 ) × 392
4
s3 = =
bw 500

= 184,73 mm
s4 = 600 mm
smax = 347,75 mm
Digunakan s = 150 mm
Jadi dipasang tulangan geser 2D10 – 150 mm.
• Cek Tulangan
𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 × 𝑑
Vs terpasang =
𝑠

Indria Triwidya 21010116130095 344


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

1
2 ×  102 × 392 × 595,5
4
=
100
= 244453,61 N
 Vs = 0,75 × 244453,61
= 183340,21 N
= 183,34 kN
Vu = 326,22 kN
Vn =  Vs + Vc
= 183,34 + 224,59
= 407,93 kN
Vn > Vu → OKE

b. Pada Lapangan
• Kuat Geser
Vu = 26,99 ton = 269,9 kN
dbalok = 595,5 mm
Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 11.2.1.1,
kekuatan geser yang disediakan beton untuk
komponen struktur balok adalah
Vc = 0,17 × 𝜆 × √𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏 × 𝑑

= 0,17 × (1) × √35 × 500 × 595,5


= 299457,168 N
= 299,457 kN
Vc = (0,75) × (299,457)
= 224,59 kN
Syarat: Vn ≥ Vu →
Vn = Vc + Vs (SNI 2847:2013 pasal 11)
sehingga Vc + Vs ≥ Vu
• Kebutuhan Tulangan Geser
Berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 11.4, terdapat
3 kondisi yang mempengaruhi kebutuhan
tulangan geser:

Indria Triwidya 21010116130095 345


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

1. Vu < 0,5 Vc → Tidak membutuhkan


tulangan geser.
2. 0,5Vc < Vu < Vc → Digunakan luas
tulangan geser minimum (SNI 2847:2013
pasal 11.4.6.1)
3. Vu > Vc → Digunakan luas tulangan geser
sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 11.4.7.2
persamaan (11-15) yaitu :
𝐴𝑣 ×𝑓𝑦 × 𝑑
Vs =
𝑠
dengan Vs tidak boleh lebih dari 0,66 ×
√𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏 × 𝑑 (SNI 2847:2013 pasal
11.4.7.9)

Checking:
Vu = 269,9 kN
Vc = 224,59 kN
0,5Vc = 112,30 kN
Sehingga Vu > Vc → Tulangan geser harus
disediakan
Vu - Vc = 269,9 – 224,59
0,67 × 𝑏𝑤 × 𝑑
= 45,31 kN <
1000
0,67 × 500 × 595,5
=
1000

= 199,49 kN
⟶ Vs diperhitungkan
Vu − Vc
Vs =

45,31
=
0,75

= 60,41 kN
Batasan nilai Vs ⟶ Vc1
= 0,33 × √𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏 × 𝑑

Indria Triwidya 21010116130095 346


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

= 0,33 × √35 × 500 × 595,5


= 581299,21 N
= 581,299 kN
Vc2 = 0,66 × √𝑓 ′ 𝑐 × 𝑏 × 𝑑
= 0,66 × √35 × 500 × 595,5
= 1162598,42 N
= 1162,60 kN
Karena Vs < Vc1, maka:
1 2
Av × fy × d 2 × ( 10 ) × 392 × 595,5
4
s1 = =
Vs 135,51 × 10ᶟ

= 316,03 mm
d 695,5
s2 = = = 347,75 mm
2 2
1 2
3 × Av × fy 3 × 2 × ( 10 ) × 392
4
s3 = =
bw 500

= 184,73 mm
s4 = 600 mm
smax = 347,75 mm
Digunakan s = 150 mm
Jadi dipasang tulangan geser 2D10 – 150 mm.
• Cek Tulangan
𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 × 𝑑
Vs terpasang =
𝑠
1
2 ×  102 × 392 × 595,5
4
=
100
= 244453,61 N
 Vs = 0,75 × 244453,61
= 183340,21 N
= 183,34 kN
Vu = 269,9 kN
Vn =  Vs + Vc
= 183,34 + 224,59
= 407,93 kN
Vn > Vu → OKE

Indria Triwidya 21010116130095 347


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.49 Detail Penulangan Balok

Gambar 5.50 Keterangan Detail Penulangan Balok

Indria Triwidya 21010116130095 348


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

5.5.2 Desain Penulangan Pile Cap

Ketebalan dari pile cap harus diperiksa penampang


kritisnya terhadap gaya geser yang bekerja pada aksi dua arah.
Perhitungan tulangan pile cap menggunakan metode tulangan
minimum seperti pada perhitungan plat lantai.
Berikut adalah data perencanaan untuk perhitungan tulangan pile
cap.
• Panjang (P) = 1200 mm
• Lebar (B) = 1200 mm
• Tebal (t) = 800 mm
• Diameter tiang (Dp) = 800 mm
• Mutu beton (f'c) = 35 MPa
• Mutu baja tulangan (fy) = 392 MPa
• Diameter tulangan (D) = 22 mm
• Tebal selimut (p) = 65 mm
• Panjang tiang yang masuk ke dalam pile cap = 100 mm
• Gaya geser pada pile cap = 32,62 ton = 326,2 kN
• Momen pada pile cap = 48,68 ton m = 486800 kNm

Menghitung tinggi efektif pile cap menggunakan persamaan


dx = h – p – ½ Ø tulangan arah X
dx = 800 – 65 – ½ × 22 = 724 mm
dy = h – p – Ø tulangan arah X – ½ Ø tulangan arah Y
dy = 800 – 65 – 22 – ½ × 22 = 702 mm
P 1200
= = =1
B 1200
Dkritis = Dp + d = 800 + 724 = 1524 mm
bo = π × D = π × 1524 = 4787,79 mm
αs = 20 (untuk kolom sudut)
 2
Vc = 0,17 × 1 +  ×  × f ' c × bo × d
 

Indria Triwidya 21010116130095 349


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

2 724
Vc = 0,17 × (1 + ) × 1 × √35 × 4787,79 ×
1 1000

= 10458,70 kN

 ×d 
Vc = 0,083 ×  s + 2  ×  × f ' c × bo × d
 bo 
20 × 724 724
Vc = 0,083 × ( + 2) × 1 × √35 × 4787,79 ×
4787,79 1000

= 8551,98 kN
Vc = 0,33 ×  × f ' c × bo × d
724
Vc = 0,33 × 1 × √35 × 4787,79 ×
1000

= 6767,40 kN
Diambil Vc = Vc3 = 6767,40 Kn
Nilai Vn didapatkan dari nilai geser pons (punching shear) Vc
terkecil dari perhitungan sebelumnya. Maka nilai ∅ 𝑉𝑛 adalah :

∅ 𝑉𝑛 = 0,75 × 6767,40 = 5075,55 kN

1) Cek Nilai ∅ Vn terhadap Vu

Nilai Vu didapatkan dari hasil beban aksial maksimum (Pu)


pada pancang dikalikan dengan luasan efektif dari pile cap.

Vu = Pu × Aeff

1
= 546,35 × ((1,2 × 1,2) – ( × π × c2))
4

→ c = 1068 mm

Vu = 546,35 × 0,937 = 511,93 kN

∅ 𝑉𝑛 > Vu

5075,55 kN > 511,93 kN → OK!!!

2) Perhitungan Tulangan Arah X dan Y

Indria Triwidya 21010116130095 350


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

600
400 200

800
1068
1200

Mu = Vu × jarak pons

Mu = 511,93 × (0,6 - 0,4) = 102,386 kN.m

Mencari Nilai Rasio Tulangan


f ' c − 28 35 − 28
1 = 0,85 −  0,05 = 0,85 −  0,05 = 0,8
7 7
1,4 1,4
 min = = = 0,00357
fy 392

f 'c 35
 min = = = 0,00377
4 × fy 4 × 392
Dipilih yang terbesar yaitu 0,00377
0,85 × 1 × f ' c 600 0,85 × 0,8 × 35 600
b = × = × = 0,0367
fy 600 + fy 392 600 + 392

 max = 0,75 ×  b = 0,75 × 0,0367 = 0,0275


d = 724 mm = 0,724 m

∅ = 0,9 (momen)

Indria Triwidya 21010116130095 351


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

𝑀𝑢
Rn =
∅ × 𝑏 × 𝑑2

102,386
=
0,9 × 1,2 × 0,7242

= 180,86 kN/m2 = 0,18086 Mpa

0,85𝑓′𝑐 2𝑅
𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝑥 [1 − √1 − 0,85𝑓′𝑐 ]
𝑓𝑦

0,85×35 2 × 0,18086
= 𝑥 [1 − √1 − ]
392 0,85 × 35

𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 0,00046

Karena nilai 𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝜌𝑚𝑖𝑛 maka digunakan nilai 𝜌 = 0,00377

Mencari luas tulangan :

Asperlu = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0,00377 × 1200 × 724 = 3275,38 mm2

Asmin = 0,00046 × 1200 × 800 = 441,6 mm2


As perlu
Jumlah tulangan yang dibutuhkan = 1
( ×  × D²)
4

3275,38
= 1
( ×  × 222 )
4

= 8,6 ≈ 9
Digunakan 9D22 (As = 3275,38 mm2) dengan jarak antar
tulangan 100 mm

Indria Triwidya 21010116130095 352


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Gambar 5.51 Detail Penulangan Pile Cap

Indria Triwidya 21010116130095 353


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

BAB VI
PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG

6.1 Daya Dukung Tiang Dermaga

Pada Tugas Perencanaan Bangunan Sipil Dermaga ini, untuk


mengetahui kedalaman pemancangan pondasi tiang pancang diperlukan
perhitungan daya dukung tanah sehingga dapat diketahui seberapa dalam
harus dilakukan pemancangan untuk mendapatkan daya dukung yang
dibutuhkan. Nilai daya dukung tanah berdasarkan hasil uji bore log
diperoleh dengan menggunakan Metode Reese dan O’ Neill & Wright
dengan faktor keamanan atau safety factor (SF) pada umumnya digunakan
antara 2-3 dan pada tugas ini digunakan nilai Safety Factor sebesar 2,5.
Adapun nilai N-SPT tanah sampai dengan kedalaman 60 m adalah:

Tabel 6.1 Hasil Penyelidikan Tanah Bore Log

Jenis Kedalaman Tebal Lapisan


Lapisan N-SPT di/Ni
Tanah (m) (di)
1 Sand Silt 1,00 - 2,00 2 10 0.20
2 Sand Silt 2,00 - 3,00 1 11 0.09
3 sand Clay 3,00-6,00 3 1 3.00
4 Clay 6,00 - 16,00 10 2 5.00
5 Clay 16,00-28,00 12 8 1.50
6 Clay 28,00-36,00 2 20 0.10
7 Clay 36,00-46,00 10 29 0.34
8 Clay 46,00-54,00 8 35 0.23
9 Clay 54,00-60,00 6 38 0.16
∑ 54 10.622
Kesimpulan: N-SPT < 15 (Tanah Lunak) 5.083691

Indria Triwidya 21010116130095 354


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

6.1.1 Metode Reese & O’Neill & Wright


1. Tanah Kohesif (Lempung dan Lanau)
➢ Daya dukung ujung tiang (bearing)
Qp = 9 × Su × area ujung tiang < 4000 kPa
Dalam hal ini nilai Su (undrained shear strength) yang akan
digunakan adalah korelasi dengan N-SPT mengacu pada
Sower 1979 sebagai berikut:

Tanah CH : 12,5 × N-SPT

Tanah CL, MH : 7,5 × N-SPT

Tanah ML : 3,0 × N-SPT

➢ Daya dukung selimut tiang (friksi)


Qs = α × Su × keliling tiang × ketebalan lapisan tanah
< 260 kPa
di mana:
α = 0,55 untuk Su/Pa < 1,5
𝑆𝑢 𝑆𝑢
α = 0,55 – 0,1 × (𝑃𝑎 – 1,5) untuk 1,5 ≤ 𝑃𝑎 ≤ 2,5
𝑆𝑢
α = 0,4 untuk > 2,5
𝑃𝑎

Pa = 1 bar = 100 kPa


2. Tanah non Kohesif (Pasir)
➢ Daya dukung ujung tiang (bearing)
Qp = 57.5 × N-SPT × area ujung tiang < 3000 kPa
➢ Daya dukung selimut tiang (friksi)
Qs = 2 × N-SPT × keliling tiang × ketebalan lapisan tanah
< 100 kPa

3. Daya dukung yang diijinkan


Total daya dukung ultimate didapatkan dari penjumlahan daya
dukung ujung tiang dan selimut tiang.
Qu = Qp + Qs
Sedangkan daya dukung tiang tunggal yang diijinkan adalah:

Indria Triwidya 21010116130095 355


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

Q – all = Qu / SF
Dengan safety factor (SF) = 2 – 3

Contoh perhitungan pada kedalaman -8 meter:


Jenis tanah : Kohesif (CH)
N-SPT : 2,0
Untuk jenis tanah CH, maka:
Su = 12,5 × N-SPT
= 12,5 × 8,0
= 100,0 kPa

Su/Pa = 100,0/100
=1
Karena nilai Su/Pa < 1,500 maka nilai α = 0,55

Qskohesif = α × Su × keliling tiang × ketebalan lapisan


= 0,55 × 100 × (π × 0,8m) × 2 m
= 207,345 kN
(ΣQs pada kedalaman -8 meter adalah 398,88 kN)

Qpkohesif = 9 × Su × area ujung tiang


1
= 9 × 100 × ( × π × 0,8 m2)
4

= 254,47 kN

(ΣQs + Qp)
Qall =
𝑆𝐹
(398,88 + 254,47)
=
2

= 326,674 kN

Gaya Normal Maksimum pada tiang dermaga adalah 670,319


kN maka daya dukung tanah pada kedalaman 8 meter tidak
memenuhi dan kedalaman pancang kurang dalam.

Dengan mencoba-coba kedalaman, agar mencapai daya dukung


yang mampu menahan gaya normal maksimum pada tiang

Indria Triwidya 21010116130095 356


Departemen Teknik Sipil
TUGAS PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL DERMAGA
Tahun Akademik 2018/2019

dermaga 670,319 kN diperoleh kedalaman minimal 34 meter


seperti pada tabel 6.2.

Tabel 6.2 Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang Metode


Reese dan O’ Neill & Wright

Spunpile diameter 80 Check


Kedalaman Jenis Tanah N-SPT Su (kPa) Su/Pa Koeff. a
Qs (kN) ΣQs (kN) Qp (kN) Qall (kN) Pu (KN) = 670.32
0.000 - 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 Tidak OK
-2.000 SP 17.000 0.000 0.000 0.000 128.112 128.112 276.242 202.177 Tidak OK
-4.000 SP 1.800 0.000 0.000 0.000 13.565 141.677 29.249 85.463 Tidak OK
-6.000 CH 1.000 12.500 0.125 0.000 7.536 149.213 16.250 82.732 Tidak OK
-8.000 CH 1.800 22.500 0.225 0.550 13.565 162.778 29.249 96.014 Tidak OK
-10.000 CH 1.000 12.500 0.125 0.550 7.536 170.314 16.250 93.282 Tidak OK
-12.000 CH 2.000 25.000 0.250 0.550 15.072 185.386 32.499 108.943 Tidak OK
-14.000 CH 2.000 25.000 0.250 0.550 15.072 200.458 32.499 116.479 Tidak OK
-16.000 CH 5.000 62.500 0.625 0.550 37.680 238.138 81.248 159.693 Tidak OK
-18.000 CH 6.000 75.000 0.750 0.550 45.216 283.354 97.497 190.426 Tidak OK
-20.000 CH 7.330 91.625 0.916 0.550 55.239 338.593 119.109 228.851 Tidak OK
-22.000 CH 8.000 100.000 1.000 0.550 60.288 398.881 129.996 264.439 Tidak OK
-24.000 CH 9.000 112.500 1.125 0.550 67.824 466.705 146.246 306.476 Tidak OK
-26.000 CH 11.000 137.500 1.375 0.550 82.896 549.601 178.745 364.173 Tidak OK
-28.000 CH 15.670 195.875 1.959 0.504 118.089 667.690 254.630 461.160 Tidak OK
-30.000 CH 21.000 262.500 2.625 0.400 158.256 825.946 341.240 583.593 Tidak OK
-32.000 CH 21.330 266.625 2.666 0.400 160.743 986.689 346.602 666.646 Tidak OK
-34.000 CH 21.330 266.625 2.666 0.400 160.743 1147.432 346.602 747.017 OK
-36.000 SC 31.000 0.000 0.000 0.000 233.616 1381.048 503.735 942.392 OK
-38.000 SC 31.670 0.000 0.000 0.000 238.665 1619.713 514.622 1067.168 OK
-40.000 CH 29.670 370.875 3.709 0.400 223.593 1843.306 482.123 1162.715 OK
-42.000 CH 33.000 412.500 4.125 0.400 248.688 2091.994 536.234 1314.114 OK
-44.000 CH 31.330 391.625 3.916 0.400 236.103 2328.097 509.097 1418.597 OK
-46.000 CH 35.330 441.625 4.416 0.400 266.247 2594.344 574.095 1584.220 OK
-48.000 CH 39.000 487.500 4.875 0.400 293.904 2888.248 633.731 1760.990 OK
-50.000 CH 35.000 437.500 4.375 0.400 263.760 3152.008 568.733 1860.371 OK
-52.000 CH 35.670 445.875 4.459 0.400 268.809 3420.817 579.620 2000.219 OK
-54.000 CH 37.000 462.500 4.625 0.400 278.832 3699.649 601.232 2150.441 OK
-56.000 CH 36.670 458.375 4.584 0.400 276.345 3975.994 595.617 2285.806 OK
-58.000 CH 38.000 475.000 4.750 0.400 286.368 4262.362 617.481 2439.922 OK
-60.000 CH 40.000 500.000 5.000 0.400 301.440 4563.802 649.980 2606.891 OK

Indria Triwidya 21010116130095 357

Anda mungkin juga menyukai