Pada aliran saluran terbuka terdapat permukaan bebas yang berhubungan dengan
atmosfer dimana permukaan bebas tersebut merupakan suatu batas antara dua fluida yang
berbeda kerapatannya yaitu cairan dan udara, dan pada permukaan ini terdapat tekanan atmosfer.
Dalam hal ini hubungannya dengan atmosfer perlu adanya pertimbangan bahwa kerapatan udara
jauh lebih rendah daripada kerapatan air.
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk menaikkan
tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam merancang bangunan air, perlu
diketahui sifat-sifat atau karakteristik aliran air yang melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan
dalam perencanaan bangunan air untuk pendistribusian air maupun pengaturan sungai. Terdapat
perbedan bentuk fisik antara ambang lebar dan ambang tajam, sehingga mempengaruhi jatuhnya
aliran. Pada ambang lebar air akan jatuh lebih lunak dari ambang tajam, meskipun tinggi dan
lebar ambang sama.
AMBANG LEBAR
Terdapat alat ukur untuk mengetahui ambang lebar yaitu alat ukur yang strukturnya
berupa ambang lebar dengan aliran atas (overflow), dan berfungsi sebagai pengukur debit tetapi
tidak dapat berfungsi sebagai pengatur debit. Besarnya debit yang lewat diukur berdasar tinggi
muka hilir cukup rendah sehingga kenaikan muka air hilir tidak mempengaruhi muka air di hulu.
Penggunaan alat ukur ambang lebar dapat ditempatkan di awal saluran primer, pada titik cabang
saluran, dan tepat di pintu sorong pada titik masuk petak tersier.
Sketsa Aliran Melalui Ambang Lebar
Keterangan:
Dengan adanya ambang, akan terjadi efek pembendungan di sebelah hulu ambang. Efek ini dapat
dilihat dari naiknya permukaan air bila dibandingkan dengan sebelum dipasang ambang.
Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan berperilaku sebagai aliran kritik,
selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Pada kondisi tertentu misalkan dengan adanya
terjunan atau kemiringan saluran yang cukup besar , setelah melewati ambang aliran dapat pula
berlaku sebagai aliran super kritik.
Bila suatu ambang bermercu lebar bekerja sebagai suatu pengendali, maka debit yang lewat
tersebut dapat diperkirakan berdasar keadaan pengaliran kritis dengan garis aliran sejajar sebagai
berikut
Dengan beranggapan bahwa kehilangan energi akibat turbulensi dan viskositas fluida diabaikan
maka persamaan Bernoulli dapat berlaku, sehingga :
Dalam praktek asumsi garis aliran sejajar dan distribusi tekanan hidrostatik tidak berlaku,
kedalaman air diatas ambang tidak sama dengan kedalaman kritis walaupun terjadi kondisi
energi minimum. Selain itu terjadi pula kehilangan energi akibat turbulensi dan viskositas
fluidanya. Dengan memasukkan faktor-faktor tersebut kedalaman koefisien Cw, maka
persamaan menjadi
Koefisien Cw merupakan fungsi dari Hw, bentuk ambang hulu dan kekerasan mercu ambang.
AMBANG TAJAM
Ambang tajam merupakan bangunan ukur sederhana yang dapat digunakan untuk
mengukur debit aliran di saluran terbuka dengan mudah dan cukup teliti. Bangunan ukur ambang
tajam baik digunakan pada lokasi jika memungkinkan untuk memperoleh perbedaan tinggi muka
air sehingga kondisi aliran yang terjadi selalu aliran sempurna.
Suatu ambang di sebut dengan ambang tajam (sharpcrested weir) apabila aliran yang
terjadi tidak menempel pada ambang, dan merupakan bangunan aliran atas. Ketelitian debit yang
terukur tergantung dari kondisi aliran di bagian hulu dan hilir ambang serta kondisi bangunannya
sendiri. Di pasang sedemikian rupa agar alirannya tidak tenggelam. Bangunan di pasang secara
simetris dan harus mampu berdiri untuk mengalirkan debit maksimum tanpa mengalami
kerusakan
Aliran di atas sekat mercu tajam profil sekat bermercu tajam sebagaimana pada gambar 2
sangat baik digunakan sebagai pengukur debit di laboratorium.
Aliran memisahkan diri dari batas padat ujung mercu yang tajam dan kemudian terjun
akibat pengaruh gravitasi. Oleh karena aliran sangat melengkung, maka tekanan dalam fluida di
atas mercu tajam akan lebih kecil daripada tekanan hidrostatik.
Dengan demikian debit di atas sekat mercu tajam akan lebih besar daripada debit yang
melalui ambang mercu lebar, untuk harga Hw yang sama.
Derajat kelengkungan aliran diatas ambang tajam tergantung dari nilai Hw/p untuk
mudahnya aliran diatas ambang tajam ini bisa dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Dengan nilai Cw berkisar antara 0.6 s/d q,73 untuk nilai Hw/p antara 0 – 4,9
Dalam percobaan ambang lebar dan ambang tajam akan diamati karakteristik aliran yang
melalui ambang dengan tipe karakteristik sebagai berikut :
Keadaan loncat
Keadaan loncat adalah keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran tidak dipengaruhi oleh
tinggi muka air di hilir saluran
Keadaan peralihan
Keadaan peralihan adalah keadaan Ketika tinggi muka air di hulu saluran mulai dipengaruhi oleh
tinggi muka air di hilir saluran
Keadaan tenggelam
Keadaan tenggelam adalah keadaan Ketika tinggi muka air di hulu saluran dipengaruhi oleh
tinggi muka air di hilir saluran
Dari percobaan ambang lebar dan ambang tajam dapat diperoleh gambaran mengenai
sifat aliran, berupa bentuk atau profil aliran melalui analisis model fisik dari sifat aliran yang
diamati.
PINTU SORONG
Pintu sorong dalam sistem irigasi berfungsi untuk mengatur debit yang dialirkan dari
bendung ke dalam saluran irigasi yang ada dibelakangnya. Koefisien debit pada pintu sorong
merupakan fungsi dari geometri saluran dan parameter hidrolis. Aliran yang mengalir di bawah
pintu sorong dimulai dari aliran superkritis kemudian berubah menjadi aliran subkritis. Pada
aliran super kritis kedalaman air kecil dengan kecepatan besar, sedangkan pada aliran sub kritis
kedalaman aliran besar dengan kecepatan kecil, hal ini menyebabkan terjadinya pelepasan energi
yang mengakibatkan terbentuknya loncat air.
Pintu sorong merupakan bangunan hidraulik yang sering digunakan untuk mengatur debit
pada embung atau saluran irigasi. Dalam sistem irigasi, pintu sorong biasanya ditempatkan pada
bagian pengambilan dan bangunan bagi sadap, baik itu sekunder maupun tersier. Saat pintu
dibuka, aliran yang mengalir melewati pintu sorong di mulai dari aliran super kritis hingga
berubah menjadi aliran sub kritis. Perubahan aliran tersebut menyebabkan terbentuknya loncat
air seperti terlihat pada Gambar berikut :
Debit aliran yang terjadi pada pintu sorong pada kondisi aliran bebas dihitung menggunakan
formula sebagai berikut
dimana :
Q = debit aliran
Cd = koefisien debit
B = lebar pintu
G = percepatan gravitasi
Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam desain pintu air adalah gaya yang bekerja, alat
pengangkat (mesin atau manusia), sekat kedap air, dan bahan bangunan. Gaya yang berpengaruh
adalah gaya akibat tekanan air horizontal bekerja pada plat pintu dan diteruskan ke sponning.
Tekanan yang bekerja pada permukaan pintu dapat dianalisis dengan pengukuran langsung pada
model. Tekanan normal pada permukaan pintu dapat dinyatakan oleh komponen horizontal FH.
Letak dan besarnya gaya-gaya pada pintu dapat ditentukan secara grafis, dengan menggunakan
diagram distribusi. Cara yang lebih sederhana dalam menentukan besarnya tekanan adalah
dengan menganggap bahwa tekanan horizontal pada permukaan pintu terdistribusi secara
hidrostatis.
Gaya dorong yang bekerja pada pintu sorong akibat tekanan hidrostatis dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Fh = 0.5 p g ( Yo - Yg )2
h = Yo - Yg
Sedangkan gaya dorong lainnya yang bekerja pada pintu sorong dapat dihitung dengan rumus:
sumber: (https://ocw.upj.ac.id/files/Handout-CIV-108-Modul-6-Pintu-Sorong-dan-Air-Loncat.pdf)
ENERGI SPESIFIK
Energi adalah tenaga atau gaya yang di hasilkan dari suatu pergerakan baik zat padat maupun cair,
ataupun berasal dari perubahan dari pergerakan. Sedangkan Energi Spefisik, konsep dari Energi Spesifik
sudah di kenalkan oleh Bakhmetef pada tahun 1912. Bahwa Energi Spesifik adalah tinggi tenaga pada
sembarang tampang di ukur dari dasar saluran, atau tenaga pada setiap berat satuan air pada
sembarang tampang di ukur dari dasar saluran. Koefisien debit (Cd) merupakan angka tak berdimensi
sebagai koreksi dari hasil formulasi matematika debit aliran yang mengalir pada bangunan air terhadap
hasil pengukuran debit aliran
Dalam simematis dapat di tulis sebagai E = (V²/ 2g) +h, dengan E = Energi Spesifik (cm), V= kecepatan
aliran air (cm/detik), g= percepatan grafitasi (9.81 cm/detik²) dan h= kedalaman air (cm²). Dengan
persamaan di atas kecepatan laju air dan tinggi kedalam air sangat mempengaruhi hasil dari energy
spesifik. Ketika tinggi kedalaman air besar maka energy yang di hasilkan cukup besar dan sebaliknya.
Kehilangan energy sendiri berhubungan dengan Q = v x A maka rumus energy spesifik menjadi E =
(Q²/2g A²) + h, dengan E= energi Spesifik (cm), h= kedalaman air (cm), A= luas penampang (cm²), g=
percepatan grafitasi (cm/detik²), Q = debit (cm³/detik).
Aliran dikatakan kritis apabila bilangan Froude (F) sama dengan satu (1), sedangkan aliran disebut
subkritis atau kadang-kadang dinamakan aliran tenang (trianguil flow) apabila F < 1 dan disebut
superkritis atau aliran cepat (rapid flow) apabila F > 1. Perbandingan kecepatan aliran dengan gaya
grafitasi (per satuan volume) dikenal sebagai bilangan 3 Froude dan dapat dirumuskan sebagai berikut
( Rangga Raju, 1981) : F = V/√gL
Dengan: F = bilangan Froude V= kecepatan rata-rata aliran (cm/det) g = pecepatan grafitasi (cm²/det) L =
panjang karakeristik (cm).
Besarnya energi spesifik dapat dirumuskan sebagai berikut ( Ven Te Chow,1959 dalam Robert,J.K.,
V
2002) : E = + h dengan E = energi spesifik (cm).
2g
Dasar saluran diasumsikan mempunyai kemiringan landai atau tanpa kemiringan. Dengan :
Energi spesifik aliran pada setiap penampang tertentu dihitung sebagai total energi pada penampang itu
dengan menggunakan dasar saluran sebagai referensi (Rangga Raju, 1981).
V Q2
E= + h Berhubung Q = v x A, maka rumus energi spesifik menjadi : E = +h
2g 2 gA 2
Dengan: H= tinggi energi (cm), z = tinggi suatu titik terhadap bidang referensi (cm) α= koefisien energy
(pada perhitungan selanjutnya α = 1)
E = energy spesifik (cm) h = kedalaman aliran (cm) v = kecepatan aliran rata-rata (cm/detik) A = luas
penampang (cm2) g = percepatan grafitasi (cm/detik2) Q = debit (cm3/det).
Perbedaan energi sebelum penyempitan dan energy setelah penyempitan dikenal sebagai kehilangan
energi, yaitu ∆E = E1 - E₁
Gambar 2.6. Profil aliran melalui penyempitan (Ven Te Chow,1992)
V 12 V 32
∆E = y1 + − y3 −
2g 2g
2 2
Q Q
∆E = y1 + 2 − y3 −
2 gA 1 2 gA 32
Sumber : (Setiohadi, Bagus, A.2017. DESAIN SALURAN TERBUKA AKIBAT KEHILANGAN ENERGI SPESIFIK
YANG DISEBABKAN PENYEMPITAN PADA SALURAN. Diambil dari :
http://repository.unmuhjember.ac.id/795/1/ARTIKEL.pdf. Diakses : 18 Januari 2022)