Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Riza Clearesta

2106702560
R13
Borang Analisis – BO (Bendung Ogee)

Praktikum BO ini bertujuan untuk mencari karateristik aliran yang mengaliri bendung Ogee.
Bendung Ogee itu sendiri ialah bendungan yang berfungsi untuk menyalurkan aliran air untuk melindungi
bangunan lain. Aliran air pada BO terbagi menjadi 3, yaitu aliran sebelum melewati pelimpah (sub kritis,
FR<1) , aliran saat melewati pelimpah (kritis, FR=1), dan aliran setelah melewati pelimpah (super kritis,
FR>1). Untuk mengetahui karakteristik aliran, diperlukan data-data yang diperoleh dari praktikum, yaitu
nilai debit (Q), kecepatan aliran (v), koefisien debit (C), serta nilai head pada titik-titik tertentu (p). 

Pada praktikum ini menggunakan 8 buah manometer yang terhubung dengan bending ogee.
Kedelapan manometer tersebut diletakkan masing-masing dua di hulu, lima di hilir, dan satu di puncak
bending, manometer berfungsi untuk mengukur tekanan. Penggunaan 8 manometer ini berguna untuk
menggambarkan kondisi energi aliran. Tahapan pertama yang dilakukan ialah membuka katup dan
membiarkan air mengalir melewati bendung. Setelah itu, praktikan menutup katup, menunggu air
mengalir, kemudian mengukur ketinggian permukaan air sebagai datum pada praktikum. Kemudian
praktikan membuka kembali katup hinga air mencapai ketinggian 25 cm, lalu mengukur kecepatan aliran
di bagian hilir. Praktikuan mengulang tahapan untuk ketinggian 25, 25,5, 26 dan 26,5 cm. Untuk
mendapat variasi data serta karakteristik aliran. Variasi ketinggian (h) ini berguna untuk melihat kondisi
HGL pada masing-masing variasi.

Pada saat aliran melewati bendung ogee terjadi loncatan air di mana terjadi gesekan antara
partikel air dengan partikel laininya dan dengan struktur bendung, yang akan mengakibatkan kehilangan
energi pada aliran setelah melewati bendung ogee. Hal ini terjadi karena terdapat peredam energi pada
dinding bendung yang bertujuan untuk meminimalisisr kerusakan akibat adanya loncatan air. Jika dilihat,
terjadi penurunan drastis pada pembacaan manometer ke-6, baik pada variasi 1, 2, 3 maupun 4 setelah
aliran melewati bendung. Hal ini menandakan energi aliran sudah diredam oleh peredam energi. 

Praktikan mencari nilai debit aliran dengan mengalikan luas penampang dengan kecepatan aliran
pada setiap variasi. Untuk mendapatkan luas penampang, dilakukan pengalian antara lebar bendung (30
cm) dengan nilai bacaan pada manometer ke 6. Manometer ke-6 dipilih sebagai tinggi aliran karena aliran
cenderung sudah stabil. Praktikan kemudian mencari hubungan antara debit dengan nilai h. Secara teori
dapat dilihat, bahwa nilai h akan semakin besar seiring dengan bertambahnya debit aliran. Setelah
mendapatkan debit, praktikan menghitung nilai C dengan cara debit aliran dibagi oleh perkalian antara
lebar bending dan tinggi muka air pangkat 3/2. Diperoleh nilai C berturut-turut sebesar 0,84 ; 1,91; 1,94 ;
dan 3,13
Koefisien ini menandakan adanya kehilangan energi pada aliran saat melewati bendung, yang
berbeda-beda tergantung dengan jenis bendungnya. Kehilangan energi sendiri dapat ditandai dengan
adanya head loss atau penurunan head yang akan menentukan karaterisitk aliran. Jika dilihat, semakin
besar debit aliran, semakin besar juga nilai C. Hal ini selaras dengan teori bahwa semakin besar debit
maka akan semakin besar kecepatan alirannya, dan semakin besar kecepatan aliran menandakan akan
semakin banyak benturan antara partikel air dengan air maupun dengan struktur, yang akan
mengakibatkan semakin besarnya kehilangan energi.
Pada saat aliran air melewati bendung ogee, aliran air akan mengalir dari subkritis menjadi
superkritis. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan pembacaan manometer terhadap nilai h, yang
merupakan kedalaman kritis. Di hulu, kedalaman air akan lebih besar dibandingkan dengan kedalaman
pada kritis (di bendung), maupun superkritis (hilir). Saat di mercu bendung, aliran air mengalami kondisi
kritis, sehingga terjadi loncatan air dan berlanjut ke kondisi superkritis, dimana kecepatan aliran air
menjadi semakin cepat dan kedalaman aliran semakin rendah (dibawah kritis dan sub kritis).

Dari variasi data ketinggian h 25, 25,5, 26 dan 26,5 cm, didapatkan nilai Q berturut-turut 3150,
7370, 7728, dan 12.825 cm3/s. Berdasarkan data yang didapatkan semakin tinggi h, semakin besar pula
debit aliran (Q) yang terjadi. Ini selaras dengan konsep dimana semakin besar luas penampang, semakin
besar pula debit aliran. 

Dari praktikum ini, terdapat beberapa kesimpulan:

1. Kondisi aliran pada bendung ogee adalah aliran subkritis, yang mengalir melalui bendung hingga
menjadi super kritis.
2. Kondisi sub kritis ditandai dengan aliran yang pelan dengan permukaan air yang tenang,
sedangkan kondisi super kritis ditandai dengan aliran yang lebih cepat dan permukaan airnya
yang tidak tenang.
3. Energi aliran air yang diredam oleh bendung direpresentasikan melalui penurunan head pada
manometer.
4. Tekanan di hulu lebih tinggi dibandingkan dengan di hilir, ditandai dengan ketinggian
menurunnya nilai h dari hulu ke hilir.
5. Koefisien debit (C) menunjukan besarnya energi yang diredam, yang dipengaruhi oleh debit,
kecepatan, serta kedalaman aliran.

Anda mungkin juga menyukai