Anda di halaman 1dari 178

KURSUS APLIKASI TATA CARA

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI


DI INDONESIA

MATERI I
LATAR BELAKANG PERKEMBANGAN TATA CARA
PERHITUNGAN BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA,
dan BETON, FAKTOR PEMBEBANAN dan LRFD
I.1. LATAR BELAKANG PERKEMBANGAN PERATURAN BETON di
INDONESIA
PBI 1955
PBI 1971
SKSNI T 15 03 1991
SNI 03 2847 1992
SNI 03 2847 2002
Penjelasan diberikan dalam ruang kursus. Termasuk mutu beton dan baja tulangan

I.2. FAKTOR REDUKSI DAN BEBAN


No
1

ITEM

SNI Baru

SNI Lama

a. Lentur

0.80

0.80

b. Lentur + Aksial Tarik

0.80

0.80

- Spiral

0.70

0.70

- Begel

0.65

0.65

0.75

0.60

Faktor Reduksi

c. Lentur + Aksial Tekan

d. Geser + Torsi

Lanjutan .......
PAKET B
MATERI I LATAR BELAKANG dan PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN
BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRFD

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

No
2

ITEM

SNI Baru

SNI Lama

Faktor Beban
a. Kombinasi 1

1,4 D

b. Kombinasi 2

1,2 D + 1,6 L

1,2 D + 1,6 L

c. Kombinasi 3

1,2 D + 1,6 L + 0,8 W

0,75 (1,2D+1,6L+1,6W)

d. Kombinasi 4

1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 R

e. Kombinasi 5

1,2 D + 1,5 E + 0,5 L

1,05 (D + LR + E)

f. Kombinasi 6

0,9 D + (1,3 W atau 1,5 E)

0,9 (D + E)

g. Kombinasi 7

1,2 D + 1,6 L + 1,61 H

* Mengikuti ACI 2002


Mn = Momen Nominal
Mu = .M

= Faktor Reduksi

= Faktor Beban

M = Momen Akibat Beban Kerja

I.3. FORMAT KEAMANAN


LOAD RESISTANCE FACTOR DESIGN (LRFD)
Kuat Rancang Kuat Perlu
Design Strength Required Strength
atau
R Q

PAKET B
MATERI I LATAR BELAKANG dan PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN
BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRFD

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Dengan ;

<1

>1

Memperhitungkan

Memperhitungkan

Penyimpangan pelaksanaan

Kemungkinan beban lebih

Kekuatan Material

Penyederhanaan analisa struktur

Fabrikasi
Penyederhanaan
Variasi tulangan terpasang dan hitungan
dll
Mn = M u

PAKET B
MATERI I LATAR BELAKANG dan PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN
BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRFD

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MATERI II
LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG
TUNGGAL DAN RANGKAP, PENAMPANG T
2.1 Sistem Beton Bertulang
1. Sifat Material Beton :
a. Kuat terhadap tekan fc , batas regangan c = 0.003
b. Lemah terhadap tarik fct
c. Getas/ Britle
d. Modulus Elastisitas Ec = 2 x 105 kg/cm2
2. Sifat Material Baja Tulangan :
a. Lemah terhadap tekan
b. Kuat terhadap tarik
c. Lentur/ductile
d. Modulus Elastisitanya Es = 2 x106 kg/cm2
e. Batas regangan s= 0.002

(a)

(b)

Gambar 2.1 Kurva stress dan strain (a) Beton (b) Baja Tulangan

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 1/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
3. Konstruksi beton bertulang merupakan material yang bersifat komposit antara
beton dan baja tulangan.
4. Mutu Beton
a. Beton mutu rendah

fc = 10 s/d 20 MPa

b. Beton mutu sedang

fc = 20 s/d 50 MPa

c. Beton mutu tinggi

fc = 50 s/d 70 MPa

d. Beton mutu sangat tinggi fc = 70 s/d 110 Mpa


5. Mutu baja tulangan
a. Baja mutu sedang/mild steel fy = 240 s/d 320 MPa
b. Baja mutu tinggi / high tensile fy = 360 s/d 400 MPa
c. Baja mutu sangat tinggi / very high tensile fy > 400 Mpa
6. Dimensi tulangan
No

Polos

Profil (mm)

6 mm

d6

9 mm

d9

12 mm

d 13

16 mm

d 16

19 mm

d 19

22 mm

d 22

25 mm

d 25

32 mm

d 32

7. Tebal selimut beton menurut SNI 03-2847-2002 , pasal 9.7


a. Kondisi Normal tebal selimut beton min = 20 mm
b. Kondisi lingkungan agresif tebal selimut beton min = 75 mm
Catatan : lingkungan agresif :
a. Beton berhubungan langsung dengan tanah
b. Beton berhubungan langsung dengan air laut
c. Beton berhubungan langsung dengan bahan kimia (sulfur, klor, yg bersifat
asam)

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 2/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
8. Fungsi Selimut Beton
a. Perlindungan korosi
b. Perlindungan terhadap kebakaran
9. Jarak/spasi tulangan, db
a. Jarak/spasi bersih, db min = 25 mm
b. Jarak/spasi bersih untuk tulangan berlapis, db min = 25 mm untuk tiap lapis
c. Jarak/spasi bersih untuk tulangan tekan, 1.5 db min = 40 mm

1.5 db min

db
db
db

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.2 Jarak spasi tulangan (a) Plat (b) Balok (c) Kolom
10. Bentuk tulangan
a. Lonjor/tunggal
b. Rangkaian/wiremesh
c. Berkas /strand

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.3 Bentuk Tulangan (a) Tunggal; (b) Wiremesh; (c) Strand

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 3/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
2.2 Sistem struktur pada Konstruksi Beton Bertulang
1. Struktur Sederhana/simple beam

(a)

(b)

Gambar 2.4 Struktur Sederhana (a) Jembatan (b) Shelter


2. Struktur lengkap/portal

(a)

(b)

(d)

(c)

(e)

Gambar 2.5 Struktur Lengkap (a) Portal (b) Portal dengan dinding geser
(c) Portal dengan setback (d) Jembatan busur (e) jemabatan Gantung

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 4/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
3. Elemen struktur
a. Horisontal
Pelat
Balok
b. Vertikal
Kolom
Dinding geser
c. Gabungan
Pondasi
Poer
Sloof
Tangga

2.3 Keandalan dan keamanan struktur pada elemen beton bertulang


Secara struktural komstruksi beton bertulang harus memilik keandalan dan
keamanan pada saat melayani beban- beban yang bekerja dengan cara mereduksi kekuatan
bahan dan memperbesar beban yang bekerja.
n Rn > yi wi
Rn

: Tahanan atau kekuatan nominal material elemen

wi

: Pengaruh beban yang bekerja

: faktor reduksi

: faktor pembesaran

Jadi agar struktur konstruksi beton bertulang mempunyai keandalan dan keamanan
yang cukup, maka kekuatan nominal material elemen beton bertulang harus lebih besar
dari beban yang bekerja.
Faktor pembesaran beban disebut kuat perlu U sesuai pasal 11.2 SNI 03-28472002 adalah sebagai berikut.
1. U = 1.4 D
2. U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 ( A atau R)
3. U = 1.2 D +1.0 L + 1.6 W atau 0.5 (A atau R)
PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 5/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
4. U = 0.9 D 1.6 W
5. U = 1.2 D + 1.0 L + 1.0E
6. U = 0.9 D 1.0 E
D : Beban mati

R : Beban air hujan

L : Beban hidup

W : Beban angin

A : Beban Atap

E : Beban gempa

Faktor reduksi kekuatan untuk menghitung kuat perlu material elemen struktur sesuai
pasal 11.3.
1. Lentur

: 0.8

2. a. Aksial lentur, aksial lentur dan tarik

: 0.8

b. Aksial tekan, aksial tekan dan lentur


- Tulangan Spiral

: 0.70

- Tulangan bukan spiral

: 0.65
: 0.75

3. Geser

2.4 Metode Perencanaan


1. Semua

komponen/elemen

strukur

harus

direncanakan

cukup

kuat

dgn

memperhatikan faktor pembesaran beban dan faktor reduksi kekuatan


2. Pembebanan harus mengikuti
a. SNI 03 1727 -1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan
gedung
b. SNI 03 1726 2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah
dan gedung
3. Metode analisa
c. Untuk sistem struktur rangka atau struktur menerus harus direncanakan
terhadap pengaruh beban maksimum dari beban berfaktor yang dihitung secara
elastis.
d. Jika tidak dihitung seperti diatas dapat diperhitungkan dengan cara redistribusi
momen atau aturan pasal 10.6 s/d 10.9 SNI 032847-2002.
PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 6/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

4. Kontrol Lendutan
a. Komponen/elemen struktur beton bertulang harus mempunyai kekuatanyang
cukup untuk membatasi lendutan/deformasi yang membahayakan atau
memperlemah kekuatan dan kemampuan layan.
b. Untuk menghindari lendutan yang berlebihan maka elemen struktur harus
direncanakan dan mengikuti ketentuan pada pasal 11.5

2.5 Asumsi asumsi yang digunakan pada penampang lentur


1. Bedasarkan kesetimbangan gaya C = T
2. Distribusi regangan dianggap linear
3. Regangan pada beton dan baja sama pada saat sebelum retak pada beton dan
sebelum leleh pada baja
4. Beton lemah terhadap tarik, sekitar 100% fc sehingga kekuatan tarik diabaikan
c

x
d

0.85f c'

0.85f c'
a = 1x

h
d - a/2

(a)

(b)

T = Asf y

T = Asf y

s
(c)

(d)

Gambar 2.6 Diagram Tegangan dan Regangan (a) Penampang lentur balok
(b) Diagram kesetimbangan regangan
(c) Diagram keseimbangan tegangan/gaya
(d) Diagram kesetimbangan tegangan/gaya ekivalen

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 7/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

0.85fc'

0.85fc'

T = Asf y

T = A sf y

Gambar 2.7 Analisa Penampang 3 Dimensi


Dari hasil analisa distribusi tegangan regangan maka pada SNI/ACI dilakukan
pengaturan dan pembahasan sebagai berikut.
1. Blok tegangan beton rata rata

= 0.85fc

2. Regangan Maksimum beton c

= cu = 0.003

3. Tegangan maksimum tulangan

= fy

4. Regangan maksimum tulangan s

= y = 0.002

5. Nilai tinggi a tergantung pada faktor , yang dipengaruhi oleh variasi mutu beton
fc 30 MPa 1 = 0.85
fc > 30 MPa 1 = 0.85 0.05 (fc 30 )
min = 0.65 (SNI 2847 -2002 pasal 12.2.7.3)
Analisa kesetimbangan gaya
C
0.85 fc b.a
a

=T
= Asfy
=

As f y
0.85 f c ' b

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 8/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
Kapasitas momen penampang balok
a
)
2

Tulangan

Mn = Asfy (d

Beton

Mn = 0.85fcba (d

a
)
2

2.6 Distribusi Regangan pada berbagai macam keruntuhan


1. Penampang Balance
Tulangan mencapai kondisi leleh pada saat serat beton terluar mengalami regangan
batas dan hancur
c = 0.003
s = y =

fy
Es

2. Penampang Over Reinforced


Keruntuhan hanya terjadi pada serat terluar beton. Sedang tulangan masih dibawah
batas leleh.
c 0.003
s =

fs
< y
Es

3. Penampang Under Reinforced


Keruntuhan awal terjadi pada tulangan
c < 0.003
s > y

s
Gambar 2.8 Distribusi regangan pada berbagai macam keruntuhan (1) Kondisi balance (2)
Kondisi Over Reinforced (3) Kondisi Under Reinforced.

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 9/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
Kebijakan atau policy perencanaan beton bertulang diambil bedasarkan kondisi
underreinforced, agar pada saat tulangan telah leleh, maka beton masih belum mengalami
kerusakan
Kondisi diatas terpenuhi jika

min < < 0.75 balance


Dengan rasio tulangan minimum

min =
Bagaimana

1.4
fy

menemukan

penampang

agar

dalam

kondisi

balance.

Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut :


c

xb
d

Xb : garis netral kondisi balanced


Xb
c
0.003
=
=
d
c + b 0.003 + f y / E s
Es = 2 x 105 Mpa

Xb
600
=
d
600 + f Y
a = 1 X ab = 1 Xb
Kesetimbangan gaya
Asbfy = 0.85fcbab

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 10/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
Asb 0.85 f c ' ba b 0.85 f c ' ab
=
=
bd
f y bd
f yd

balance =

1 0.85 f c '
fy

600
600 + f y

Kondisi under reinforced max = 0.75 balance


Contoh soal :
1. Sebuah balok beton bertulang ukuran 400 x 600 mm2 mempunyai tulangan 416 = 804
mm2 dengan mutu beton fc= 25 MPa dan mutu tulangan fy = 300 MPa. Lakukan
evaluasi apakah tulangan dalam kondisi over reinforced atau under reinforced.

600
4 16
400

Jawaban :
a) Data Perencanaan :
fc = 25 MPa 1 = 0.85
fy = 300 MPa
As = 804 mm2
b = 400 mm
h = 600 mm
d

= h d - /2 = 600 42 16/2 = 550 mm

b) Kondisi balanced
balance

=
=

1 0.85 f c '
fy

600
600 + f y

0.85 0.85 25 600


= 0.0401
300
600 + 300

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 11/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
Asb

= bbd = 0.0401x 400 x 550 = 8822 mm2

As
804
=
= 0.00365
bd 400 550

c) Sehingga :
max

= 0.75 b = 0.75 x 0.0401 = 0.0301

min

1.4
1 .4
=
= 0.00467
fy
300

karena < max


As< Asb

Under reinforced, luas tulangan perlu


ditambah sampai > min

> min

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 12/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
Contoh soal :
2. Hitung nilai tahanan nominal suatu penampang balok 400 x 600 mm2 yang mempunyai
tulangan tunggal 5 19 = 1698 mm2 dgn kondisi mutu bahan :
a) fc = 25 MPa

; fy = 300 Mpa

b) fc = 25 MPa

; fy = 500 Mpa

c) fc = 40 MPa

; fy = 300 MPa

d = 500 mm

600
6 19

Jawaban :
a. Kondisi fc = 25 MPa

min =
=

; fy = 300 Mpa

400

1.4 1.4
=
= 0.00467
f y 300

As
= 0.00849 > min
bd

fc= 25 MPa 1 = 0.85


a=

As f y
0.85 f c ' b

1698 300
= 59.93 mm
0.85 25 400

= Asfy (d

Mn

b. Kondisi fc = 25 MPa

min =
=

a
59.93
) = 1698 x 300 (500 ) = 239.44 kNm
2
2

; fy = 500 Mpa

1.4 1.4
=
= 0.00849
f y 500

As
= 0.00849 > min
bd

fc= 25 MPa 1 = 0.85


a=

As f y
0.85 f c ' b

Mn = Asfy (d

1698 500
= 99.88 mm
0.85 25 400
99.88
a
) = 1698 x 500 (500 ) = 382.40 kNm
2
2

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 13/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
c. Kondisi fc = 40 MPa

min =
=

; fy = 300 MPa

1.4 1.4
=
= 0.00467
f y 300

As
= 0.00849 > min
bd

fc= 40 MPa 1 = 0.85 0.05 (40-30)


1 = 0.78
a=

As f y
0.85 f c ' b

Mn = Asfy (d

1698 300
= 37.46 mm
0.85 40 400
a
37.46
) = 1698 x 500 (500 ) = 382.40 kNm
2
2

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 14/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
Contoh soal :
3. Suatu balok ukuran 400 x 600 mm2 terletak pada tumpuan sederhana dgn bentang 800
m menerima beban merata qu sebesar 2.5 t/m. Persyaratan tebal cover = 42 mm dgn
mutu bahan fc = 30 MPa; fy = 400 MPa. Tentukan luas tulangan yang dibutuhkan.
qu = 2.5t/m

600

8m
400

Jawaban :
a.) Data perencanaan :
fc = 30 MPa

b = 400 mm

fy = 400 MPa

h = 600 mm

d = 42 mm

L=8m

q = 2.5 t/m

b.) Perhitungan gaya dalam


Mu =

1 2 1
ql = 2.5 8 2 = 20tm
8
8

Mn =

M u 20
=
= 25 tm
0.8 0.8

c.) Perhitungan batas penulangan

min =

1.4 1.4
=
= 0.0035
f y 400

balance =

1 0.85 f c '
fy
=

600
600 + f y

0.85 0.85 30
600
= 0.0325
400
600 + 400

max = 0.75 b = 0.75 x 0.0325 = 0.0244

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 15/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
direncanakan menggunakan tulangan utama 16 sengkang 10
d = h d - s = 600 42 10 - 16/2 = 540 mm
d.) Perhitungan kebutuhan tulangan
a =

As f y
0.85 f c ' b

Karena As tidak diketahui maka harus dilakukan trial untuk

mendapatkan As
As diambil

= 1.5 x As min = 1.5 x minbd


= 1.5 x 0.00325 x 400 x 540 = 1035 mm2

a=

1035 400
= 44.47 mm
0.85 30 400

Mn = Asfy (d
As =

a
)
2

Mn
a

fy d
2

250
44.47
400(540
)
2

=1207 mm2

Dipasang tulangan 7 16 As = 1407 mm2


d = h d - s - 2 = 600 42 10 2 x16 = 516 mm
1407 400
=
a=
= 55.18
0.85 f c ' b 0.85 30 400

As f y

Mn

= Asfy (d

7 16

55.18
a
) = 1407x 400 (516 )
2
2

= 274.88 kNm >

Mu

= 250 kNm

e.) Menghitung tulangan secara langsung


PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 16/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Mu = Mn = Asfy d(1

1 f y
)
1.7 f c '

Dengan menuliskan
m=
Rn =

fy
0.85 f c '

rasio material

Mu
kg/cm2 koefisien tegangan penampang
bd

Maka diperoleh : =

2 Rn m
2 Rn
1
= 1 1

1
1
m
f y
0.85 f c '
m

Contoh soal :
PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 17/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
4. Sebuah balok 400 x 600 mm2 menerima beban Mu = 226 kNm, memiliki mutu
material fc= 30 MPa dan fy = 400 MPa. Hitung kebutuhan tulangannya.
Jawab :
fy

m=

0.85 f c '

Rn =
=

400
= 15.69
0.85 30

Mu
226 10 6
=
= 2.33 kg/cm2
bd 0.8 400 500

2 Rn
1
= 1 1 1 2 2.33 = 0.0061
1 1

0.85 30
m
0.85 f c ' 15.69

As = bd

= 0.0061 x 400 x 500 = 1342 mm2


digunakan tulangan 5 19 (1417,6 mm2)

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 18/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
2.7 Analisa Penampang Balok T
Pada kondisi tertentu, kita dihadapi pilihan bahwa elemen struktru dilapangan bisa
berbentuk T,L,I. Bentuk bentuk tersebut dapat dimanfaatkan lebar sayapnya. Hal ini
bisa dilakukan jika daerah beton tertekan berada pada lebar sayap
beff

beff

a = 1x

0.85fc'

0.85fc'

a = 1x

d - a/2

d - a/2

T = Asfy

T = Asf y

(a)

(b)

Gambar 2.9 Analisa penampang (a) T asli (b) T Palsu


Perhitungan lebar effektif ptofil balok T sesuai pasal 10.10
1. beff < Lo
2. beff < 8 tp
3. beff < Jarak bersih terhadap balok sampingnya
Untuk balok T dgn satu sayap
1. beff <1/12 Lo
2. beff <6 tp
3. beff < Jarak bersih terhadap balok sampingnya
Untuk balok T tunggal
1. beff < 4bw
2. tebal sayap tf > bw
beff

tf

bw
bo

bo

bo

Gambar 2.10 Penampang tekan effektif dari balok T pada sistem lantai

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 19/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Contoh Soal :
5. Suatu balok T seperti pada gambar mempunyai material fc = 30 MPa dan fy = 400
MPa. Kontrol apakah balok tersebut balok T atau T palsu.
T=C
As.fy = a.b 0.85 fc
804x400 = a.b x 0.85 x 30
a.b

= 12611 mm2 < 800 x150 mm2


< 120000mm2

beff

= 800 mm

12611
= 15.74 mm
800

Chek tulangan minimum

min =

800

1.4 1.4
=
= 0.0035
f y 400

150

450

As = 804
(416)
50
400

As min = minbd = 0.0035 x 400 x 550


= 770 mm2
As > As min Jadi penampang di atas adalah T asli

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 20/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
2.8 Analisa Penampang Bertulangan Rangkap

d'
d

b
c=0.003
s'

As'

c2
c1

As

As=As1+As2
T1+T2

Gambar 2.11 Diagram Tegangan dan Regangan penampang Tulangan Rangkap


Gaya-gaya penampang :
Mn

= Mn1 + Mn2

T1

= As1 .fy = C1

As1

= As As

Mn

a
a
a

= T 1 d = As1. fy d = ( As As ' ). fy d
2
2
2

As

= As2 = (As-As1)

T2

= As2 . fy

Mn

= Mn 1 + Mn2 = (As As) fy d + As. fy (d d)


2

Mu

= Mn = [ (As-As) fy d + As.fy.(d-d)]
2

As1. fy
( As As ' ). fy
=
0,85. fc '.b
0,85. fc'.b

Mn2 = As . fy (d d)

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 21/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
Keserasian Regangan :

c
C

c
C

=
=

C=

s + c
d

s '
(c d )

( As As' ). fy
( ' ). fy.d
=
=
1 1.0,85. fc'.b
1.0,85. fc'.b

= 0,003.[ 1 s =

d'
s = 0,003 1
2

0,85. 1. fc'.d '


]
( ' ). fy.d

fy
fy
=
Es
2.10 6

tulangan tekan leleh

Hal ini terjadi jika :


>
jika

0,85. 1. fc'.d '


6000
.
fy.d
6000 fy

s < y
fs = Es . s = 2.106 . s
fs = 2.106 . 0,003 .[ 1 -

sehingga :

b = b + .

0,85. 1. fc'.d '


]
( ' ). fy.d
fs'
fy

= 0,75 b + .
=

fs'
fy

As. fy As'. fy
0,85. fc'.b

b = rasio tulangan seimbang tulangan tunggal untuk As1


a

Mn = ( As.fy As.fy) d + As. fs. (d d)


2

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 22/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
Contoh soal :
6. Suatu balok ukuran 400 x 600 mm2 mempunyai mutu beton fc = 30 MPa dan tulangan
fy = 400 MPa, diberi tulangan seperti pada gambar. Hitung momen nominal!
2 16

As = 1415 mm2

5 19

As = 402 mm2
Jawab :
Data Perencanaan :
b = 400 mm;

h = 600 mm

d = 550 mm;

d = 25 mm

fc = 30 Mpa;

fy = 400 MPa

As = 1415 mm2;

As = 402 mm2

Analisa penampang :
As1 = As As = 1415 402 = 1013 mm2
=

As1. fy
1013.400
=
= 39,73 mm
0,85. fc '.b
0,85.30.400

C=

39,73
=
= 4674 mm
1
0.85

25
d'

s = 0,003 1 = 0,003 1
= 0,0014
c

4674

s = 0,0014 <

400
fy
=
= 0.002 tulangan tekan belum leleh
Es
2.10 6

a
39,73

Mn1 = As1 . fy d = 1013 . 400 550


= 214,81 kNm
2
2

Mn2 = As.fs (d - d) = 402 (0,0014 . 2.106) (550 25) = 59,09 kNm


Mn = Mn1 + Mn2 = 214,81 + 59,09 = 273,9 kNm

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 23/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
2.9 Analisa Pelat Satu Arah
Elemen pelat merupakan salah satu elemen yang dominant menerima beban lentur.
Pada kondisi tertentu secara struktur pelat tersebut menerima beban satu arah jika bentang
memanjang besarnya lebih dari 2 kali bentang pendek (Lx).

Ly

Ly

Lx

Lx

Pelat 2 arah : Ly/Lx < 2

Pelat 1 arah : Ly/Lx > 2

Sehingga struktur pelat satu arah :

qx

sendi - sendi
Lx
qx

jepit -jepit

Ly
Lx
Lx

Struktur sendi sendi jika balok yang ditumpu relatif kecil, sehingga pelat dan
balok berotasi bersama-sama.

Struktur jepit jepit jika balok yang ditumpu relatif besar (kaku), sehingga balok
tidak berotasi.

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 24/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
Perhitungan gaya dalam mengikuti mekanika biasa.
M=

1
. q . Lx2
8

untuk sendi sendi

M=

1
. q . Lx2
12

untuk jepit jepit

Setelah gaya dalam diperoleh, maka desain kebutuhan tulangan dapat dihitung
seperti pada balok untuk tulangan tunggal dengan lebar balok / pelat diambil sebesar 100
cm.

100 cm
Cara penulisan tulangan pelat : 10 200
Artinya dipasang tulangan pelat 10 sebanyak 5 buah untuk 100 cm lebar pelat.
Jika 1 buah tulangan 10 mempunyai luas = 79 mm2, maka 10 -200 mempunyai besar
tulangan As = 390 mm2.
Pemasangan tulangan pelat satu arah
tulangan pembagi
tulangan utama

6 - 200

10 - 200

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 25/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tulangan utama

: min =

Tulangan pembagi ( tulangan susut ) : min =

1,4
fy

0,7
> 0,0018
fy

Pelat satu arah sering ditemukan pada :


1. Lantai jembatan
2. Talang air
3. Box culvert
4. Pelat yang ditumpu balok anak
Perhitungan gaya dalam momen lentur untuk pelat satu arah dengan tumpuan lebih dari
dua diatur dalam SNI pasal 10.3.3.
2 batang
3 batang

Perencanaan pelat/slab 2 arah

pelat

Lx

Ly
<2
Lx
Ly

(a)

(b)

(c)

Gambar 2 Type pelat 2 arah (a) Flat Plate (b) Flat Slab (c) Two Way Beam Suported Slab

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T

Halaman 26/26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MATERI III
LENTUR DAN AKSIAL
3.1 Faktor Reduksi Elemen Struktur Beton Bertulang yang dibebani Aksial dan
Lentur

Gambar 3.1 Faktor Reduksi Lentur dan Aksial Pasal 11.3 SNI-2847-2002

Gambar 3.2 Faktor Reduksi Lentur dan Aksial Pasal 9.3 ACI 318-2002
PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
3.2 Diagram Interaksi Elemen Struktur yang Terbebani Lentur dan Aksial
berdasarkan ACI-318-99

Gambar 3.3 Diagram interaksi pada elemen struktur yang terbebani aksial dan lentur

Gambar 3.4 Tiga tipe kegagalan pada elemen struktur beton bertulang yang dibebani
aksial dan lentur

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 3.5 Beban kegagalan pada elemen struktur versus kelangsingan pada kolom

Gambar 3.6 Diagram interaksi untuk kolom

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
3.3 Elemen Struktur yang Terbebani Aksial dan Lentur pada Portal Bergoyang dan
Portal Tak Bergoyang

Gambar 3.7 Diagram Alir Kontrol kelangsingan


Pada saat melakukan kontrol kelangsingan dilakukan beberapa langkah langkah
pelaksanaan antara lain :
a. Menentukan Property Penampang yang digunakan pada struktur utama

Gambar 3.8 Properti penampang untuk analisis struktur


Berdasarkan SNI-2847-2002 pasal 12.11.1, beban aksial berfaktor Pu, dan
ebban momen berfaktor pada ujung kolom M1 dan M2, dan deformasi lateral
harus dihitung berdasarkan analisis struktur elastis orde pertama, yang
penampangnya mempertimbangkan faktor retak sepanjang elemen struktur.

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
b. Jari jari girasi

Gambar 3.9 Radius of Gyration


Pada umumnya, nilai jari jari girasi, r, adalah Ig/Ag. Biasanya, r
diambil sebagai 0.3 kali besarnya dimensi pada arah yang dianalisa untuk
penampang persegi dan 0,25 kali untuk penampang bundar, seperti ditunujkkan
pada gambar diatas.
c. Unsupported Length untuk elemen struktur tertekan

Gambar 3.10 Unsupported Length of Compression Members


Unsupported length lu daripada kolom, didefiniskan dalam SNI 28472002 pada pasal 12.11.3, jelas bahwa panjang bersih antara dukungan lateral
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.10. perlu dicata bahwa panjang lu bias
berbeda untuk tekuk pada tiak tiap aksi pada penampang kolom. Rumus basis
euler untuk tekuk kritis dimana beban dapat diekspresikan sebagai , dimana le
sebagai panjang efektif klu. Persamaan dasar untuk desai kolom langsing dapat
didapatkan daripada ujung sendi, dan dimodifikasi sesuai dengan efek daripada
pengekangan yang ada. Panjang efektif kolom klu, dan sesuai dengan panjang
actual daripada lu pada struktur bergoyang, pernyataan ini digunakan untuk
mengestimasi kekuatan kolom langsing, dan mempertimbangkan pengekangan
ujung pada keadaan struktur bergoyang dan tak bergoyang.

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
d. Panjang efektif untuk elemen struktur tertekan (le) pada kondisi tidak
bergoyang.

Gambar 3.11 Effective Length of Compression members (Non-Sway Frames)


Bila sebuah elemen ditahan terhadap rotasi pada kedua ujungnya, maka
elemen tersebut akan menekuk seperti pada gambar 3.11, dan rata-rata kolom
actual pada struktur dimana ia terkekang jepit atau sendi, biasanya hanya sebagian
terkekang terhadap rotasi yang disebabkan elemen struktur lain terhadap kolom,
dan panjang efektif yang terkekang antara lu/2 dan lu, seperti ditunjukkan pada
gambar 13.11 c sepanjang displacement lateral pada salah satu ujungnya dengan
memperhatikan bawah ujung lainnya terkekang penuh.
e. Panjang efektif untuk elemen struktur tertekan (le) pada kondisi bergoyang.

Gambar 3.12 Effective length of compression members (Sway Frames)


Bentuk defleksi daripada sebuah elemen yang sama dengan satu setengah
daripada bentuk defleksi sinusoidal
PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

untuk ujung sendi diilustrasikan seperti


6

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
gambar 3.12 a. bila kolom di kekang terhadap rotasi pada kedua ujungnya tetapi
salah satu ujungnya dapat bergerak lkearah lateral dengan mempertimbangkan
yang lain, maka elemen tersebut akan menekuk seperti pada gambar 3.12b. seperti
dinotasikan diatas , ujung kolom biasanya dikekang penuh terhadap pengekangan
sendi atau jepit, tetapi biasanya sebagian terkekang terhadap rotasi elemen
struktur yang lainnya pada kedua ujung kolom. Panjang efektif akan bervariasi
antara lu dan tak terbatas, seperti ditunjukkan pada gambar 3.13
f. Panjang efektif kolom untuk struktur yang kaku (Bergoyang)

Gambar 3.13 Effective Length for rigid frame

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
g. Faktor panjang efektif kolom untuk struktur portal tak bergoyang

Gambar 3.14 Effective Length Factor (k) for Non Sway Frames
Untuk elemen struktur tertekan pada portal tak bergoyang, upper bound
faktor panjang efektif bisa diambila sebagai nilai terkecil daripada kedua rumus
dibawah :
k = 0.7 + 0.05 (A + B) 1.0
k = 0.85 + 0.05 min 1.0
dimana A dan B adalah nilai daripada pada ujungh kolom dan min adalah
nilai terkeil dari kedua nilai tersebut.
Bila tidak menggunakan perhitungan dapat menggunakan grafik faktor
panjang efektif pada portal tak bergoyang.

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
h. Faktor panjang efektif kolom untuk struktur portal bergoyang

Gambar 3.15 Effetive Length Factor (k) for sway frames


Untuk elemen struktur tertekan pada portal bergoyang yang terkekang
pada kedua ujungnya, maka panjang efektif dapat diambil sebagai :

Dimana nilai ym merupaka njlai rata rata daripada nilai pada kedua
ujung kolom. Untuk elemen struktur tertekan pada portal bergoyang yang

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
terkekang sendi pada salah satu ujungnya, panjang factor efekti dapat diambil
sebagai berikut :
k = 2.0 + 0.3
Diaman merupakan ratio kekauan antara kolom-balok pada ujung
terkekang, bila tidak menggunakan rumus ini dapat menggunakan grafik factor
panjang efektif pada gambar 3.15.

3.4 Perbesaran Momen pada Portal Bergoyang dan Tak Bergoyang


Untuk melihat sebuah portal bergoyang atau tak bergoyang dapat dianalisis
dengan menggunakan stabilitas index (SNI 2847-2002), hal ini mempunyai perbedaan
dengan SKSNI T15-1992 dimana dalam peraturan ini tidak dibahas batasan daripada
sebuah struktur disebut bergoyang atau tidak bergoyang.
Rumus Stabilitas Index dapat dilihat seperti dibawah ini ;

Untuk Portal Tak bergoyang maka besarnya momen yang terjadi


dirumuskan seperti dibawah ini :

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

10

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tetapi besarnya momen M2 tidak boleh lebih keil daripada M2,Min


dimana M2min dirumuskan seperti rumus dibawah ini :

Kekakuan Kolom dan balok EI diambil dapat dengan dua cara, dimana
cara yang pertama dengan mengasumsikan tulangan yang ada sehingga nilai Ieff
dapat diketahui, bila tulangan tidak diasumsikan atau ditentukan maka nilai
kekauan daripada balok dan kolom dapat dihitung dengan rumus yang
disederhanakan.

Besarnya nilai Bd merupakan nilai daripada beban maksimum berfaktor


tetap yang ada dibagi dengan besarnya beban total berfaktor dengan kombinasi
pembebanan yang sama. Besarnya Bd dapat dicari dengan rumus dibawah ini :

Besarnya nilai Cm tergantung daripada momen tiap kolom, hal ini


dikarenakan bentuknya momen daripada kolom dapat berupa single urvature dan
double curvature. Dimana nilai M1 merupakan momen yang terbesar daripada M2
dan M1. besarnya nilai Cm dapat diari dengan rumus dibawah ini :

Untuk portal bergoyang cara mencari nilai M2ns sama dengan diatas
hanya saja ada tambahan daripada nilai momen M2s akibat adanya defleksi atau

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

11

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
P-Delta efek. Dimana nilai ini dapat dicari dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan stabilitas index atau dengan menggunakan metode approximate
magnification momen biasa.
Dengan menggunakan stabilitas index nilai M2s dapat dicari dengan
rumus berikut :

Bila dihitung dengan menggunakan metode Approximate Magnification


method biasa dapat dicari dengan rumus berikut :

Untuk mengontrol stabilitas daripada sebuah struktur dapat memberikan


kinerja yang terbaik bila beban lateral bekerja, maka ada pembatasan terhadap
stabilitas yang biasa disebut sebagai structural stability, diaman setiap metode
perhitungan mempunyai criteria sendiri sendiri.
Bila dihitung dengan menggunakan Stabilitas index (Q) maka besarnya
nilai structural stability ditentukan dengan persamaan seperti dibawah ini ;

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

12

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Sedangkan bila dihitung dengan menggunakan metode approximate


magnification biasa maka nilai structural stability ditentukan dengan persamaan
dibawah ini :

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

13

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Desainlah kolom A3 dan C3 pada lantai dasar dari sepuluh lantai seperti yang terlihat pada gambar.
7010.4
mm
Tinggi lantai pertama sebesar
=
mm
3962.4
Tinggi kolom pada lantai selanjutnya
=
Asumsikan bahwa gaya lateral pada gedung disebabkan oleh angin dan beban matinya hanya disebabkan oleh
beban struktur bangunan itu sendiri
Data lainnya mengenai gedung dapat dilihat dibawah ini :

Bahan Material :
Beton
Lantai
Kolom dan dinding
Tulangan
Balok
Kolom Luar
Kolom Dalam
Dinding Geser

: fc'
: fc'
: fy
: 609.6
:
508
: 609.6
: 304.8

Berat Pelat Lantai


Beban Mati
Beban Hidup Kayu
Beban Hidup Lantai

:
:
:
:

8534.4

=
=
=
x
x
x

27.58
41.37
413.7
508
508
609.6

411.78
153.22
143.65
239.41

Mpa
Mpa
Mpa
mm
mm
mm
mm

8534.4

8534.4

8534.4

8534.4

8534.4
8534.4
8534.4
2

kg/m
2
kg/m
2
kg/m
2
kg/m

8534.4

8534.4

L1 =
L2 =

3962.4
7010.4

5xL

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

14

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

fc', fy, Wc Balok


(bb,hb), Kolom (bk,hk),
L2 L1, L,P

Analisa Struktur
Pu = 1,4 PD
Pu = 1,2 PD + 1,6 PL
Pu = 1,2 PD + 1,0 PL 1,6 W
Pu = 0,9 PD 1,6 W
M1, M2

diambil yang
Max

Sway / Non
Sway

Q=

No

P
u

Vu Lc
Yes

Q < 0.05

Tidak Bergoyang

Bergoyang

Faktor Knik Kolom


Interior
Asumsi : k = 1.82
r = 0,3 h

Faktor Knik Kolom Exterior

Faktor Knik Kolom Exterior

Ec = 4700 fc

Ec = 4700 fc

bh 3
Ibeam = 0.35 I g = 0 .35

12

bh 3
Ibeam = 0.35 I g = 0 .35

12

bh3
Icol = 0.7 Ig = 0.7
12

EI
EI
EI
=
E I

A =

col

beam

col

Lcol
Lbeam

col

beam

Lcol
Lbeam

B = 1

jika Jepit

B = 10

jika Sendi

Faktor kelangsingan : k = (Lihat Tabel Komponen Struktur Tak


Bergoyang)

Atau dengan hitungan


:

EI
EI
EI
=
E I

A =

beam

Faktor Knick Kolom


Interior

bh3
Icol = 0.7 Ig = 0.7
12

k = 0.85+0.05xmin

k>1

col

beam

Asumsi : k = 1
r = 0,3 h

Lcol
Lbeam
Lcol
;

Lbeam

B = 1

jika Jepit

B = 10

jika Sendi

Faktor kelangsingan : k = (Lihat Tabel Komponen Struktur Tak


Bergoyang)

Atau dengan hitungan


:

k = 0.85+0.05xmin

k>1

Kontrol Kelangsingan

No

Kontrol
Kelangsingan
kl u

< 22

k lu
M
34 1 2
r
M
Dengan syarat

1
2

Redesign Dimensi Kolom

No

M1
34 12 M 2 max = 40

Yes

Yes
Kelangsingan
Diperhitungkan

Kelangsingan Diabaikan
Kelangsingan Diabaikan

M2s
M2s
1Q

sM2s =

Asumsi
Asumsikan Jumlah tulangan

M2, min = Pu(1.5 + 0.03h)

M2 =M2ns+sM2s

(0.2EcIg + EsIse)
EI =
1+ d

d =

M2 M2, min

No

1.2PD
1.2PD+1.6PL

Atau secara lebih Konservatif

EI =

Kontrol

Cataum = 1

PcInt =

M1
Cm = 0.6 + 0.4
0.4
M2

Lu
>
r

35
Pc
fc ' A g

0.4 EcIg
1 + d

2 EI
(kint Lu ) 2

M1
Cm = 0.6 + 0.4
0.4
M2

Pembesaran
Momen

Yes

ns =

ns = 1

No

Cm
1 Pu
0.75Pc

ns 1
Yes

n s

Kontrol Dengan
PCACOL

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

15

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PROCEDURE

REFERENCE

CALCULATION

DATA MATERIAL
Mutu beton fc'
Mutu besi fy'
Dimension
Ukuran balok(mm)
Ukuran kolom eksterior

SNI Ps 11.2

b
h
b
h

Design condition
Tinggi kolom bawah
L2
Tinggi kolom atas
L1
Jarak kolom
L
STEP1 : Menentukan beban berfaktor
Kolom A3
Load Case
Dead(D)
Live(L)*
Wind(W)
Beban berfaktor
1.4 D
1.2 D+1.6 L
1.2 D+1.0L+1.6 W
1.2 D+1.0L -1.6 W
0.9 D+1.6 W
0.9 D -1.6 W

(kn)
3194
409
36

Top
(kn-m)
107.12
41.09
1.49

Moment
Bottom
(kn-m)
54.24
20.75
5.83

(kn)
4471.1
4487.1
4298.5
4184.7
2931.2
2817.4

(kn-m)
150.0
194.3
172.0
167.2
98.8
94.0

(kn-m)
75.9
98.3
95.2
76.5
58.1
39.5
Moment
Bottom
(kn-m)
0.95
22.10
10.44

Axial Load

Nilai
41.37
413.7

Satuan
Mpa
Mpa

508
609.6
508
508

mm
mm
mm
mm

7010.4
3962.4
8534.4

mm
mm
mm

Kolom C3
Load Case

Axial Load

Dead(D)
Live(L)*
Wind(W)

(kn)
5645
761
13

Top
(kn-m)
1.36
43.93
3.39

Beban berfaktor

(kn)

(kn-m)

(kn-m)

7990.4
7555.4
7512.7
5101.4
5058.7

71.9
51.0
40.1
6.6
4.2

36.5
39.9
6.5
17.6
15.9

1.2 D+1.6 L
1.2 D+1.0L+1.6 W
1.2 D+1.0L -1.6 W
0.9 D+1.6 W
0.9 D -1.6 W

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

16

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

SNI Ps 12.11. 4)

STEP2: Menentukan sway atau non sway


PD =
166226.208 kn
PL =
18730.528 kn
Pu (kN) =1,2D+1,6L=
Vu =(gaya geser berfaktor perlantai, pada lantai 1 akibat beban angin )
o =(defleksi relatif orde pertama antara ujung dan dasar

229440.294

Kn

1838.8
1.016

Kn

6705.6

mm

pada lantai pertama akibat Vu)

lc = (panjang kolom diukur dari center-center dari joint pada portal)

Stab Index : Q =

Vu lc

< dari 0.05

0.0189056

Q<0.05 maka kolom tidak bergoyang


SNI Ps 12.12.(2)

STEP 3:

Mendesain kolom C3
Menentukan apakah efek kelangsingan perlu dihitung
k=(asumnsi k=1 )
lu=
r = 0,3 h=

k luu
kl
==
rr
M1=
M2=

1
6705.6
182.88

mm
mm

36.7
4.2
15.9

Kn-m
Kn-m

37.18

Asumsi Double Curvature (M1/M2 = negatif)


Tidak perlu menghitung efek kelangsingan karena

Selanjutnya desain menggunakan PCACOL

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

17

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
STEP 4:

Mendesain kolom A3
a. Menentukan apakah efek kelangsingan harus dihitung

SNI Ps 12.11.(6)

Menentukan k dari FigR.10.12.1 Notes On ACI 318-99

SNI Ps 12.12.(1)

ko l

bh
= 0 .7
12

E c = 4700

fc

3884826639

30230.2

mm4

Mpa

Untuk kolm dibawah lantai2

Ec
lc

. I
1

1.7514E+10 Mpa-mm

Untuk kolom diatas lantai2

b a lo k

Ec
lc

. I
2

2.96E+10

b h 3 3356490216
= 0 .35

12

Mpa-mm

mm4

3.97

Asumsi

Dari grafik didapat

je p it

0.84

k=

Untuk kondisi double curvature =


SNI Ps 12.12.(2)

k lu
=
r

30.8

M1=
M2 =

39.5
94.0

Kn-m
Kn-m

39.04

Asumsi Double Curvature (M1/M2 = negatif)


Tidak perlu menghitung efek kelangsingan karena

Untuk kondisi single curvature =

k lu
=
r

30.8
M1=
M2 =

39.5
94.0

Kn-m
Kn-m

28.96

Asumsi Single Curvature (M1/M2 = positif)


Perlu menghitung efek kelangsingan karena

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

18

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
U ntuk mengetahui prodedur design menggunakan perhitungan kelangsingan
pada kolom tidak bergoyang, digunakan asumsi SINGLE CURVATURE
SNI Ps 12.12.(3)

b Menentukan Mc (termasuk kelangsingan) pada setiap


kombinasi pembebanan

dimana :

Untuk kombinasi beban U = 1.2D + 1.6L

M
C m = 0 . 6 + 0 . 4 1
M2

M1 =
M2 =

> 0 . 4

98.3
194.3

Kn-m
Kn-m

0.80

E c = 4700
I

bh

12

fc
3

30230.2

Mpa

5549752341

mm4

199955

Mpa

177862537

mm4

Asumsi :
2

3 2 .3
508
I se = 2 (3 x 8 1 9 )
3 8 . 1 9 .5

2
2

1 .2 D
1 .2 D + 1 .6 L

0.85408406

3.7279E+13 Mpa-mm4
3.7279E+10 Kn-mm2

3.6195E+13 Mpa-mm4
3.6195E+10 Kn-mm2

digunakan EI =

Pc =

2 EI
(klu )

EI =

(0,2 Ec I g =+ E s I se
1+ d
=

3.7279E+10

Kn-mm2

11584.847

Kn

1.66

Cek momen minimum


M2,min
M2
dipakai M2

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

=
=
=

Pu(0.6 + 0.03h)
194287.7
194287.7

>

=
71076.3356
71076.33562

Kn-mm

322369.823

Kn-mm

19

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

20

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

21

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Rencanakan kolom C1 dan C2 pada lantai pertama dari sebuah gedung perkantoran 12 lantai pada gambar dibawah
Tinggi bersih dari lantai pertama adalah :
Tinggi bersih dari lantai lainnya adalah :
Asumsikan bahwa beban lateral hanya disebabkan oleh angin dan beban mati disebabkan oleh berat sendiri struktur
Data lain untuk merencanakan adalah sebagai berikut :
Bahan Material :
Beton :

fc' =
fc' =
Tulangan fy =

41.37 Mpa
27.58 Mpa
413.7 Mpa

Balok :

609.6 mm
558.8 mm
609.6 mm

Eks.Kolom

Int.Kolom

508
558.8
609.6

Untuk kolom dibawah lantai 2


Untuk kolom lainnya
A

B
7315.2

C
7315.2

7315.2

E
7315.2

7315.2

1
7315.2

Berat sendiri :
Berat hidup atap:
Berat hidup lantai:

1.44 Kpa
1.44 Kpa
2.39 Kpa

2
7315.2

3
7315.2

3657.6
4572

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

22

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

fc', fy, Wc Balok


(bb,hb), Kolom (bk,hk),
L2 L1, L,P

Analisa Struktur
Pu = 1,4 PD
Pu = 1,2 PD + 1,6 PL
Pu = 1,2 PD + 1,0 PL 1,6 W
Pu = 0,9 PD 1,6 W
M1, M2

diambil yang
Max

Sway / Non
Sway

Q=

No

P
u

Vu Lc
Yes

Q < 0.05

Tidak Bergoyang

Bergoyang

Faktor Knik Kolom


Interior
Asumsi : k = 1.82
r = 0,3 h

Faktor Knik Kolom Exterior

Faktor Knik Kolom Exterior

Ec = 4700 fc

Ec = 4700 fc

bh 3
Ibeam = 0.35 I g = 0 .35

12

bh 3
Ibeam = 0.35 I g = 0 .35

12

bh3
Icol = 0.7 Ig = 0.7
12

EI
EI
EI
=
E I

A =

col

beam

col

Lcol

col

beam

L col
Lbeam

B = 1

jika Jepit

B = 10

jika Sendi

Faktor kelangsingan : k = (Lihat Tabel Komponen Struktur Tak


Bergoyang)

Atau dengan hitungan


:

EI
E I
EI
=
E I

A =

Lbeam
;

beam

Faktor Knick Kolom


Interior

bh3
Icol = 0.7 Ig = 0.7
12

k = 0.85+0.05xmin

k>1

col

beam

Asumsi : k = 1
r = 0,3 h

L col
Lbeam
Lcol
;

Lbeam

B = 1

jika Jepit

B = 10

jika Sendi

Faktor kelangsingan : k = (Lihat Tabel Komponen Struktur Tak


Bergoyang)

Atau dengan hitungan


:

k =0.85+0.05xmin

k>1

Kontrol Kelangsingan

No

Kontrol
Kelangsingan
kl u

< 22

k lu
M
34 12
r
M
Dengan syarat

1
2

Redesign Dimensi Kolom

No

M1
34 12 max = 40
M 2

Yes

Yes
Kelangsingan
Diperhitungkan

Kelangsingan Diabaikan
Kelangsingan Diabaikan

M2s
M2s
1Q

sM2s =

Asumsi
Asumsikan Jumlah tulangan

M2, min = Pu(1.5+ 0.03h)

M2 =M2ns+sM2s

EI =
d =

M2 M2, min

No

Atau secara lebih Konservatif

Kontrol

Cataum = 1

0.4 EcIg
1 + d

PcInt =

M1
Cm = 0.6 + 0.4
0.4
M2

35
Pc
fc' Ag

1+ d

1.2PD
1.2PD+1.6PL

EI =

Lu
>
r

(0.2EcIg + EsIse)

2 EI
(k int Lu ) 2

M1
Cm = 0.6 + 0.4
0.4
M2

Pembesaran
Momen

Yes

ns =

ns = 1

No

Cm
1 Pu
0.75Pc

ns 1
Yes

n s

Kontrol Dengan
PCACOL

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

23

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
PROCEDURE

REFERENCE

CALCULATION

Given:Materials
Mutu beton fc'
Mutu besi fy'
Dimension
Ukuran balok(mm)
Ukuran kolom ekterior
Kolom interior
Design condition
Tinggi kolom bawah
Tinggi kolom atas
Jarak kolom (m)
Step 1: Beban Berfaktor
Kolom C1
SNI Ps 11.2
Dead(D)
Live(L)*
Wind(W)
Beban berfaktor
1.4 D
1.2 D+1.6 L
1.2 D+1.0L+1.6 W
1.2 D+1.0L -1.6 W
0.9 D+1.6 W
0.9 D -1.6 W

41.37
413.70

Mpa
Mpa

b
h
b
h
b
h

508.00
609.60
558.80
558.80
609.60
609.60

mm
mm
mm
mm
mm
mm

L2
L1
L

4572.00
3657.60
7315.20

mm
mm
mm

Axial Load
(kn)
2768.4352
366.96
214.84

Top
(kn-m)
47.19
20.88
23.19

Bottom
(kn-m)
23.87
10.44
187.13

3875.81
3909.26
4032.82
3345.34
2835.33
2147.85

66.06
90.04
114.61
40.41
79.57
5.37

33.41
45.34
338.48
-260.32
320.88
-277.93

Axial Load
(kn)
4838.05
675.21
1.33

Top
(kn-m)
-2.71
-21.15
59.12

Bottom
(kn-m)
-1.36
-10.58
277.98

6773.26
6885.98
6483.00
6478.73
4356.38
4352.11

-3.80
-37.10
70.19
-119.00
92.15
-97.04

-1.90
-18.55
432.56
-456.97
443.55
-445.99

M1
33.41
45.34
114.61
40.41
79.57
5.37

M2
66.06
90.04
338.48
-260.32
320.88
-277.93

M1ns
33.41
45.34
39.08
39.08
21.48
21.48

M2ns
66.06
90.04
77.51
77.51
42.47
42.47

M1
-1.90
-18.55
70.19
-119.00
92.15
-97.04

M2
-3.80
-37.10
432.56
-456.97
443.55
-445.99

M1ns
-1.90
-18.55
-12.20
-12.20
-1.22
-1.22

M2ns
-3.80
-37.10
-24.41
-24.41
-2.44
-2.44

M1s

M2s

299.40
-299.40
299.40
-299.40

37.10
-37.10
37.10
-37.10

M1s

M2s

444.77
-444.77
444.77
-444.77

94.59
-94.59
94.59
-94.59

Kolom C2

Dead(D)
Live(L)*
Wind(W)
Beban berfaktor
1.4 D
1.2 D+1.6 L
1.2 D+1.0L+1.6 W
1.2 D+1.0L -1.6 W
0.9 D+1.6 W
0.9 D -1.6 W

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

24

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

SNI Ps 12.11. 4)

Step 2: Menentukan sway atau non sway


PD =
76064.80
PL =
10421.66
Pu (kN) =1,2D+1,6L=

kn
kn
107952.43 Kn

Vu =(gaya geser berfaktor perlantai, pada lantai 1 akibat beban angin)


o =(defleksi relatif orde pertama antara ujung dan dasar
pada lantai pertama akibat Vu)

lc = (panjang kolom diukur dari center-center dari joint pada portal)

Stab Index : Q =

Vu lc

< dari 0.05

1715.59

Kn

9.14
4267.20

mm
mm

0.13

Q>0.05 maka kolom bergoyang

STEP 3:
SNI Ps 12.11.(6)
SNI Ps 12.12.(1)

Mendesain kolom C1
a. Menentukan apakah efek kelangsingan harus dihitung
Menentukan k dari FigR.10.12.1 Notes On ACI 318-99

ko l

bh
= 0 .7
12

E c = 4700

fc

5.688E+09 mm4

30230.2

Mpa

Untuk kolm dibawah lantai2

Ec
lc

. I
1

4.029E+10 Mpa-mm

Untuk kolom diatas lantai2

b a lo k

Ec
lc

. I
2

bh 3
= 0 .35

12

4.70E+10 Mpa-mm

3.356E+09 mm4

6.29

Asumsi

Dari grafik didapat

je p it

k=

0.85

SNI Ps 12.12.(2)
lu
=
r = 0,3 h =

k lu
=
r
kl
r

4572.00
167.64
23.18

< 22

perlu menghitung efek kelangsingan

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

25

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

b. Menentukan total momen M2 (akibat pengaruh kelangsingan)

M 2 = M 2 ns + s M 2 s

SNI Ps 12.13. 3)

Kombinasi beban :

SNI Ps 12.13.(2)

dengan pendekatan analisa P-?:

s M 2s =

M 2s
M 2s
1 Q

i. U = 1.4 D
M2 = M2ns

66.06

Pu

3875.81

M2 = M2ns

90.04

Pu

3909.26

kN

107952.43
1715.59
9.14
4267.20

kN
kN
mm
mm

kN.m
kN

ii. U = 1.2 D + 1.6 L


kN.m

iii. 1.2 D + 1.0 L 1.6 W


Pu =1,2 D + 1.0 L =
Vu
=
o
=
lc
=

Stab Index : Q =

P
u

Vulc

s =

0.13

1
1 Q

1.16

Pergoyangan Dari Utara-Selatan

s M 2 s =
M 2 = M 2ns + s M 2 s =

M 2s
M 2s
1 Q

Pu =

42.88

kN.m

120.39

kN.m

4032.82

kN

Pergoyangan Dari Selatan - Utara

s M 2 s =
M 2 = M 2ns + s M 2 s =
Pu =

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

M 2s
M 2s
1 Q

-42.88231 kN.m
34.63
3345.34

kN.m
kN

26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
iv. 0.9 D 1.6 W
dari perhitungan kolom C1 didapat :

1
1 Q

1.09

M 2s
M 2s
1 Q

103.44

kN.m

101.00

kN.m

4356.38

kN

-103.44

kN.m

-105.88

kN.m

4352.11

kN

s =

Pergoyangan Dari Utara-Selatan

s M 2 s =
M 2 = M 2ns + s M 2 s =
Pu =
Pergoyangan Dari Selatan - Utara

s M 2 s =
M 2 = M 2ns + s M 2 s =

M 2s
M 2s
1 Q

Pu =
Selanjutnya desain menggunakan PCACOL
SNI Ps 12.13.5)

STEP5:

Menghitung jika momen maksimum terjadi di ujung


a. Kolom C1

lu
r
35
Pu
fc' Ag

25.45

62.64

Lu
<
r

35
Pc
fc ' A g

b. Kolom C2

lu
r
35
Pu
fc' Ag

23.33

52.30

Lu
<
r

35
Pc
fc ' A g

Kesimpulan:
Untuk kolom C1 dan C2, momen maksimum terjadi pada salah satu ujung
dan momen total M2, tidak perlu diperbesar dengan ns

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

27

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

SNI Ps 12.13.6)a STEP6:

Kontrol ketidakstabilan kolom


a Untuk Perhitungan sMs Dengan Menggunakan Nilai Q yang
dievaluasi dengan Factored Gravity Loads tidak boleh melebihi
0.6
Untuk pengecekan stabilitas, semua momen inersia harus
dibagi dengan (1+d), dimana :

d =

1.2PD
P

0.85

1 + d

1.85

Q =(1+ d)xQ 1

0.25

Q < 0.6
Struktur stabil

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

28

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
KOLOM C1

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

29

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
KOLOM C2

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL

30

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MATERI IV
PANJANG PENYALURAN, KONTROL LENDUTAN DAN
RETAK
I. PANJANG PENYALURAN
I.1. Pendahuluan
Gaya tarik dan tekan pada tulangan disetiap penampang komponen struktur beton
bertulang harus disalurkan pada masing-masing penampang tersebut melalui panjang
pengangkeran, kait atau kombinasinya.
Kuat lekatan antara baja dan beton dipengaruhi oleh:
1). Lekatan antara beton dan tulangan
2). Cengkeraman akibat penyusutan sekitar beton dan hubungan antara
perubahan permukaan tulangan dan beton disekitarnya.
3). Tahanan geser terhadap selip elemen dan interlocking tulangan saat
dibebani tarik.
4). Mutu beton dan kuat tarik dan tekan dari beton
5). Efek mekanik pada akhir tulangan menggunakan pajang penyaluran,
hook, dan tulangan yang disilang ( crossbar)
6. Diameter, bentuk, dan jarak tulangan mempengaruhi peningkatan retak.
Ada 3 macam test untuk kualitas lekatan beton dan baja yaitu pull out test, emmbbeded
road test dan tes balok. Dua tes pertama ditunjukan pada gambar dibawah ini

Gambar 1. Bond Stress Development: (a) pull out bond; (b) embedded rod test
PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Slip baja tulangan sebuah balok dan redistribusi tegangan digambarkan seperti gambar
dibawah ini.
Gambar 2. Pada gambar nampak tahanan
dari slip sepanjang l1 menjadi besar dari kekuatan
tarik beton, dan retak akan terjadi serta distribusi
tegangan akan timbul detat retak baru. Tegangan
lekatan beton puncak bergeser dari A ke B, bergeser
antara dua retak sejauh ac dari retak 1.
a). penjalaran lekatan
b). tegangan baja

c). distribusi tegangan lentur

I.2. Lekatan angker


Misal ld dalam gambar dibawah ini adalah tulangan yang tertanam dibebani tarikan
dT. Bila db adalah diameter dan adalah lekatan rata-rata, dan fs adalah tegangan baja
akibat ditaik langsung atau akibat beban lentur balok maka
dT :=

db

db ld :=

fs

dT :=
db ld

db
4

fs

:=

fs db
4 ld

Panjang penegangkeran/penyaluran

ld :=

fs
4

db

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

I.3. Lekatan lentur


Perubahan tegangan sepanjang tulangan sebuah balok digambarkan seperti gambar
dibawah ini.

Gambar 3. Perubahan tegangan sepanjang tulangan


T adalah gaya kopel akibat M maka T=M/jd dan nilai T diantara retak 1(satu)
dan 2 (dua) ditulis. Tinjau antara retak 1 dan 2
dT :=

dM
jd

dT :=
dx o

dimana jd adalah lengan dari gaya kopel T


dM
jd

:= dx o

adalah lingkaran total tulangan yang dibebani tarik lekatan. Didapat dM/dx =

* o*jd ;

bila dM/dx = V
:=

V
o
o jd

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

I.4. Dasar panjang penyaluran


Dari diskusi diatas panjang penyaluran ld dalah fungsi dari diameter dan tegangan
leleh dari tulangan . Dan lekatan beton adalah funsi dari tegangan tekan beton. Jadi
k adalah konstanta

:= k fcc

Bila Ab =*db2 / 4, maka


db ld Ab fy

Dari persamaan diatas bila panjang penyaluran ld sebagai dasar , dapat ditulis
ld := k1

Ab fy

atau

fcc

ld := k2

db fy
fcc

dimana k2 adalah fungsi dari sifat geometri tulangan dan hubungan lekatan beton dan
tegangan tekan beton. Persamaan ini sebagai dasar dari panjang penyaluran mininmum dan
k2 ditentukan secara ekperimental. Dan faktor yang mempengaruhi adalah ukuran
tulangan, jarak, penutup beton, tipe beton, jarak dan jumlah tulangan transver,

I.5. Panjang penyaluran dari tulangan ulir dalam kondisi tertarik


Peraturan ACI menggantikan k2*db dengan pengali yang mencerminkan fungsi
dari jarak tulangan, penutup beton, perkuatan ( confinement) dari tulangan transver , type
beton, kondisi permukaan tulangan ( coating atau uncoating ). Jadi persamaan diats dapa
ditulis
ld
db

:=

9 fy
10 fcc


c+ Ktr

fcc = fc'1/2

Ktr :=

Atr fyt
10 s n

SNI (87)

db

Dalam persamaan diatas nilai (c+Ktr)/db tidak boleh lebih besar 2.5 dan tidak kurang dari
1.5 untuk semua struktur dan ( fc' )0.5 tidak melampaui 25/3 MPa ( SNI 03 2847 2002 )
100 psi (ACI). Faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
= lokasi tulangan

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tabel 1. Faktor faktor penyaluran batang ulir dan kawat ulir

Ktr boleh nol bila ada tulangan transversal


ld
db

:=

15 fy
cd + Ktr
16 fcc
db

Ktr :=

As fyt
260 s n

( ACI)

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tabel 2. Persamaan sederhana panjang penyaluran tulangan dan kawat ulir

ld = d

I.6. Panjang Penyaluran tulangan yang tertekan


Pajang penyaluran tulangan tekan lebih pendek dari tulangan tarik hal ini karena
tidak ada resiko retak kerena tarikan.
ld tidak boleh kurang dari 200 mm
Rumus

ld :=

db fy
4 fcc

atau

ld := 0.04 db fy

Panjang penyaluran dasar ld dikalikan faktor reduksi 0.75 bila


1. Tulangan terpasang melebihi yang diperlukan berdasarkan analisis
2. Tulangan didearah tulangan spiral dan berdiameter tidak kurang dari mm, jarak lilitan
kurang 100 mm dan berada dalam daerah sengkang D13 mm bejarak tidak lebih
100 mm

Panjang penyaluran tulangan bundle


1. Bila menggunakan tulangan bundel pada tarik atau tulangan tekan , panjangpenyaluran

ld ditambah 20% untuk per tiap bundelan dan ditambah 33% untuk empat bundelan.
(fc' )0.5 tidak boleh lebih besar dari 25/3 MPa.
PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

CONTOH 4.1
Hitung panjang tulangan ulir yang terpasang pada empat kasus yaitu :
a).Tulangan #7(D22) tulangan bagian lapisan atas #3 (D10). Diketahui mutu
beton masing-masing fy= 414 MPa, dan fc' = 27.6 Mpa, beton

baja dan

normal jarak bersih

tulangan 2db, penutup beton bersih = 40 mm.


b). Sama dengan a) kecuali jarak tulangan = db atau 25 mm. Tulangan dicoating dengan
exposii
c). Sama dengan a) hanya jarak tulangan = 3 db dan tulangan tidak ada tulangan atas
d). Misal tulangan #7(D19) dalam a).adalah tekan dan beton adalah beton ringan anggap
tulangan yang dipasang lebih besar 10% dari tulangan analisa.
Perhitungan :
Diketahui :
fy := 414 MPa

fcc := 27.5

dc := 38 mm

tulangan tranver =0

Ktr := 0

:= 1.3 ada tulangan atas


db

c := dc +

c :=

25.4 + db

db

penutup

c = 23.7

c + Ktr

:= 1

c = 49

= 1.077

Mpa

:= 1

:= 1

db := 22

mm

atau

mm

jarak tulangan

digunakan

c + Ktr
db

:= 1.5

a. Panjang penyaluran adalah :

ld :=

9 fy
10 fcc


c+ Ktr

db

db

ld :=

9 fy
10 fcc

fcc = 5.244


1.5

<

db

25
3

= 8.333

ld = 1.355 10

MPa

mm

OK

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

c + Ktr

Untuk D19 fy=414 dan fc'= 27.5 MPa dengan harga


3

ld = 1.373 10

ld := 48 db

:= 1.3

b).

:= 1.56

digunakan

:= 1

c).

(botom bar)

:= 1

dan

:= 1
3

ld := 48 db

ld = 1.647 10

:= 1

:= 1

:= 1

= 1.56

< 1.7

mm

ld = 1.056 10

ld := 48 db

:= 1.3 untuk beton ringan. Unutk tulangan tertekan

d).
ld :=

mm

:= 1.2

top bar

:= 1.5

db

db fy

ld = 434.207

4 fcc

ld := 0.04 db fy

mm

ld = 364.32

atau

mm

yang menentukan

:= 1.3

tulangan > tulangan yang diperlukan faktor pengali

maka

ld := ld 1.3

1
1.1

ld = 513.154

ld := 434.207

s2 :=

mm

1
1.1

mm

I.7. Panjang penyaluran tulangan terkait dan kondisi tertarik


Kait atau hook dperlukan bila penampang beton tidak memungkaan untuk panjang
penyaluran yang lurus. Bila ldh adalah hook maka ldh > 8 db atau 150 mm. lihat gambar
dibawah ini gbr 17 pada SNI 3 2847 2002 ( hal 121). lhb tergantung diameter tulangan dan
tegangan tekan beton atau mutu beton. Untuk fy =414 MPa
Panjang hook

lhb :=

100 db
fc

db diameter tulangan kait

Panjang penyaluran dasar dikalikan faktor pengali untuk

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

1). Faktor kuat leleh fy, batang selain mutu 400 MPa dikalikan

fy
400

2). Selimut beton


Untuk batang D36 dan lebih kecil, dengan tebal selimut beton tegak lurus( normal
terhadap bidang kait) tidak kurang dari 60 mm, dan untuk kait 90o dengan tebal
selimut terhadap perpanjangan kait tidak kurang dari 50 mm.
Faktor pengali..................................0.7
3). Sengkang atau sengkang kait
Untuk tulangan D36 dan yang lebih kecil dengan yangvertikal dan horisontal berada dalam
daerah nyang dilingkupi sengkang atau jarak sengkang tidak lebih besar 3 db, dimana db
diameter hook,
faktor pengali ................................................................................................0.8
4). Tulangan lebih: dimana angker atau panjang penyaluran untuk fy sesuai
As yang digunakan melampaui As yang dikehendaki dari analisa faktor pengali.
d :=

Asrequired

Asprovided

5). Beton agregat ringan...........................................................d = 1.3


6). Tulangan berlapis epoksi.....................................................d = 1.2

Panjang penyaluran dengan hook pada ujung yang tak kontinu: bila silmut beton kurang
dari 50 mm, dan sepanjang penyaluran dilingkupi sengkang danjarak tidak lebih dari 3db
tidak ada pengali.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 4. Detail kaitan untuk


penyaluaran kait standart

Contoh 4.2. Panjang tulangan tertanam untuk 900 hook


Hitung panjang npenyaluran yang diperlukan untuk tulangan atas ( top bar) dari balok
beton ringan yang diperpanjang seperti gambar dibawa ini. Misal tulangan D28 (#9) hook
pada ujung.Selimut beton 50 mm. Diketahui mutu baja dab beton fy = 414 Mpa, fc' = 35
MPa
Diketahui :
fy := 414

fcc := 35

MPa

MPa

dc := 50 mm

db := 28.6 mm

Perhitungan:
Hook tulangan atas sama dengan tulangan bawah. Maka tak ada pengali yang diperlukan.
ld :=

100 db
fcc

ld = 483.428

Untuk beton ringan


lhb := 1.3 ld

:= 1.3
lhb = 628.457

mm >

8 db = 228.8

mm

OK

Gunakan tulangan dengan hook 90o ldh = 635 mm diatas penampang kritis ( muka tumpuan )

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

10

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 5. Gambar detail kaitan

I.8. Panjang penyaluran tulangan lentur pada balok menerus


Diskusi sebelunnya tentang bagaimana tertanamnya tulangan agar supaya mencegah tidak
terjadunya slip antara beton dan tulangan. Titik kritis terletak di titik balik dan dimana
penurunan

momen dan tegangan drastis .Tulangan tarik dapat ditingkatkan

kemampuannya dengan dengan membengkokan tulangan tersebut 450 kearah badan


penampang yang dijangkar atau dibuat menerus dengan tulangan bagian atas.
Tulangan diteruskan melampaui titik dimana tulangan tidak diperlukan lagi untuk menahan
lentur sepanjang d dan tidak kurang dari 12db. Gambar dibawah ini menunjukan detail
daripenyaluan tulangan positif dan tulangan negative

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

11

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 6. Detail penyaluran tulangan positif dan tulangan negatif


Contoh 10.3 Tulangan yang tertanam pada tumpuan balok sederhana
Hitung panjang penyaluran yang dibutuhkan tulangan a dari sebuah balok yang
ditumpu sederhana. seperti pada gambar dibawah ini. Diketahui jarak AC dari titik
pemotongan teoritis dari tulangan b adalah 1100 mm. Balok tak menyatu dengan tumpuan.
Misal digunakan tulangan dalam memikul moment . a) adalah # 8 (25.4 mm) ulir.b).
digunakan # 14 (43 mm). bila balok sebagai balok pondasi maksimum ukuran # 11 (32.2
mm) selalu digunakan untuk struktur bagian atas)
Diketahui : s=jarak bersih tulangan = 3 db;
Vu = 444.8 kN;
Mn = 256 kNm;
fcc = 27.6 MPa;
fy = 414 MPa; la = 304.8 mm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

12

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Diketahui :
s := 3db
db
la := 304.8

Vu := 444.8
mm

Mn := 256

kN

fc := 27.58

fy := 413.7

MPa

Mn := 256000 kNmm

kNm

MPa

1100 mm

Perhitungan :
:= 1

:= 1

:= 1

db := 25.4

mm

a ) Pakai tulangan # 8 (D25.4 mm)


Kontrol

fc = 5.252

MPa

<

25
3

= 8.333

Mpa

OK

Dari Tabel 2 atau Tabei 11 SNI 2002


ld := 48 db

ld = 1.219 10

mm

la = 304.8

mm

Mn = 2.56 10

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

13

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Dengan persamaan
Digunakan

ldmak :=
3

ld = 1.219 10

1.3Mn
Vu

+ la

ldmak = 1.053 10

mm

mm

b) Digunakan tulangan # 13 (D43 mm)


Dari tabel 11 didapat

ld = 2.064 10

ld := 48 db

ld2 :=

Mn
Vu

db := 43

+ la

ld2 = 880.34

mm

mm

mm

maka digunakan

ld = 2.064 10

mm

I.9. Pedoman umum panjang penyaluran tulangan unuk menjamin kontinuitas


balok :
1. Minimum sepertiga tulangan momen positip untuk balok sederhana dan seperempat
untuk tulangan momen positip balok menerus diperpanjang minimum 150 mm kedalam
tumpuan
2. Pada tumpuan sederhana dan pada titk belok seperti gambar bawah ini tulangan momen
positip harus dibatasi seperti diameter dan panjang penyalurannya.
ld :=

Mn
Vu

+ la

dimana :

Mn = kuat momen nominal dimana tegangan semua tulangan adalah fy.


Vu = gaya geser berfaktor pada penampang yang ditinjau.
Inflecion point, titik belok la = tinggi effektip d atau 12 db. dimana db adalah diameter
tulangan baja

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

14

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 7. Titik pemotongan tulangan a). Tumpuan sederhana , b) balok menerus.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

15

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 8. Titik putus untuk konstruksi joist satu arah

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

16

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 9. Titik putus untuk konstruksi plat satu arah

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

17

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 10. Detail tulangan untuk balok menerus dengan tulangan tarik diagonal

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

18

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

I.10. Panjang lewatan tulangan


Tulangan beton umumnya diproduksi dengan dengan ukuran panjang 12-13 m. Hal
ini berkaitan dengan masalah pengangkutan dan berat tulangan sendiri. Dalam praktek
dijumpai bentangan plat atau balok kurang dar 12 m, oleh karena itu tulangan harus
dipotng bahkan disambung. Smbungan tulangan tidak boleh merubah sifat mekanik
tulangan baja. Oleh sebab itu pemotongan tulangan hal dan penyambungan secara overlap
sering kali dilakukan.
Ada 3 tipe lewatan ( overlap) yaitu :
1). Untuk tulangan tidak lebih # 11 (35 mm) tergantung lekatan antra beton dan tulangan
sepenuhnya
2). Dengan sambungan las, sambungan las ini baik untuk tulangan lebih besar #11(35 mm)
3). Sambungan mekanik yaitu menggunakan alat penyambung pada kedua ujungnya.
Kekuatan

alat penyambung ini harus 1.25 x kekuatan tulangan yang disambung.

Sambungan Ini digunakan untuk

tulangan yang berdiameter besar.

Gambar 11. Sambungan lewatan tulangan a). Distribusi tegangan ideal pada
tegangan samb lewatan; b). Keruntuhan akibat terpisahnya sambungan

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

19

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 12. Sambungan sistem Dwidag Internasional


Tabel 3. Sambungan tarik tumpang tindih

Sambungan klas A sambungan lewatan........................................................... ..: ld


Sambungan klas B sambungan lewatan...........................................................1.3*ld

I.11. Sambungan ulir dengan tulangan tekan


Panjang lewatan minimum untuk tulangan tekan ulir ld = 0.07*fy*db, untuk fy = 400
MPa dan kurang dari ( 0.13*fy-24)*db untuk yang lebih dari 400 MPa, tetapi tidak kurang
dari 300 mm. untuk fc' < 20 MPa panjang leawatan ditambah 33%

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

20

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

II. KEMAMPUAN LAYAN (SERVICIBILITY) BALOK DAN PLAT


SATU ARAH

II.1. Pendahuluan
Kemampuan layan elemen struktur biasanya diukur dengan lemdutan, retak,
timbulnya karatan, dan pelapukan permukaan beton. Pelapukan permukaan diatasi dengan
merencanakan campuran yang baik dan tepat. Selain itu diperhatikan curing, pelaksanaan,
perlu dikontrol.Pembahasan lendutan ini pada prilaku lendutan dan retak plat dan balok
satu arah.Juga lendutan seketika dan lendutan jangka panjang akan dubahas pula.
II.2. Pentingnya Pengamatan Lendutan
Pada perhitungan ultimate penggunaan mutu beton dan baja cukup tinggi dan
akhirnya dimensi balok lebih ramping sehingga perlu dikontrol lendutan dan retak yang
berlebihan. Terutama untuk komponen atap open, garasi, tempat kolam air

III.3. Perilaku Lendutan Balok


Hubungan beban-lendutan balok beton bertulang adalah trilinier seperti yang
digambarkan pada gambar 1

Gambar 13
Daerah I, sebelum terjadi retak

Gambar 14

Dari gambar menunjukan ada 3 daerah


Daerah I, adalah precracking dimana struktur tidak retak (crack - free)
Daerah II, adalah postcracking stage, dimana terjadi peningkatan distribusi retak dan lebar
retak
Daerah III, postserviceability stage, dimana tegangan tarik tulangan baja mencapai leleh
PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

21

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

NAWY EXP 4.3. Metode Alternatif Evaluasi Momen Retak


Hitung momen retak dari balok berpenampang seperti pad gambar dibawah ini dengan
menggunakan
a) Cara transformasi
b) Penyelesaian dengan penampang gross sebagai penyelesaian alternatif bila diketahui
mutu baja dan beton berturut-turut fy=410 Mpa dan fc=27.5 Mpa

PENYELESAIAN :
Diketahui :
h := 610 mm
Es := 200000

d := 540 mm

Ec := 4700 fc

Mpa
3

As := 2.462 10

b := 300 mm

fy := 410 MPa
4

Ec = 2.465 10

fc := 27.5

MPa

MPa

mm

a. Penampang transformasi

b h +

Es 1 As yc = b h h + Es 1 As d
Ec

2 Ec

b h

Es 1 As d
Ec
2

yc :=
Es
b h +
1 As
Ec
+

yc = 325.528

mm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

22

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Bila momen inersia dari baja terhadap sumbunya sendiri diabaikan maka Luas transformasi
adalah
b h

Igt :=

+ b h yc

12

+ ( n 1) As ( d yc )

Igt = 6.557 10

mm

Jarak titik berat penampang transformasi terhadap serat terbawah


yt := h yc

yt = 284.472 mm

fr := 0.7 fc

fr = 3.671

Igt fr

Mcr :=

MPa
7

Mcr = 8.462 10

yt

Nmm

Bila momen inersia dari baja terhadap sombunya sndiri diabaikan maka Luas transformasi adalah

Igt :=

b h

+ b h yc

12

h
2

+ ( n 1) As ( d yc )

Igt = 6.557 10

mm

Jarak titik berat penampang transformasi terhadap serat terbawah


yt := h yc

yt = 284.472 mm

fr := 0.7 fc

fr = 3.671

Igt fr

Mcr :=

MPa
7

Mcr = 8.462 10

yt

Nmm

b . Penyelesaian secara gross


y :=
Ig :=

y = 305

2
b h

Ig = 5.675 10

12

Mcr1 :=
Mr :=
Ig :=

mm

fr Ig
y
Mcr Mcr1
Mcr

Igt Ig
Ig

mm

Mcr1 = 6.83 10

Nmm

Mr = 0.193
Ig = 0.156

Jadi perbedaan Mcr dan Ig masing-maising 19% dan 15.6 % walaupaun demikian dalam
perhitungan lendutan masalah ini sering diabaikan.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

23

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

TAHAPAN 2 KONTROL LENDUTAN SETELAH TERJADI RETAK


Asumsi daam menghitung Retak :
1). Distribusi regangan dianggap linier
2). Beton dianggap tidak dapat memikul tarik
3). Baja dan beton keduanya dalam kondisi elastis
4). Distribusi regangan dianggap sama seperti kekuatan ultimate (Design strength ), tapi
besaran strain, stress adalah berbeda
b c fc

As fs :=

As Es s :=

2
b c
2

Ec c

Dari segitiga yang sama dari gambar didapat


s := c

Dari persamaan diatas akan didapat

As Es c

As Es

1 :=

Ec

n As

1 :=

d c

:=

Ec c

b c

b c

b c

bila

b c

Es
Ec

:= n

n As ( d c) :=

maka dapat ditulis lagi


b c
2

atau

Bila
c :=

+ n As c n As d = 0
b
n As

:= B

maka

2 B d + 1 1
B

Dari persamaan kuadrat diatas maka akan dicari harga akar c


Dan momen inersia dapa dihitung dengan perasmaan

Icr :=

b c
3

+ n As ( d c)

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

24

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Kekakuan elemen terletak diantara EcIg dan EcIcr dan tergantung dari beberapa faktor yaitu
1. Adanya retak
2. Distribusi beban
3. Kontribusi beton

Kekakuan efektip ditentukan dengan rumus

Ie :=

Mcr

Ma

Ig + 1

Mcr

Icr < Ig
Ma

Persamaan diatas juga ditulis

Mcr
Ie := Icr +
( Ig Icr) < Ig
Ma

Icr < Ie < Ig

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

25

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 15. Retak balok tulangan tunggal pada service load

Efektif momen Ie tergantung dari momen Ma sepanjang bentang yang berkaitan dengan Momen retak Mcr
pada penampang.

EXAMPLE 4.4. Momen inersia efektif satu penampang balok yang retak
Hitung momen inersia Icr dab momen inersia efektif Ie dari penamapng pada soal 8.1 bila momen luar
akibat bebab service Ma=2.304*104 kgm=230.4 kNm

Penyelesaian:
Diketahui :

b := 300

d := 540 mm

mm

fc1 := 27.5

MPa

fy := 414
6

Ma := 230.4 10

n := 8.1

h := 610
Mpa

mm

As := 2580

Es := 200000

mm

Ec := 24800

MPa

MPa

Nmm

Perhitungan :
b c

2
Bila

+ n As c n As d := 0
B :=

b
n As

c :=

2 B d + 1 1
B

c = 213.333

mm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Icr :=

b c

+ n As ( d c)

fr := 0.7 fc1

Icr = 3.201 10

fr = 3.671

mm

yc := 330

MPa

mm

2
h
2

Igt :=
+ b h yc
+ ( n 1) As ( d yc )
3
2

b h

fr Igt

Mcr :=

Mcr = 2.843 10

Ig :=

b h

Mcr ( Igt Icr)


Ma

Mcr :=

10

fr Ig
h

Mcr = 6.83 10
3

Ie := Icr +

Mcr ( Ig Icr)
Ma

Posisi Ie adalah

mm

mm

Ie = 4.156 10

Ig = 5.675 10

12

mm

Nmm

Ie := Icr +

10

Igt = 2.362 10

Icr = 3.201 10
9

Ie = 3.265 10

mm

<

Ig = 5.675 10

Icr < Ie < Ig

II.4 Lendutan Jangka Panjang


Penurunan yang ditinjau ada dua macam yaitu penurunan sesaat dan penurunan
fungsi waktu. Penurunan sesaat adalah jarena beban yang bekerja saat awal sedang
penurunan long term atau fungsi waktu diakibatkan rangkak, susut, dan regangan karena
temperature.
Tambahan penurunan karena beban tetap dan susut fungsi dari waktu sesuai ACI
lendutan dikalikan faktor
:=

T
1 + 501
1

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

27

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

dimana 1 adalah prosentase tulangan tekan pda tengah bentang pada balok menerus
dan diatas tumpuan sederhana. Dan T diambil 1, 1.2, 1.4, dan 2 untuk masing-masing
waktu 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 5 tahun. Atau lihat pada gambar 8.6. Dan rumus
lendutan untuk jangka panjang dapat ditulis
LT := L + a D + t LS

Dimana
L = lendutan awal akibat beban hidup
D = lendutan awal aibat beban mati
LS=lendutan awal tetap akibat beban hidup
= faktor pengali karena funsi waktu tak berhingga beban tetap
t = faktor pengali fungsi waktu pembebanan

II.5. Lendutan Yang Diizinkan Untuk Balok dan Plat Satu Arah
Pembatasan lendutan ini perlu untuk menjamin kenyamanan dan keindahan.
Tingkat penerimaan dari lendutan ini nilainya dipengaruhi oleh tipe gedung, penggunaan
partisi, adanya plesteran plafon, kepekaan alat yang dipikul oleh lantai dsb. Kontrol ini
dilakukan karena penggunaan metode ultimate dan mutu beton sertabaja yang cukup tinggi.

Tabel 4. Tebal minimum balok dan plat satu arah

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

28

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tabel 5. Ratio minimum bentang yang diijinkan terhadap bentang

II.6 Perhitungan Lendutan


Lendutan merupakan fungsi dari lebar bentang, tumpuan, kondisi ujung apakah
tumpuan sederhana atau kekangan akibat balok menerus, tipe pembebanan beban merata
atau beban terpusat dan tergantung EI dari batang atau balok.
3

mak :=

K W Ln
48 E Ie

Dimana :
W = beban total pda bentang
Ln = bentang bersih
E = modulus Elastisitas
Ic = momen inersia penampang
K = faktor tergantung derajat kekakuan (fixity) dari
tumpuan
Persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk momen disetiap titik di balok.
2

:= k

M L

Ec Ie

Dimana

k = faktor tergantung kekakuan tumpuan dan kondisi pembebanan


M = momen yang bekerja pada penampang
Ie = momen inersia efektip
PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

29

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

II.7. Lendutan Balok Menerus


Balok beton bertulang menerus mempunyai penampang balok T ditengah bentang,
dan tulangan rangakap pada tumpuan. Dan konsekuensinya perlu dipertimbangkan mencari
momen inersia efetif dari balok T dan balok tulangan rangkap tersebut. Menurut ACI dihitung
dengan rumus
1. Balok dengan kedua ujungnya menerus Rata-rata Ie = 0.70Im+0.15 (Ie1+Ie2)
2. Balok dengan satu ujung menerus Rata-rata Ie = 0.85 Im + 0.15 Iec

Im
= Ie penampang tengah
dimana : Ie1,Ie2 = Ie masing-masing ujungnya
Iec
= Ie ujung yang menerus

II.7.1. Lendutan balok T

Gambar 16. Diagram tegangan regangan balok T


Mencari Ig adanya tulangan diabaikan. Dalam perhitungan ini balok T dibagi dua A1 dan
A2
Lokasi titk berat penampang

yc :=

A1 y1 + A2 y2

yt := h yc

A1 + A2

Momen inersia gross, Ig, dari kedua segiempat tersebut adalah


b hf

hf
bw ( h hf )
h hf
Ig :=
+ B hf yc
+
+ bw ( h0hf ) yt
12
12
2
2

Untuk nilai tinggi garis netral c didapat dari keseimbangan horizontal statis. Bila garis
netral

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

30

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

terletak dibawah plat sayap hf , plat sayap dan bagian badan mengalami tegangan tekan.
Tegangan rata-rata di sayap bhf adalah (fc+fc1)/2, dimana fc1 adalah tegangan pada dasar
sayap.
c hf

fc1 := fc

Tegangan rata-rata pada balok, seluas bw(c-hf) adalah fc1/2. Maka keseimbangan
persamaan gaya Horizontal adalah
As fy := b hf

fc + fc1
2

+ bw ( c hf )

2 As Es s := b hf Ec c 1 +

c hf

fc1

dengan memasukan

fc1 := fc

c hf
hf
c

didapat

+ bw ( c hf ) Ec c c hf
c

Nyatakan s dalam c dan gunakan modulus rasio n akan mendapatkan


dc

2 n As

:= b hf

2 c hf
c

+ bw ( c hf )

c hf
c

atau

bw ( c hf ) 2 n As ( d c) + b hf ( 2c hf ) := 0

Persamaan ini merupakan persamaan kuadrat dalam variabel c, sehingga haga c dapat dicari
dari persamaan tersebut. Bila c diketahui Icr dapat dicari dengan persaman

Icr :=

1
3

Ie :=

bw ( c hf ) +

Mcr

Ma

1
12

Ig + 1

b hf

Mcr

+ b hf c

Icr < Ig
Ma

+ n As ( d c) 2
2

hf

dan Ie dapat dihitung

dan selanjutnya

mak :=

K W Ln
48 E Ie
2

:= k

M L

Ec Ie

II.7.2. Lendutan Balok Dengan Tulangan Tekan


Balok dengan tulangan tekan dihitung sama dengan balok tulangan tunggal, hanya
adanya tulangan tekan perlu dipertimbangkan. Pengaruh tulangan tekan terhadap
perhitungan Icr diperhitungkan. Lihat gambar dibawah ini

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

31

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

As fs := b c

fc
2

Asc fc

c dc
c

+ Asc fsc

dimana dc adalah selimut beton daerah tekan

Seperti pada tualangan tunggal persamaan diatas dapat ditulis


b c

+ [ n As + ( n 1) Asc ] c n As d ( n 1) Asc dc := 0

nilai c dapat ditung dari pers ini

Maka momen inersia Icr dapat dinayatakan denganpersamaan


Icr :=

b c

+ n As ( d c) + ( n 1) Asc ( c dc )

dan selanjutnya perhitungan Ie dan

sama dengan perhitungan balok tulangan tunggal

Gambar 17. Diagram tegangan regangan balok tulangan rangkap

II.7.3 Lendutan Momen Balok Menerus


Envelop momen lentur dibuat pada bentang menerus untuk menghitung momen
inersia
efektif Ie.
2

c :=

5 L

48 EI

[ Mm + 0.1 ( Ma + Mb ) ]

dimana Ma, Mb = momen lentur negatif


M0 = momen akibat beban layan statis
Mm= momen tengah bentang

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

32

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 18. Defleksi momen lentur pada balok menerus: (a) Beban; (b) Momen;
(c) Defleksi, menggunakan superposisi
EXAMPLE 4.4
Balok beton bertulang menyangga plat beton setebal 102 mm adalah menerus dengan
bentang yang sama yaitu L= 11 m seperti gambar dibawah ini. Balok tersebut dibebani
beban merata mati termasuk berat sendiri wd= 10.22 kN/m, dan beban hidup wh=17.52
kN/m. Balok mempunyai dimensi b=356 mm, d=464 mm dan tinggi total h=533 mm.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

33

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Bentang dalam pertama dipasang tulangan 4#9 (D28.6 mm) di tengah bentang
pada bagian bawah dan 6 # 9 pada bagian atas tumpuan. Hitung lendutan maksimum
dari balok menerus tersebut dan apakah memenuhi persyaratan peraturan.
Dikehui pula mutu baja dan beton masing-masing fy=414 MPa dan fc=27.8 MPa, dan
dan tinjauan lendutan beban hidup selama 36 bulan adalah 50 %

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

34

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Diketahui :
hf := 102

L := 11000

mm

bw := 356 mm
fc := 27.8

d := 464

h := 533

mm

fy := 414

MPa

wd := 10.22

mm

N
mm

wL := 17.52

N
mm

mm
Es := 200000

MPa

MPa

Beban hidup tertahan selama 36 bulan


Ditanyakan :
a. Hitung lendutan maksimum
b. Apakah lendutan tersebut memenuhi peraturan
Perhitungan :
1. Tebal minimum yang diperlukan
L

hmin :=

hmin = 594.595

18.5

h < hmin

darin tabel 8 didapat

mm

lendutan harus diperhitungkan


kg

w := 2275

m
1.5

Ec := w

0.043 fc

Modulus ratio

Ec = 2.46 10

n :=

fr := 0.7 fc

Es

MPa

n = 8.13

Ec

fr = 3.691

Dari gambar bidang moment moment yang terbesar adalah bentang AB dan DE
2
Mpositif := 0.0772 wll
2
7
Nmm
Mdl := 0.0772 wd L
Mdl = 9.547 10
2

Mll := 0.0772 wL L

Mll = 1.637 10

Nmm

Mnegatif := 0.1071 w L

MDL = 2.591 10

MDL := Mdl + Mll

Mdt := 0.1071 wd L

Nmm

Mdt = 1.324 10

Nmm

Mlt := 0.1071 wL L

Mlt = 2.27 10

MDLT := Mdt + Mlt

MDLT = 3.595 10

Nmm
8

Nmm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

35

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

2. Momen inersia efektif Ie


Lihat gambar dalam menghitung Ig
2.1 Pada bentang tengah dengan asumsi sebagai balok T
3

be = 1.988 10

be := bw + 16 hf
A1 := be hf

A2 := bw ( h hf )

hf

y1 :=

y2 :=

h hf

A1 y1 + A2 y2

yc :=

+ hf

yc = 165.793

A1 + A2
b hf

mm

yt := h yc

mm

yt = 367.207

hf
bw ( h hf )
h hf
Ig :=
+ B hf yc
+
+ bw ( h0hf ) yt
12
12
2
2

Ig :=

be hf

+ be hf yc

12

Ig = 8.754 10
Mcr :=

+ bw ( h hf ) + bw ( h hf ) yt h hf

12
2
2

hf

mm

mm

fr Ig

Mcr = 8.799 10

yt

Nmm

3. Jarak garis netral


2

As := 2581

mm
2

bw ( c hf ) 2 n As ( d c) + b hf ( 2c hf ) := 0
2

bw c 2 bw hf c 2 n As c + 2 be hf c + bw hf

bw c ( bw hf + n As be hf ) 2 c + bw hf

2 n As d b hf := 0

2 n As d be hf

) := 0

c + 41.17 c 157 := 0

Dara persamaan inc didapat

c := 89

mm

dengan harga c=89 mm maka garis netral

posisinya terletak dalam plat sayap sehingga penampang seperti balok biasa dengan b=be
be c
12
Icr :=

+ n As c n As d := 0
be c
3

+ n As ( d c)

dari persamaan ini didapat c=79 mm


9

Icr = 2.956 10

mm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

36

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tinjau Bentang tengah


7

Mdl = 9.547 10

Ie bentang tengah
Ied :=

Mcr

Mdl

Ig + 1

3
Mcr Icr

Mdl

Ied = 7.496 10

mm

3
3
Mcr
Ig + 1
Icr

Mdl + 0.5 Mll


Mdl + 0.5 Mll
3
2

Mcr
Ig + 1 Mcr Icr
IeDL :=

Mdl + Mll
Mdl + Mll

Ied05L :=

Mcr

Ied05L = 3.665 10
9

IeDL = 2.958 10

mm
4

mm

Tinjau penampang ditumpuan

Ig :=
yt :=

bw h

12
h

yt = 266.5

Mcr :=

Ig = 4.492 10

fr Ig

mm

mm
7

Mcr = 6.221 10

yt

Nmm

Mencari garis netral


As := 3870

As gunakan 6#9
d := h db
bw c
2

d = 438

mm

Asc := 1290

db := 95

mm

mm

Dari persamaan

+ [ n As + ( n 1) Asc ] c n As d ( n 1) Asc db := 0

Dari persamaan diatas didapat

Icr :=

mm

bw c

c := 193

+ n As ( d c) + ( n 1) Asc ( c db )
9

Icr = 2.83 10

Ig = 4.492 10

mm
8

Mdt = 1.324 10

Nmm

3
3
Ig + 1 Mcr Icr

Mdt
Mdt

Ietd :=

mm

Mcr

2
4

mm
8

Mlt = 2.27 10

Nmm

Ietd = 3.002 10

MDLT = 3.595 10

mm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

37

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

3
3

Mcr
Ig + 1
Icr

Mdt 0.5Mlt
( Mdt + 0.5 Mlt)

Ietd05L :=

Mcr

3
3

Mcr
Ig + 1
Icr

( Mdt + Mlt)
( Mdt + Mlt)

IetdL :=

Mcr

Ietd05L = 2.857 10

mm

IetdL = 2.839 10

mm

Momen Inersia rata untuk balok menerus


9

IeRD = 6.822 10

IeRD := 0.85 Ied + 0.15 Ietd

Beban mati

mm
9

D + 0.5 L

IeRD05L:= 0.85 Ied05L + 0.15 Ietd05L

IeRD05L = 3.544 10

D+ L

IeRDL := 0.85 IeDL + 0.15 IetdL

IeRDL = 2.94 10

mm
4

mm

Lendutan maksimummdari tabel 8.3


4

Ec = 2.46 10

wdl := wd + wL

wdl = 27.74

:=

0.0065 w L

wd = 10.22

Ec IeR

N
mm
4

L = 1.1 10

mm

mm

D :=

0.0065 wd L

D = 5.795

Ec IeRD

mm

DL :=

0.0065 wdl L
Ec IeRDL

L := DL D

DL = 36.5

mm

L = 30.705

mm

D05L :=

0.0065 ( wd + 0.5 wL) L


Ec IeRD05L

D05L = 20.72

mm

Lendutan dengan 50 % beban hidup permanen


LS := D05L D

LS = 14.924

mm

Lendutan jangka panjang


Asc
untuk tengah bentang
c :=
c := 0
b d

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

38

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Faktor pengali

1.75
2

T :=

:=

untuk 36 bulan
untuk 60 bulan

1.75
2

1 + 50 c

Total lendutan akibat beban permanen


LT := L + D 1 + 2 LS

LT := L + 2 D + 1.75 LS

LT = 68.413

mm

Kontrol dengan persyaratan lendutan tabel 8


L
180
L
360
L
480
L
240

= 61.111 mm

= 30.556

mm

= 22.917

mm

= 45.833

mm

L = 30.705

>

L = 30.705

<

<

<

mm

mm

LT = 68.413

LT = 68.413

mm

mm

Maka balok menerus dibatasi untuk plat atau atap yang tidak memikul beban atau partisi

II.8 Prosedure Perhitungan Lendutan dan Bagan Alurnya


Lendutan mempengaruhi keindahan dan pelayanan jangka panjang. Setelah
perhitungan struktur maka perlu di hitung lendutanya . Tahapan desain lendutan :
1). Bandingkan tinggi total balok dengan persyratan pada tabel 8.1 (NAWY) ata tabel
3 (SNI) Bila tinggi plat balok h < hmin maka perhitungan lendudan jangka pendek dan
jangka panjang diperhitungkan.
2). Perhitungan detail dilakukan sebagai tahap awal
a). Momen inersia gross Ig
b). Momen retak Mcr, merupaka fungsi dari modulus rupture fr
3). Hitung tinggi c garis netral dari luas tranformasi. Dapatkan momen inersia retak Icr
4). Hitung momen inersia efektip Ie sebagai berikut:
PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

39

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
3

Ie := Icr +

Mcr ( Ig Icr) Ig

Ma

Mcr
Mcr
Icr
Ie :=
Ig + 1
Ma
Ma

Atau

As := 130 2

Momen inersia efektip dihitung berdasar kombinasi beban layan :


a). Beban mati (D)
b). Beban mati+sebagian beban hidup (+L, dimana nilai kurang dari 1
c). Beban mati + beban hidup (D+L)
5). Hitung lendutan seasaat didasarkan pada Ie dari tiga kombinasi pada step 4,

gunakan
lendutan elastis pada tabel # 3. Bila balok adalah kontinuenlebih dari dua bentang
dan
dua tumpuan, cari rata Ie dengan persamaan sbb:
Kedua ujung kontinyu

Yang satu ujung kontinyu

Ierata := 0.70 Im + 0.15 ( Ie1 + Ie2)


Ierata := 0.85 Im + 0.15 Iec

6). Hitung lendutan jangka panjang, pertama cari multiplier =/(1+50') dari gambar 6.

Lendutan total adalah


LT := L + xD
x
+ t LS

7). Bila < maksimum yang dizinkan dalam Tabel 2 batasi struktur untuk kondisi tertentu

atau perbesar penampang.


II.9 Kontrol Lendutan Pada Plat Satu Arah
LENDUTAN EXAMPLE 4.5. Plat ditumpu sederhana satu arah.
Sebuah plat satu arah tebal h = 127 mm dan mempunyai bentang L = 3.66 m .
dibebani beban hidup WL = 2.88kPa dan beban brerat sendiri. Hitung lendutan sesaat
dan lendutan jangka panjang plat , dianggap 45% beban hidup bertahan selama 24 bulan.
Diketahui mutu beton dan baja masing-masing fc' = 24.1 MPa, fy = 414 MPa, Es =
200000MPa.
Tulangan yang digunakan #4(12.7 mm ) jarak 152.4 mm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

40

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Diketahui :
fcc := 24.1 MPa

fy := 414

h := 127

Tebal plat

mm

Diketahui :
fcc := 24.1 MPa

1.5

Ec := wc

L := 3660

Bentang

fy := 414

h := 127

Tebal plat

Es := 200000

MPa

mm

MPa
WL := 2.88

mm

Es := 200000

MPa

L := 3660

Bentang

0.043 fcc

MPa
WL := 2.88

mm

Ec =

MPa
4

Ec = 2.307 10

Ec := 4700 fcc

MPa

Perhitungan :
Tebal minimum plat
hmin :=

hmin = 183

20

n :=

Modus ratio

Es

Ig :=

b h

fr := 0.7 fcc
b := 12in

Ig = 5.206 10

Momen nretak

Mcr :=

fr = 3.436

b = 0.305m

12

h yang ada maka lendutan harus dihitung

n = 8.668

Ec

Modulus rupture
Momen gross

>

MPa

b := 305

mm

mm

fr Ig

Mcr = 2.817 10

0.5 h

Nmm

M :=

Momen lentur akibat beban layan


Mencari garis netral
As #4-157 mm
d := h 20

:= 12.7

w L
8

mm
2

As := 258.1

mm

d = 100.65

mm

M := w 1.674 10

per 305 mm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

41

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Dari penampang segi empat didapat oersamaan


b c

c :=

+ nAs c n As d := 0

bila

2 B d + 1 1

c = 31.785
B
Menghitung momen Inersia efektif
3

wd := h 10

wc

B :=

mm

kg

wd =

n As

wd := 298.45 10 10

m
ft = 0.305m

Beban per

wD := wd 305

wD = 0.91

M := wD 1.674 10

M = 1.524 10

Nmm

Maka plat tidak akan retak karena beban mati


wl := 2.88kP
kPaa

wl := 2.88 10

Mcr = 2.817 10

<

IeD = 5.206 10

IeD := Ig

wL := wl 305

wL = 0.878

Tinjau kondi beban (wD+0.45*wL)


2

( wD + 0.45wL) L

MD045L :=

MD045L = 2.186 10

IeD045L:= Ig

Maka plat tidak retak karena beban wD+0.45*wL


7

Nmm

IeD045L = 5.206 10

mm

MDL :=

Tinjau beban (wD+wL)

( wD + wL) L

MDL = 2.995 10

Tinjau penampang sudah retak


Icr :=

b c
3

+ n As ( d c)

3
3

Ig + 1 Mcr Icr

MDL
MDL

IeDL :=

Mcr

Icr = 1.387 10

mm

IeDL = 4.567 10

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

42

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Lendutan seketika akibat beban mati dan hidup


4

DL :=

5 ( wD + wL) L

DL = 3.966

384 Ec IeDL

mm

Lendutan beban mati


4

D :=

5 wD L

D = 1.771

384 Ec IeD

mm

Lendutan awal beban hidup


L := DL D

L = 2.196

Lendutan awal karena 45% beban hidup


4

045L :=

5 ( wD + 0.45 wL) L
384 Ec IeD045L

5 wD L

045L = 0.769

384 IeD Ec

045L :=

5 0.45 wL L
384 Ec Ie

045L = 4.003 10

Lendutan jangka panjang


:=

Untuk 24 bulan
T := 2

:= 0

1 + 50

untuk beban mati waktu lama

LT := L + m D + s 045L

T := 1.65

m := 2
LT =

mm

Syarat lendutan
L
180
L
360

= 20.333

mm >

L = 2.196

mm

= 10.167

mm >

L = 2.196

mm

L
480
L
240

= 7.625

= 15.25

Maka dapat disimpulkan struktur sensitif terhadap beban atau eleman non structural karena
biasanya lendutan bisa bervariasi karena kondisi dan pelaksanaan 20-30%.
PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

43

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

III. RETAK
Retak beton akibat beban menunjukan bahwa beton dalam kondisi lemah kekuatan
tariknya. Retak ini akan mengakibatkan karatan terhadap tulangan yang akhirnya struktur
beton kita mengalami keruntuhan. Jarak retak = ac ; Lebar retak = w Hubungan lebar retak
dan jarak retak seperti gambar dibawah ini.

Gambar 19. Hubungan lebar retak dan jarak retak


Lebar retak fungsi dari perbedaan perpanjangan antara tulangan dan perpanjangan
bidang sekeliling tulangan sepanjang ac. Dalam praktek perpanjangan beton dan susut
diabaikan maka lebar retak dapat ditulis.
W = * ac * s

....a)

Dimana tergantung tulangan balok satu atau tiga dimensi, sedangkan dan
konstanta didapat dari percobaan Telah dibuktikan bahwa ac adalah tergantung dari 1/k1,
k2f1' dan db/k3, , dimana adalah tegangan rekatan, ft' adalah tegangan tarik beton , db
adalah diameter tulangan, t =As/At adalah rasio tulangan tarik dan luas beton bagian
tarik. k1, k2, k3 adalah konstanta.

III.1 Evaluasi Lebar Retak


Persamaan a) adalah dasar model persamaan untuk mengevaluasi dari retak
penyederhanaan berdasarkan stastitik yang dilakukan Gergely-Luz menghasilkan
persamaan :

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

44

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

W max = 0.076 fs 3 dc A
wmax = lebar retak dalam unit 0.001 in ( 0.0254 mm)

= (h-c)/(d-c) = faktor kedalaman ; harga rata-rata = 1.20

dc

= Tebal penutup dari pusat tulangan lapis pertama (in)

fs

= Tegangan maksimum (ksi) baja saat beban layan dengan 0.6 fy biasanya
digunakan kalau takada data.
= Luasan beton bagian tarik dibagi dengan jumlah tulangan = b * t/bc, dimana bc

adalah jumlah tulangan dalam daerah tarik.


Persamaan evaluasi retak menurut SNI-03 2847 2002
6

:= 11 10

fs dc A

Contoh 4.6.
Lebar retak maksimum sebuah balok beton bertulang.
Hitung maksimum lebar retak sebuah
balok beton bertulang yang ditumpu
sederhana

dengan

tergambar. Balok

penampang

seprti

mempunyai bentang

9.14 m. Balok tersebut memikul beban


merata termasuk berat sendiri 14.6 kN/m.
Diketahui mutu baja dan tulangan fcc =34.5 MPA dan fy = 414.MPa.
Ec = 200000 MPa, Es = 2000000 MPa.
Penyelesaian :
b := 304.8

tulngan 3#8
fcc := 34.5

h := 533

mm

As := 3 516
MPa

Ec := 4700 fcc

fy := 414

d := 457

mm

As = 1.548 10

mm

L := 9140

mm

Es := 200000
w := 14.6

MPa

Ec = 2.761 10

mm

kN
m

MPa
w := 14.6

N
mm

MPa

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

45

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Perhitungan alternative menggunakan tegangan baja aktual


b h

Momem inersia gross

Ig :=

Mudulus rupture

fr := 0.7 fcc

Momen retak

yt :=

Ig = 3.846 10

12

fr = 4.112

Mcr :=

mm

Mpa
Ig fr

Mcr = 5.934 10

yt

Momen maksimum

n :=

Es

Mmak :=

Mmak = 1.525 10
2 8
b c
+ n As c n As d := 0
2

B :=

n = 7.245

Ec

c = 150.245

2 B d + 1 1

c :=

w L

Nmm

Nmm

b
n As

mm

Menghitung momen inersia kondisi retak

Icr :=

b c

+ n As ( d c)

Icr = 1.4 10

mm

fs :=

Tegangan baja fs
fs = 242.034
:=

A :=

hc
dc

Mpa

( d c) n

fs dc A

MPa

dc := h d

A = 1.544 10

3
6

Icr

0.6 fy = 248.4

= 1.248

b 2 dc

:= 11 10

<

Mmak

dc = 76

fs = 242.034

mm

= 0.35

OK
mm

MPa

mm

Perhitungan Alternatif
fs := 0.6 fy
:= 1.20

fs = 248.4
untuk balok

MPa

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

46

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

:= 11 10

fs dc A = 0.346

mm

III.2 Lebar retak untuk tulangan yang dibundel


Tegangan lekatan beton dan baja tulangan merupakan parameter yang
mempengaruhi retak dan jarak retak . Luas kontak dari tulangan yang bergrup atau bundel
lebih kecil dari kontak bila sendiri sendiri. Dengan menggunakan faktor reduksi kita dapat
menghitung lebar retak dengan rumus :
6

:= 11 10
Ar :=

fs dc Ar

b t
bcr

Ar adalah luas tulangan yang sudah direduksi, faktor reduksi lihat gambar.

Prosedur perhitungan sama dengan perhitungan lebar retak tidak bergroup.

Contoh 4.7. Menghitung lebar retak dengan tulangan yang bergroup


Hitung lebar retak maksimum sebuah balok yang mempunyai penampang seperti
tergambar.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

47

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MPa

fy := 414
fs := 0.6 fy

fs = 248.4

MPa

As dua bundel 3#8


3

As = 3.101 10

As := 2 3 516.8

mm

Sengkang #4 diameter 12.7 mm


s := 12.7
dt := 38

mm
mm

b := 254

mm

Perhitungan :
dcc = pusat titik berat dari tiga tulangan diukur dari serat luar tertarik
2 s + 1 dt

dcc := dt + s +
t := 2 dcc

dcc = 71.833 mm

3
t = 143.667 mm

tebal beton

bc jumlah tulangan bila semua tulangan berdiameter sama atau luas tulangan total dibagi

luas tulangan terbesar bila lebih dari satu ukuran digunakan 6 buah dalam hal ini.
bc := 6
bcc := 0.650 bc
Ar :=

b t

bcc = 3.9
3

Ar = 9.357 10

bcc
6

mak := 11 10

fs dc Ar

mm

mak = 0.293

mm

III.3 Toleransi Lebar Retak


Lebar retak harus dibatasi tergantung dari fungsi dari elemen dan lingkungan
dimana struktur itu berada. Tabel diatas dari ACI Committe 214 memeberikan nilai lebar
retak maksimum yang diperbolehkan. Bila batasan retak dilampaui maka perencana harus
menggunakan lebih banyak tulangan yang lebih kecil ukurannya atau memperbesar
diameter tulangan yang digunakan

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

48

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

III.4 ACI 318 yang diberikan ACI dan SNI 03 2847 2002
ACI atau SNI aturan untuk mengontrol retak melalui pembatasan penyebaran tulangan
yang berhubungan dengan jarak tulangan balok. Pada balok satu arah jarak tulangan ditulis
:
s := 15

40000

fs

2.5C
Ccc

( ACI)

tidak boleh lebih besar dari

atau

300

252

fs

s :=

( SNI)

95000
fs

2.5C
Ccc

dan

12

( SNI 26)
36

fs

( ACI)

Dimana :
fs = tegangan tulangan baja kondi pelayanan = momen tampa fakor beban dibagi luas
tulangan dan lengan momen dalam. Sebagai alternative fs = 0.66 fy
Cc = penutup bersih daripermukaan tarik terdekat ke tulangan tarik
s = jarak titik pusat tulangan ke permukaan tarik terdekat

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

49

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Contoh 4.8. Pembatasan jarak tulangan sesuai peraturan


Jelaskan tulangan contoh 4.6 memenuhi ACI atau SNI
Penyelesaiannya :
s = 12.7

Diketahui :
w := 0.35

mm

fc := 34

MPa

h := 533

mm

fy := 414

Cc := h d s

Cc = 50.3

fs := 0.6 fy

fs = 248.4

b := 305

MPa

mm

d := 470

mm

mm

MPa

Jarak tulangan maksimum


s :=

95000
fs

2.5 Cc

s = 256.698

mm

persyratan jarakntulangan tak melampaui (SNI 03 2847 2002)


smax := 300

s < smax

252
fs

smax = 304.348

mm

OK

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK

50

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MATERI V
GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL,
STRUKTUR LENTUR TINGGI, KONSOL PENDEK DAN
PONDASI TELAPAK

I. GESER

Retak oleh KEGAGALAN GESER bukan akibat tegangan geser tapi oleh tegangan
tarik.

Tegangan geser max. terjadi di garis netral.

v =

b ( lengan )

V
b .d

Kelakuan balok tanpa tulangan geser.

badan

lentur
b

retak lentur

Web shear crack jarang terjadi pada Beton Bertulang (BB), banyak terjadi pada
web tipis (BP).

Flexure shear crack diawali oleh initial crack atau Flexure crack (Fc).

Fc sudah terjadi pada beban kerja

Fsc terjadi oleh Tegangan lentur + geser

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Kekuatan geser merupakan kombinasi dari mekanisme sebagai berikut:

Vcz = Tahanan geser


C
Lengan, ha

Tulangan lentur

Va = Aggregate interlock
T
Vd = gaya pasak
s

Redistribusi perlawanan geser setelah Fsc


Tanpa
tulangan
geser

1. Perlawanan geser Vcz

: 20 40 %

2. Aggregate Interlock Va

: 33 50 %

3. Dowel action Vd

: 15 25 %

(perlawanan tulangan)
4. Perlawanan tulangan geser Vs

Cara penentuan kekuatan geser balok tanpa tulangan geser: 440 percobaan, dari
hubungan

Vn
b .d . f c

'

= 1, 9 + 2500

V n d
M n f c'

3,5

Diperoleh:

Vc = 1, 9 f c' + 2500

wVu d
Mu

'
bw d 3,5 f c bw d

Atau dalam satuan SI:

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Vc =

Dimana:

f c' + 120

wVu d
'
bw d 0,3 f c bw d
Mu

Vu d
1,0
Mu
Mu pada penampang Vu

(Untuk balok menerus pakai Vc konstan)

Kekuatan geser dengan tulangan geser


Kekuatan geser nominal:
Vn = Vc + Vs

(SNI 2847 13.1.1)

Vc = Kekuatan geser oleh beton


Vs = Kekuatan geser oleh tulangan

45

45

Paling efektif
= 45o

Ns

Vs pada tul. = 45o

V s = N .Av .f y sin

(SNI 2847 13.5.6.5)

Vs = Vsin

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Ns

V s = N .Av .f y
= 90o

45o V s =

Av .f y ( sin + cos ) d
s

d
A .f
s v y

(SNI 2847 13.5.6.4)

Paling ekonomis bila = 45o


Untuk kontruksi tahan gempa = 90o

Vs =

Av .f y .d
(SNI 2847 13.5.6.4)
s

Batas bawah dan atas tulangan


Min. Av =

bw s
1

V s = MPa bw d
3f y
3

V s max =
f c' bw d
3

Bila lebih
dimensi harus diperbesar
(SNI 2847 13.5.6.9)

fy max = 400 MPa ..

(SNI 2847 13.5.2)

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Penampang Kritis

Vu
Vu

BIDANG Vu
BIDANG Vu

Penampang kritis terletak sejauh d dari muka perletakan (kecuali 3 kasus)

Kategori disain dan syarat-syarat:

Perlu buat bidang Vu (jangan Vn)

Kategori disain
1. Vu 0,5 Vc tidak perlu tulangan
2. 0,5 Vc < Vu Vc perlu tulangan minimum (SNI 2847 13.5.5.1)
min. Vs

1) V s = MPa bw d
3

Av =

bw s
3f y

(SNI 2847 13.5.5.3)

dan
PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

2) Max. s

d
2

600 mm

(SNI 2847 13.5.4.1)

3. Vc < Vu [Vc + min. Vs] (SNI 2847 13.5.6.1)


slablike flexural members juga harus memenuhi persyaratan 2 diatas

4. Vc + min V s < Vu Vc +
3

f c' bw d

Harus memenuhi:
Vs = Vu - Vc
pasang tulangan V s =

Av .f y .d
s

(SNI 2847 13.5.6.2)

untuk = 90o
max. s =

d
2

600 mm

f c' bw d < Vu Vc +
f c' bw d
5. Vc +
3
3

Perbedaan syarat dengan kategori 4 terletak pada tegangan Vs dan s


Perlu

Vs = Vu - Vc
Tul. : V s =
max. s =

d
4

Av .f y .d
s

(SNI 2847 13.5.6.2)

300 mm

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

KEKUATAN GESER BETON TANPA TULANGAN AKIBAT GAYA


AKSIAL
BEBAN
LENTUR SAJA

METODE DISEDERHANAKAN
SNI 2847 13.3.1.1

Vc =

SNI 2847 13.3.2.1

1
f c' bw .d
6

Vc =

0, 3 f c' bw .d
LENTUR +
AKSIAL
TEKAN

Nu
14 Ag

bw .d

SNI 2847 13.3.2.2

1
f c' bw .d

Vc 0, 3 f c' bw .d 1 +

Vu .d
1 '
f c + 120 w
Mu
7

0, 3 f c' bw .d

SNI 2847 13.3.1.2

Vc = 1 +

METODE LEBIH DETAIL

0, 3N u

Ag

Nu positif untuk tekan

4h d

M m = Mu Nu

Pakai Mm untuk Mu

Vu d
> 1,0
Mu
SNI 2847 13.3.2.2

Vc 0, 3 f c' bw .d 1 +

0, 3N u

Ag

Nu positif untuk tekan


LENTUR +

SNI 2847 13.3.1.3

AKSIAL TARIK Vc = 0
Av didesain untuk memikul
seluruh Vu

SNI 2847 13.3.2.3

Vc = 1 +

0, 3N u 1
f c' bw .d

Ag 6

Nu negatif untuk tarik

Nu
dalam MPa
Ag

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PERHITUNGAN KEKUATAN GESER BALOK YANG TERKENA


BEBAN AKSIAL
b
Mu
d

Nu

Vn = Vc + Vs
Vs tak terpengaruh
oleh Nu

Vu
Ag = b.h

(a)

2 Dimana Mu diganti
4h d
M m = Mu Nu
8

Vc

(d)
3

(c)

(e) Vc rinci oleh beban Vu


dan Nu tarik
0, 3 f c' b .d

N
* 1 + 0,3 u
Ag

N
* 1 + u

14
Ag

(d) Batas atas Vc oleh


beban Vu & Nu tekan

(d)

1
Vd
f c' + 120 w u

Mu
7
1
f c' b .d
6

b .d

N
* 1 + u

14 Ag

(e)

0
Nu tekan
(+)
(a) Vc rinci oleh beban Vu & Nu tekan dengan Mm/Mu

Nu tarik
(-)

(b) Vc metode sederhana


(c) Vc sederhana oleh beban Vu & Nu tekan

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Perbandingan Antara Hasil Test Dan Prediksi Model


Rangka Batang Dengan Sudut 45o

Hasil test menunjukkan bahwa tegangan sengkang yang terjadi pada benda uji lebih
kecil dari tegangan sengkang yang dihitung dengan model rangka dengan sudut 45o
Sebab:
(a) Sebelum retak terjadi, seluruh gaya geser yang terjadi dipikul oleh penampang
utuh
(b) Anggapan bahwa sudut diagonal tekan beton sebesar 45o adalah tidak teliti

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Ekspresi Persamaan Kekuatan Geser ACI Untuk Balok-Balok Tanpa Tulangan


Geser

SNI 2847 13.3.2.1

Vd
Vc = f c' + 120 w u : 7b w d 0,3 f c' bw d
Mu

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

10

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

CONTOH SOAL GESER


1) Diketahui:

ND = 311 kN

fc = 25 MPa

b = 45 cm

NL = 534 kN

fy = 320 MPa

Pakai begel

WD = 87 kN/m

h = 100 cm

AV = 2 . 1,29 = 2,58 cm2

WL = 146 kN/m

d = 92,5 cm

6m
Ditanya: Penulangan akibat geser
Jawab:
WuD = 1,2 . 87 kN/m = 104,4 kN/m
WuL = 1,6 . 146 kN/m = 233,6 KN/m

WUD

1014 kN

WUD

WUL

Vu = 175,2 kN
488,4 kN

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

11

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Vu(kN)
1000

20@90 mm

4@150

3@300

1014 kN

900
S = 80

800

S = 90

729
700

685

Penampang kritis

600

S = 150
526

500

S = 200

449

400

S = 300

373

300
200

175,2 kN

100

Muka Perletakan

Vc = 110,2kN

0
0,5
200

1,0

1,5

2,0

d = 925
20 bh 1/2

2,5

3,0

BIDANG VU
4 bh 1/2
t1

3 bh 1/2
t2

t1

t2

200

NUD = 1,2 ND = 1,2 x 311 = 373,2 kN


NUL = 0 Kondisi lebih baik

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

12

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

1
6

Vc = f c' b .d 1 +

N UD
14 Ag

6 .0, 6 25.450.925
373200
=
1 +

1000

14.1000.450

= 208,125 x 1,059
= 220, 4 kN

(SNI 2847 13.3.1.2)

Periksa kategori disain:

1 450.925
= 183, 48 kN
3 1000
1
1
450.925
f c' b .d = 220, 4 + .0, 6 25.
= 636, 65 kN
Vc +
3
3
1000
2
2
450.925
= 1052, 9 kN
Vc + f c' b .d = 220, 4 + .0, 6 25.
3
3
1000

Vc + min V s = 220, 4 + 0, 6. .

Vu di critical section = 685 kN

Masuk kategori disain no. 5


Syarat jarak smax

925
= 231,35 mm
4
300 mm

220, 4 +

0, 6.258.320.925
1000s

90

729,52 kN

100

678,61 kN

150

525,87 kN

200

449,50 kN

300

373.14 kN

Vc + Av .f y .

d
= V n
s

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

13

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

II. KONSOL PENDEK

GAYA-GAYA YANG BEKERJA: SNI 2847 13.9.3


1. GAYA VERTIKAL (Vu)
Berasal dari reaksi perletakan akibat beban mati dan beban hidup
Vu

= 1,2 VD + 1,6 VL

2. GAYA HORISONTAL/TARIK (Nuc)


Berasal dari susut dan rangkak serta perubahan suhu (N)
Nuc

= 1,6 N

Nuc

> 0,20 Vu

Vu
3. MOMEN YANG BERASAL DARI Vu DAN Nuc
Mu

= Vu . a + Nuc . (h d)

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

14

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

NAMA/JENIS TULANGAN YANG HARUS DIHITUNG DALAM PERENCANAAN


KONSOL (CORBEL)

Avf

= Luas tulangan geser friksi (horisontal) untuk menahan gaya geser berfaktor Vu
dihitung berdasarkan shear friction.

Avf =
An

Vu
;
..fy

= 0,65

(SNI 2847 13.7.4.1)

= Luas tulangan untuk menahan gaya normal Nuc tulangan. An ini dapat
dihitung dengan rumus:

An =
Af

Nuc
;
.fy

= 0,65

(SNI 2847 13.9.3.4)

= Luas tulangan (horisontal) untuk menahan momen berfaktor, Mu = Vu.a +


Nuc (h d)
Tulangan Af dapat dihitung sebagai berikut:

Af =

Mu
;
0,85..fy.d

= 0,65

disini telah diambil suatu pendekatan lengan momen jadi 0,85 d.

SNI 2847 13.9.3.5


As

= Af + An

As

= 2/3 Avf + An

Ah

= 0,5 (As An)

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

15

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

CONTOH SOAL:
Konsol beton bertulang memikul beban gravitasi, mati
dan hidup masing-masing:
DL

= 75 kN

= 250 mm

LL

= 115 kN

fc

= 30 Mpa; fy = 400 Mpa

= 500 mm; d = 450 mm

Lebar konsol sama dengan lebar kolom.

Akibat rangkak dan susut timbul gaya horisontal T = 50 kN


DIMINTA:
Hitung dan gambar lengkap penulangan dan ukuran- ukurannya.
PENYELESAIAN:
Vu

= 1,2 x 75 + 1,6 x 125 = 290 kN

Nuc

= 1,6 x 50

Mu

= Vu x a + Nuc x (h d)

= 80 kN

= 290 x 0,25 + 80 x (0,5 0,45)


= 7650 kN.m
Vnmaks = 0,2 x fc x bw x d

= 1102,5 kN

= 5,5 x bw x d

= 866,25 >Vu/ = 446,15 kN

Hitung Kebutuhan Penulangan:


(SNI 2847 13.7.4.1)

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

16

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Avf

Vu
..fy

Catatan

290.000
0,65 x 1,4 x 400

= 796,703 mm2

= 1,4 = 1 (beton normal)

(SNI 2847 13.9.3.4)


An

Nuc
.fy

Mu
76,5 x 10
=
0,85..fy.d 0,85 x 0,65 x 400 x 450

80.000
0,65 x 400

= 307,690 mm2 308 mm2


6

Af

= 769,231 mm2

(SNI 2847 13.9.3.5)


As

= 2/3 Avf + An

As

= Af + An

= 834 mm2
= 1077 mm2

Asmin = 0,04 x fc/fy x bw x d


Ah

= 0,5 x (As An)

PILIH TERBESAR

= 550 mm2

= 0,5 (1077 308)

= 385 mm2

Pilih Tulangan:
As

= 10,77 cm2 pakai 3#7

= 11,61 cm2

Ah

= 3,85 cm2 pakai 3#4

= 3,87 cm2

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

17

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

GAMBAR PENULANGAN

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

18

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

III .KOMPONEN STRUKTUR LENTUR TINGGI

P (Beban Terpusat)

q (beban merata)

h = 600

Tulangan geser horisontal (AvR)


Tulangan geser vertikal/sengkang (Av)
a

bw

ln

Syarat = n/d < 5

(SNI 2847 13.8.1)

Letak penampang kritis:

(SNI 2847 13.8.5)

Beban Merata = 0,15 x n


Beban Terpusat

= 0,5 a

Kekuatan geser nominal (Vn) pada penampang kritis, bila:

n/d < 2

n/d = 2-5 Vn =

Vn =

2
f ' c .bw.d
3

1
ln
10 + f ' c .bw.d
18
d

(SNI 2847 13.8.4)


Apabila:

Vn Vu/ Ukuran penampang memenuhi


Vn < Vu/ Ukuran penampang dibesarkan

Vu Vn

Vn = Vc + Vs

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

19

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Kuat geser beton:

Vc =

1
f ' c .bw.d
6

Perhitungan lebih rinci:

(SNI 2847 13.8.7)

Mu
Vu.d

3,5 2,5
f ' c + 120w
: 7 bw.d
Vu.d
Mu

Vc

Syarat:

Mu

3,5 2,5
< 2,5
Vu.d

Vcmak =

Vu

Apabila:

Vu

>

1
Vc
2

1 '
fc bwd
2

< Vc pasang tulangan geser


minimum

> Vc pasang tulangan geser


Vs =

Vu
Vc

Kuat Geser Tulangan:


Vs

(SNI 2847 13.8.6)

(SNI 2847 13.8.8)

Av 1 + ln d Avh 11 ln d
s 12 + s 12 fy.d

Tulangan Geser Minimum:


Vertikal (sengkang)

Av = 0,0015 . bw .s

(SNI 2847 13.8.9)

s d/3 atau 500 mm


Horisontal

Av = 0,0025 . bw .s2

(SNI 2847 13.8.10)

s d/3 atau 500 mm

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

20

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

CONTOH SOAL:
1) Diketahui:

2-#6=5,68cm2

d h

4-#7=14,48cm2
bw

350

2400

1
2 Wu.ln

350

h=600mm
d=650mm
b=350mm

(+)
(-)

Mu=62,5kNm
(+)

(+)
(-)

Mu=199kNm

Penampang balok beton bertulang seperti gambar, beban kerja terdiri dari beban merata:
WD

= 50 kN/m

fc

= 30 Mpa

WL

= 200 kN/m

fy

= 400 Mpa

Ditanya:
1. Hitung Vu dan Mu pada penampang kritis
2. Dengan rumus yang rinci, hitung tegangan geser Vc pada penampang kritis
3. Kontrol dan hitung kebutuhan tulangan geser
4. Gambar penulangan lengkap.
Penyelesaian:
n/d
Wu

= 2400/550

= 4,36 < 5

OK

(SNI 2847 13.8.1)

= 1,2 WD + 1,6 WL

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

21

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

= 1,2 x 50 + 1,6 x 200

= 380 kN/m
Letak penampang kritis:
Beban merata = 0,15 x 2400 = 360 mm = 0,36 m
Vu

1
Wu. ln
2

1
380 . 2,4
2

= 456 kN

Vu pada penampang kritis (Vcr)


Vcr

840
456
1200

Vn

1
ln
10 + f ' c
18
d

= 319,2 kN

1
2400
10 +
30
18
550

= 4,371 Mpa
(SNI 2847 13.8.4)

Vcr
. bw . d

319200
= 2,760 Mpa < 4,371 Mpa
0,6 . 350 . 550
(Penampang Memenuhi)

Mencari Vc pada penampang kritis: (SNI 2847 13.8.7)


Vc

Mu
Vu . d

3
,
5
2
,
5
f
'
c
120
.
w
.

: 7 bw . d

Vu
.
d
Mu

5,68
35 x 55

Mu

= - 62,5 + Vu.x Wu.(x)2

= 0,003

= - 62,5 + 456 . (0,36) (380)(0,36)2


= 77,036 . 106 Nmm

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

22

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

77 ,036
Mu =
Vu.d
319 ,2 . 0 ,55
3,5 2,5.

Mu
Vu.d

= 0,439

= 3,5 2,5 . (0,439)


= 2,403 < 2,5

Vcmak=

Vncr

1
f' c
2
=

1
30
2

= 2,739 Mpa (Menentukan)

Vcr
= 2,760 Mpa > Vcmak = 2,739 Mpa
. bw . d
(Pasang Tulangan Geser)

Vsminimum = 1 (Mpa) = 0,333 Mpa


3
Vc + Vsmin
Jadi:

= 2,739 + 0,333

= 3,072 Mpa > Vncr

Vc < Vncr < [Vc + Vsmin]


2,739 < 2,760 < 3,072 Mpa
(diperlukan tulangan geser minimum)

Tulangan yang dipakai #3 luas tulangan = 71 mm2


Untuk Tulangan Vertikal

(SNI 2847 13.8.9)

Avmin = 0,0015 . bw . s
s
syarat:

2 .(71 )
0 ,0015 .(350

= 270,476 mm

smak = d/5 = 550/5 = 110 mm (menentukan)

Untuk Tulangan Horisontal

(SNI 2847 13.8.10)

Avhmin = 0,0025 . bw . s2
s =

2 . (71 )
0 , 0025 . (350

= 162,286 mm (menentukan)
syarat:

s2mak = d/3 = 550/3 = 183,33 mm

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

23

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

KESIMPULAN
Digunakan tulangan #3 untuk sengkang vertikal D6 jarak 100 mm. Untuk sepanjang balok
dan tulangan #3 untuk tulangan horisontal dengan jarak ditetapkan 140 mm.

sengkang #3
2#6

h = 600

50

4#7
Batang horisontal #3
spesi 100 mm

350

2400

I
50
350

2#6
50
40
140
140
140
40
50
4#7

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

24

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

IV. TEGANGAN GESER PONS


Perencanaan tegangan geser pons harus didasarkan pada
(SNI 2847 13.1.1)

Vn Vu

Vn =Vc +Vs
Nilai Vc diambil dari nilai terkecil dari: (SNI 2847 13.12.2)

1)

2 fc' bod
Vc = 1+
c 6
c = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek pada kolom
(lihat gambar 12)

2)

sd fc' bod
Vc = +2
bo 12
o = 40 untuk kolom dalam, 30 untuk kolom tepi, 20 untuk kolom sudut

3)

Vc =

1 '
fc bo d
3

Av dan Vs harus dihitung sebagaimana perencanaan Tegangan Geser Lentur (SNI


2847 13.5)

Penampang kritis pelat untuk geser harus tegak lurus terhadap bidang pelat dan

harus memotong setiap lengan profil penahan geser sejarak

3
v ( c1 /2) )
(
4

diukur dari muka kolom ke ujung lengan profil penahan geser. Penampang kritis
harus ditempatkan sedemikian hingga perimeter bo minimum, tetapi tidak perlu lebih

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

25

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

dekat daripada jarak d/2 terhadap perimeter penampang kolom. (SNI 2847
13.12.4.7)

Vn

1 '
fc bo d
3

pada penampang kritis

(SNI 2847

13.12.4.8)

Tegangan geser maksimum akibat gaya geser dan momen terfaktor tidak boleh
melebihi Vn: (SNI 2847 13.12.6)

1) Untuk komponen struktur tanpa tulangan geser:

Vn = Vc /(bo d )
2) Untuk komponen struktur yang menggunakan tulangan geser selain dari profil
penahan geser:

Vn = (Vc + Vs ) /(bo d )

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK

26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MATERI VI
PONDASI TELAPAK
I. GESER PONS
Tegangan Geser Pons

P
Luas Bid Kritis

P
Kell Bid Kritis x h

=
05h
05h

ah

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK

P
(a + h + b + h) x 2h
P
(a + b + 2h) x 2h

Gambar 4.1.
Gambar Geser Pons

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

2. FONDASI TELAPAK (PELAT KAKI)

P :
Tegangan perlawanan tanah

P =

P
B.L

Momen ditinjau dua arah :


M1 = q1 . L2 (kg.m)
q1 = L P

(kg/m)

M2 = q2 . L2 (kg.m)
q2 = B

(kg/m)

Usulan memperkecil tegangan


geser

pons (tbpu) dilakukan dengan


memperbesar dasar kolom
perumusan (tbpu) dan

pengurangan
luas penampang kritis karena
adanya lubang disekitar beban.

Gambar 4.2.
Fondasi Telapak

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Untuk memperkaku pelat diberi Rib


Rib Searah :
P =

P
B.L

Momen pelat :
M1 = q1 . L2 (kg.m) q1 = B . P (kg/m)
Momen Rib :
M = P1.B
Gaya Geser
M = P1 P

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Bila rib satu arah tidak cukup dipakai rib dua arah :
Keadaan plat pondasi dengan rib bersilang

Momen plat dihitung dengan tabel Moody


Momen Rib = P1.1/3.B
Gaya Geser Rib = D = P1 = P

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Bila momen besar dapat diperkecil atau dihapus dengan menggeser plat
fondasi (Biasanya pada fondasi tangga)

Kalau M = P.e

(M-P.e) dapat dibuat kecil atau 0

Atau; e = M
P

M P.e = 0

P =

P
L.B

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK

e=

M
P

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gaya Geser Rib :


1
2

1 1
2 2

1
2

1
4

D = P1 + P2 = pi .L.B. + p 2.B. . .L

D = P1 + P2 = pi .L.B. + p 2.B. .L
Momen Rib :
M = P1. . B + P2. 1/3. B

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

TORSI (PUNTIR)

III. PERILAKU TORSI STRUKTUR


Momen torsi yang bekerja pada komponen struktur seperti balok keliling dapat dihitung
dengan menggunakan prosedur analisis struktur biasa. Disain terhadap komponen tertentu
haruslah didasarkan pada keadaan batas saat kegagalan. Oleh karena itu, perilaku nonlinier
sistem struktur setelah retak torsi harus diidentifikasikan sebagai salah satu dari kedua kondisi
berikut: (1) tidak adanya redistribusi tegangan torsi ke anggota yang lain setelah retak dan (2)
adanya redistribusi tegangan dan momen torsi setelah retak yang mempengaruhi
kompatibilitas deformasi diantara anggota anggota yang berpotongan.
Resultan tegangan akibat torsi didalam balok statis tertentu dapat dievaluasi dari kondisi
kesetimbangan saja. Kondisi semacam itu membutuhkan disain untuk momen torsi eksternal
berfaktor-penuh, karena memungkinkan tidak adanya redistribusi tegangan torsi. Keadaan ini
seringkali diistilahkan sebagai torsi kesetimbangan. Sebuah balok tepi yang mendukung
kanopi kantilever seperti dalam Gambar 1 merupakan sebuah contoh yang seperti itu.

Balok

Gambar 1 Torsi tanpa redistribusi (torsi kesetimbangan).

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Balok tepi tersebut haruslah didisain untuk menahan momen puntir berfaktor eksternal
total akibat slab kantilever; jika tidak, struktur tersebut akan mengalami keruntuhan.
Kegagalan tersebut diakibatkan karena balok tersebut tidak memenuhi kondisi kesetimbangan
gaya dan momen yang dihasilkan dari momen torsi eksternal yang besar.
Dalam sistem statis tertentu, asumsi kekakuan, kompatibilitas regangan di join, dan
redistribusi tegangan dapat mempengaruhi resultan tegangan, yang mengakibatkan reduksi
tegangan geser torsi yang dihasilkan. Penerapan reduksi diijinkan terhadap harga momen
berfaktor yang dipergunakan untuk disain anggota bilamana bagian momen ini dapat
diredistribusikan ke anggota yang berpotongan. Standar SNI 2847-2002 mengijinkan momen
torsi berfaktor maksimum pada penampang kritis d dari muka pendukung untuk anggota beton
bertulang sebagai berikut:
f c Acp2

Tu =
3 p cp

(1)

dimana
Acp

= luasan yang dibatasi oleh keliling luar irisan penampang beton


= x0y0

pcp

= perimeter luar irisan penampang beton Acp


= 2(x0 + y0)

Untuk anggota beton prategang pada jarak h dari muka pendukung

Tu =

f c Acp2

3 p cp

3f
1 + pc

f c

(2)

dimana f c = tegangan tekan rata-rata beton di sumbu pusat akibat prategang efektif sesudah
terjadinya semua kehilangan.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Pengabaian efek penuh momen torsi eksternal total dalam kasus ini secara praktis tidak
mengakibatkan kegagalan struktur tetapi dapat mengakibatkan retak yang berlebihan jika

)(

f c 3 Acp2 p cp harganya jauh lebih kecil dari momen torsi berfaktor aktual. Contoh torsi

kompatibilitas dapat dilihat dalam Gambar 2.

Balok keliling
AB
(a)

Balok
keliling

(b)

Gambar 2 Redistribusi torsi (kompatibilitas): (a) tampak isometris panel ujung;


(b) denah sistem lantai satu-arah tipikal.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

10

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Balok-balok B2 menerapkan momen puntir Tu pada penampang-penampang 1 dan 2 dari


balok keliling AB dalam Gambar 2(b). Besarnya kekakuan relatif balok-balok AB dan balokbalok transversal B2 menentukan besarnya rotasi di titik-titik perpotongan 1 dan 2. Karena
pembentukan sendi-sendi plastis torsi di dekat join-join A dan B, momen-momen ujung untuk
balok-balok B2 pada perpotongannya dengan balok keliling AB tidak akan ditransfer
sepenuhnya sebagai momen-momen puntir ke pendukung-pendukung kolom di A dan B.
Mereka akan jauh tereduksi, karena redistribusi momen mengakibatkan adanya transfer
sebagian besar momen-momen lentur ujung dari ujung-ujung 1 dan 2 ke ujung-ujung 3 dan 4,
juga bentang-tengah balok-balok B2. Tu pada setiap pendukung balok keliling A dan B dan di
penampang kritis pada jarak d dari pendukung-pendukung ini ditentukan dari Pers. (1) untuk
beton bertulang dan Pers. (2) untuk beton prategang.
Jika momen torsi berfaktor aktual akibat balok-balok B2 kurang dari yang diberikan oleh
Pers. (1) atau (2), balok tersebut boleh didisain untuk harga torsi yang lebih kecil. Momen
torsi untuk beton bertulang dapat diabaikan bilamana

Tu <

f c Acp2

12 pcp

(3)

dan untuk beton prategang


Tu <

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

f c Acp2

1+
12 p cp

3 f pc

(4)

f c

11

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

IV. KEKUATAN MOMEN TORSI


Ukuran irisan penampang dipilih dengan dasar retak tak kelihatan yang tereduksi dan
pencegahan kehancuran beton permukaan yang diakibatkan oleh tegangan tekan miring akibat
geser dan torsi yang didefinisikan oleh suku kiri perumusan-perumusan dalam Pers. (5a) dan
(5b). Dimensi-dimensi geometri untuk kekuatan momen torsi baik pada anggota bertulang
maupun prategang dibatasi oleh perumusan-perumusan berikut

(a)

Penampang pejal
2

Vu Tu p h

+
2
bw d 1,7 Aoh
(b)

V
2 f c

c +

3
b
d

(5a)

Penampang berongga
Vu Tu p h

+
2
bw d 1,7 Aoh

V
2 f c

c +

3
b
d

(5b)

Untuk beton bertulang:


f c
b d
Vc =
6 w

(5c)

Untuk beton prategang (fpe 0,4fpu):

(1 6)

f c
V d
Vc =
+ 5 u bw d
20
M u

Vu d
1,0
Mu

(5d)

f cbw d Vc 0,4 f cbw d

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

12

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

dimana
Aoh = luasan yang dilingkupi oleh garis pusat tulangan torsi transversal tertutup
yang terluar
ph = perimeter garis pusat tulangan torsi transversal tertutup yang terluar

= 1,0 untuk beton bobot-normal; 0,85 untuk beton bobot-ringan pasir; 0,75
untuk beton bobot ringan-semua.

Luasan Aoh untuk penampang yang berbeda diberikan dalam Gambar 3.

Gambar 3 Parameter-parameter geometri torsi.

Jumlah tegangan pada suku kiri Pers. (5a) dan (5b) haruslah tidak melebihi tegangan
yang mengakibatkan retak geser ditambah

(2 3)

f c . Hal ini serupa dengan kekuatan

pembatas Vs (2 3) f cbw d untuk geser tanpa torsi. Batas atas tegangan yang berkaitan
dengan kekuatan geser nominal Vc beton polos dalam web mengijinkan penerapan kedua
perumusan tersebut baik pada elemen beton bertulang maupun prategang.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

13

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

a.

Ketebalan Dinding Penampang Berongga


Tegangan geser yang disebabkan oleh geser dan oleh torsi yang keduanya terjadi dalam

dinding penampang berongga, seperti terlihat dalam Gambar 4(a). Catat bahwa dalam
penampang pejal tegangan geser akibat torsi masih terkonsentrasi pada zona luar penampang
seperti dalam Gambar 4(b).

Tegangan
torsi

Tegangan
geser

Tegangan
torsi

(a) Penampang berongga

Tegangan
geser

(b) Penampang pejal

Gambar 4 Gabungan tegangan torsi dan geser. Kasus (a): penambahan secara langsung
terjadi dalam dinding sebelah kiri kotak (Pers. 5b). Kasus (b): torsi bekerja pada penampang
dinding sebelah luar yang menyerupai-tube sementara tegangan geser bekerja pada lebar
penuh penampang pejal; tegangan-tegangan tersebut dikombinasikan memakai akar kuadrat
dari jumlah kuadrat (Pers. 5a).
Jika ketebalan dinding dalam penampang berongga bervariasi sekeliling perimeternya,
geometri penampang tersebut harus dievaluasi di suatu lokasi dimana suku kiri Pers. 5b
haruslah mempunyai harga maksimum. Juga, jika ketebalan dinding t < Aoh/ph, suku kiri Pers.
5b harus diambil sebagai

Vu
Tu
+
bw d 1,7 Aoh t
Ketebalan dinding t merupakan ketebalan dimana tegangan-tegangannya dicek.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

14

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

V.

TULANGAN WEB TORSI


Kekuatan torsi tambahan yang berarti akibat penambahan tulangan torsi dapat dicapai

hanya dengan menggunakan baik sengkang maupun batang longitudinal. Idealnya, volume
baja yang sama baik dalam sengkang tertutup maupun batang longitudinal haruslah
dipergunakan agar keduanya berpartisipasi secara sama didalam menahan momen puntir.
Prinsip ini merupakan dasar perumusan SNI didalam memproporsikan baja web torsi. Jika s
adalah spasi sengkang, Al adalah luasan irisan-penampang total batang longitudinal, dan At
adalah irisan-penampang satu kaki sengkang, tulangan transversal untuk torsi haruslah
didasarkan pada harga kekuatan momen torsi eksternal penuh Tn, yaitu, (Tu/), dimana

Tn =

2 A0 At f yv
s

cot

(6a)

dimana
A0 = luasan gros yang dibatasi oleh jalur alir geser
At = luasan irisan-penampang satu kaki sengkang tertutup transversal
fyv = kekuatan leleh tulangan torsi transversal tertutup tidak melebihi 400 MPa

= sudut diagonal tekan (strat) dalam analogi tras ruang untuk torsi
Dengan mentranspos suku-suku dalam Pers. 6a, luasan tulangan transversal menjadi

At
Tn
=
s
2 A0 f yv cot

(6b)

Luasan A0 harus ditentukan dengan analisis, kecuali bahwa Standar SNI 03-2847-2002
mengijinkan untuk mengambil A0 = 0,85Aoh sebagai pengganti analisis tersebut.
Tahanan torsi berfaktor Tn haruslah sama atau melebihi momen torsi eksternal
berfaktor Tu. Semua momen torsi diasumsikan dalam Standar SNI 03-2847-2002 ditahan oleh
sengkang tertutup dan baja longitudinal dengan tahanan torsi beton, Tc, yang tidak

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

15

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

diperhitungkan; yaitu, Tc = 0 dengan asumsi bahwa strat tekan beton antara retak-retak miring
mempunyai tahanan yang dapat diabaikan terhadap torsi. Geser Vc yang ditahan oleh beton
diasumsikan tidak berubah dengan adanya torsi.
Sudut yang dibentuk oleh diagonal tekan beton (strat) harus tidak diambil lebih kecil
dari 30 juga tidak lebih besar dari 60. Sudut tersebut juga dapat diperoleh dengan analisis.
Tulangan longitudinal tambahan untuk torsi haruslah tidak kurang dari

Al =

f yv 2
At
cot
ph
f
s
yl

(7)

dimana fyl = kekuatan leleh tulangan torsi longitudinal, tidak melebihi 400 MPa, dan Al =
luasan total baja torsi longitudinal dalam irisan penampang.
Sudut yang sama haruslah digunakan dalam Pers. 6 dan 7. Harus dicatat bahwa
bilamana menjadi lebih kecil jumlah sengkang yang disyaratkan oleh Pers. 6 berkurang.
Pada saat yang sama jumlah baja longitudinal yang disyaratkan oleh Pers. 7 bertambah.
Sebagai pengganti dari penentuan sudut dengan analisis, Standar SNI membolehkan
harga sama dengan :
(i) 45 untuk anggota nonprategang atau anggota dengan prategang kurang dari pada (ii)
(ii) 37,5 untuk anggota prategang dengan gaya prategang efektif lebih besar dari 40%
kekuatan tarik tulangan longitudinal.

a.

Tulangan Torsi Minimum


Perlu untuk menyediakan luasan tulangan torsi minimum pada semua daerah dimana

momen torsi berfaktor Tu melebihi harga yang diberikan oleh Pers. 3 dan 4. Dalam kasus
seperti itu, luasan minimum sengkang tertutup transversal yang diperlukan haruslah

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

16

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Av + 2 At =

f c bw s
16 f yv

(8)

namun tidak boleh kurang dari (1/3)(bws/fyv).


Spasi maksimum harus tidak melebihi yang lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm.
Luasan total minimum tulangan torsi longitudinal tambahan harus ditentukan dengan

Al , min =

5 f c Acp
12 f yl

f yv
A
t ph
f yl
s

(9)

dimana At/s haruslah tidak diambil kurang dari (1/6)bw/fyv.


Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk torsi harus didistribusikan di
sekeliling perimeter sengkang tertutup dengan spasi maksimum sebesar 300 mm. Batang atau
tendon longitudinal harus ditempatkan di dalam sengkang tertutup, dengan paling sedikit
sebuah batang atau tendon longitudinal pada setiap sudut sengkang tersebut. Diameter batang
harus paling sedikit seperduapuluhempat (1/24) spasi sengkang, tetapi tidak kurang dari
batang D-10 (diameter 10 mm). Demikian juga, tulangan torsi harus menerus untuk jarak
minimum sebesar (bt + d) di luar titik yang secara teoritis diperlukan untuk torsi, karena retakretak diagonal torsi terjadi dalam bentuk melingkar yang memanjang melebihi retak-retak
akibat geser dan lentur. bt adalah lebar bagian irisan-penampang yang mengandung sengkang
penahan torsi. Penampang kritis pada balok adalah di jarak d dari muka pendukung untuk
elemen beton bertulang dan di h/2 untuk elemen beton prategang, d merupakan kedalaman
efektif dan h kedalaman total penampang.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

17

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

VI. PROSEDUR DISAIN UNTUK TORSI DAN GESER


TERKOMBINASI
Berikut merupakan ringkasan urutan tahap disain yang direkomendasikan. Diagram-alir
yang menggambarkan urutan operasi dalam bentuk grafis ditunjukkan dalam Gambar 5.

1.

Klasifikasikan apakah torsi terapan merupakan torsi kesetimbangan atau kompatibilitas.


Tentukan penampang kritisnya dan hitung momen torsi berfaktor Tu. Penampang kritis
diambil sebesar d dari muka pendukung pada balok beton bertulang dan h/2 pada balok

)(

beton prategang. Jika Tu kurang dari f c 12 Acp2 p cp untuk anggota nonprategang

atau kurang dari f c 12 (Acp2 p cp ) 1 + 3 f pc

f c untuk anggota prategang, efek torsi

diabaikan.
2.

Cek apakah momen torsi berfaktor Tu mengakibatkan torsi kesetimbangan atau


kompatibilitas. Untuk torsi kompatibilitas, batasi momen torsi disain sampai yang lebih

)(

kecil dari momen aktual Tu atau Tu = f c 3 Acp2 p cp untuk anggota beton bertulang

dan Tu = f c 3 (Acp2 p cp ) 1 + 3 f pc

f c

untuk anggota beton prategang. Harga

kekuatan nominal disain Tn harus paling sedikit ekivalen dengan Tu/ berfaktor, dengan
memproporsikan penampang tersebut sehingga:
(a) untuk penampang pejal
2

Vu Tu p h

+
2
bw d 1,7 Aoh

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

V
2 f c

c +
bw d

18

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

(b) untuk penampang berongga:


Vu Tu p h

+
2
b
d
w 1,7 Aoh

V
2 f c

c +

3
b
d

Jika ketebalan dinding kurang dari Aoh/ph, suku kedua perumusan harus diambil sebesar
Tu/(1,7Aoht).

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

19

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Mulai

Diberikan: pembebanan, kondisi pendukung, xo, yo, x1, y1, Acp, A0, Aoh, As, pcp, ph, t,
h, bw, d, untuk BP, tegangan rata-rata fpc setelah kehilangan, tegangan dan
kekuatan yang diperbolehkan, fyv, fyl, = 45 BB, = 37,5 BP

Vu dan Tu berfaktor yang dihitung di jarak d dari pendukung. Untuk torsi


f A2
f A2
3f
kompatibilitas: Tu = c cp untuk BB, Tu = c cp 1 + pc untuk BP
3 pcp
3 pcp
fc

fc Acp2

12 pcp
fc Acp2

Tu
12 pcp
Tu

TIDAK

untuk BB

3f
1 + pc untuk

fc

YA

Efek torsi dapat


diabaikan

Untuk penampang pejal:


2
V
2 fc

c +

b d
3

w
Untuk penampang berongga, lihat Pers. (5b) untuk persamaan
interaksi dan Sub-bab 2.1 untuk ketebalan dinding.
2

TIDAK

Vu Tu ph

b d + 1,7 A2
oh
w

YA

Irisan penampang
harus diperbesar;

Gambar 5 Diagram-alir untuk tulangan disain untuk geser dan torsi terkombinasi pada penampang
pejal: (a) baja web torsi; (b) baja web geser.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

20

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

At
Tn
=
dimana A0 = 0,85A0h
s
2 A0fyv cot
Al =

At fyv
cot 2 , tetapi tidak kurang dari
ph
fyl
s

Al ,min =

5 fc Acp
12fyl

A
t
s

A
b
fyv
dimana t w
ph
f
s
6
fyv

yl

Rutin untuk menghitung tulangan


geser, Av/s, Gambar 5(c)

Luasan sengkang total/dua kaki, Avt = 2 At + Av =

fc bw s
1 bw s
namun harus tidak kurang dari
16 fyv
3 fyv

luasan dua kaki sengkang


Avt s
s diperbolehkan maksimum = yang lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm
Diameter batang minimum = s/24 atau batang D-10 untuk batang longitudinal
Spasi pada sengkang tertutup, s =

Susun sengkang dan tulangan


longitudinal, Al (Sub-bab 3)
Catatan: BB = beton bertulang
BP = beton prategang

Akhir

Gambar 5 Lanjutan.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

21

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Sub-

Mula

Beton bertulang:
f
c
Vc =
b d
6 w

Beton prategang:
f
Vd
c
Vc =
+ 5 u bw d
20
Mu

(1 6 ) f c bw d

Vs =

TIDA

Vu

&

Vc

Vs (2 3 ) fc bw d

YA

Perbesar
penampang; ulangi
Av
V
= s
s
fyv d

Akhir

Gambar 5 Lanjutan.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

22

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

3.

Pilih sengkang tertutup torsi perlu untuk digunakan sebagai tulangan transversal,
menggunakan kekuatan leleh maksimum sebesar 400 MPa, sehingga
At
Tn
=
s
2 A0 f yv cot
Kecuali bilamana menggunakan harga-harga A0 dan yang diperoleh dari analisis,
gunakan A0 = 0,85A0h dan = 45 untuk anggota nonprategang atau anggota prategang
dengan gaya prategang efektif tidak kurang dari 40% kekuatan tarik tulangan
longitudinal. Tulangan longitudinal tambahan haruslah
Al =

f yv 2
At
cot
ph
f
s
yl

tetapi tidak kurang dari


Al , min =

5 f c Acp
12 f yl

f yv
A
t ph
f yl
s

dimana At/s harus tidak kurang dari bw/(6fyv). Spasi sengkang-sengkang transversal yang
diperbolehkan maksimum adalah yang lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm, dan batang
tersebut harus mempunyai diameter paling sedikit seperduapuluhempat (1/24) spasi
sengkang, tetapi tidak kurang dari diameter batang D-10.
4.

Hitung tulangan geser perlu Av per satuan spasi dalam penampang transversal. Vu adalah
gaya geser eksternal berfaktor pada penampang kritis, Vc adalah tahanan geser nominal
beton dalam web, dan Vs adalah gaya geser yang ditahan oleh sengkang:

Av
V
= s
s
f yv d

dimana Vs = Vn Vc dan

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

23

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA
f c
b d
Vc =
6 w

untuk beton bertulang.


f c
V d
Vc =
+ 5 u bw d
20
M u

untuk beton prategang jika fpe 0,4fpu. Batas-batas Vc untuk balok prategang adalah

(1 6)

f cbw d Vc 0,4 f cbw d ;

Vu d
1,0
Mu

dimana = 1,0 untuk beton bobot-normal


= 0,85 untuk beton bobot-ringan-pasir
= 0,75 untuk beton bobot-ringan-semua
Harga Vn harus paling sedikit sama dengan Vu/ berfaktor.
5.

Dapatkan Avt total, luasan sengkang tertutup untuk torsi dan geser, dan disain sengkang
sehingga
Avt = Av + 2 At =

f c bw s
16 f yv

namun tidak boleh kurang dari (1/3)(bws/fyv).


Teruskan sengkang dengan jarak bt + d di luar titik yang secara teoritis tidak lagi
memerlukannya, dimana bt = lebar irisan penampang yang mengandung sengkang
tertutup yang menahan torsi.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

24

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

VII. CONTOH 1: DISAIN TULANGAN WEB UNTUK TORSI DAN GESER


TERKOMBINASI PADA PENAMPANG BALOK-T
Sebuah irisan penampang balok-T mempunyai dimensi geometri yang ditunjukkan
dalam Gambar 6. Gaya geser eksternal berfaktor yang bekerja pada penampang kritis tersebut
mempunyai harga Vu = 178 kN. Penampang kritis tersebut dikenai oleh momen torsi berikut:
(a) momen torsi eksternal berfaktor kesetimbangan Tu = 50,9 kN-m; (b) Tu berfaktor
kompatibilitas = 7,3 kN-m; (c) Tu berfaktor kompatibilitas = 29,9 kN-m. Diberikan:
tulangan lentur As = 2194 mm2
f c = 27,6 MPa, beton bobot-normal

fyl = fyv = 414 MPa


Disain tulangan web yang diperlukan untuk penampang ini.

4hf = 408 mm

4hf

635 mm

102 mm

b = 1524 mm

bw = 356

Gambar 6 Persegi-persegi komponen balok-T.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

25

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Penyelesaian: (a) Torsi kesetimbangan:


Momen torsi berfaktor (Tahap 1)
Asumsikan bahwa flens tersebut tidak dikekang oleh pengikat.
momen torsi kesetimbangan yang diberikan = 50,9 kN-m
Momen torsi total yang harus disediakan untuknya dalam disain.

Acp

Tu

50,9
= 67, 87 kN-m

0,75
= x0y0 = 356 635 = 226.060 mm2

Tn perlu =

pcp = 2(x0 + y0) = 2(356 + 635) = 1982 mm


Dari Pers. (3), momen torsi dimana torsi dapat diabaikan adalah

f c Acp2

0,75 27,6 226.060 2

Tu =
=
12
12 p cp
1982
= 8,47 kN-m < 50,9 kN-m

Karenanya disain untuk torsi penuh.

Properti penampang (Tahap 2)


A0 = 0,85A0h, dimana Aoh adalah luasan yang dibatasi oleh garis pusat sengkang tertutup
terluar. Dengan mengasumsikan penutup bersih 40 mm dan sengkang 13, dari Gambar 7,
x1 = 356 2(40 + 6,5) = 263 mm
y1 = 635 2(40 + 6,5) = 542 mm
A0h = 263 542 = 142.546 mm2
A0 = 0,85A0h = 0,85(142.546) = 121.164 mm2
d = 635 (40 + 13 + 12,5) = 569,5 mm
ph = 2(x1 + y1) = 2(263 + 542) = 1610 mm

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

26

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

102 mm

2 D-13

102 mm

569,5 mm
2 D-13

2 D-13

5
D-25

356 mm
65,5 mm

Sengkang 10 spasi
95 mm p-p
atau
sengkang 13 spasi 170
mm p-p

Gambar 7 Detail tulangan web, Contoh 1(a).

Gunakan = 45, cot = 1,0.


Cek kecukupan penampang (Tahap 3)
Untuk penampang tersebut agar cukup, haruslah memenuhi Pers. (5a):
2

Vu Tu p h

+
2
bw d 1,7 Aoh

V
2 f c
c
+
bw d
3

f c
bwd =
6

Vc =

Vu Tu p h

+
2
b
d
w

1,7 Aoh

27,6

356 569,5 = 177.52 kN


6

178.000 50,9 10 6 1610

+
2

356 569,5 1,7(142.546)

0,77 + 5,63 = 2,53 MPa

V
177,52
2 f c
2 27,6
c
+
= 0,75
+
bw d
3
3
356 569,5

= 0,75(0,88 + 3,50) = 3,28 MPa > 2,53 MPa.


Karenanya penampang tersebut cukup.
PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

27

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tulangan torsi (Tahap 4)


Dari Pers. (6),
At
s

Tn
67,87 10 6
=
2 A0 f yv cot
2 121.164 414 1,0

= 0,676 mm2/mm/satu kaki


Tulangan geser
f
Vc = c bwd = 177,52 kN

Vn

1
178
=
= 237,33 kN > Vc; juga > Vc
2
0,75

untuk tulangan web geser minimum. Karenanya, sediakan sengkang geser.


Vs = Vn Vc = 237,33 177,52 = 59,81 kN
Av
s

Vs
59,81 10 3
=
= 0,254 mm2/mm/dua kaki
f yv d
414 569,5

Avt
s

A
2 At
+ v = 2 0,676 + 0,254 = 1,607 mm2/mm/dua kaki
s
s

Coba sengkang tertutup 10. Luasan dua kaki = 157,08 mm2.

s =

luasan irisan penampang sengkang


157,08
=
= 97,8 mm
Avt s perlu
1,607

Spasi yang diperbolehkan maksimum smaks = lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm, dimana
ph = 2(x1 + y1) = 1610 mm. Dari
sebelumnya ph/8 = 1610/8 = 201,25 mm > 97,8 mm.

Avt = Av + 2 At =

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

f c bw s
=
16 f yv

27,6 356 95
= 26,82 mm2
16
414

28

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

karenanya, dari Pers. (8),

Avt minimum yang mengontrol

1 356 95
1 bw s
=
= 27,23 mm2
3 414
3 f yv

kurang dari 157,08 mm2; tidak mengontrol. Karenanya gunakan sengkang tertutup 10 spasi
95 mm pusat ke pusat. Jika sengkang tertutup 13 digunakan, spasi dapat ditingkatkan
menjadi 170 mm p. ke p.
Al =

f yv
At
ph
cot2
s
f yl

= 0,676 1610

Al minimum =
=

5 f c Acp
12 f yl

414
1,0 = 1089,13 mm2
414

f yv
At
ph
f yl
s

5 27,6 226.060
414
0,676 1610
12 414
414

= 1195,27 1089,13 = 101,14 mm2 < 1089,13mm2


Karenanya Al = 1089,13 mm2 mengontrol.

Distribusi baja longitudinal torsi


Al torsi = 1089,13 mm2. Asumsikan bahwa Al ditempatkan ke sudut-sudut teratas dan
Al ditempatkan ke sudut-sudut terbawah sengkang, untuk ditambahkan pada batang-batang
lentur. Penyeimbangnya, Al, jadinya didistribusikan secara sama pada muka-muka vertikal
irisan penampang web balok dengan spasi pusat ke pusat tidak melebihi 300 mm.

As bentang-tengah =

Al
1089,13
+ As =
+ 2194 = 2466,28 mm2
4
4

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

29

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Sediakan lima batang D-25 pada sisi terbawah. Sediakan dua batang D-13 dengan
luasan sebesar 265,46 mm2 pada sisi teratas. Sediakan dua batang D-13 pada setiap muka
vertikalnya. Gambar 7 menunjukkan geometri irisan penampangnya.

(b) Torsi kompatibilitas

Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Diberikan Tu = 7,3 kN-m < Tu = 8,47 kN-m dari bagian (a). Karenanya abaikan torsi
dan sediakan sengkang untuk geser saja.
Dari bagian (a),
Av
= 0,254 mm2/mm/dua kaki; Avt min = 27,23 mm2 < 157,08 mm2 untuk sengkang 10,
s

karenanya tidak mengontrol.


Untuk sengkang 10, s = 157,08/0,254 = 619,18 mm pusat ke pusat.
s maksimum =

d
569,5
=
= 284,75 mm
2
2

Gunakan sengkang tertutup 10 spasi p-p 250 mm pada penampang kritis.

(c) Torsi Kompatibilitas


Momen torsi berfaktor (Tahap 1)
Karena Tu = 29,9 kN-m lebih besar dari 8,47 kN-m dari kasus (a); karenanya sengkang
harus disediakan. Karena ini merupakan torsi kompatibilitas, penampang tersebut dapat
didisain dengan Pers. (1) untuk
f c Acp2

Tu =
3 p cp

= 0,75 27,6 226.060

3 1982

= 33,86 kN-m

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

30

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Ini > 29,9 kN-m; karenanya gunakan Tu = 29,9 kN-m untuk disain torsi penampang
tersebut.
Tn perlu =

Tu

29,9
= 39,87 kN-m
0,75

Tulangan torsional (Tahap 2)


Dari kasus (a) A0 = 121.164 mm2, ph = 1610 mm.

At
s

Tn
39,87 10 6
=
2 121.164 414 1,0
2 A0 f yv cot

= 0,397 mm2/mm/satu kaki


Dari kasus (a)
Av
s
Avt
A
A
= 2 t + v
s
s
s

= 0,254 mm2/mm/dua kaki


= 2 0,397 + 0,254 = 1,048 mm2/mm/dua kaki

Dengan menggunakan sengkang 10, s = 157,08/1,048 = 149,82 mm. Ini kurang dari ph/8 =
201,25 mm atau 300 mm. Karenanya, gunakan sengkang tertutup 10 dengan spasi p-p 150
mm di penampang kritis.
Al

f yv 2
At
cot = 0,397 1610 414 1,0 = 639,78 mm2
ph

s
414
f yl

Al,min =
=

5 f c Acp
12 f yl

f yv
At
ph
f yl
s

5 27,6 226.060
12 414

0,397

1610

414
414

= 1195,27 639,78 = 555,49 mm2 < 639,78 mm2


Al = 639,78 mm2 mengontrol.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

31

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Distribusi batang longitudinal torsi

Al torsi = 639,78 mm2, maka Al/4 = 159,95 mm2. Dengan menggunakan logika yang
sama seperti yang diikuti dalam kasus (a), sediakan lima batang D-25 pada muka terbawah.
Luasan yang diperlukan, As + Al/4 = 2194 + 159,95 = 2353,95 mm2; luasan yang disediakan =
2454,37 mm2. Luasan yang diperlukan di sudut-sudut teratas dan di setiap muka vertikal =
159,95 mm2. Sediakan dua batang D-13 di dua sudut teratas dan di setiap sisi vertikal, yang
memberikan 265,46 mm2 pada setiap luasannya. Gambar 7 dan 8 memperlihatkan geometri
tulangan penampang tersebut.
102 mm

2 D-13

102 mm

569,5 mm
2 D-13

5
D-25

2 D-13
Sengkang 10 spasi
150 mm p-p

356 mm
65,5 mm

Gambar 8 Detail tulangan web, Contoh 1(c).

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

32

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

REFERENSI
1. ACI Committee 318, Building Code Requirements for Concrete (ACI 318-05) dan Commentary
(ACI 318R-05), American Concrete Institute, Farmington Hills, MI, 2005, 444 hal.
2. BSN, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), Badan
Standarisasi Nasional, Indonesia, 2002, 278 hal.
3. Tavio, Disain Struktur Beton Bertulang sesuai SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002: Konsep
Dasar dan Aplikasinya, Jilid 1, 2, dan 3, Surabaya, Indonesia, 2006.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

33

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

SOAL EVALUASI
DISAIN BAJA WEB TORSI KESETIMBANGAN
Sebuah slab kanopi kantilever beton bobot-normal 2,13 m di atas balok menerus berbentang 7,32 m di
atas beberapa pendukung, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9. Ia menahan beban hidup layan
seragam sebesar 1,44 kN/m2 di atas kantilever. Disain balok keliling bentang interior A1-A2 untuk tarik
diagonal dan torsi. Asumsikan tidak ada angin atau gempa-bumi dan abaikan efek rangkak dan susut.
Diberikan:
f c = 27,6 MPa

fyl = fyv = 413,7 MPa


kolom eksterior = 305 mm 508 mm
As bentang-tengah = 968 mm2
As pendukung = 1548 mm2
As pendukung = 516 mm2
7,32 m
508 mm

508 mm

3,66 m

2,13

2,44

1,22 m

Pusat
gravitasi
(a)

2,13 m

762 mm

305 mm

203 mm

697 mm

(b)

Gambar 9 Denah dan elevasi penampang, Contoh 2: (a) denah; (b) penampang A-A.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

34

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PENYELESAIAN:
Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Balok A1-A2 merupakan kasus torsi nonredistribusi karena tahanan torsi balok diperlukan untuk
menjaga kesetimbangan. Karenanya penampang tersebut harus didisain untuk menahan momen torsi
berfaktor eksternal total.

beban mati layan slab kantilever =

203
24 = 4,872 kN/m2
3
10

beban hidup layan = 1,44 kN/m2


beban berfaktor U = 1,2 4,872 + 1,6 1,44 = 8,15 kN/m2
beban total di atas slab kantilever = 8,15 7,32 2,13 = 127,08 kN

Beban ini bekerja di pusat gravitasi pembebanan yang ditunjukkan dalam Gambar 9(a), yang
mempunyai lengan momen = 1,22 m. Karenanya momen berfaktor maksimum di garis pusat
pendukung = (127,08 1,22) = 77,52 kN-m.
Catat bahwa reaksi di pendukung adalah setengah dari momen torsi total yang bekerja pada slab
tersebut, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 10, karena pusat gravitasi momen puntir adalah jalurtengah antara pendukung-pendukungnya. Karena beban tersebut terdistribusi seragam, variasi momen
torsi akan menjadi linier sepanjang bentang. Gambar 11 menunjukkan amplop torsi untuk balok ini.
Momen torsi berfaktor di penampang kritis d (697 mm) dari muka pendukung adalah

254 + 697

3,66

10 3

Tu = 77,52

3,66

= 57,38 kN-m
Tn perlu =

57,38
= 76,50 kN-m
0,75

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

35

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 10 Distribusi momen torsi.


GP Pendukung

GP Pendukung

76,50 kN-m

Bidang kritis d

fc Acp2

12 pcp
GP Bentang-tengah

d
x1 = 2145 mm
x2 = 3112 mm
697 mm

bt + d

2709 mm

Amplop torsi
76,50 kN-m

3406 mm
3,66 m

3,66 m

Gambar 11 Amplop torsi untuk balok A1A2, Contoh 2.

Distribusi gaya geser (Tahap 2)

Karena balok tersebut akan didisain untuk geser dan torsi terkombinasi, distribusi gaya geser sepanjang
bentang perlu ditentukan.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

36

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

762 305

24 1,2 = 6,69 kN/m


beban tangkai balok berfaktor =
6
10

Geser berfaktor total di muka pendukung adalah


Vu = (6,69 7,32 + 127,08) = 88,04 kN
Vu di jarak d dari muka pendukung

254 + 697

3,66

10 3
= 88,04
= 65,16 kN
3,66

65,16
Vn =
= 86,88 kN
0,75
Properti-properti penampang (Tahap 3)
Dari Gambar 12, dengan mengasumsikan penutup bersih 40 mm dan sengkang 13 dan bahwa flens
tersebut tidak dikekang dengan pengikat tertutup,
Acp = 305 762 = 232.410 mm2
pcp = 2(x0 + y0) = 2(305 + 762) = 2134 mm
x1 = 305 2(40 + 6,5) = 212 mm
y1 = 762 2(40 + 6,5) = 669 mm
ph = 2(x1 + y1) = 2(212 + 669) = 1762 mm
d = 762 (40 + 13 + 12,5) = 696,5 mm, katakan 697 mm
A0h = 212 669 = 141.828 mm2
A0 = 0,85A0h = 120.554 mm2

= 45,

cot = 1,0

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

37

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

762 mm

203 mm
hw = 559 mm
< 4hf = 812 mm

305 mm

Gambar 12 Persegi-persegi komponen.

Cek jika torsi harus diperhitungkan


Dari Pers. (3),

Tu =

f c' Acp2

=
12 p cp

0,75 27,6 232.410 2

12
2134

= 8,31 kN-m < 57,25 kN-m


Karenanya, momen torsi harus diperhitungkan.
Cek kecukupan penampang (Tahap 3)
f c
bwd =
Vc =
6

27,6

305 697
6

= 186,14 kN
2

Vu Tu p h

+
2
bw d 1,7 A0 h

57,38 10 6 1762

+
2

1,7(141.828)

65,16 10 3

305 697

0,094 + 8,740 = 2,972 MPa

V
186,14 10 3 2 27,6
2 f c
c

+
= 0,75
+

bw d

305

697
3
3

= 0,75(0,876 + 3,502)
= 3,283 MPa > 2,972 MPa;
karenanya penampang cukup

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

38

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Karena ini merupakan torsi kesetimbangan, tidaklah perlu untuk mengevaluasi harga
Tn dimana penampang tersebut dapat menahannya dengan menggunakan Pers. (1).

Tulangan torsi (Tahap 3)


Dari Pers. (6b),
At
s

Tn
76,50 10 6
=
2 A0 f yv cot
2 120.554 413,7 1,0

= 0,767 mm2/mm/satu kaki


Tulangan geser (Tahap 4)
Vc = 186,14 kN dari sebelumnya. Vn perlu = 86,88 kN dari sebelumnya < 186,14 kN. Juga <
Vc; karenanya tidak ada tulangan geser minimum yang diperlukan.

Avt
s

A
2 At
+ v = 2 0,767 + 0 = 1,534 mm2/mm/dua kaki
s
s

Coba sengkang tertutup 10. Luasan dua kaki = 2 78,54 mm2 = 157,08 mm2.

s =

luasan irisan penampang sengkang


157,08
=
= 102,4 mm
Avt s perlu
1,534

Spasi yang diperbolehkan maksimum smaks = lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm, dimana ph =
2(x1 + y1) = 1762 mm. Dari sebelumnya ph/8 = 1762/8 = 220,25 mm > 102,4 mm.

Avt = Av + 2 At =

f c bw s
=
16 f yv

27,6 305 100


= 24,21 mm2
16
413,7

karenanya, dari Pers. (8),


PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

39

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Avt minimum yang mengontrol

1 bw s
1 305 100
=
= 24,57 mm2
3 f yv
3 413,7

kurang dari 157,08 mm2; tidak mengontrol. Karenanya gunakan sengkang tertutup 10 spasi
100 mm pusat ke pusat.
Maka dari itu, sediakan sengkang tertutup 10 spasi pusat ke pusat 100 mm di penampang
kritis sampai dengan muka pendukung. Karena spasi maksimum adalah 220,25 mm dan Vc
lebih besar dari Vu/ berfaktor, peningkatan spasi sepanjang bentang menuju bentang-tengah
ditentukan hanya dengan berdasarkan pada penurunan Tn sepanjang bentang tersebut.
Asumsikan bahwa sengkang tersebut mulai dispasikan dengan s = 220 mm di bidang sejarak
x1 dari muka pendukung, yang mempunyai momen torsi Tn1.
Untuk s = 220 mm,
Avt
s

Tn1

157,08
= 0,714 mm2/mm/2 kaki
220
0,714
=
76,50 = 35,61 kN-m
2 0,767

Dari segitiga-segitiga yang serupa dalam Gambar 12,

35,61

x1 = 697 + 2709
2709 = 2145 mm
76,50

Torsi tidak diperhitungkan di Tn2 jika


Tu <

f c Acp2

12 p cp

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

40

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

x2

27,6 232.410 2

= 8,31 kN-m

8,31

= 697 + 2709
2709 = 3112 mm
76
,
50

Tn2 =

12

2134

Teruskan sengkang-sengkang tertutup dengan suatu jarak bt + d di luar x2, yaitu, 3112 + 305 +
697 = 4114 mm; jadinya gunakan sengkang tertutup sepanjang bentang. Gambar 13
menunjukkan secara skematis spasi sengkang tertutup 10.
GP Pendukung (kolom)

GP Bentang-tengah

22 spasi berjarak 100 mm


Tulangan memanjang

5 spasi 220 mm

2200 mm

1100 mm
106 mm

254 mm
3,66 m

Gunakan 56 sengkang 10 untuk seluruh bentang

Gambar 13 Susunan sengkang tertutup untuk Contoh 2.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

41

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tulangan torsi longitudinal


Dari Pers. (7),
Al =

At f yv 2
413,7
ph
cot = 0,767 1762
1,0 = 1351,37 mm2

s
f
413
,
7
yl

Dari Pers. (9),


Al,min =
=

5 f c Acp
12 f yl

A f yv
t ph
s f yl

5 27,6 (232.410 )
413,7
0,767 1762
= 121,64 mm2 0
12(413,7 )
413,7

Gunakan Al = 1351,37 mm2. Untuk mendistribusikan Al secara sama di semua empat muka
balok tersebut, gunakan Al di setiap muka vertikal dengan Al di dua sudut teratas dan Al
di dua sudut terbawah atau sisi tarik yang ditambahkan pada tulangan lenturnya. Al/4 =
1351,37/4 = 337,84 mm2. Gunakan dua batang D-16 = 402,12 mm2 di setiap sisi vertikal baik
untuk penampang pendukung maupun bentang-tengah.
Penampang pendukung:

As =

Al
+ As = 337,84 + 1548 = 1885,84 mm2
4

Gunakan empat batang D-25 = 1963,5 mm2.

As =

Al
+ As = 337,84 + 516 = 853,84 mm2
4

Gunakan dua batang D-25 = 981,7 mm2.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

42

KURSUS APLIKASI TATA CARA


PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Penampang bentang-tengah:
As =

Al
+ As = 337,84 + 968 = 1305,84 mm2
4

Gunakan tiga batang D-25 = 1472,6 mm2 di sisi terbawah.

Karena momen torsi berkurang sebagaimana bentang-tengah didekati, dua dari batang
longitudinal D-25 teratas dapat dipotong sebelum mencapai penampang bentang-tengah.
Gambar 14(a) dan (b) memberikan detail tulangan balok pada penampang pendukung dan
bentang-tengah.

65 mm 4 D-25

Tulangan slab
diteruskan melalui balok

2 D-25

Tulangan slab
diteruskan melalui balok

2 D-25

2 D-16

2 D-16

2 D-16

203 mm
762 mm

203 mm

2 D-16
3 D-25
Sengkang
tertutup 10

Sengkang
tertutup 10
305 mm

305 mm
65 mm

(a)

Tak berskala

65 mm

(b)

Gambar 14 Detail tulangan web: (a) penampang pendukung; (b) penampang bentang-tengah.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI

43

Anda mungkin juga menyukai