Anda di halaman 1dari 178

KURSUS APLIKASI TATA CARA

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI


DI INDONESIA

MATERI I
LATAR BELAKANG PERKEMBANGAN TATA CARA
PERHITUNGAN BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA,
dan BETON, FAKTOR PEMBEBANAN dan LRFD

I.1. LATAR BELAKANG PERKEMBANGAN PERATURAN BETON di


INDONESIA
™ PBI’ 1955
™ PBI’ 1971
™ SKSNI T 15 – 03 – 1991
™ SNI 03 – 2847 – 1992
™ SNI 03 – 2847 – 2002
Penjelasan diberikan dalam ruang kursus. Termasuk mutu beton dan baja tulangan

I.2. FAKTOR REDUKSI DAN BEBAN


No ITEM SNI Baru SNI Lama
1 Faktor Reduksi φ
a. Lentur 0.80 0.80
b. Lentur + Aksial Tarik 0.80 0.80
c. Lentur + Aksial Tekan
- Spiral 0.70 0.70
- Begel 0.65 0.65
d. Geser + Torsi 0.75 0.60

Lanjutan .......

PAKET B
MATERI I LATAR BELAKANG dan PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN 1
BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRFD
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

No ITEM SNI Baru SNI Lama


2 Faktor Beban
a. Kombinasi 1 1,4 D -
b. Kombinasi 2 1,2 D + 1,6 L 1,2 D + 1,6 L
c. Kombinasi 3 1,2 D + 1,6 L + 0,8 W 0,75 (1,2D+1,6L+1,6W)
d. Kombinasi 4 1,2 D + 1,3 W + 0,5 L + 0,5 R -
e. Kombinasi 5 1,2 D + 1,5 E + 0,5 L 1,05 (D + LR + E)
f. Kombinasi 6 0,9 D + (1,3 W atau 1,5 E) 0,9 (D + E)
g. Kombinasi 7 - 1,2 D + 1,6 L + 1,61 H

* Mengikuti ACI 2002


Mn = Momen Nominal
Mu = λ.M
φ = Faktor Reduksi
λ = Faktor Beban
M = Momen Akibat Beban Kerja

I.3. FORMAT KEAMANAN


LOAD RESISTANCE FACTOR DESIGN (LRFD)
Kuat Rancang ≥ Kuat Perlu
Design Strength ≥ Required Strength
atau
φR ≥ λQ

PAKET B
MATERI I LATAR BELAKANG dan PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN 2
BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRFD
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Dengan ;
φ<1 λ>1
Memperhitungkan Memperhitungkan
Penyimpangan pelaksanaan Kemungkinan beban lebih
Kekuatan Material Penyederhanaan analisa struktur
Fabrikasi
Penyederhanaan
Variasi tulangan terpasang dan hitungan
dll

Mn = M u
φ

PAKET B
MATERI I LATAR BELAKANG dan PERKEMBANGAN TATA CARA PERHITUNGAN 3
BETON di INDONESIA, MATERIAL BAJA, dan BETON, FACTOR PEMBEBANAN dan
LRFD
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MATERI II
LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG
TUNGGAL DAN RANGKAP, PENAMPANG T

2.1 Sistem Beton Bertulang


1. Sifat Material Beton :
a. Kuat terhadap tekan fc’ , batas regangan εc = 0.003
b. Lemah terhadap tarik fct
c. Getas/ Britle
d. Modulus Elastisitas Ec = 2 x 105 kg/cm2
2. Sifat Material Baja Tulangan :
a. Lemah terhadap tekan
b. Kuat terhadap tarik
c. Lentur/ductile
d. Modulus Elastisitanya Es = 2 x106 kg/cm2
e. Batas regangan εs= 0.002

(a) (b)

Gambar 2.1 Kurva stress dan strain (a) Beton (b) Baja Tulangan

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 1/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

3. Konstruksi beton bertulang merupakan material yang bersifat komposit antara


beton dan baja tulangan.
4. Mutu Beton
a. Beton mutu rendah Î fc’ = 10 s/d 20 MPa
b. Beton mutu sedang Î fc’ = 20 s/d 50 MPa
c. Beton mutu tinggi Î fc’ = 50 s/d 70 MPa
d. Beton mutu sangat tinggi Î fc’ = 70 s/d 110 Mpa
5. Mutu baja tulangan
a. Baja mutu sedang/mild steel Î fy = 240 s/d 320 MPa
b. Baja mutu tinggi / high tensile Î fy = 360 s/d 400 MPa
c. Baja mutu sangat tinggi / very high tensile Î fy > 400 Mpa
6. Dimensi tulangan
No Polos Profil (mm)
1 φ 6 mm d6
2 φ 9 mm d9
3 φ 12 mm d 13
4 φ 16 mm d 16
5 φ 19 mm d 19
6 φ 22 mm d 22
7 φ 25 mm d 25
8 φ 32 mm d 32
7. Tebal selimut beton menurut SNI 03-2847-2002 , pasal 9.7
a. Kondisi Normal tebal selimut beton min = 20 mm
b. Kondisi lingkungan agresif tebal selimut beton min = 75 mm
Catatan : lingkungan agresif :
a. Beton berhubungan langsung dengan tanah
b. Beton berhubungan langsung dengan air laut
c. Beton berhubungan langsung dengan bahan kimia (sulfur, klor, yg bersifat
asam)

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 2/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

8. Fungsi Selimut Beton


a. Perlindungan korosi
b. Perlindungan terhadap kebakaran
9. Jarak/spasi tulangan, db
a. Jarak/spasi bersih, db min = 25 mm
b. Jarak/spasi bersih untuk tulangan berlapis, db min = 25 mm untuk tiap lapis
c. Jarak/spasi bersih untuk tulangan tekan, 1.5 db min = 40 mm

1.5 db min

db

db

db

(a) (b) (c)

Gambar 2.2 Jarak spasi tulangan (a) Plat (b) Balok (c) Kolom
10. Bentuk tulangan
a. Lonjor/tunggal
b. Rangkaian/wiremesh
c. Berkas /strand

(a) (b) (c)


Gambar 2.3 Bentuk Tulangan (a) Tunggal; (b) Wiremesh; (c) Strand

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 3/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

2.2 Sistem struktur pada Konstruksi Beton Bertulang


1. Struktur Sederhana/simple beam

(a) (b)
Gambar 2.4 Struktur Sederhana (a) Jembatan (b) Shelter
2. Struktur lengkap/portal

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 2.5 Struktur Lengkap (a) Portal (b) Portal dengan dinding geser
(c) Portal dengan setback (d) Jembatan busur (e) jemabatan Gantung

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 4/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

3. Elemen struktur
a. Horisontal
¾ Pelat
¾ Balok
b. Vertikal
¾ Kolom
¾ Dinding geser
c. Gabungan
¾ Pondasi
¾ Poer
¾ Sloof
¾ Tangga

2.3 Keandalan dan keamanan struktur pada elemen beton bertulang


Secara struktural komstruksi beton bertulang harus memilik keandalan dan
keamanan pada saat melayani beban- beban yang bekerja dengan cara mereduksi kekuatan
bahan dan memperbesar beban yang bekerja.
φn Rn > yi wi
Rn : Tahanan atau kekuatan nominal material elemen
wi : Pengaruh beban yang bekerja
φn : faktor reduksi
y : faktor pembesaran
Jadi agar struktur konstruksi beton bertulang mempunyai keandalan dan keamanan
yang cukup, maka kekuatan nominal material elemen beton bertulang harus lebih besar
dari beban yang bekerja.
Faktor pembesaran beban disebut kuat perlu U sesuai pasal 11.2 SNI 03-2847-
2002 adalah sebagai berikut.
1. U = 1.4 D
2. U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 ( A atau R)
3. U = 1.2 D +1.0 L + 1.6 W atau 0.5 (A atau R)

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 5/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

4. U = 0.9 D ± 1.6 W
5. U = 1.2 D + 1.0 L + 1.0E
6. U = 0.9 D ± 1.0 E

D : Beban mati R : Beban air hujan


L : Beban hidup W : Beban angin
A : Beban Atap E : Beban gempa
Faktor reduksi kekuatan untuk menghitung kuat perlu material elemen struktur sesuai
pasal 11.3.
1. Lentur φ : 0.8
2. a. Aksial lentur, aksial lentur dan tarik φ : 0.8
b. Aksial tekan, aksial tekan dan lentur
- Tulangan Spiral φ : 0.70
- Tulangan bukan spiral φ : 0.65
3. Geser φ : 0.75

2.4 Metode Perencanaan


1. Semua komponen/elemen strukur harus direncanakan cukup kuat dgn
memperhatikan faktor pembesaran beban dan faktor reduksi kekuatan φ
2. Pembebanan harus mengikuti
a. SNI 03 – 1727 -1989 Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan
gedung
b. SNI 03 – 1726 – 2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah
dan gedung
3. Metode analisa
c. Untuk sistem struktur rangka atau struktur menerus harus direncanakan
terhadap pengaruh beban maksimum dari beban berfaktor yang dihitung secara
elastis.
d. Jika tidak dihitung seperti diatas dapat diperhitungkan dengan cara redistribusi
momen atau aturan pasal 10.6 s/d 10.9 SNI 03–2847-2002.

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 6/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

4. Kontrol Lendutan
a. Komponen/elemen struktur beton bertulang harus mempunyai kekuatanyang
cukup untuk membatasi lendutan/deformasi yang membahayakan atau
memperlemah kekuatan dan kemampuan layan.
b. Untuk menghindari lendutan yang berlebihan maka elemen struktur harus
direncanakan dan mengikuti ketentuan pada pasal 11.5

2.5 Asumsi – asumsi yang digunakan pada penampang lentur


1. Bedasarkan kesetimbangan gaya C = T
2. Distribusi regangan dianggap linear
3. Regangan pada beton dan baja sama pada saat sebelum retak pada beton dan
sebelum leleh pada baja
4. Beton lemah terhadap tarik, sekitar 100% fc’ sehingga kekuatan tarik diabaikan

εc 0.85f c' 0.85f c'

x C a = β1x C
d h

d - a/2

εs T = Asf y T = Asf y

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2.6 Diagram Tegangan dan Regangan (a) Penampang lentur balok
(b) Diagram kesetimbangan regangan
(c) Diagram keseimbangan tegangan/gaya
(d) Diagram kesetimbangan tegangan/gaya ekivalen

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 7/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

0.85fc' 0.85fc'

C C

T = Asf y T = A sf y

Gambar 2.7 Analisa Penampang 3 Dimensi

Dari hasil analisa distribusi tegangan regangan maka pada SNI/ACI dilakukan
pengaturan dan pembahasan sebagai berikut.
1. Blok tegangan beton rata – rata = 0.85fc’
2. Regangan Maksimum beton εc = εcu = 0.003
3. Tegangan maksimum tulangan = fy
4. Regangan maksimum tulangan εs = εy = 0.002
5. Nilai tinggi a tergantung pada faktor β, yang dipengaruhi oleh variasi mutu beton
fc’ ≤ 30 MPa Î β1 = 0.85
fc’ > 30 MPa Î β1 = 0.85 – 0.05 (fc’ – 30 )
βmin = 0.65 (SNI – 2847 -2002 pasal 12.2.7.3)

Analisa kesetimbangan gaya


C =T
0.85 fc’ b.a = Asfy
As f y
a =
0.85 f c ' b

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 8/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Kapasitas momen penampang balok


a
Tulangan Î Mn = Asfy (d – )
2
a
Beton Î Mn = 0.85fc’ba (d – )
2
2.6 Distribusi Regangan pada berbagai macam keruntuhan
1. Penampang Balance
Tulangan mencapai kondisi leleh pada saat serat beton terluar mengalami regangan
batas dan hancur
εc = 0.003
fy
εs = εy =
Es
2. Penampang Over Reinforced
Keruntuhan hanya terjadi pada serat terluar beton. Sedang tulangan masih dibawah
batas leleh.
εc ≥ 0.003
fs
εs = < εy
Es
3. Penampang Under Reinforced
Keruntuhan awal terjadi pada tulangan
εc < 0.003
εs > εy
εc

3 1
2

εs
Gambar 2.8 Distribusi regangan pada berbagai macam keruntuhan (1) Kondisi balance (2)
Kondisi Over Reinforced (3) Kondisi Under Reinforced.

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 9/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Kebijakan atau policy perencanaan beton bertulang diambil bedasarkan kondisi


underreinforced, agar pada saat tulangan telah leleh, maka beton masih belum mengalami
kerusakan
Kondisi diatas terpenuhi jika
ρ min < ρ < 0.75ρ balance
Dengan rasio tulangan minimum
1.4
ρ min =
fy

Bagaimana menemukan penampang agar dalam kondisi balance. Adapun


penjelasannya adalah sebagai berikut :

xb
d

εs
Xb : garis netral kondisi balanced
Xb εc 0.003
= =
d ε c + ε b 0.003 + f y / E s
Es = 2 x 105 Mpa
Xb 600
=
d 600 + f Y
Î a = β1 X Î ab = β1 Xb
Kesetimbangan gaya
Asbfy = 0.85fc’bab

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 10/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Asb 0.85 f c ' ba b 0.85 f c ' ab


ρbalance = = =
bd f y bd f yd

β1 0.85 f c ' 600


=
fy 600 + f y

Kondisi under reinforced ρmax = 0.75 ρbalance


Contoh soal :
1. Sebuah balok beton bertulang ukuran 400 x 600 mm2 mempunyai tulangan 4φ16 = 804
mm2 dengan mutu beton fc’= 25 MPa dan mutu tulangan fy = 300 MPa. Lakukan
evaluasi apakah tulangan dalam kondisi over reinforced atau under reinforced.

600

4 φ 16

400

Jawaban :
a) Data Perencanaan :
fc’ = 25 MPa Î β1 = 0.85
fy = 300 MPa
As = 804 mm2
b = 400 mm
h = 600 mm
d = h – d - φ/2 = 600 – 42 – 16/2 = 550 mm

b) Kondisi balanced
β1 0.85 f c ' 600
ρbalance =
fy 600 + f y

0.85 × 0.85 × 25 600


= = 0.0401
300 600 + 300

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 11/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Asb = ρbbd = 0.0401x 400 x 550 = 8822 mm2


As 804
ρ = = = 0.00365
bd 400 × 550
c) Sehingga :
ρmax = 0.75 ρb = 0.75 x 0.0401 = 0.0301
1.4 1 .4
ρmin = = = 0.00467
fy 300

karena ρ < ρmax Under reinforced, luas tulangan perlu


As< Asb ditambah sampai ρ > ρmin
ρ > ρmin

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 12/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Contoh soal :
2. Hitung nilai tahanan nominal suatu penampang balok 400 x 600 mm2 yang mempunyai
tulangan tunggal 5 φ 19 = 1698 mm2 dgn kondisi mutu bahan :

a) fc’ = 25 MPa ; fy = 300 Mpa


b) fc’ = 25 MPa ; fy = 500 Mpa
d = 500 mm
c) fc’ = 40 MPa ; fy = 300 MPa 600
6 φ 19

Jawaban :
400
a. Kondisi fc’ = 25 MPa ; fy = 300 Mpa
1.4 1.4
ρ min = = = 0.00467
f y 300

As
ρ= = 0.00849 > ρmin
bd
fc’= 25 MPa Î β1 = 0.85
As f y 1698 × 300
a= = = 59.93 mm
0.85 f c ' b 0.85 × 25 × 400
a 59.93
Mn = Asfy (d – ) = 1698 x 300 (500 - ) = 239.44 kNm
2 2
b. Kondisi fc’ = 25 MPa ; fy = 500 Mpa
1.4 1.4
ρ min = = = 0.00849
f y 500

As
ρ= = 0.00849 > ρmin
bd
fc’= 25 MPa Î β1 = 0.85
As f y 1698 × 500
a= = = 99.88 mm
0.85 f c ' b 0.85 × 25 × 400
a 99.88
Mn = Asfy (d – ) = 1698 x 500 (500 - ) = 382.40 kNm
2 2

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 13/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

c. Kondisi fc’ = 40 MPa ; fy = 300 MPa


1.4 1.4
ρ min = = = 0.00467
f y 300

As
ρ= = 0.00849 > ρmin
bd
fc’= 40 MPa Î β1 = 0.85 – 0.05 (40-30)
β1 = 0.78
As f y 1698 × 300
a= = = 37.46 mm
0.85 f c ' b 0.85 × 40 × 400
a 37.46
Mn = Asfy (d – ) = 1698 x 500 (500 - ) = 382.40 kNm
2 2

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 14/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Contoh soal :
3. Suatu balok ukuran 400 x 600 mm2 terletak pada tumpuan sederhana dgn bentang 800
m menerima beban merata qu sebesar 2.5 t/m. Persyaratan tebal cover = 42 mm dgn
mutu bahan fc’ = 30 MPa; fy = 400 MPa. Tentukan luas tulangan yang dibutuhkan.

qu = 2.5t/m

600

8m

400

Jawaban :
a.) Data perencanaan :
fc ‘ = 30 MPa b = 400 mm q = 2.5 t/m
fy = 400 MPa h = 600 mm
d = 42 mm L=8m
b.) Perhitungan gaya dalam
1 2 1
Mu = ql = × 2.5 × 8 2 = 20tm
8 8
M u 20
Mn = = = 25 tm
0.8 0.8
c.) Perhitungan batas penulangan
1.4 1.4
ρ min = = = 0.0035
f y 400

β1 0.85 f c ' 600


ρbalance =
fy 600 + f y

0.85 × 0.85 × 30 600


= = 0.0325
400 600 + 400
ρmax = 0.75 ρb = 0.75 x 0.0325 = 0.0244

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 15/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

direncanakan menggunakan tulangan utama φ16 sengkang φ10


d = h – d’ - φs = 600 – 42 – 10 - 16/2 = 540 mm
d.) Perhitungan kebutuhan tulangan
As f y
a = Î Karena As tidak diketahui maka harus dilakukan trial untuk
0.85 f c ' b
mendapatkan As
As diambil = 1.5 x As min = 1.5 x ρminbd
= 1.5 x 0.00325 x 400 x 540 = 1035 mm2
1035 × 400
a= = 44.47 mm
0.85 × 30 × 400
a
Mn = Asfy (d – )
2
Mn 250
As = = =1207 mm2
⎛ a⎞ 44.47
fy ⎜d − ⎟ 400(540 − )
⎝ 2⎠ 2

Dipasang tulangan 7 φ 16 Î As = 1407 mm2

d = h – d’ - φs - 2φ = 600 – 42 – 10 – 2 x16 = 516 mm


d
As f y 1407 × 400
a= = = 55.18
0.85 f c ' b 0.85 × 30 × 400
7 φ16
a 55.18
Mn = Asfy (d – ) = 1407x 400 (516 - )
2 2
Mu
= 274.88 kNm > = 250 kNm
φ

e.) Menghitung tulangan secara langsung

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 16/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

1 ρf y
Mu = φ Mn = φ Asfy d(1 – )
1.7 f c '

Dengan menuliskan
fy
m= Î rasio material
0.85 f c '

Mu
Rn = kg/cm2 Î koefisien tegangan penampang
φbd

1 ⎛⎜ 2 Rn ⎞ ⎛ 2 Rn m ⎞⎟
Maka diperoleh : ρ = 1 − 1 − ⎟ = 1 ⎜1 −
m ⎜⎝ 0.85 f c ' ⎟⎠ m ⎜⎝ f y ⎟⎠

Contoh soal :

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 17/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

4. Sebuah balok 400 x 600 mm2 menerima beban Mu = 226 kNm, memiliki mutu
material fc’= 30 MPa dan fy = 400 MPa. Hitung kebutuhan tulangannya.
Jawab :
fy 400
m= = = 15.69
0.85 f c ' 0.85 × 30

Mu 226 × 10 6
Rn = = = 2.33 kg/cm2
φbd 0.8 × 400 × 500

1 ⎛⎜ 2 Rn ⎞ ⎛ ⎞
⎟ = 1 ⎜1 − 1 − 2 × 2.33 ⎟ = 0.0061
ρ= 1− 1− ⎜
m⎝ ⎜ ⎟
0.85 f c ' ⎠ 15.69 ⎝ 0.85 × 30 ⎟⎠

As = ρbd = 0.0061 x 400 x 500 = 1342 mm2


Î digunakan tulangan 5 φ 19 (1417,6 mm2)

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 18/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

2.7 Analisa Penampang Balok T


Pada kondisi tertentu, kita dihadapi pilihan bahwa elemen struktru dilapangan bisa
berbentuk T,L,I. Bentuk – bentuk tersebut dapat dimanfaatkan lebar sayapnya. Hal ini
bisa dilakukan jika daerah beton tertekan berada pada lebar sayap

beff
beff
εc 0.85fc'
εc 0.85fc'
a = β1x C
a = β1x C

d - a/2 d - a/2

T = Asf y εs T = Asfy
εs

(a) (b)
Gambar 2.9 Analisa penampang (a) T asli (b) T Palsu
Perhitungan lebar effektif ptofil balok T sesuai pasal 10.10
1. beff < ¼ Lo
2. beff < 8 tp
3. beff < ½ Jarak bersih terhadap balok sampingnya
Untuk balok T dgn satu sayap
1. beff <1/12 Lo
2. beff <6 tp
3. beff < ½ Jarak bersih terhadap balok sampingnya
Untuk balok T tunggal
1. beff < 4bw
2. tebal sayap tf > ½ bw

beff
tf

bw
bo bo bo

Gambar 2.10 Penampang tekan effektif dari balok T pada sistem lantai

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 19/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Contoh Soal :
5. Suatu balok T seperti pada gambar mempunyai material fc’ = 30 MPa dan fy = 400
MPa. Kontrol apakah balok tersebut balok T atau T palsu.
T=C
As.fy = a.b 0.85 fc’
804x400 = a.b x 0.85 x 30
a.b = 12611 mm2 < 800 x150 mm2
< 120000mm2 800

beff = 800 mm
12611 150
a = = 15.74 mm
800
450
As = 804
(4φ16)
Chek tulangan minimum 50
1.4 1.4
ρ min = = = 0.0035 400
f y 400

As min = ρminbd = 0.0035 x 400 x 550


= 770 mm2
As > As min Î Jadi penampang di atas adalah T asli

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 20/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

2.8 Analisa Penampang Bertulangan Rangkap

d'

h d h

b b

ε c=0.003

ε s' c2
As' c1
c

As As=As1+As2
T1+T2
εs

Gambar 2.11 Diagram Tegangan dan Regangan penampang Tulangan Rangkap


Gaya-gaya penampang :
Mn = Mn1 + Mn2
T1 = As1 .fy = C1
As1 = As – As’
⎛ a⎞ ⎛ a⎞ ⎛ a⎞
Mn = T 1⎜ d − ⎟ = As1. fy ⎜ d − ⎟ = ( As − As ' ). fy ⎜ d − ⎟
⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠ ⎝ 2⎠
As1. fy ( As − As ' ). fy
α = =
0,85. fc '.b 0,85. fc'.b
As’ = As2 = (As-As1)
T2 = As2 . fy Æ Mn2 = As . fy (d – d’)
⎛ a⎞
Mn = Mn 1 + Mn2 = (As – As’) fy ⎜ d − ⎟ + As’. fy (d – d’)
⎝ 2⎠

⎛ a⎞
Mu = Ø Mn = Ø [ (As-As’) fy ⎜ d − ⎟ + As’.fy.(d-d’)]
⎝ 2⎠

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 21/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Keserasian Regangan :
εc εs + εc
=
C d
εc εs ' ⎛ d'⎞
= Æ εs = 0,003 ⎜1 − ⎟
C (c − d ) ⎝ 2⎠
α ( As − As' ). fy ( ρ − ρ ' ). fy.d
C= = =
β 1 β 1.0,85. fc'.b β 1.0,85. fc'.b
0,85.β 1. fc'.d '
ε’ = 0,003.[ 1 - ]
( ρ − ρ ' ). fy.d
fy fy
εs’ = = Æ tulangan tekan leleh
Es 2.10 6
Hal ini terjadi jika :
0,85.β 1. fc'.d ' 6000
ρ – ρ’ > .
fy.d 6000 − fy
jika εs < εy
fs’ = Es . εs’ = 2.106 . εs
0,85.β 1. fc'.d '
fs’ = 2.106 . 0,003 .[ 1 - ]
( ρ − ρ ' ). fy.d
fs'
sehingga : ρb = ρ b + ρ’ .
fy
fs'
ρ’ = 0,75 ρ b + ρ’ .
fy
As. fy − As'. fy
α=
0,85. fc'.b
ρ b = rasio tulangan seimbang tulangan tunggal untuk As1

⎛ a⎞
Mn = ( As.fy – As’.fy) ⎜ d − ⎟ + As’. fs’. (d – d’)
⎝ 2⎠

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 22/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Contoh soal :
6. Suatu balok ukuran 400 x 600 mm2 mempunyai mutu beton fc’ = 30 MPa dan tulangan
fy = 400 MPa, diberi tulangan seperti pada gambar. Hitung momen nominal!

2 φ 16
As = 1415 mm2

5 φ 19

As’ = 402 mm2


Jawab :
Data Perencanaan :
b = 400 mm; h = 600 mm
d = 550 mm; d’ = 25 mm
fc’ = 30 Mpa; fy = 400 MPa
As = 1415 mm2; As’ = 402 mm2
Analisa penampang :
As1 = As – As’ = 1415 – 402 = 1013 mm2
As1. fy 1013.400
α= = = 39,73 mm
0,85. fc '.b 0,85.30.400
α 39,73
C= = = 4674 mm
β1 0.85

⎛ d'⎞ ⎛ 25 ⎞
εs’ = 0,003 ⎜1 − ⎟ = 0,003 ⎜1 − ⎟ = 0,0014
⎝ c⎠ ⎝ 4674 ⎠
fy 400
εs’ = 0,0014 < = = 0.002 Æ tulangan tekan belum leleh
Es 2.10 6
⎛ a⎞ ⎛ 39,73 ⎞
Mn1 = As1 . fy ⎜ d − ⎟ = 1013 . 400 ⎜ 550 − ⎟ = 214,81 kNm
⎝ 2⎠ ⎝ 2 ⎠
Mn2 = As’.fs (d - d’) = 402 (0,0014 . 2.106) (550 – 25) = 59,09 kNm
Mn = Mn1 + Mn2 = 214,81 + 59,09 = 273,9 kNm

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 23/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

2.9 Analisa Pelat Satu Arah


Elemen pelat merupakan salah satu elemen yang dominant menerima beban lentur.
Pada kondisi tertentu secara struktur pelat tersebut menerima beban satu arah jika bentang
memanjang besarnya lebih dari 2 kali bentang pendek (Lx).

Ly Ly

Lx Lx

Pelat 2 arah : Ly/Lx < 2 Pelat 1 arah : Ly/Lx > 2

Sehingga struktur pelat satu arah :

qx

sendi - sendi
Lx
qx

Ly jepit -jepit

Lx

Lx

Struktur sendi – sendi jika balok yang ditumpu relatif kecil, sehingga pelat dan
balok berotasi bersama-sama.
ϕ

Struktur jepit – jepit jika balok yang ditumpu relatif besar (kaku), sehingga balok
tidak berotasi.
ϕ

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 24/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Perhitungan gaya dalam mengikuti mekanika biasa.


1
M= . q . Lx2 untuk sendi – sendi
8
1
M= . q . Lx2 untuk jepit – jepit
12
Setelah gaya dalam diperoleh, maka desain kebutuhan tulangan dapat dihitung
seperti pada balok untuk tulangan tunggal dengan lebar balok / pelat diambil sebesar 100
cm.

100 cm
Cara penulisan tulangan pelat : Ø 10 – 200
Artinya dipasang tulangan pelat Ø 10 sebanyak 5 buah untuk 100 cm lebar pelat.
Jika 1 buah tulangan Ø 10 mempunyai luas = 79 mm2, maka Ø 10 -200 mempunyai besar
tulangan As = 390 mm2.

Pemasangan tulangan pelat satu arah

tulangan pembagi

tulangan utama

φ 10 - 200
φ 6 - 200

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 25/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

1,4
Tulangan utama : ρmin =
fy
0,7
Tulangan pembagi ( tulangan susut ) : ρmin = > 0,0018
fy
Pelat satu arah sering ditemukan pada :
1. Lantai jembatan
2. Talang air
3. Box culvert
4. Pelat yang ditumpu balok anak
Perhitungan gaya dalam momen lentur untuk pelat satu arah dengan tumpuan lebih dari
dua diatur dalam SNI pasal 10.3.3.

2 batang

3 batang

Perencanaan pelat/slab 2 arah

pelat Lx

Ly
<2
Lx
Ly

(a) (b) (c)


Gambar 2 Type pelat 2 arah (a) Flat Plate (b) Flat Slab (c) Two Way Beam Suported Slab

PAKET B
MATERI II LENTUR MURNI PENAMPANG BETON BERTULANG TUNGGAL DAN
RANGKAP, PENAMPANG T
Halaman 26/26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MATERI III
LENTUR DAN AKSIAL

3.1 Faktor Reduksi Elemen Struktur Beton Bertulang yang dibebani Aksial dan
Lentur
φ

Gambar 3.1 Faktor Reduksi Lentur dan Aksial Pasal 11.3 SNI-2847-2002

Gambar 3.2 Faktor Reduksi Lentur dan Aksial Pasal 9.3 ACI 318-2002

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 1
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

3.2 Diagram Interaksi Elemen Struktur yang Terbebani Lentur dan Aksial
berdasarkan ACI-318-99

Gambar 3.3 Diagram interaksi pada elemen struktur yang terbebani aksial dan lentur

Gambar 3.4 Tiga tipe kegagalan pada elemen struktur beton bertulang yang dibebani
aksial dan lentur

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 2
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 3.5 Beban kegagalan pada elemen struktur versus kelangsingan pada kolom

Gambar 3.6 Diagram interaksi untuk kolom

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 3
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

3.3 Elemen Struktur yang Terbebani Aksial dan Lentur pada Portal Bergoyang dan
Portal Tak Bergoyang

Gambar 3.7 Diagram Alir Kontrol kelangsingan


Pada saat melakukan kontrol kelangsingan dilakukan beberapa langkah – langkah
pelaksanaan antara lain :
a. Menentukan Property Penampang yang digunakan pada struktur utama

Gambar 3.8 Properti penampang untuk analisis struktur


Berdasarkan SNI-2847-2002 pasal 12.11.1, beban aksial berfaktor Pu, dan
ebban momen berfaktor pada ujung kolom M1 dan M2, dan deformasi lateral
harus dihitung berdasarkan analisis struktur elastis orde pertama, yang
penampangnya mempertimbangkan faktor retak sepanjang elemen struktur.

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 4
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

b. Jari – jari girasi

Gambar 3.9 Radius of Gyration


Pada umumnya, nilai jari – jari girasi, r, adalah Ig/Ag. Biasanya, r
diambil sebagai 0.3 kali besarnya dimensi pada arah yang dianalisa untuk
penampang persegi dan 0,25 kali untuk penampang bundar, seperti ditunujkkan
pada gambar diatas.
c. Unsupported Length untuk elemen struktur tertekan

Gambar 3.10 Unsupported Length of Compression Members


Unsupported length lu daripada kolom, didefiniskan dalam SNI 2847-
2002 pada pasal 12.11.3, jelas bahwa panjang bersih antara dukungan lateral
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.10. perlu dicata bahwa panjang lu bias
berbeda untuk tekuk pada tiak – tiap aksi pada penampang kolom. Rumus basis
euler untuk tekuk kritis dimana beban dapat diekspresikan sebagai , dimana le
sebagai panjang efektif klu. Persamaan dasar untuk desai kolom langsing dapat
didapatkan daripada ujung sendi, dan dimodifikasi sesuai dengan efek daripada
pengekangan yang ada. Panjang efektif kolom klu, dan sesuai dengan panjang
actual daripada lu pada struktur bergoyang, pernyataan ini digunakan untuk
mengestimasi kekuatan kolom langsing, dan mempertimbangkan pengekangan
ujung pada keadaan struktur bergoyang dan tak bergoyang.

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 5
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

d. Panjang efektif untuk elemen struktur tertekan (le) pada kondisi tidak
bergoyang.

Gambar 3.11 Effective Length of Compression members (Non-Sway Frames)


Bila sebuah elemen ditahan terhadap rotasi pada kedua ujungnya, maka
elemen tersebut akan menekuk seperti pada gambar 3.11, dan rata-rata kolom
actual pada struktur dimana ia terkekang jepit atau sendi, biasanya hanya sebagian
terkekang terhadap rotasi yang disebabkan elemen struktur lain terhadap kolom,
dan panjang efektif yang terkekang antara lu/2 dan lu, seperti ditunjukkan pada
gambar 13.11 c sepanjang displacement lateral pada salah satu ujungnya dengan
memperhatikan bawah ujung lainnya terkekang penuh.

e. Panjang efektif untuk elemen struktur tertekan (le) pada kondisi bergoyang.

Gambar 3.12 Effective length of compression members (Sway Frames)


Bentuk defleksi daripada sebuah elemen yang sama dengan satu setengah
daripada bentuk defleksi sinusoidal untuk ujung sendi diilustrasikan seperti

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 6
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

gambar 3.12 a. bila kolom di kekang terhadap rotasi pada kedua ujungnya tetapi
salah satu ujungnya dapat bergerak lkearah lateral dengan mempertimbangkan
yang lain, maka elemen tersebut akan menekuk seperti pada gambar 3.12b. seperti
dinotasikan diatas , ujung kolom biasanya dikekang penuh terhadap pengekangan
sendi atau jepit, tetapi biasanya sebagian terkekang terhadap rotasi elemen
struktur yang lainnya pada kedua ujung kolom. Panjang efektif akan bervariasi
antara lu dan tak terbatas, seperti ditunjukkan pada gambar 3.13

f. Panjang efektif kolom untuk struktur yang kaku (Bergoyang)

Gambar 3.13 Effective Length for rigid frame

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 7
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

g. Faktor panjang efektif kolom untuk struktur portal tak bergoyang

Gambar 3.14 Effective Length Factor (k) for Non Sway Frames
Untuk elemen struktur tertekan pada portal tak bergoyang, upper bound
faktor panjang efektif bisa diambila sebagai nilai terkecil daripada kedua rumus
dibawah :
k = 0.7 + 0.05 (ψA + ψB) ≤ 1.0
k = 0.85 + 0.05 ψmin ≤ 1.0
dimana ψA dan ψB adalah nilai daripada ψ pada ujungh kolom dan ψmin adalah
nilai terkeil dari kedua nilai tersebut.
Bila tidak menggunakan perhitungan dapat menggunakan grafik faktor
panjang efektif pada portal tak bergoyang.

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 8
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

h. Faktor panjang efektif kolom untuk struktur portal bergoyang

Gambar 3.15 Effetive Length Factor (k) for sway frames


Untuk elemen struktur tertekan pada portal bergoyang yang terkekang
pada kedua ujungnya, maka panjang efektif dapat diambil sebagai :

Dimana nilai ym merupaka njlai rata – rata daripada nilai ψ pada kedua
ujung kolom. Untuk elemen struktur tertekan pada portal bergoyang yang

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 9
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

terkekang sendi pada salah satu ujungnya, panjang factor efekti dapat diambil
sebagai berikut :
k = 2.0 + 0.3ψ
Diaman ψ merupakan ratio kekauan antara kolom-balok pada ujung
terkekang, bila tidak menggunakan rumus ini dapat menggunakan grafik factor
panjang efektif pada gambar 3.15.

3.4 Perbesaran Momen pada Portal Bergoyang dan Tak Bergoyang


Untuk melihat sebuah portal bergoyang atau tak bergoyang dapat dianalisis
dengan menggunakan stabilitas index (SNI 2847-2002), hal ini mempunyai perbedaan
dengan SKSNI T15-1992 dimana dalam peraturan ini tidak dibahas batasan daripada
sebuah struktur disebut bergoyang atau tidak bergoyang.
Rumus Stabilitas Index dapat dilihat seperti dibawah ini ;

Untuk Portal Tak bergoyang maka besarnya momen yang terjadi


dirumuskan seperti dibawah ini :

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 10
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tetapi besarnya momen M2 tidak boleh lebih keil daripada M2,Min


dimana M2min dirumuskan seperti rumus dibawah ini :

Kekakuan Kolom dan balok EI diambil dapat dengan dua cara, dimana
cara yang pertama dengan mengasumsikan tulangan yang ada sehingga nilai Ieff
dapat diketahui, bila tulangan tidak diasumsikan atau ditentukan maka nilai
kekauan daripada balok dan kolom dapat dihitung dengan rumus yang
disederhanakan.

Besarnya nilai Bd merupakan nilai daripada beban maksimum berfaktor


tetap yang ada dibagi dengan besarnya beban total berfaktor dengan kombinasi
pembebanan yang sama. Besarnya Bd dapat dicari dengan rumus dibawah ini :

Besarnya nilai Cm tergantung daripada momen tiap kolom, hal ini


dikarenakan bentuknya momen daripada kolom dapat berupa single urvature dan
double curvature. Dimana nilai M1 merupakan momen yang terbesar daripada M2
dan M1. besarnya nilai Cm dapat diari dengan rumus dibawah ini :

Untuk portal bergoyang cara mencari nilai M2ns sama dengan diatas
hanya saja ada tambahan daripada nilai momen M2s akibat adanya defleksi atau

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 11
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

P-Delta efek. Dimana nilai ini dapat dicari dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan stabilitas index atau dengan menggunakan metode approximate
magnification momen biasa.
Dengan menggunakan stabilitas index nilai M2s dapat dicari dengan
rumus berikut :

Bila dihitung dengan menggunakan metode Approximate Magnification


method biasa dapat dicari dengan rumus berikut :

Untuk mengontrol stabilitas daripada sebuah struktur dapat memberikan


kinerja yang terbaik bila beban lateral bekerja, maka ada pembatasan terhadap
stabilitas yang biasa disebut sebagai structural stability, diaman setiap metode
perhitungan mempunyai criteria sendiri – sendiri.
Bila dihitung dengan menggunakan Stabilitas index (Q) maka besarnya
nilai structural stability ditentukan dengan persamaan seperti dibawah ini ;

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 12
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Sedangkan bila dihitung dengan menggunakan metode approximate


magnification biasa maka nilai structural stability ditentukan dengan persamaan
dibawah ini :

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 13
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Desainlah kolom A3 dan C3 pada lantai dasar dari sepuluh lantai seperti yang terlihat pada gambar.
Tinggi lantai pertama sebesar = 7010.4 mm
Tinggi kolom pada lantai selanjutnya = 3962.4 mm
Asumsikan bahwa gaya lateral pada gedung disebabkan oleh angin dan beban matinya hanya disebabkan oleh
beban struktur bangunan itu sendiri
Data lainnya mengenai gedung dapat dilihat dibawah ini :

Bahan Material :
Beton 8534.4 8534.4 8534.4 8534.4 8534.4
Lantai : fc' = 27.58 Mpa
Kolom dan dinding : fc' = 41.37 Mpa
Tulangan : fy = 413.7 Mpa 8534.4
Balok : 609.6 x 508 mm
Kolom Luar : 508 x 508 mm 8534.4
Kolom Dalam : 609.6 x 609.6 mm
Dinding Geser : 304.8 mm 8534.4

2
Berat Pelat Lantai : 411.78 kg/m 8534.4
2
Beban Mati : 153.22 kg/m
2
Beban Hidup Kayu : 143.65 kg/m 8534.4
2
Beban Hidup Lantai : 239.41 kg/m

L1 = 3962.4
L2 = 7010.4

5xL

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 14
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

fc', fy, Wc Balok


(bb,hb), Kolom (bk,hk),
L2 L1, L,P

Analisa Struktur

Pu = 1,4 PD
Pu = 1,2 PD + 1,6 PL
Pu = 1,2 PD + 1,0 PL ± 1,6 W diambil yang
Pu = 0,9 PD ± 1,6 W Max
M1, M2

Sway / Non
Sway

Q=
∑P ∆οu

Vu Lc

No Yes
Q < 0.05

Tidak Bergoyang
Bergoyang

Faktor Knik Kolom Exterior


Faktor Knik Kolom Faktor Knik Kolom Exterior Faktor Knick Kolom
Interior Interior
Ec = 4700 fc Ec = 4700 fc
Asumsi : k = 1.82
⎛ bh3 ⎞ ⎛ bh3 ⎞ Asumsi : k = 1
r = 0,3 h
Icol = 0.7 Ig = 0.7⎜ ⎟ Icol = 0.7 Ig = 0.7⎜ ⎟ r = 0,3 h

⎝ 12 ⎠ ⎝ 12 ⎠
⎛ bh 3 ⎞ ⎛ bh 3 ⎞
Ibeam = 0.35 I g = 0 .35 ⎜ Ibeam = 0.35 I g = 0 .35 ⎜ ⎟
⎟ ⎝ 12 ⎠
⎝ 12 ⎠
∑ EI col Lcol ΨA = ∑ EI col Lcol
ΨA =
∑EI beam Lbeam ∑EI beam Lbeam

∑ EI col Lcol ΨB = 1 jika Jepit


ΨB =
∑ EI col Lcol ΨB = 1 jika Jepit

ΨB =
;

∑E I Ψ B = 10
; jika Sendi
∑E I beam Lbeam Ψ B = 10 jika Sendi beam Lbeam
Faktor kelangsingan : k = (Lihat Tabel Komponen Struktur Tak
Faktor kelangsingan : k = (Lihat Tabel Komponen Struktur Tak
Bergoyang)
Atau dengan hitungan
Bergoyang)
k = 0.85+0.05xΨmin
Atau dengan hitungan k = 0.85+0.05xΨmin
:
: k>1
k>1

Kontrol Kelangsingan

No Kontrol k lu ⎛ M 1 ⎞
Kelangsingan ≤ 34 − 1 2 ⎜ ⎟
kl u r ⎝M 2 ⎠ No Redesign Dimensi Kolom
< 22 Dengan syarat
r
⎛ ⎛ M1 ⎞⎞
⎜⎜ 34 −12⎜ M 2 ⎟ ⎟⎟max = 40
Yes ⎝ ⎝ ⎠⎠
Yes
Kelangsingan Kelangsingan Diabaikan
Diperhitungkan Kelangsingan Diabaikan

M2s
δsM2s = ≥M2s
1−Q Asumsi
Asumsikan Jumlah tulangan
M2, min = Pu(1.5 + 0.03h) EI =
(0.2EcIg + EsIse)
1+ βd
1.2PD
βd =
1.2PD+1.6PL
M2 =M2ns+δsM2s
M2 ≥ M2, min No
Atau secara lebih Konservatif

0.4 EcIg
EI =
1 + βd

Kontrol π 2 EI
Cataum = 1 PcInt =
(kint Lu ) 2
⎛ M1 ⎞
Cm = 0.6 + 0.4⎜ ⎟ ≥ 0.4 ⎛ M1 ⎞
⎝ M2⎠ Cm = 0.6 + 0.4⎜ ⎟ ≥ 0.4
⎝ M2⎠

Lu 35
>
r Pc Pembesaran
Yes
fc ' A g Momen
Cm
δns =
1− Pu
0.75Pc

δns = 1 No δns ≥ 1

Yes

M c = δ n s M 2

Kontrol Dengan
PCACOL

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 15
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

REFERENCE PROCEDURE CALCULATION


DATA MATERIAL Nilai Satuan
Mutu beton fc' 41.37 Mpa
Mutu besi fy' 413.7 Mpa
Dimension
Ukuran balok(mm) b 508 mm
h 609.6 mm
Ukuran kolom eksterior b 508 mm
h 508 mm
Design condition
Tinggi kolom bawah L2 7010.4 mm
Tinggi kolom atas L1 3962.4 mm
Jarak kolom L 8534.4 mm
STEP1 : Menentukan beban berfaktor
Kolom A3
SNI Ps 11.2 Moment
Load Case Axial Load
Top Bottom
(kn) (kn-m) (kn-m)
Dead(D) 3194 107.12 54.24
Live(L)* 409 41.09 20.75
Wind(W) 36 1.49 5.83

Beban berfaktor (kn) (kn-m) (kn-m)


1.4 D 4471.1 150.0 75.9
1.2 D+1.6 L 4487.1 194.3 98.3
1.2 D+1.0L+1.6 W 4298.5 172.0 95.2
1.2 D+1.0L -1.6 W 4184.7 167.2 76.5
0.9 D+1.6 W 2931.2 98.8 58.1
0.9 D -1.6 W 2817.4 94.0 39.5
Kolom C3
Moment
Load Case Axial Load
Top Bottom
(kn) (kn-m) (kn-m)
Dead(D) 5645 1.36 0.95
Live(L)* 761 43.93 22.10
Wind(W) 13 3.39 10.44

Beban berfaktor (kn) (kn-m) (kn-m)

1.2 D+1.6 L 7990.4 71.9 36.5


1.2 D+1.0L+1.6 W 7555.4 51.0 39.9
1.2 D+1.0L -1.6 W 7512.7 40.1 6.5
0.9 D+1.6 W 5101.4 6.6 17.6
0.9 D -1.6 W 5058.7 4.2 15.9

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 16
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

SNI Ps 12.11. 4) STEP2: Menentukan sway atau non sway

PD = 166226.208 kn
PL = 18730.528 kn
ΣPu (kN) =1,2D+1,6L= 229440.294 Kn

Vu =(gaya geser berfaktor perlantai, pada lantai 1 akibat beban angin ) 1838.8 Kn
∆o =(defleksi relatif orde pertama antara ujung dan dasar 1.016
pada lantai pertama akibat Vu)
lc = (panjang kolom diukur dari center-center dari joint pada portal) 6705.6 mm

Stab − Index : Q =
∑P u ∆o
= < dari 0.05
0.0189056

Vu lc

Q<0.05 maka kolom tidak bergoyang

SNI Ps 12.12.(2) STEP 3: Mendesain kolom C3


Menentukan apakah efek kelangsingan perlu dihitung
k=(asumnsi k=1 ) 1
lu= 6705.6 mm
r = 0,3 h= 182.88 mm
k luu
kl
== 36.7
rr
M1= 4.2 Kn-m
M2= 15.9 Kn-m

37.18

Asumsi Double Curvature (M1/M2 = negatif)


Tidak perlu menghitung efek kelangsingan karena
Selanjutnya desain menggunakan PCACOL

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 17
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

STEP 4: Mendesain kolom A3

a. Menentukan apakah efek kelangsingan harus dihitung

SNI Ps 12.11.(6) Menentukan k dari FigR.10.12.1 Notes On ACI 318-99

SNI Ps 12.12.(1)
⎡ bh 3

I ko l = 0 .7 ⎢ ⎥ 3884826639 mm4
⎣ 12 ⎦

E c = 4700 fc 30230.2 Mpa

Untuk kolm dibawah lantai2

⎡ Ec . I ⎤
⎢ ⎥ 1.7514E+10 Mpa-mm
⎣ lc 1 ⎦

Untuk kolom diatas lantai2

⎡ ⎤ 2.96E+10 Mpa-mm
Ec . I
⎢ ⎥
⎣ lc 2 ⎦

⎡ b h 3 ⎤ 3356490216 mm4
I b a lo k = 0 .35 ⎢ ⎥
⎣ 12 ⎦

3.97

Asumsi Ψ B = je p it 1

Dari grafik didapat k= 0.84

Untuk kondisi double curvature =


SNI Ps 12.12.(2)
30.8
k lu
=
r
M1= 39.5 Kn-m
M2 = 94.0 Kn-m

39.04

Asumsi Double Curvature (M1/M2 = negatif)


Tidak perlu menghitung efek kelangsingan karena

Untuk kondisi single curvature =

k lu 30.8
=
r M1= 39.5 Kn-m
M2 = 94.0 Kn-m

28.96

Asumsi Single Curvature (M1/M2 = positif)


Perlu menghitung efek kelangsingan karena

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 18
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

U ntuk mengetahui prodedur design menggunakan perhitungan kelangsingan


pada kolom tidak bergoyang, digunakan asumsi SINGLE CURVATURE

SNI Ps 12.12.(3) b Menentukan Mc (termasuk kelangsingan) pada setiap


kombinasi pembebanan

dimana :

Untuk kombinasi beban U = 1.2D + 1.6L

M1 = 98.3 Kn-m
⎛M ⎞ M2 = 194.3 Kn-m
C m = 0 . 6 + 0 . 4 ⎜⎜ 1 ⎟⎟ > 0 . 4
⎝M2 ⎠
0.80

E c = 4700 fc 30230.2 Mpa

⎡ bh 3
⎤ 5549752341 mm4
I g = ⎢ ⎥ =
⎣ 12 ⎦
199955 Mpa

Asumsi :

⎡ ⎛ 508 3 2 .3 ⎞ ⎤
2

I se = 2 ⎢ (3 x 8 1 9 )⎜ − 3 8 . 1 − 9 .5 − ⎟ ⎥ 177862537 mm4
⎢⎣ ⎝ 2 2 ⎠ ⎥⎦

1 .2 D
β = = = 0.85408406
1 .2 D + 1 .6 L
d

= 3.7279E+13 Mpa-mm4
3.7279E+10 Kn-mm2

= 3.6195E+13 Mpa-mm4
3.6195E+10 Kn-mm2

digunakan EI = 3.7279E+10 Kn-mm2

π 2 EI (0,2 Ec I g =+ E s I se
Pc = , EI = 11584.847 Kn
(klu ) 2
1+ βd

= 1.66

Cek momen minimum

M2,min = Pu(0.6 + 0.03h) = 71076.3356 Kn-mm


M2 = 194287.7 > 71076.33562
dipakai M2 = 194287.7

322369.823 Kn-mm

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 19
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 20
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 21
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Rencanakan kolom C1 dan C2 pada lantai pertama dari sebuah gedung perkantoran 12 lantai pada gambar dibawah
Tinggi bersih dari lantai pertama adalah :
Tinggi bersih dari lantai lainnya adalah :
Asumsikan bahwa beban lateral hanya disebabkan oleh angin dan beban mati disebabkan oleh berat sendiri struktur
Data lain untuk merencanakan adalah sebagai berikut :

Bahan Material :

Beton : fc' = 41.37 Mpa Untuk kolom dibawah lantai 2


fc' = 27.58 Mpa Untuk kolom lainnya
Tulangan fy = 413.7 Mpa
A B C D E F
Balok : 508 609.6 mm 7315.2 7315.2 7315.2 7315.2 7315.2
Eks.Kolom 558.8 558.8 mm
Int.Kolom 609.6 609.6 mm 1
7315.2
Berat sendiri : 1.44 Kpa
Berat hidup atap: 1.44 Kpa 2
Berat hidup lantai: 2.39 Kpa 7315.2

7315.2
4

3657.6

4572

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 22
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

fc', fy, Wc Balok


(bb,hb), Kolom (bk,hk),
L2 L1, L,P

Analisa Struktur

Pu = 1,4 PD
Pu = 1,2 PD + 1,6 PL
Pu = 1,2 PD + 1,0 PL ± 1,6 W diambil yang
Pu = 0,9 PD ± 1,6 W Max
M1, M2

Sway / Non
Sway

Q=
∑P ∆οu

Vu Lc

No Yes
Q < 0.05

Tidak Bergoyang
Bergoyang

Faktor Knik Kolom Exterior


Faktor Knik Kolom Faktor Knik Kolom Exterior Faktor Knick Kolom
Interior Interior
Ec = 4700 fc Ec = 4700 fc
Asumsi : k = 1.82
⎛ bh3 ⎞ ⎛ bh3 ⎞ Asumsi : k = 1
r = 0,3 h
Icol = 0.7 Ig = 0.7⎜ ⎟ Icol = 0.7 Ig = 0.7⎜ ⎟ r = 0,3 h
⎝ 12 ⎠ ⎝ 12 ⎠
⎛ bh 3 ⎞ ⎛ bh 3 ⎞
Ibeam = 0.35 I g = 0 .35 ⎜ Ibeam = 0.35 I g = 0 .35 ⎜ ⎟
⎟ ⎝ 12 ⎠
⎝ 12 ⎠
∑ EI col Lcol ΨA =
∑ EI col L col
ΨA =
∑EI beam Lbeam ∑E I beam Lbeam

∑ EI col L col ΨB = 1 jika Jepit


ΨB =
∑ EI col Lcol ΨB = 1 jika Jepit

ΨB =
;

∑E I Ψ B = 10
; jika Sendi
∑E I beam Lbeam Ψ B = 10 jika Sendi beam Lbeam
Faktor kelangsingan : k = (Lihat Tabel Komponen Struktur Tak
Faktor kelangsingan : k = (Lihat Tabel Komponen Struktur Tak
Bergoyang)
Atau dengan hitungan
Bergoyang)
k = 0.85+0.05xΨmin
Atau dengan hitungan k =0.85+0.05xΨmin
:
: k>1
k>1

Kontrol Kelangsingan

No Kontrol k lu ⎛ M 1 ⎞
Kelangsingan ≤ 34 − 12 ⎜ ⎟
kl u r ⎝M 2 ⎠ No Redesign Dimensi Kolom
< 22 Dengan syarat
r
⎛ ⎛ M1 ⎞ ⎞
⎜⎜ 34 −12⎜ ⎟ ⎟⎟max = 40
Yes ⎝ ⎝ M 2 ⎠⎠
Yes
Kelangsingan Kelangsingan Diabaikan
Diperhitungkan Kelangsingan Diabaikan

M2s
δsM2s = ≥M2s
1−Q Asumsi
Asumsikan Jumlah tulangan
M2, min = Pu(1.5+ 0.03h) EI =
(0.2EcIg + EsIse)
1+ βd
1.2PD
βd =
1.2PD+1.6PL
M2 =M2ns+δsM2s
M2 ≥ M2, min No
Atau secara lebih Konservatif

0.4 EcIg
EI =
1 + βd

Kontrol π 2 EI
Cataum = 1 PcInt =
(k int Lu ) 2
⎛ M1 ⎞
Cm = 0.6 + 0.4⎜ ⎟ ≥ 0.4 ⎛ M1 ⎞
⎝ M2⎠ Cm = 0.6 + 0.4⎜ ⎟ ≥ 0.4
⎝ M2⎠

Lu 35
>
r Pc Pembesaran
Yes
fc' Ag Momen
Cm
δns =
1− Pu
0.75Pc

δns = 1 No δns ≥ 1

Yes

M c = δ n s M 2

Kontrol Dengan
PCACOL

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 23
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

REFERENCE PROCEDURE CALCULATION

Given:Materials
Mutu beton fc' 41.37 Mpa
Mutu besi fy' 413.70 Mpa
Dimension
Ukuran balok(mm) b 508.00 mm
h 609.60 mm
Ukuran kolom ekterior b 558.80 mm
h 558.80 mm
Kolom interior b 609.60 mm
h 609.60 mm
Design condition
Tinggi kolom bawah L2 4572.00 mm
Tinggi kolom atas L1 3657.60 mm
Jarak kolom (m) L 7315.20 mm
Step 1: Beban Berfaktor
Kolom C1
SNI Ps 11.2 Axial Load Top Bottom
(kn) (kn-m) (kn-m)
Dead(D) 2768.4352 47.19 23.87
Live(L)* 366.96 20.88 10.44
Wind(W) 214.84 23.19 187.13

Beban berfaktor M1 M2 M1ns M2ns M1s M2s


1.4 D 3875.81 66.06 33.41 33.41 66.06 33.41 66.06
1.2 D+1.6 L 3909.26 90.04 45.34 45.34 90.04 45.34 90.04
1.2 D+1.0L+1.6 W 4032.82 114.61 338.48 114.61 338.48 39.08 77.51 299.40 37.10
1.2 D+1.0L -1.6 W 3345.34 40.41 -260.32 40.41 -260.32 39.08 77.51 -299.40 -37.10
0.9 D+1.6 W 2835.33 79.57 320.88 79.57 320.88 21.48 42.47 299.40 37.10
0.9 D -1.6 W 2147.85 5.37 -277.93 5.37 -277.93 21.48 42.47 -299.40 -37.10

Kolom C2
Axial Load Top Bottom
(kn) (kn-m) (kn-m)
Dead(D) 4838.05 -2.71 -1.36
Live(L)* 675.21 -21.15 -10.58
Wind(W) 1.33 59.12 277.98

Beban berfaktor M1 M2 M1ns M2ns M1s M2s


1.4 D 6773.26 -3.80 -1.90 -1.90 -3.80 -1.90 -3.80
1.2 D+1.6 L 6885.98 -37.10 -18.55 -18.55 -37.10 -18.55 -37.10
1.2 D+1.0L+1.6 W 6483.00 70.19 432.56 70.19 432.56 -12.20 -24.41 444.77 94.59
1.2 D+1.0L -1.6 W 6478.73 -119.00 -456.97 -119.00 -456.97 -12.20 -24.41 -444.77 -94.59
0.9 D+1.6 W 4356.38 92.15 443.55 92.15 443.55 -1.22 -2.44 444.77 94.59
0.9 D -1.6 W 4352.11 -97.04 -445.99 -97.04 -445.99 -1.22 -2.44 -444.77 -94.59

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 24
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

SNI Ps 12.11. 4) Step 2: Menentukan sway atau non sway

PD = 76064.80 kn
PL = 10421.66 kn
ΣPu (kN) =1,2D+1,6L= 107952.43 Kn

Vu =(gaya geser berfaktor perlantai, pada lantai 1 akibat beban angin) 1715.59 Kn
∆o =(defleksi relatif orde pertama antara ujung dan dasar
pada lantai pertama akibat Vu) 9.14 mm
lc = (panjang kolom diukur dari center-center dari joint pada portal) 4267.20 mm

Stab − Index : Q =
∑P∆ u o
= < dari 0.05 0.13
Vu lc

Q>0.05 maka kolom bergoyang

STEP 3: Mendesain kolom C1

SNI Ps 12.11.(6) a. Menentukan apakah efek kelangsingan harus dihitung

SNI Ps 12.12.(1) Menentukan k dari FigR.10.12.1 Notes On ACI 318-99

⎡ bh 3

I ko l = 0 .7 ⎢ ⎥ 5.688E+09 mm4
⎣ 12 ⎦

E c = 4700 fc 30230.2 Mpa

Untuk kolm dibawah lantai2

⎡ Ec . I ⎤ 4.029E+10 Mpa-mm
⎢ ⎥
⎣ lc 1 ⎦
Untuk kolom diatas lantai2

4.70E+10 Mpa-mm
⎡ Ec . I ⎤
⎢ ⎥
⎣ lc 2 ⎦

⎡ bh 3 ⎤ 3.356E+09 mm4
I b a lo k = 0 .35 ⎢ ⎥
⎣ 12 ⎦

6.29

Asumsi Ψ B = je p it 1

Dari grafik didapat k= 0.85


SNI Ps 12.12.(2)
lu = 4572.00
r = 0,3 h = 167.64
k lu
= 23.18
r
kl u
< 22
r
perlu menghitung efek kelangsingan

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 25
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

b. Menentukan total momen M2 (akibat pengaruh kelangsingan)

SNI Ps 12.13. 3) Kombinasi beban : M 2 = M 2 ns + δs M 2 s

SNI Ps 12.13.(2) dengan pendekatan analisa P-?: M 2s


δs M 2s = ≥ M 2s
1− Q

i. U = 1.4 D

M2 = M2ns = 66.06 kN.m

Pu = 3875.81 kN

ii. U = 1.2 D + 1.6 L

M2 = M2ns = 90.04 kN.m

Pu = 3909.26 kN

iii. 1.2 D + 1.0 L ± 1.6 W

ΣPu =1,2 D + 1.0 L =


Vu = 107952.43 kN
∆o = 1715.59 kN
lc = 9.14 mm
4267.20 mm

Stab − Index : Q =
∑P ∆
u o
= 0.13
Vulc
1
δs = 1.16
1− Q
Pergoyangan Dari Utara-Selatan
M 2s
δs M 2 s = ≥ M 2s 42.88 kN.m
1− Q
M 2 = M 2ns + δs M 2 s = 120.39 kN.m

Pu = 4032.82 kN

Pergoyangan Dari Selatan - Utara


M 2s
δs M 2 s = ≥ M 2s -42.88231 kN.m
1− Q
M 2 = M 2ns + δs M 2 s = 34.63 kN.m

Pu = 3345.34 kN

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

iv. 0.9 D ± 1.6 W


1
dari perhitungan kolom C1 didapat : δs = 1.09
1− Q
Pergoyangan Dari Utara-Selatan
M 2s
δs M 2 s = ≥ M 2s 103.44 kN.m
1− Q
M 2 = M 2ns + δs M 2 s = 101.00 kN.m

Pu = 4356.38 kN

Pergoyangan Dari Selatan - Utara


M 2s
δs M 2 s = ≥ M 2s -103.44 kN.m
1− Q
M 2 = M 2ns + δs M 2 s = -105.88 kN.m

Pu = 4352.11 kN

Selanjutnya desain menggunakan PCACOL

SNI Ps 12.13.5) STEP5: Menghitung jika momen maksimum terjadi di ujung

a. Kolom C1

lu = 25.45
r
35
= 62.64
Pu
fc' Ag
Lu 35
<
r Pc
fc ' A g

b. Kolom C2

lu = 23.33
r
35
= 52.30
Pu
fc' Ag

Lu 35
<
r Pc
fc ' A g

Kesimpulan:
Untuk kolom C1 dan C2, momen maksimum terjadi pada salah satu ujung
dan momen total M2, tidak perlu diperbesar dengan δ ns

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 27
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

SNI Ps 12.13.6)a STEP6: Kontrol ketidakstabilan kolom

a Untuk Perhitungan δsMs Dengan Menggunakan Nilai Q yang


dievaluasi dengan Factored Gravity Loads tidak boleh melebihi
0.6
Untuk pengecekan stabilitas, semua momen inersia harus
dibagi dengan (1+βd), dimana :

βd =
∑1.2PD = 0.85
∑P u

1 + βd = 1.85

Q =(1+ βd)xQ 1 = 0.25

Q < 0.6
Struktur stabil

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 28
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

KOLOM C1

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 29
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

KOLOM C2

PAKET B
MATERI III LENTUR DAN AKSIAL 30
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MATERI IV
PANJANG PENYALURAN, KONTROL LENDUTAN DAN
RETAK

I. PANJANG PENYALURAN
I.1. Pendahuluan
Gaya tarik dan tekan pada tulangan disetiap penampang komponen struktur beton
bertulang harus disalurkan pada masing-masing penampang tersebut melalui panjang
pengangkeran, kait atau kombinasinya.
Kuat lekatan antara baja dan beton dipengaruhi oleh:
1). Lekatan antara beton dan tulangan
2). Cengkeraman akibat penyusutan sekitar beton dan hubungan antara
perubahan permukaan tulangan dan beton disekitarnya.
3). Tahanan geser terhadap selip elemen dan interlocking tulangan saat
dibebani tarik.
4). Mutu beton dan kuat tarik dan tekan dari beton
5). Efek mekanik pada akhir tulangan menggunakan pajang penyaluran,
hook, dan tulangan yang disilang ( crossbar)
6. Diameter, bentuk, dan jarak tulangan mempengaruhi peningkatan retak.
Ada 3 macam test untuk kualitas lekatan beton dan baja yaitu pull out test, emmbbeded
road test dan tes balok. Dua tes pertama ditunjukan pada gambar dibawah ini

Gambar 1. Bond Stress Development: (a) pull – out bond; (b) embedded – rod test

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 1
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Slip baja tulangan sebuah balok dan redistribusi tegangan digambarkan seperti gambar
dibawah ini.
Gambar 2. Pada gambar nampak tahanan
dari slip sepanjang l1 menjadi besar dari kekuatan
tarik beton, dan retak akan terjadi serta distribusi
tegangan akan timbul detat retak baru. Tegangan
lekatan beton puncak bergeser dari A ke B, bergeser
antara dua retak sejauh ac dari retak 1.

a). penjalaran lekatan

b). tegangan baja

c). distribusi tegangan lentur

I.2. Lekatan angker

Misal ld dalam gambar dibawah ini adalah tulangan yang tertanam dibebani tarikan
dT. Bila db adalah diameter dan adalah lekatan rata-rata, dan fs adalah tegangan baja
akibat ditaik langsung atau akibat beban lentur balok maka
2
π⋅ db
dT := ⋅ fs dT := µ
µ⋅ π⋅ db ⋅ ld
4
2
π⋅ db fs ⋅ db
µ ⋅ π⋅ db ⋅ ld := ⋅ fs µ :=
4 4⋅ ld

fs
Panjang penegangkeran/penyaluran ld := ⋅ db
4⋅ µ

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 2
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

I.3. Lekatan lentur


Perubahan tegangan sepanjang tulangan sebuah balok digambarkan seperti gambar
dibawah ini.

Gambar 3. Perubahan tegangan sepanjang tulangan


T adalah gaya kopel akibat M maka T=M/jd dan nilai T diantara retak 1(satu)
dan 2 (dua) ditulis. Tinjau antara retak 1 dan 2
dM
dT := dimana jd adalah lengan dari gaya kopel T
jd

dM
dT := µ⋅
µ dx⋅ Σo := µ ⋅ dx⋅ Σo
jd

adalah lingkaran total tulangan yang dibebani tarik lekatan. Didapat dM/dx = * o*jd ;
bila dM/dx = V
V
µ :=
Σo⋅
Σo jd

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 3
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

I.4. Dasar panjang penyaluran


Dari diskusi diatas panjang penyaluran ld dalah fungsi dari diameter dan tegangan
leleh dari tulangan . Dan lekatan beton µ adalah funsi dari tegangan tekan beton. Jadi

µ := k⋅ fcc k adalah konstanta

Bila Ab =π*db2 / 4, maka


π⋅ db ⋅ ld⋅ µ ≥ Ab ⋅ fy
Dari persamaan diatas bila panjang penyaluran ld sebagai dasar , dapat ditulis

Ab ⋅ fy db ⋅ fy
ld := k1⋅ atau ld := k2⋅
fcc fcc

dimana k2 adalah fungsi dari sifat geometri tulangan dan hubungan lekatan beton dan
tegangan tekan beton. Persamaan ini sebagai dasar dari panjang penyaluran mininmum dan
k2 ditentukan secara ekperimental. Dan faktor yang mempengaruhi adalah ukuran
tulangan, jarak, penutup beton, tipe beton, jarak dan jumlah tulangan transver,

I.5. Panjang penyaluran dari tulangan ulir dalam kondisi tertarik


Peraturan ACI menggantikan k2*db dengan pengali yang mencerminkan fungsi
dari jarak tulangan, penutup beton, perkuatan ( confinement) dari tulangan transver , type
beton, kondisi permukaan tulangan ( coating atau uncoating ). Jadi persamaan diats dapa
ditulis

ld 9⋅ fy α⋅β ⋅γ⋅λ Atr ⋅ fyt


:= ⋅ fcc = fc'1/2 Ktr := SNI (87)
db 10⋅ fcc c+ Ktr 10⋅ s ⋅ n
db

Dalam persamaan diatas nilai (c+Ktr)/db tidak boleh lebih besar 2.5 dan tidak kurang dari
1.5 untuk semua struktur dan ( fc' )0.5 tidak melampaui 25/3 MPa ( SNI 03 2847 2002 )
100 psi (ACI). Faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
α = lokasi tulangan

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 4
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tabel 1. Faktor – faktor penyaluran batang ulir dan kawat ulir

Ktr boleh nol bila ada tulangan transversal


ld 15⋅ fy⋅ α ⋅ β ⋅ γ ⋅ λ As ⋅ fyt
:= Ktr := ( ACI)
cd + Ktr ⎞ 260⋅ s ⋅ n
16⋅ fcc⋅ ⎛⎜
db
⎝ db ⎠

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 5
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tabel 2. Persamaan sederhana panjang penyaluran tulangan dan kawat ulir

ld = λd

I.6. Panjang Penyaluran tulangan yang tertekan


Pajang penyaluran tulangan tekan lebih pendek dari tulangan tarik hal ini karena
tidak ada resiko retak kerena tarikan.

ld tidak boleh kurang dari 200 mm

db ⋅ fy
Rumus ld := atau ld := 0.04⋅ db ⋅ fy
4⋅ fcc

Panjang penyaluran dasar ld dikalikan faktor reduksi 0.75 bila

1. Tulangan terpasang melebihi yang diperlukan berdasarkan analisis


2. Tulangan didearah tulangan spiral dan berdiameter tidak kurang dari mm, jarak lilitan
kurang 100 mm dan berada dalam daerah sengkang D13 mm bejarak tidak lebih
100 mm

Panjang penyaluran tulangan bundle


1. Bila menggunakan tulangan bundel pada tarik atau tulangan tekan , panjangpenyaluran
ld ditambah 20% untuk per tiap bundelan dan ditambah 33% untuk empat bundelan.
(fc' )0.5 tidak boleh lebih besar dari 25/3 MPa.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 6
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

CONTOH 4.1
Hitung panjang tulangan ulir yang terpasang pada empat kasus yaitu :
a).Tulangan #7(D22) tulangan bagian lapisan atas #3 (D10). Diketahui mutu baja dan
beton masing-masing fy= 414 MPa, dan fc' = 27.6 Mpa, beton normal jarak bersih
tulangan 2db, penutup beton bersih = 40 mm.
b). Sama dengan a) kecuali jarak tulangan = db atau 25 mm. Tulangan dicoating dengan
exposii
c). Sama dengan a) hanya jarak tulangan = 3 db dan tulangan tidak ada tulangan atas
d). Misal tulangan #7(D19) dalam a).adalah tekan dan beton adalah beton ringan anggap
tulangan yang dipasang lebih besar 10% dari tulangan analisa.

Perhitungan :

Diketahui :
fy := 414 MPa fcc := 27.5 Mpa

dc := 38 mm Ktr := 0 tulangan tranver =0

α := 1.3 ada tulangan atas β := 1 γ := 1 λ := 1 db := 22 mm

db
c := dc + c = 49 penutup atau
2

25.4 + db
c := c = 23.7 mm
2
c + Ktr c + Ktr
= 1.077 jarak tulangan digunakan := 1.5
db db

a. Panjang penyaluran adalah :

9⋅ fy α⋅β ⋅γ⋅λ
ld := ⋅ ⋅ db
10⋅ fcc c+ Ktr
db

9⋅ fy α⋅β ⋅γ⋅λ 3
ld := ⋅ ⋅ db ld = 1.355 × 10 mm
10⋅ fcc 1.5

25
fcc = 5.244 < = 8.333 MPa OK
3
PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 7
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

c + Ktr
Untuk D19 fy=414 dan fc'= 27.5 MPa dengan harga := 1.5
db
3
ld := 48⋅ α ⋅ db ld = 1.373 × 10 mm

b). α := 1.3 top bar β := 1.2 γ := 1 dan λ := 1 α ⋅ β = 1.56 < 1.7

3
digunakan α ⋅ β := 1.56 ld := 48α ⋅ β ⋅ db ld = 1.647 × 10 mm

c). α := 1 (botom bar) β := 1 γ := 1 λ := 1

3
ld := 48⋅ db ld = 1.056 × 10

d). λ := 1.3 untuk beton ringan. Unutk tulangan tertekan


db ⋅ fy
ld := ld = 434.207 mm atau
4⋅ fcc

ld := 0.04⋅ db ⋅ fy ld = 364.32 mm yang menentukan ld := 434.207 mm

1
λ := 1.3 tulangan > tulangan yang diperlukan faktor pengali λs2 :=
1.1

1
maka ld := ld⋅ 1.3⋅ ld = 513.154 mm
1.1

I.7. Panjang penyaluran tulangan terkait dan kondisi tertarik


Kait atau hook dperlukan bila penampang beton tidak memungkaan untuk panjang
penyaluran yang lurus. Bila ldh adalah hook maka ldh > 8 db atau 150 mm. lihat gambar
dibawah ini gbr 17 pada SNI 3 2847 2002 ( hal 121). lhb tergantung diameter tulangan dan
tegangan tekan beton atau mutu beton. Untuk fy =414 MPa
100⋅ db
Panjang hook lhb := db diameter tulangan kait
fc

Panjang penyaluran dasar dikalikan faktor pengali untuk

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 8
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

fy
1). Faktor kuat leleh fy, batang selain mutu 400 MPa dikalikan
400
2). Selimut beton
Untuk batang D36 dan lebih kecil, dengan tebal selimut beton tegak lurus( normal
terhadap bidang kait) tidak kurang dari 60 mm, dan untuk kait 90o dengan tebal
selimut terhadap perpanjangan kait tidak kurang dari 50 mm.
Faktor pengali..................................0.7
3). Sengkang atau sengkang kait
Untuk tulangan D36 dan yang lebih kecil dengan yangvertikal dan horisontal berada dalam
daerah nyang dilingkupi sengkang atau jarak sengkang tidak lebih besar 3 db, dimana db
diameter hook,
faktor pengali ................................................................................................0.8
4). Tulangan lebih: dimana angker atau panjang penyaluran untuk fy sesuai
As yang digunakan melampaui As yang dikehendaki dari analisa faktor pengali.
Asrequired
λd :=
Asprovided

5). Beton agregat ringan...........................................................λd = 1.3

6). Tulangan berlapis epoksi.....................................................λd = 1.2

Panjang penyaluran dengan hook pada ujung yang tak kontinu: bila silmut beton kurang
dari 50 mm, dan sepanjang penyaluran dilingkupi sengkang danjarak tidak lebih dari 3db
tidak ada pengali.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 9
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 4. Detail kaitan untuk


penyaluaran kait standart

Contoh 4.2. Panjang tulangan tertanam untuk 900 hook


Hitung panjang npenyaluran yang diperlukan untuk tulangan atas ( top bar) dari balok
beton ringan yang diperpanjang seperti gambar dibawa ini. Misal tulangan D28 (#9) hook
pada ujung.Selimut beton 50 mm. Diketahui mutu baja dab beton fy = 414 Mpa, fc' = 35
MPa
Diketahui :
fy := 414 MPa fcc := 35 MPa dc := 50 mm db := 28.6 mm

Perhitungan:
Hook tulangan atas sama dengan tulangan bawah. Maka tak ada pengali yang diperlukan.

100⋅ db
ld := ld = 483.428
fcc

Untuk beton ringan λ := 1.3

lhb := 1.3 ⋅ ld lhb = 628.457 mm > 8⋅ db = 228.8 mm OK

Gunakan tulangan dengan hook 90o ldh = 635 mm diatas penampang kritis ( muka tumpuan )

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 10
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 5. Gambar detail kaitan

I.8. Panjang penyaluran tulangan lentur pada balok menerus


Diskusi sebelunnya tentang bagaimana tertanamnya tulangan agar supaya mencegah tidak
terjadunya slip antara beton dan tulangan. Titik kritis terletak di titik balik dan dimana
penurunan momen dan tegangan drastis .Tulangan tarik dapat ditingkatkan
kemampuannya dengan dengan membengkokan tulangan tersebut 450 kearah badan
penampang yang dijangkar atau dibuat menerus dengan tulangan bagian atas.
Tulangan diteruskan melampaui titik dimana tulangan tidak diperlukan lagi untuk menahan
lentur sepanjang d dan tidak kurang dari 12db. Gambar dibawah ini menunjukan detail
daripenyaluan tulangan positif dan tulangan negative

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 11
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 6. Detail penyaluran tulangan positif dan tulangan negatif


Contoh 10.3 Tulangan yang tertanam pada tumpuan balok sederhana
Hitung panjang penyaluran yang dibutuhkan tulangan a dari sebuah balok yang
ditumpu sederhana. seperti pada gambar dibawah ini. Diketahui jarak AC dari titik
pemotongan teoritis dari tulangan b adalah 1100 mm. Balok tak menyatu dengan tumpuan.
Misal digunakan tulangan dalam memikul moment . a) adalah # 8 (25.4 mm) ulir.b).
digunakan # 14 (43 mm). bila balok sebagai balok pondasi maksimum ukuran # 11 (32.2
mm) selalu digunakan untuk struktur bagian atas)
Diketahui : s=jarak bersih tulangan = 3 db;
Vu = 444.8 kN;
Mn = 256 kNm;
fcc = 27.6 MPa;
fy = 414 MPa; la = 304.8 mm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 12
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Diketahui :
s := 3⋅db
db Vu := 444.8 kN Mn := 256 kNm Mn := 256000 kNmm

la := 304.8 mm fc := 27.58 MPa fy := 413.7 MPa

1100 mm

Perhitungan :
α := 1 β := 1 λ := 1 db := 25.4 mm

a ) Pakai tulangan # 8 (D25.4 mm)

25
Kontrol fc = 5.252 MPa < = 8.333 Mpa OK
3
Dari Tabel 2 atau Tabei 11 SNI 2002
3 5
ld := 48⋅ db ld = 1.219 × 10 mm la = 304.8 mm Mn = 2.56 × 10

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 13
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

1.3Mn 3
Dengan persamaan ldmak := + la ldmak = 1.053 × 10 mm
Vu
3
Digunakan ld = 1.219 × 10 mm

b) Digunakan tulangan # 13 (D43 mm)

Dari tabel 11 didapat db := 43 mm

3
ld := 48⋅ db ld = 2.064 × 10 mm

Mn 3
ld2 := + la ld2 = 880.34 mm maka digunakan ld = 2.064 × 10 mm
Vu

I.9. Pedoman umum panjang penyaluran tulangan unuk menjamin kontinuitas


balok :
1. Minimum sepertiga tulangan momen positip untuk balok sederhana dan seperempat
untuk tulangan momen positip balok menerus diperpanjang minimum 150 mm kedalam
tumpuan

2. Pada tumpuan sederhana dan pada titk belok seperti gambar bawah ini tulangan momen
positip harus dibatasi seperti diameter dan panjang penyalurannya.
Mn
ld := + la dimana :
Vu

Mn = kuat momen nominal dimana tegangan semua tulangan adalah fy.


Vu = gaya geser berfaktor pada penampang yang ditinjau.
Inflecion point, titik belok la = tinggi effektip d atau 12 db. dimana db adalah diameter
tulangan baja

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 14
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 7. Titik pemotongan tulangan a). Tumpuan sederhana , b) balok menerus.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 15
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 8. Titik putus untuk konstruksi joist satu arah

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 16
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 9. Titik putus untuk konstruksi plat satu arah

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 17
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 10. Detail tulangan untuk balok menerus dengan tulangan tarik diagonal

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 18
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

I.10. Panjang lewatan tulangan


Tulangan beton umumnya diproduksi dengan dengan ukuran panjang 12-13 m. Hal
ini berkaitan dengan masalah pengangkutan dan berat tulangan sendiri. Dalam praktek
dijumpai bentangan plat atau balok kurang dar 12 m, oleh karena itu tulangan harus
dipotng bahkan disambung. Smbungan tulangan tidak boleh merubah sifat mekanik
tulangan baja. Oleh sebab itu pemotongan tulangan hal dan penyambungan secara overlap
sering kali dilakukan.
Ada 3 tipe lewatan ( overlap) yaitu :
1). Untuk tulangan tidak lebih # 11 (35 mm) tergantung lekatan antra beton dan tulangan
sepenuhnya
2). Dengan sambungan las, sambungan las ini baik untuk tulangan lebih besar #11(35 mm)
3). Sambungan mekanik yaitu menggunakan alat penyambung pada kedua ujungnya.
Kekuatan alat penyambung ini harus 1.25 x kekuatan tulangan yang disambung.
Sambungan Ini digunakan untuk tulangan yang berdiameter besar.

Gambar 11. Sambungan lewatan tulangan a). Distribusi tegangan ideal pada
tegangan samb lewatan; b). Keruntuhan akibat terpisahnya sambungan

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 19
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 12. Sambungan sistem Dwidag Internasional

Tabel 3. Sambungan tarik tumpang tindih

Sambungan klas A sambungan lewatan........................................................... ..: ld


Sambungan klas B sambungan lewatan...........................................................1.3*ld

I.11. Sambungan ulir dengan tulangan tekan


Panjang lewatan minimum untuk tulangan tekan ulir ld = 0.07*fy*db, untuk fy = 400
MPa dan kurang dari ( 0.13*fy-24)*db untuk yang lebih dari 400 MPa, tetapi tidak kurang
dari 300 mm. untuk fc' < 20 MPa panjang leawatan ditambah 33%

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 20
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

II. KEMAMPUAN LAYAN (SERVICIBILITY) BALOK DAN PLAT


SATU ARAH

II.1. Pendahuluan
Kemampuan layan elemen struktur biasanya diukur dengan lemdutan, retak,
timbulnya karatan, dan pelapukan permukaan beton. Pelapukan permukaan diatasi dengan
merencanakan campuran yang baik dan tepat. Selain itu diperhatikan curing, pelaksanaan,
perlu dikontrol.Pembahasan lendutan ini pada prilaku lendutan dan retak plat dan balok
satu arah.Juga lendutan seketika dan lendutan jangka panjang akan dubahas pula.

II.2. Pentingnya Pengamatan Lendutan


Pada perhitungan ultimate penggunaan mutu beton dan baja cukup tinggi dan
akhirnya dimensi balok lebih ramping sehingga perlu dikontrol lendutan dan retak yang
berlebihan. Terutama untuk komponen atap open, garasi, tempat kolam air

III.3. Perilaku Lendutan Balok


Hubungan beban-lendutan balok beton bertulang adalah trilinier seperti yang
digambarkan pada gambar 1

Gambar 13 Gambar 14
Daerah I, sebelum terjadi retak

Dari gambar menunjukan ada 3 daerah


Daerah I, adalah precracking dimana struktur tidak retak (crack - free)
Daerah II, adalah postcracking stage, dimana terjadi peningkatan distribusi retak dan lebar
retak
Daerah III, postserviceability stage, dimana tegangan tarik tulangan baja mencapai leleh

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 21
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

NAWY EXP 4.3. Metode Alternatif Evaluasi Momen Retak


Hitung momen retak dari balok berpenampang seperti pad gambar dibawah ini dengan
menggunakan
a) Cara transformasi
b) Penyelesaian dengan penampang gross sebagai penyelesaian alternatif bila diketahui
mutu baja dan beton berturut-turut fy=410 Mpa dan fc=27.5 Mpa

PENYELESAIAN :

Diketahui :
h := 610 mm d := 540 mm b := 300 mm fy := 410 MPa fc := 27.5 MPa
4
Es := 200000 Mpa Ec := 4700⋅ fc Ec = 2.465 × 10 MPa
3 2
As := 2.462⋅ 10 mm

a. Penampang transformasi

⎡b ⋅ h + ⎛ Es − 1⎞ ⋅ As⎤ ⋅ yc = b ⋅ h⋅ h + ⎛ Es − 1⎞ ⋅ As ⋅ d
⎢ ⎜ Ec ⎥ ⎜
⎣ ⎝ ⎠ ⎦ 2 ⎝ Ec ⎠

2
b⋅ h ⎛ Es − 1⎞ ⋅ As ⋅ d
⎜ Ec
+
yc :=
2 ⎝ ⎠ yc = 325.528 mm
b ⋅ h + ⎛⎜ − 1⎞ ⋅ As
Es
⎝ Ec ⎠

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 22
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Bila momen inersia dari baja terhadap sumbunya sendiri diabaikan maka Luas transformasi
adalah
3 2
b⋅ h
+ b ⋅ h ⋅ ⎛⎜ yc −
h⎞ 2 9 4
Igt := + ( n − 1) ⋅ As ⋅ ( d − yc ) Igt = 6.557 × 10 mm
12 ⎝ 2⎠

Jarak titik berat penampang transformasi terhadap serat terbawah

yt := h − yc yt = 284.472 mm

fr := 0.7⋅ fc fr = 3.671 MPa

Igt ⋅ fr 7
Mcr := Mcr = 8.462 × 10 Nmm
yt

Bila momen inersia dari baja terhadap sombunya sndiri diabaikan maka Luas transformasi adalah

3 2
b⋅ h
+ b ⋅ h ⋅ ⎛⎜ yc −
h⎞ 2 9 4
Igt := + ( n − 1) ⋅ As ⋅ ( d − yc ) Igt = 6.557 × 10 mm
12 ⎝ 2⎠

Jarak titik berat penampang transformasi terhadap serat terbawah

yt := h − yc yt = 284.472 mm

fr := 0.7⋅ fc fr = 3.671 MPa

Igt ⋅ fr 7
Mcr := Mcr = 8.462 × 10 Nmm
yt

b . Penyelesaian secara gross


h
y := y = 305 mm
2
3
b⋅ h 9 4
Ig := Ig = 5.675 × 10 mm
12

fr⋅ Ig 7
Mcr1 := Mcr1 = 6.83 × 10 Nmm
y

Mcr − Mcr1
∆Mr := ∆Mr = 0.193
Mcr

Igt − Ig
∆Ig := ∆Ig = 0.156
Ig

Jadi perbedaan Mcr dan Ig masing-maising 19% dan 15.6 % walaupaun demikian dalam
perhitungan lendutan masalah ini sering diabaikan.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 23
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

TAHAPAN 2 KONTROL LENDUTAN SETELAH TERJADI RETAK

Asumsi daam menghitung Retak :


1). Distribusi regangan dianggap linier
2). Beton dianggap tidak dapat memikul tarik
3). Baja dan beton keduanya dalam kondisi elastis
4). Distribusi regangan dianggap sama seperti kekuatan ultimate (Design strength ), tapi
besaran strain, stress adalah berbeda
b ⋅ c⋅ fc
As ⋅ fs :=
2
b⋅ c
As ⋅ Es⋅ εs := ⋅ Ec⋅ εc
2

Dari segitiga yang sama dari gambar didapat

εs := εc⋅ ⎛⎜ − 1⎞
d
Dari persamaan diatas akan didapat
⎝c ⎠

As ⋅ Es⋅ εc⋅ ⎛⎜ − 1⎞ :=
d b⋅ c
⋅ Ec⋅ εc
⎝c ⎠ 2

As ⋅ Es b⋅ c
⋅ ⎛⎜ − 1⎞ :=
d Es
bila := n maka dapat ditulis lagi
Ec ⎝c ⎠ 2 Ec
2
b⋅ c
n ⋅ As ⋅ ⎛⎜
d −c⎞ b⋅ c
:= n ⋅ As ⋅ ( d − c) := atau
⎝ c ⎠ 2 2

2
b⋅ c
+ n ⋅ As ⋅ c − n ⋅ As ⋅ d = 0
2

b
Bila := B maka
n ⋅ As
2⋅ B⋅ d + 1 − 1
c :=
B

Dari persamaan kuadrat diatas maka akan dicari harga akar c

Dan momen inersia dapa dihitung dengan perasmaan

3
b⋅ c 2
Icr := + n ⋅ As ⋅ ( d − c)
3

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 24
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Kekakuan elemen terletak diantara EcIg dan EcIcr dan tergantung dari beberapa faktor yaitu

1. Adanya retak
2. Distribusi beban
3. Kontribusi beton

Kekakuan efektip ditentukan dengan rumus

3 ⎡ 3⎤
Ie := ⎛⎜
Mcr ⎞
⋅ Ig + ⎢1 − ⎛⎜
Mcr ⎞
⎥ ⋅ Icr < Ig
⎝ Ma ⎠ ⎣ ⎝ Ma ⎠ ⎦

3
Ie := Icr + ⎛⎜
Persamaan diatas juga ditulis Mcr ⎞
( Ig − Icr) < Ig
⎝ Ma ⎠
Icr < Ie < Ig

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 25
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 15. Retak balok tulangan tunggal pada service load

Efektif momen Ie tergantung dari momen Ma sepanjang bentang yang berkaitan dengan Momen retak Mcr
pada penampang.

EXAMPLE 4.4. Momen inersia efektif satu penampang balok yang retak

Hitung momen inersia Icr dab momen inersia efektif Ie dari penamapng pada soal 8.1 bila momen luar
akibat bebab service Ma=2.304*104 kgm=230.4 kNm

Penyelesaian:

Diketahui :

2
b := 300 mm d := 540 mm h := 610 mm As := 2580 mm

fc1 := 27.5 MPa fy := 414 Mpa Es := 200000 MPa Ec := 24800 MPa


6
n := 8.1 Ma := 230.4⋅ 10 Nmm

Perhitungan :
2
b⋅ c
+ n ⋅ As ⋅ c − n ⋅ As ⋅ d := 0
2
Bila b 2⋅ B⋅ d + 1 − 1
B := c := c = 213.333
n ⋅ As B mm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

3
b⋅ c 2 9 4
Icr := + n ⋅ As ⋅ ( d − c) Icr = 3.201 × 10 mm
3

fr := 0.7⋅ fc1 fr = 3.671 MPa yc := 330 mm

3 2
Igt :=
b⋅ h ⎛
+ b ⋅ h ⋅ ⎜ yc −
h⎞
+ ( n − 1) ⋅ As ⋅ ( d − yc )
2 10
Igt = 2.362 × 10 mm
4
3 ⎝ 2⎠

fr⋅ Igt 8
Mcr := ⋅2 Mcr = 2.843 × 10 Nmm
h

3
Ie := Icr + ⎛ Mcr ⎞ ⋅ ( Igt − Icr) 10 4
⎜ Ma Ie = 4.156 × 10 mm
⎝ ⎠
3
b⋅ h 9 4
Ig := Ig = 5.675 × 10 mm
12

fr⋅ Ig 7
Mcr := ⋅2 Mcr = 6.83 × 10 9
h Icr = 3.201 × 10

3
Ie := Icr + ⎛ Mcr ⎞ ⋅ ( Ig − Icr) 9 4 9
⎜ Ma Ie = 3.265 × 10 mm < Ig = 5.675 × 10
⎝ ⎠
Posisi Ie adalah Icr < Ie < Ig

II.4 Lendutan Jangka Panjang

Penurunan yang ditinjau ada dua macam yaitu penurunan sesaat dan penurunan
fungsi waktu. Penurunan sesaat adalah jarena beban yang bekerja saat awal sedang
penurunan long term atau fungsi waktu diakibatkan rangkak, susut, dan regangan karena
temperature.
Tambahan penurunan karena beban tetap dan susut fungsi dari waktu sesuai ACI
lendutan dikalikan faktor λ
T
λ :=
1 + 50ρ1
ρ1

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 27
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

dimana ρ1 adalah prosentase tulangan tekan pda tengah bentang pada balok menerus
dan diatas tumpuan sederhana. Dan T diambil 1, 1.2, 1.4, dan 2 untuk masing-masing
waktu 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 5 tahun. Atau lihat pada gambar 8.6. Dan rumus
lendutan untuk jangka panjang dapat ditulis

∆LT := ∆L + λa⋅ ∆D + λt ⋅ ∆LS

Dimana
∆L = lendutan awal akibat beban hidup
∆D = lendutan awal aibat beban mati
∆LS=lendutan awal tetap akibat beban hidup
λα = faktor pengali karena funsi waktu tak berhingga beban tetap
λt = faktor pengali fungsi waktu pembebanan

II.5. Lendutan Yang Diizinkan Untuk Balok dan Plat Satu Arah

Pembatasan lendutan ini perlu untuk menjamin kenyamanan dan keindahan.


Tingkat penerimaan dari lendutan ini nilainya dipengaruhi oleh tipe gedung, penggunaan
partisi, adanya plesteran plafon, kepekaan alat yang dipikul oleh lantai dsb. Kontrol ini
dilakukan karena penggunaan metode ultimate dan mutu beton sertabaja yang cukup tinggi.

Tabel 4. Tebal minimum balok dan plat satu arah

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 28
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tabel 5. Ratio minimum bentang yang diijinkan terhadap bentang

II.6 Perhitungan Lendutan


Lendutan merupakan fungsi dari lebar bentang, tumpuan, kondisi ujung apakah
tumpuan sederhana atau kekangan akibat balok menerus, tipe pembebanan beban merata
atau beban terpusat dan tergantung EI dari batang atau balok.
3
K⋅ W ⋅ Ln
∆mak :=
48⋅ E⋅ Ie
Dimana :
W = beban total pda bentang
Ln = bentang bersih
E = modulus Elastisitas
Ic = momen inersia penampang
K = faktor tergantung derajat kekakuan (fixity) dari
tumpuan
Persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk momen disetiap titik di balok.
2
M⋅ L
∆ := k⋅
Ec⋅ Ie
Dimana

k = faktor tergantung kekakuan tumpuan dan kondisi pembebanan


M = momen yang bekerja pada penampang
Ie = momen inersia efektip

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 29
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

II.7. Lendutan Balok Menerus

Balok beton bertulang menerus mempunyai penampang balok T ditengah bentang,


dan tulangan rangakap pada tumpuan. Dan konsekuensinya perlu dipertimbangkan mencari
momen inersia efetif dari balok T dan balok tulangan rangkap tersebut. Menurut ACI dihitung
dengan rumus
1. Balok dengan kedua ujungnya menerus Rata-rata Ie = 0.70Im+0.15 (Ie1+Ie2)

2. Balok dengan satu ujung menerus Rata-rata Ie = 0.85 Im + 0.15 Iec

Im = Ie penampang tengah
dimana : Ie1,Ie2 = Ie masing-masing ujungnya
Iec = Ie ujung yang menerus

II.7.1. Lendutan balok T

Gambar 16. Diagram tegangan regangan balok T


Mencari Ig adanya tulangan diabaikan. Dalam perhitungan ini balok T dibagi dua A1 dan
A2
A1⋅ y1 + A2⋅ y2
Lokasi titk berat penampang yc := yt := h − yc
A1 + A2

Momen inersia gross, Ig, dari kedua segiempat tersebut adalah


3 2 3 2
b ⋅ hf bw⋅ ( h − hf ) h − hf ⎞
+ B⋅ hf ⋅ ⎛⎜ yc −
hf ⎞
Ig := + + bw⋅ ( h0hf ) ⋅ ⎛⎜ yt −
12 ⎝ 2 ⎠ 12 ⎝ 2 ⎠

Untuk nilai tinggi garis netral c didapat dari keseimbangan horizontal statis. Bila garis
netral

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 30
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

terletak dibawah plat sayap hf , plat sayap dan bagian badan mengalami tegangan tekan.
Tegangan rata-rata di sayap bhf adalah (fc+fc1)/2, dimana fc1 adalah tegangan pada dasar
sayap.

c − hf
fc1 := fc⋅
c
Tegangan rata-rata pada balok, seluas bw(c-hf) adalah fc1/2. Maka keseimbangan
persamaan gaya Horizontal adalah
fc + fc1 fc1 c − hf
hf
As ⋅ fy := b ⋅ hf ⋅ + bw⋅ ( c − hf ) ⋅ dengan memasukan fc1 := fc⋅ didapat
2 2 c

2⋅ As ⋅ Es⋅ εs := b ⋅ hf ⋅ Ec⋅ εc⋅ ⎛⎜ 1 + ⎞ + bw⋅ ( c − hf ) ⋅ Ec⋅ εc⋅ c − hf


c − hf
⎝ c ⎠ c

Nyatakan εs dalam εc dan gunakan modulus rasio n akan mendapatkan


d−c 2⋅ c − hf c − hf
2⋅ n ⋅ As ⋅ := b ⋅ hf ⋅ + bw⋅ ( c − hf ) ⋅ atau
c c c
2
bw⋅ ( c − hf ) − 2⋅ n ⋅ As ⋅ ( d − c) + b ⋅ hf ⋅ ( 2c − hf ) := 0

Persamaan ini merupakan persamaan kuadrat dalam variabel c, sehingga haga c dapat dicari
dari persamaan tersebut. Bila c diketahui Icr dapat dicari dengan persaman

2
+ b ⋅ hf ⋅ ⎛⎜ c − ⎞ + n⋅ As ⋅ ( d − c) 2
1 3 1 3 hf
Icr := ⋅ bw⋅ ( c − hf ) + ⋅ b ⋅ hf dan Ie dapat dihitung
3 12 ⎝ 2 ⎠

3 ⎡ 3⎤
Ie := ⎛⎜
Mcr ⎞
⋅ Ig + ⎢1 − ⎛⎜
Mcr ⎞
⎥ ⋅ Icr < Ig dan selanjutnya ∆
⎝ Ma ⎠ ⎣ ⎝ Ma ⎠ ⎦

3
K⋅ W ⋅ Ln
∆mak :=
48⋅ E⋅ Ie

2
M⋅ L
∆ := k⋅
Ec⋅ Ie

II.7.2. Lendutan Balok Dengan Tulangan Tekan


Balok dengan tulangan tekan dihitung sama dengan balok tulangan tunggal, hanya
adanya tulangan tekan perlu dipertimbangkan. Pengaruh tulangan tekan terhadap
perhitungan Icr diperhitungkan. Lihat gambar dibawah ini

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 31
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

fc c − dc
As ⋅ fs := b ⋅ c⋅ − Asc ⋅ fc⋅ + Asc ⋅ fsc dimana dc adalah selimut beton daerah tekan
2 c

Seperti pada tualangan tunggal persamaan diatas dapat ditulis


2
b⋅ c
+ [ n ⋅ As + ( n − 1) ⋅ Asc ] ⋅ c − n ⋅ As ⋅ d − ( n − 1) ⋅ Asc ⋅ dc := 0 nilai c dapat ditung dari pers ini
2

Maka momen inersia Icr dapat dinayatakan denganpersamaan


3
b⋅ c 2 2
Icr := + n ⋅ As ⋅ ( d − c) + ( n − 1) ⋅ Asc ⋅ ( c − dc ) dan selanjutnya perhitungan Ie dan ∆
3

sama dengan perhitungan balok tulangan tunggal

Gambar 17. Diagram tegangan regangan balok tulangan rangkap

II.7.3 Lendutan Momen Balok Menerus


Envelop momen lentur dibuat pada bentang menerus untuk menghitung momen
inersia
efektif Ie.
2
5⋅ L
∆c := ⋅ [ Mm + 0.1⋅ ( Ma + Mb ) ]
48⋅ E⋅I

dimana Ma, Mb = momen lentur negatif


M0 = momen akibat beban layan statis
Mm= momen tengah bentang

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 32
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 18. Defleksi momen lentur pada balok menerus: (a) Beban; (b) Momen;
(c) Defleksi, menggunakan superposisi

EXAMPLE 4.4
Balok beton bertulang menyangga plat beton setebal 102 mm adalah menerus dengan
bentang yang sama yaitu L= 11 m seperti gambar dibawah ini. Balok tersebut dibebani
beban merata mati termasuk berat sendiri wd= 10.22 kN/m, dan beban hidup wh=17.52
kN/m. Balok mempunyai dimensi b=356 mm, d=464 mm dan tinggi total h=533 mm.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 33
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Bentang dalam pertama dipasang tulangan 4#9 (D28.6 mm) di tengah bentang
pada bagian bawah dan 6 # 9 pada bagian atas tumpuan. Hitung lendutan maksimum
dari balok menerus tersebut dan apakah memenuhi persyaratan peraturan.
Dikehui pula mutu baja dan beton masing-masing fy=414 MPa dan fc=27.8 MPa, dan
dan tinjauan lendutan beban hidup selama 36 bulan adalah 50 %

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 34
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Diketahui :
N N
hf := 102 mm L := 11000 mm wd := 10.22 wL := 17.52
mm mm

bw := 356 mm d := 464 mm h := 533 mm

fc := 27.8 MPa fy := 414 MPa Es := 200000 MPa

Beban hidup tertahan selama 36 bulan

Ditanyakan :
a. Hitung lendutan maksimum
b. Apakah lendutan tersebut memenuhi peraturan

Perhitungan :
1. Tebal minimum yang diperlukan darin tabel 8 didapat
L
hmin := hmin = 594.595 mm
18.5

h < hmin lendutan harus diperhitungkan


kg
w := 2275
3
m
1.5 4
Ec := w ⋅ 0.043 fc Ec = 2.46 × 10 MPa
Es
Modulus ratio n := n = 8.13
Ec

fr := 0.7⋅ fc fr = 3.691

Dari gambar bidang moment moment yang terbesar adalah bentang AB dan DE
2
Mpositif := 0.0772⋅ w⋅ll
2 7
Mdl := 0.0772⋅ wd⋅ L Mdl = 9.547 × 10 Nmm
2 8
Mll := 0.0772⋅ wL⋅ L Mll = 1.637 × 10 Nmm
2
Mnegatif := 0.1071⋅ w⋅ L
8
MDL := Mdl + Mll MDL = 2.591 × 10 Nmm

2 8
Mdt := −0.1071⋅ wd⋅ L Mdt = −1.324 × 10 Nmm
2 8
Mlt := −0.1071⋅ wL⋅ L Mlt = −2.27 × 10 Nmm
8
MDLT := Mdt + Mlt MDLT = −3.595 × 10 Nmm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 35
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

2. Momen inersia efektif Ie


Lihat gambar dalam menghitung Ig
2.1 Pada bentang tengah dengan asumsi sebagai balok T
3
be := bw + 16⋅ hf be = 1.988 × 10 mm

A1 := be ⋅ hf A2 := bw⋅ ( h − hf )
hf
h − hf
y2 := ⎛⎜ + hf ⎞
y1 :=
2
⎝ 2 ⎠
A1⋅ y1 + A2⋅ y2
yc := yc = 165.793 mm yt := h − yc yt = 367.207 mm
A1 + A2

3 2 3 2
b ⋅ hf bw⋅ ( h − hf ) h − hf ⎞
+ B⋅ hf ⋅ ⎛⎜ yc −
hf ⎞
Ig := + + bw⋅ ( h0hf ) ⋅ ⎛⎜ yt −
12 ⎝ 2 ⎠ 12 ⎝ 2 ⎠

3 2 3 2
be ⋅ hf ⎞ + bw⋅ ( h − hf ) + bw⋅ ( h − hf ) ⋅ ⎛ yt − h − hf ⎞
+ be ⋅ hf ⋅ ⎛⎜ yc −
hf
Ig := ⎜
12 ⎝ 2 ⎠ 12 ⎝ 2 ⎠

9 4
Ig = 8.754 × 10 mm

fr⋅ Ig 7
Mcr := Mcr = 8.799 × 10 Nmm
yt

3. Jarak garis netral

2
As := 2581 mm

2
bw⋅ ( c − hf ) − 2⋅ n ⋅ As ⋅ ( d − c) + b ⋅ hf ⋅ ( 2c − hf ) := 0

2 2 2
bw⋅ c − 2⋅ bw⋅ hf ⋅ c − 2⋅ n ⋅ As ⋅ c + 2⋅ be ⋅ hf ⋅ c + bw⋅ hf − 2⋅ n ⋅ As ⋅ d − b ⋅ hf := 0

2
bw⋅ c − ( bw⋅ hf + n ⋅ As − be ⋅ hf ) ⋅ 2⋅ c + bw⋅ hf ( 2
− 2⋅ n ⋅ As ⋅ d − be ⋅ hf
2 ) := 0
2
c + 41.17⋅ c − 157 := 0

Dara persamaan inc didapat c := 89 mm dengan harga c=89 mm maka garis netral
posisinya terletak dalam plat sayap sehingga penampang seperti balok biasa dengan b=be
2
be ⋅ c
+ n ⋅ As ⋅ c − n ⋅ As ⋅ d := 0 dari persamaan ini didapat c=79 mm
12
2 4
be ⋅ c 2 Icr = 2.956 × 10
9
mm
Icr := + n ⋅ As ⋅ ( d − c)
3

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 36
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tinjau Bentang tengah

7
Mdl = 9.547 × 10

Ie bentang tengah
3 ⎡ 3⎤
Ied := ⎛⎜
Mcr ⎞ ⎛ Mcr ⎞ ⎥ ⋅ Icr 9 4
⋅ Ig + ⎢1 − ⎜ Ied = 7.496 × 10 mm
⎝ Mdl ⎠ ⎣ ⎝ Mdl ⎠ ⎦

⎞ ⋅ Ig + ⎡⎢1 − ⎛ ⎞ ⎤⎥ ⋅ Icr
3 3
Ied05L := ⎛⎜
Mcr Mcr 9 4
⎜ Ied05L = 3.665 × 10 mm
⎝ Mdl + 0.5⋅ Mll ⎠ ⎣ ⎝ Mdl + 0.5⋅ Mll ⎠ ⎦
3 ⎡ 2⎤
IeDL := ⎛⎜ ⎞ ⋅ Ig + ⎢1 − ⎛ Mcr ⎞ ⎥ ⋅ Icr
Mcr 9 4
⎜ IeDL = 2.958 × 10 mm
⎝ Mdl + Mll ⎠ ⎣ ⎝ Mdl + Mll ⎠ ⎦

Tinjau penampang ditumpuan

3
bw⋅ h 9 4
Ig := Ig = 4.492 × 10 mm
12
h
yt := yt = 266.5 mm
2
fr⋅ Ig 7
Mcr := Mcr = 6.221 × 10 Nmm
yt

Mencari garis netral


2 2
As gunakan 6#9 As := 3870 mm Asc := 1290 mm db := 95 mm

d := h − db d = 438 mm Dari persamaan

2
bw⋅ c
+ [ n ⋅ As + ( n − 1) ⋅ Asc ] ⋅ c − n ⋅ As ⋅ d − ( n − 1) ⋅ Asc ⋅ db := 0
2

Dari persamaan diatas didapat c := 193 mm

3
bw⋅ c 2 2
Icr := + n ⋅ As ⋅ ( d − c) + ( n − 1) ⋅ Asc ⋅ ( c − db )
3
9 4 9 4
Icr = 2.83 × 10 mm Ig = 4.492 × 10 mm

8 8 8
Mdt = −1.324 × 10 Nmm Mlt = −2.27 × 10 Nmm MDLT = −3.595 × 10

⎞ ⋅ Ig + ⎡⎢1 − ⎛ Mcr ⎞ ⎤⎥ ⋅ Icr


3 3
Ietd := ⎛⎜
Mcr 9 4
⎜ Ietd = 3.002 × 10 mm
⎝ −Mdt ⎠ ⎣ ⎝ −Mdt ⎠ ⎦

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 37
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

3 ⎡ 3⎤
Ietd05L := ⎛⎜ ⎞ ⋅ Ig + ⎢1 − ⎡ ⎤ ⎥ ⋅ Icr
Mcr Mcr 9 4
⎢ ⎥ Ietd05L = 2.857 × 10 mm
⎝ −Mdt − 0.5Mlt ⎠ ⎣ ⎣ −( Mdt + 0.5⋅ Mlt) ⎦ ⎦
3 ⎡ 3⎤
IetdL := ⎡⎢ ⎤ ⋅ Ig + ⎢1 − ⎡ ⎤ ⎥ ⋅ Icr
Mcr Mcr 9 4
⎥ ⎢ ⎥ IetdL = 2.839 × 10 mm
⎣ −( Mdt + Mlt) ⎦ ⎣ ⎣ −( Mdt + Mlt) ⎦ ⎦

Momen Inersia rata untuk balok menerus


9 4
Beban mati D IeRD := 0.85⋅ Ied + 0.15⋅ Ietd IeRD = 6.822 × 10 mm
9 4
D + 0.5⋅ L IeRD05L:= 0.85⋅ Ied05L + 0.15⋅ Ietd05L IeRD05L = 3.544 × 10 mm
9 4
D+ L IeRDL := 0.85⋅ IeDL + 0.15⋅ IetdL IeRDL = 2.94 × 10 mm

Lendutan maksimummdari tabel 8.3

4 N
Ec = 2.46 × 10 wdl := wd + wL wdl = 27.74
mm
4
0.0065⋅ w⋅ L N 4
∆ := wd = 10.22 L = 1.1 × 10 mm
Ec⋅ IeR mm
4
0.0065⋅ wd⋅ L
∆D := ∆D = 5.795 mm
Ec⋅ IeRD

4
0.0065⋅ wdl⋅ L
∆DL := ∆DL = 36.5 mm
Ec⋅ IeRDL

∆L := ∆DL − ∆D ∆L = 30.705 mm
4
0.0065⋅ ( wd + 0.5⋅ wL) ⋅ L
∆D05L := ∆D05L = 20.72 mm
Ec⋅ IeRD05L

Lendutan dengan 50 % beban hidup permanen

∆LS := ∆D05L − ∆D ∆LS = 14.924 mm

Lendutan jangka panjang


Asc
ρc := ρc := 0 untuk tengah bentang
b⋅ d

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 38
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Faktor pengali

untuk 36 bulan
T := ⎜
⎛ 1.75 ⎞
⎝ 2 ⎠ untuk 60 bulan

T
λ=⎜
⎛ 1.75 ⎞
λ :=
1 + 50⋅ ρc ⎝ 2 ⎠

Total lendutan akibat beban permanen

∆LT := ∆L + ∆D⋅ λ1 + λ2⋅ ∆LS ∆LT := ∆L + 2⋅ ∆D + 1.75⋅ ∆LS ∆LT = 68.413 mm

Kontrol dengan persyaratan lendutan tabel 8

L
= 61.111 mm > ∆L = 30.705 mm
180

L
= 30.556 mm < ∆L = 30.705 mm
360

L
= 22.917 mm < ∆LT = 68.413 mm
480

L
= 45.833 mm < ∆LT = 68.413 mm
240

Maka balok menerus dibatasi untuk plat atau atap yang tidak memikul beban atau partisi

II.8 Prosedure Perhitungan Lendutan dan Bagan Alurnya

Lendutan mempengaruhi keindahan dan pelayanan jangka panjang. Setelah


perhitungan struktur maka perlu di hitung lendutanya . Tahapan desain lendutan :
1). Bandingkan tinggi total balok dengan persyratan pada tabel 8.1 (NAWY) ata tabel
3 (SNI) Bila tinggi plat balok h < hmin maka perhitungan lendudan jangka pendek dan
jangka panjang diperhitungkan.
2). Perhitungan detail dilakukan sebagai tahap awal
a). Momen inersia gross Ig
b). Momen retak Mcr, merupaka fungsi dari modulus rupture fr
3). Hitung tinggi c garis netral dari luas tranformasi. Dapatkan momen inersia retak Icr
4). Hitung momen inersia efektip Ie sebagai berikut:
PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 39
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

3
⎛ Mcr ⎞ ⋅ ( Ig − Icr) ≤ Ig
Ie := Icr + ⎜
⎝ Ma ⎠ Atau
3 ⎡ Mcr ⎞ ⎤
3
Ie := ⎛⎜
Mcr ⎞
⋅ Ig + ⎢1 − ⎛⎜ ⎥ ⋅ Icr
⎝ Ma ⎠ ⎣ ⎝ Ma ⎠ ⎦
As := 130⋅ 2
Momen inersia efektip dihitung berdasar kombinasi beban layan :
a). Beban mati (D)
b). Beban mati+sebagian beban hidup (∆+α∗L, dimana α nilai kurang dari 1
c). Beban mati + beban hidup (D+L)

5). Hitung lendutan seasaat didasarkan pada Ie dari tiga kombinasi pada step 4,
gunakan
lendutan elastis pada tabel # 3. Bila balok adalah kontinuenlebih dari dua bentang
dan
dua tumpuan, cari rata Ie dengan persamaan sbb:
Kedua ujung kontinyu Ierata := 0.70⋅ Im + 0.15⋅ ( Ie1 + Ie2)

Yang satu ujung kontinyu Ierata := 0.85⋅ Im + 0.15⋅ Iec


6). Hitung lendutan jangka panjang, pertama cari multiplier λ=Τ/(1+50∗ρ') dari gambar 6.

Lendutan total adalah


∆LT := ∆L + λx⋅∆D
λx + λt ⋅ ∆LS

7). Bila ∆ΛΤ < ∆maksimum yang dizinkan dalam Tabel 2 batasi struktur untuk kondisi tertentu

atau perbesar penampang.

II.9 Kontrol Lendutan Pada Plat Satu Arah

LENDUTAN EXAMPLE 4.5. Plat ditumpu sederhana satu arah.


Sebuah plat satu arah tebal h = 127 mm dan mempunyai bentang L = 3.66 m .
dibebani beban hidup WL = 2.88kPa dan beban brerat sendiri. Hitung lendutan sesaat
dan lendutan jangka panjang plat , dianggap 45% beban hidup bertahan selama 24 bulan.
Diketahui mutu beton dan baja masing-masing fc' = 24.1 MPa, fy = 414 MPa, Es =
200000MPa.
Tulangan yang digunakan #4(12.7 mm ) jarak 152.4 mm

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 40
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Diketahui :
fcc := 24.1 MPa fy := 414 MPa Es := 200000 MPa

Tebal plat h := 127 mm Bentang L := 3660 mm WL := 2.88

Diketahui :
fcc := 24.1 MPa fy := 414 MPa Es := 200000 MPa

Tebal plat h := 127 mm Bentang L := 3660 mm WL := 2.88

1.5
Ec := wc ⋅ 0.043⋅ fcc Ec = MPa

4
Ec := 4700⋅ fcc Ec = 2.307 × 10 MPa

Perhitungan :

Tebal minimum plat


L
hmin := hmin = 183 > h yang ada maka lendutan harus dihitung
20
Es
Modus ratio n := n = 8.668
Ec

Modulus rupture fr := 0.7⋅ fcc fr = 3.436 MPa

Momen gross b := 12in b = 0.305m b := 305 mm


3
b⋅ h 7 4
Ig := Ig = 5.206 × 10 mm
12

fr⋅ Ig 6
Momen nretak Mcr := Mcr = 2.817 × 10 Nmm
0.5⋅ h
2
w⋅ L 6
Momen lentur akibat beban layan M := M := w⋅ 1.674⋅ 10
8

Mencari garis netral φ := 12.7 mm v

2
As #4-157 mm As := 258.1 mm per 305 mm

φ
d := h − 20 − d = 100.65 mm
2
PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 41
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Dari penampang segi empat didapat oersamaan

2
b⋅ c
+ nAs ⋅ c − n ⋅ As ⋅ d := 0 bila
b
2 B :=
n ⋅ As

2⋅ B⋅ d + 1 − 1
c := c = 31.785 mm
B
Menghitung momen Inersia efektif
−3 kg −6
wd := h ⋅ 10 ⋅ wc wd = wd := 298.45⋅ 10⋅ 10
2
m

Beban per ft = 0.305m wD := wd⋅ 305 wD = 0.91

6 6 6
M := wD⋅ 1.674⋅ 10 M = 1.524 × 10 Nmm < Mcr = 2.817 × 10
7
Maka plat tidak akan retak karena beban mati IeD := Ig IeD = 5.206 × 10

wl := 2.88⋅kP
kPaa (
wl := 2.88⋅ 10
−3 ) wL := wl⋅ 305 wL = 0.878

Tinjau kondi beban (wD+0.45*wL)

2
( wD + 0.45wL) ⋅ L 6
MD045L := MD045L = 2.186 × 10 Nmm
8

Maka plat tidak retak karena beban wD+0.45*wL IeD045L:= Ig

7 4
IeD045L = 5.206 × 10 mm

2
( wD + wL) ⋅ L 6
Tinjau beban (wD+wL) MDL := MDL = 2.995 × 10
8

Tinjau penampang sudah retak


3
b⋅ c 2 7 4
Icr := + n ⋅ As ⋅ ( d − c) Icr = 1.387 × 10 mm
3

3 ⎡ 3⎤
IeDL := ⎛⎜ ⎞ ⋅ Ig + ⎢1 − ⎛ Mcr ⎞ ⎥ Icr
Mcr 7
⎜ IeDL = 4.567 × 10
⎝ MDL ⎠ ⎣ ⎝ MDL ⎠ ⎦

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 42
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Lendutan seketika akibat beban mati dan hidup


4
5⋅ ( wD + wL) ⋅ L
∆DL := ∆DL = 3.966 mm
384⋅ Ec⋅ IeDL

Lendutan beban mati

4
5⋅ wD⋅ L
∆D := ∆D = 1.771 mm
384⋅ Ec⋅ IeD

Lendutan awal beban hidup

∆L := ∆DL − ∆D ∆L = 2.196

Lendutan awal karena 45% beban hidup


4 4
5⋅ ( wD + 0.45⋅ wL) ⋅ L 5⋅ wD⋅ L
∆045L := − ∆045L = 0.769
384⋅ Ec⋅ IeD045L 384⋅ IeD⋅ Ec

4
5⋅ 0.45⋅ wL⋅ L 7
∆045L := ∆045L = 4.003 × 10
384⋅ Ec⋅ Ie

Lendutan jangka panjang

T
Untuk 24 bulan λ := ρ := 0 T := 1.65
1 + 50⋅ ρ

T := 2 untuk beban mati waktu lama λm := 2

∆LT := ∆L + λm⋅ ∆D + λs ⋅ ∆045L ∆LT = mm

Syarat lendutan
L L
= 20.333 mm > ∆L = 2.196 mm = 7.625
180 480

L L
= 10.167 mm > ∆L = 2.196 mm = 15.25
360 240

Maka dapat disimpulkan struktur sensitif terhadap beban atau eleman non structural karena
biasanya lendutan bisa bervariasi karena kondisi dan pelaksanaan 20-30%.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 43
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

III. RETAK
Retak beton akibat beban menunjukan bahwa beton dalam kondisi lemah kekuatan
tariknya. Retak ini akan mengakibatkan karatan terhadap tulangan yang akhirnya struktur
beton kita mengalami keruntuhan. Jarak retak = ac ; Lebar retak = w Hubungan lebar retak
dan jarak retak seperti gambar dibawah ini.

Gambar 19. Hubungan lebar retak dan jarak retak


Lebar retak fungsi dari perbedaan perpanjangan antara tulangan dan perpanjangan
bidang sekeliling tulangan sepanjang ac. Dalam praktek perpanjangan beton dan susut
diabaikan maka lebar retak dapat ditulis.
W = α * acβ * εsγ ....a)
Dimana γ tergantung tulangan balok satu atau tiga dimensi, sedangkan α dan β
konstanta didapat dari percobaan Telah dibuktikan bahwa ac adalah tergantung dari 1/k1µ,

k2f1' dan db/k3, ρτ, dimana µ adalah tegangan rekatan, ft' adalah tegangan tarik beton , db

adalah diameter tulangan, ρt =As/At adalah rasio tulangan tarik dan luas beton bagian

tarik. k1, k2, k3 adalah konstanta.

III.1 Evaluasi Lebar Retak


Persamaan a) adalah dasar model persamaan untuk mengevaluasi dari retak
penyederhanaan berdasarkan stastitik yang dilakukan Gergely-Luz menghasilkan
persamaan :

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 44
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

W max = 0.076 × β × fs × 3 dc × A

wmax = lebar retak dalam unit 0.001 in ( 0.0254 mm)


β = (h-c)/(d-c) = faktor kedalaman ; harga rata-rata = 1.20
dc = Tebal penutup dari pusat tulangan lapis pertama (in)
fs = Tegangan maksimum (ksi) baja saat beban layan dengan 0.6 fy biasanya
digunakan kalau takada data.
A = Luasan beton bagian tarik dibagi dengan jumlah tulangan = b * t/γbc, dimana γbc
adalah jumlah tulangan dalam daerah tarik.

Persamaan evaluasi retak menurut SNI-03 2847 2002


−6 3
ω := 11⋅ 10 ⋅ β ⋅ fs ⋅ dc ⋅ A

Contoh 4.6.
Lebar retak maksimum sebuah balok beton bertulang.
Hitung maksimum lebar retak sebuah
balok beton bertulang yang ditumpu
sederhana dengan penampang seprti
tergambar. Balok mempunyai bentang
9.14 m. Balok tersebut memikul beban
merata termasuk berat sendiri 14.6 kN/m.
Diketahui mutu baja dan tulangan fcc =34.5 MPA dan fy = 414.MPa.
Ec = 200000 MPa, Es = 2000000 MPa.

Penyelesaian :

b := 304.8 mm h := 533 mm d := 457 mm L := 9140 mm

3 2
tulngan 3#8 As := 3⋅ 516 As = 1.548 × 10 mm Es := 200000 MPa

kN N
fcc := 34.5 MPa fy := 414 MPa w := 14.6 w := 14.6
m mm
4
Ec := 4700⋅ fcc Ec = 2.761 × 10 MPa

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 45
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Perhitungan alternative menggunakan tegangan baja aktual

3
b⋅ h 9 2
Momem inersia gross Ig := Ig = 3.846 × 10 mm
12

Mudulus rupture fr := 0.7⋅ fcc fr = 4.112 Mpa


h Ig⋅ fr 7
Momen retak yt := Mcr := Mcr = 5.934 × 10 Nmm
2 yt
2
w⋅ L 8
Momen maksimum Mmak := Mmak = 1.525 × 10 Nmm
2 8
b⋅ c
+ n ⋅ As ⋅ c − n ⋅ As ⋅ d := 0
2
Es b
n := n = 7.245 B :=
Ec n ⋅ As

2⋅ B⋅ d + 1 − 1 c = 150.245 mm
c :=
B

Menghitung momen inersia kondisi retak

3
b⋅ c 2
Icr := + n ⋅ As ⋅ ( d − c)
3
9 4
Icr = 1.4 × 10 mm
Mmak
Tegangan baja fs fs := ⋅ ( d − c) ⋅ n
Icr

fs = 242.034 Mpa < 0.6⋅ fy = 248.4 MPa OK

h−c
β := β = 1.248 dc := h − d dc = 76 mm
d−c

b ⋅ 2⋅ dc 4 2
A := A = 1.544 × 10 mm fs = 242.034 MPa
3

−6 3
ω := 11⋅ 10 ⋅ β ⋅ fs ⋅ dc ⋅ A ω = 0.35 mm

Perhitungan Alternatif

fs := 0.6⋅ fy fs = 248.4 MPa


β := 1.20 untuk balok

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 46
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

−6 3
ω := 11⋅ 10 ⋅ β ⋅ fs ⋅ dc ⋅ A ω = 0.346 mm

III.2 Lebar retak untuk tulangan yang dibundel


Tegangan lekatan beton dan baja tulangan merupakan parameter yang
mempengaruhi retak dan jarak retak . Luas kontak dari tulangan yang bergrup atau bundel
lebih kecil dari kontak bila sendiri sendiri. Dengan menggunakan faktor reduksi kita dapat
menghitung lebar retak dengan rumus :
−6 3
ω := 11⋅ 10 ⋅ β ⋅ fs ⋅ dc ⋅ Ar
b⋅ t
Ar :=
γbcr

Ar adalah luas tulangan yang sudah direduksi, faktor reduksi lihat gambar.

Prosedur perhitungan sama dengan perhitungan lebar retak tidak bergroup.

Contoh 4.7. Menghitung lebar retak dengan tulangan yang bergroup

Hitung lebar retak maksimum sebuah balok yang mempunyai penampang seperti
tergambar.

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 47
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

fy := 414 MPa

fs := 0.6⋅ fy fs = 248.4 MPa

As dua bundel 3#8


3 2
As := 2⋅ 3⋅ 516.8 As = 3.101 × 10 mm

Sengkang #4 diameter 12.7 mm

φs := 12.7 mm
dt := 38 mm

b := 254 mm

Perhitungan :

dcc = pusat titik berat dari tiga tulangan diukur dari serat luar tertarik

2⋅ φs + 1⋅ dt
dcc := dt + φs + dcc = 71.833 mm
3
t := 2⋅ dcc t = 143.667 mm → tebal beton

γbc jumlah tulangan bila semua tulangan berdiameter sama atau luas tulangan total dibagi

luas tulangan terbesar bila lebih dari satu ukuran digunakan 6 buah dalam hal ini.
γbc := 6

γbcc := 0.650⋅ γbc γbcc = 3.9


b⋅ t 3 2
Ar := Ar = 9.357 × 10 mm
γbcc

−6 3
ωmak := 11⋅ 10 ⋅ β ⋅ fs ⋅ dc ⋅ Ar ωmak = 0.293 mm

III.3 Toleransi Lebar Retak

Lebar retak harus dibatasi tergantung dari fungsi dari elemen dan lingkungan
dimana struktur itu berada. Tabel diatas dari ACI Committe 214 memeberikan nilai lebar
retak maksimum yang diperbolehkan. Bila batasan retak dilampaui maka perencana harus
menggunakan lebih banyak tulangan yang lebih kecil ukurannya atau memperbesar
diameter tulangan yang digunakan

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 48
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

III.4 ACI 318 yang diberikan ACI dan SNI 03 2847 2002

ACI atau SNI aturan untuk mengontrol retak melalui pembatasan penyebaran tulangan

yang berhubungan dengan jarak tulangan balok. Pada balok satu arah jarak tulangan ditulis

s := 15⋅ ⎛⎜
40000⎞ 95000
− 2.5⋅C
Ccc ( ACI) atau s := − 2.5⋅C
Ccc ( SNI − 26)
⎝ fs ⎠ fs

300⋅ ⎛⎜
252 ⎞
12⋅ ⎛⎜
36 ⎞
tidak boleh lebih besar dari ( SNI) dan ( ACI)
⎝ fs ⎠ ⎝ fs ⎠

Dimana :
fs = tegangan tulangan baja kondi pelayanan = momen tampa fakor beban dibagi luas
tulangan dan lengan momen dalam. Sebagai alternative fs = 0.66 fy
Cc = penutup bersih daripermukaan tarik terdekat ke tulangan tarik
s = jarak titik pusat tulangan ke permukaan tarik terdekat

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 49
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Contoh 4.8. Pembatasan jarak tulangan sesuai peraturan


Jelaskan tulangan contoh 4.6 memenuhi ACI atau SNI
Penyelesaiannya :
Diketahui : φs = 12.7

w := 0.35 mm

fc := 34 MPa fy := 414 MPa b := 305 mm d := 470 mm

h := 533 mm

Cc := h − d − φs Cc = 50.3 mm

fs := 0.6⋅ fy fs = 248.4 MPa

Jarak tulangan maksimum

95000
s := − 2.5⋅ Cc s = 256.698 mm
fs

persyratan jarakntulangan tak melampaui (SNI 03 2847 2002)

252
smax := 300⋅ smax = 304.348 mm
fs

s < smax OK

PAKET B
MATERI IV PANJANG PENYALURAN,KONTROL LENDUTAN DAN RETAK 50
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MATERI V
GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL,
STRUKTUR LENTUR TINGGI, KONSOL PENDEK DAN
PONDASI TELAPAK

I. GESER
• Retak oleh “KEGAGALAN GESER” bukan akibat tegangan geser tapi oleh tegangan
tarik.
• Tegangan geser max. terjadi di garis netral.
V V
v = =
b ( lengan ) b .d

• Kelakuan balok tanpa tulangan geser.

badan lentur

retak lentur

• Web shear crack jarang terjadi pada Beton Bertulang (BB), banyak terjadi pada
web tipis (BP).
• Flexure shear crack diawali oleh initial crack atau Flexure crack (Fc).
• Fc sudah terjadi pada beban kerja
• Fsc terjadi oleh Tegangan lentur + geser

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 1
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

• Kekuatan geser merupakan kombinasi dari mekanisme sebagai berikut:

Vcz = Tahanan geser


C

Tulangan lentur Lengan, ha


Va = Aggregate interlock

T
Vd = gaya pasak

s
z

Redistribusi perlawanan geser setelah Fsc


1. Perlawanan geser Vcz : 20 – 40 %
Tanpa 2. Aggregate Interlock Va : 33 – 50 %
tulangan
geser 3. Dowel action Vd : 15 – 25 %
(perlawanan tulangan)
4. Perlawanan tulangan geser Vs

• Cara penentuan kekuatan geser balok tanpa tulangan geser: 440 percobaan, dari
hubungan
Vn ρV n d
= 1, 9 + 2500 ≤ 3,5
b .d . f c '
M n f c'
Diperoleh:
⎡ ρwVu d ⎤
Vc = ⎢1, 9 f c' + 2500 ⎥ bw d ≤ 3,5 f c bw d
'

⎣ Mu ⎦
Atau dalam satuan SI:

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 2
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

⎡1 ρwVu d ⎤
Vc = ⎢ f c' + 120 ⎥ bw d ≤ 0,3 f c bw d
'

⎣7 Mu ⎦

Vu d
Dimana: ≤ 1,0
Mu
Mu pada penampang Vu
(Untuk balok menerus pakai Vc konstan)

Kekuatan geser dengan tulangan geser


Kekuatan geser nominal:
Vn = Vc + Vs (SNI 2847 13.1.1)
Vc = Kekuatan geser oleh beton
Vs = Kekuatan geser oleh tulangan

d
Paling efektif
d α = 45o
°
45°

45

d d d d
Ns

Vs pada tul. α = 45o V s = N .Av .f y sin α

(SNI 2847 13.5.6.5)

α Vs = Vsinα α

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 3
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

d
d d d d
Ns

V s = N .Av .f y
α = 90o d
= A .f
s v y

Av .f y ( sin α + cos α ) d
α ≠ 45o Æ V s = (SNI 2847 13.5.6.4)
s
Paling ekonomis bila α = 45o
Untuk kontruksi tahan gempa Æ α = 90o
Av .f y .d
Vs = (SNI 2847 13.5.6.4)
s
Batas bawah dan atas tulangan
bw s ⎛1 ⎞
Min. Av = → V s = ⎜ MPa ⎟ bw d
3f y ⎝3 ⎠

⎛2 ⎞
V s max = ⎜ f c' ⎟ bw d Bila lebih Æ
⎝3 ⎠ dimensi harus diperbesar
(SNI 2847 13.5.6.9)
fy max = 400 MPa ………….. (SNI 2847 13.5.2)

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 4
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Penampang Kritis

d d d

Vu
Vu

BIDANG Vu
BIDANG Vu

Penampang kritis terletak sejauh d dari muka perletakan (kecuali 3 kasus)

Kategori disain dan syarat-syarat:


• Perlu buat bidang Vu (jangan Vn)
• Kategori disain
1. Vu ≤ 0,5 φ Vc Æ tidak perlu tulangan
2. 0,5 φ Vc < Vu ≤ φ Vc Æ perlu tulangan minimum (SNI 2847 13.5.5.1)
min. Vs

⎛1 ⎞
1) φV s = φ ⎜ MPa ⎟ bw d
⎝3 ⎠
bw s
∴ Av = (SNI 2847 13.5.5.3)
3f y

dan

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 5
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

d
2) Max. s ≤ ≤ 600 mm (SNI 2847 13.5.4.1)
2

3. φVc < Vu ≤ [φVc + min. φVs] (SNI 2847 13.5.6.1)Æ


slablike flexural members juga harus memenuhi persyaratan 2 diatas

⎡ 1 ⎤
4. ⎡⎣φVc + min φV s ⎤⎦ < Vu ≤ ⎢φVc + f c' bw d ⎥
⎣ 3 ⎦
Harus memenuhi:
φVs = Vu - φ Vc
φ Av .f y .d
∴ pasang tulangan φV s = (SNI 2847 13.5.6.2)
s
untuk α = 90o
d
max. s = ≤ 600 mm
2

⎡ 1 ⎤ ⎡ 2 ⎤
5. ⎢φVc + φ f c' bw d ⎥ < Vu ≤ ⎢φVc + φ f c' bw d ⎥
⎣ 3 ⎦ ⎣ 3 ⎦
Perbedaan syarat dengan kategori 4 terletak pada tegangan Vs dan s
Perlu φVs = Vu - φ Vc
φ Av .f y .d
Tul. : φV s = (SNI 2847 13.5.6.2)
s
d
max. s = ≤ 300 mm
4

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 6
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

KEKUATAN GESER BETON TANPA TULANGAN AKIBAT GAYA


AKSIAL

BEBAN METODE DISEDERHANAKAN METODE LEBIH DETAIL


LENTUR SAJA SNI 2847 13.3.1.1 SNI 2847 13.3.2.1
1 1⎛ ' Vu .d ⎞
Vc = f c' bw .d Vc = ⎜ f c + 120 ρw ⎟ bw .d
6 7⎝ Mu ⎠
≤ 0, 3 f c' bw .d
≤ 0, 3 f c' bw .d

LENTUR + SNI 2847 13.3.1.2 SNI 2847 13.3.2.2


AKSIAL ⎡ Nu ⎤1 ⎡ 4h − d ⎤
Vc = ⎢1 + ⎥ f c' bw .d M m = Mu − Nu ⎢ ⎥
TEKAN ⎢⎣ 14 Ag ⎥⎦ 6 ⎣ 8 ⎦

0, 3N u Pakai Mm untuk Mu
Vc ≤ 0, 3 f c' bw .d 1 +
Ag Vu d
> 1,0
Mu
Nu positif untuk tekan
SNI 2847 13.3.2.2

0, 3N u
Vc ≤ 0, 3 f c' bw .d 1 +
Ag

Nu positif untuk tekan


LENTUR + SNI 2847 13.3.1.3 SNI 2847 13.3.2.3
AKSIAL TARIK Vc = 0 ⎡ 0, 3N u ⎤ 1
Vc = ⎢1 + ⎥ f c' bw .d
Av didesain untuk memikul ⎣⎢ Ag ⎦⎥ 6
seluruh Vu Nu negatif untuk tarik
Nu
dalam MPa
Ag

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 7
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PERHITUNGAN KEKUATAN GESER BALOK YANG TERKENA


BEBAN AKSIAL
b

Mu
Nu Vn = Vc + Vs
d h
Vs tak terpengaruh
oleh Nu
Vu
Ag = b.h

(a) Vc
2 Dimana Mu diganti (d) Batas atas Vc oleh
4h − d
M m = Mu − Nu beban Vu & Nu tekan
8
(e) Vc rinci oleh beban Vu
(d) dan Nu tarik
3 N 0, 3 f c' b .d
* 1 + 0,3 u
Ag

⎛ ⎞ ⎡1 ρVd ⎤
N
* ⎜1 + u ⎟⎟ ⎢ f c' + 120 w u ⎥ b .d
(c) 1 ⎜
⎝ 14 Ag ⎠ ⎣7 Mu ⎦
1
(d) f c' b .d
6 ⎛ ⎞
N
1 * ⎜1 + u ⎟⎟
⎜ 14 Ag
⎝ ⎠
(e)

Nu tekan 0 Nu tarik
(+) (-)
(a) Vc rinci oleh beban Vu & Nu tekan dengan Mm/Mu
(b) Vc metode sederhana
(c) Vc sederhana oleh beban Vu & Nu tekan

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 8
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Perbandingan Antara Hasil Test Dan Prediksi Model


Rangka Batang Dengan Sudut 45o

♣ Hasil test menunjukkan bahwa tegangan sengkang yang terjadi pada benda uji lebih
kecil dari tegangan sengkang yang dihitung dengan model rangka dengan sudut 45o
Sebab:
(a) Sebelum retak terjadi, seluruh gaya geser yang terjadi dipikul oleh penampang
utuh
(b) Anggapan bahwa sudut diagonal tekan beton sebesar 45o adalah tidak teliti

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 9
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Ekspresi Persamaan Kekuatan Geser ACI Untuk Balok-Balok Tanpa Tulangan


Geser

SNI 2847 13.3.2.1

⎡⎛ Vd⎞ ⎤
Vc = ⎢⎜⎜ f c' + 120 ρ w u ⎟⎟ : 7⎥b w d ≤ 0,3 f c' bw d
⎣⎝ Mu ⎠ ⎦

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 10
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

CONTOH SOAL GESER


1) Diketahui:
ND = 311 kN f’c = 25 MPa b = 45 cm
NL = 534 kN fy = 320 MPa Pakai begel φ ½”
WD = 87 kN/m h = 100 cm AV = 2 . 1,29 = 2,58 cm2
WL = 146 kN/m d = 92,5 cm

6m
Ditanya: Penulangan akibat geser
Jawab:
WuD = 1,2 . 87 kN/m = 104,4 kN/m
WuL = 1,6 . 146 kN/m = 233,6 KN/m

WUD

1014 kN

WUD WUL

Vu = 175,2 kN

488,4 kN

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 11
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Vu(kN)
20@90 mm 4@150 3@300
1014 kN
1000

900
S = 80
800
S = 90
729
700 685
Penampang kritis
600 S = 150
526
500 S = 200
449
S = 300
400 373

300

200 175,2 kN

100 Muka Perletakan ½ φVc = 110,2kN


m’
0
0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
200 d = 925
BIDANG VU
20 bh φ1/2” 4 bh φ1/2” 3 bh φ1/2”

½ t1 ½ t2

t1 t2

200

NUD = 1,2 ND = 1,2 x 311 = 373,2 kN


NUL = 0 Kondisi lebih baik

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 12
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

1 ⎛ N UD ⎞
φVc = φ f c' b .d ⎜1 + ⎟⎟
6 ⎜ 14 Ag
⎝ ⎠
⎛1 ⎞
⎜ 6 .0, 6 25.450.925 ⎟ ⎡ 373200 ⎤
=⎜ ⎟ ⎢1 + ⎥ (SNI 2847 13.3.1.2)
⎜ 1000 ⎟ ⎣ 14.1000.450 ⎦
⎝ ⎠
= 208,125 x 1,059
= 220, 4 kN
Periksa kategori disain:
1 450.925
φVc + min φV s = 220, 4 + 0, 6. . = 183, 48 kN
3 1000
1 1 450.925
φVc + φ f c' b .d = 220, 4 + .0, 6 25. = 636, 65 kN
3 3 1000
2 2 450.925
φVc + φ f c' b .d = 220, 4 + .0, 6 25. = 1052, 9 kN
3 3 1000
Vu di critical section = 685 kN
∴ Masuk kategori disain no. 5
925
Syarat jarak smax ≤ = 231,35 mm
4
≤ 300 mm
s 0, 6.258.320.925
220, 4 +
1000s
90 729,52 kN
100 678,61 kN
150 525,87 kN
200 449,50 kN
300 373.14 kN

d
φVc + φ Av .f y . = φV n
s

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 13
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

II. KONSOL PENDEK

GAYA-GAYA YANG BEKERJA: SNI 2847 13.9.3


1. GAYA VERTIKAL (Vu)
Berasal dari reaksi perletakan akibat beban mati dan beban hidup
Vu = 1,2 VD + 1,6 VL
2. GAYA HORISONTAL/TARIK (Nuc)
Berasal dari susut dan rangkak serta perubahan suhu (N)
Nuc = 1,6 N
Nuc > 0,20 Vu
≤ Vu
3. MOMEN YANG BERASAL DARI Vu DAN Nuc
Mu = Vu . a + Nuc . (h – d)

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 14
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

NAMA/JENIS TULANGAN YANG HARUS DIHITUNG DALAM PERENCANAAN


KONSOL (CORBEL)

Avf = Luas tulangan geser friksi (horisontal) untuk menahan gaya geser berfaktor Vu
dihitung berdasarkan shear friction.

Vu
Avf = ; φ = 0,65 (SNI 2847 13.7.4.1)
φ.µ.fy
An = Luas tulangan untuk menahan gaya normal Nuc tulangan. An ini dapat
dihitung dengan rumus:

Nuc
An = ; φ = 0,65 (SNI 2847 13.9.3.4)
φ.fy
Af = Luas tulangan (horisontal) untuk menahan momen berfaktor, Mu = Vu.a +
Nuc (h – d)
Tulangan Af dapat dihitung sebagai berikut:

Mu
Af = ; φ = 0,65
0,85.φ.fy.d
disini telah diambil suatu pendekatan lengan momen jadi ≅ 0,85 d.

SNI 2847 13.9.3.5


As = Af + An
As = 2/3 Avf + An
Ah = 0,5 (As – An)

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 15
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

CONTOH SOAL:
Konsol beton bertulang memikul beban gravitasi, mati
dan hidup masing-masing:
DL = 75 kN a = 250 mm
LL = 115 kN
f’c = 30 Mpa; fy = 400 Mpa
h = 500 mm; d = 450 mm
Lebar konsol sama dengan lebar kolom.

Akibat rangkak dan susut timbul gaya horisontal T = 50 kN

DIMINTA:
Hitung dan gambar lengkap penulangan dan ukuran- ukurannya.

PENYELESAIAN:
Vu = 1,2 x 75 + 1,6 x 125 = 290 kN
Nuc = 1,6 x 50 = 80 kN
Mu = Vu x a + Nuc x (h – d)
= 290 x 0,25 + 80 x (0,5 – 0,45)
= 7650 kN.m
Vnmaks = 0,2 x f’c x bw x d = 1102,5 kN
= 5,5 x bw x d = 866,25 >Vu/φ = 446,15 kN

Hitung Kebutuhan Penulangan:

(SNI 2847 13.7.4.1)

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 16
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Vu 290.000
Avf = = = 796,703 mm2
φ.µ.fy 0,65 x 1,4 x 400
Catatan µ = 1,4 λ → λ = 1 (beton normal)

(SNI 2847 13.9.3.4)

Nuc 80.000
An = = = 307,690 mm2 ≅ 308 mm2
φ.fy 0,65 x 400
6
Mu 76,5 x 10
Af = = = 769,231 mm2
0,85.φ.fy.d 0,85 x 0,65 x 400 x 450

(SNI 2847 13.9.3.5)


As = 2/3 Avf + An = 834 mm2
As = Af + An = 1077 mm2 PILIH TERBESAR
Asmin = 0,04 x f’c/fy x bw x d = 550 mm2

Ah = 0,5 x (As – An) = 0,5 (1077 – 308) = 385 mm2

Pilih Tulangan:

As = 10,77 cm2 → pakai 3#7 = 11,61 cm2


Ah = 3,85 cm2 → pakai 3#4 = 3,87 cm2

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 17
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

GAMBAR PENULANGAN

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 18
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

III .KOMPONEN STRUKTUR LENTUR TINGGI

P P (Beban Terpusat)

q (beban merata)

h = 600 d
h

Tulangan geser horisontal (AvR)


Tulangan geser vertikal/sengkang (Av)
a a bw
ln

™ Syarat = λn/d < 5 (SNI 2847 13.8.1)


™ Letak penampang kritis: (SNI 2847 13.8.5)
Beban Merata = 0,15 x λn
Beban Terpusat = 0,5 a
™ Kekuatan geser nominal (Vn) pada penampang kritis, bila:

2
λn/d < 2 → Vn = f ' c .bw.d
3
1 ⎛ ln ⎞
λn/d = 2-5 → Vn = ⎜10 + ⎟ f ' c .bw.d
18 ⎝ d⎠
(SNI 2847 13.8.4)
™ Apabila: Vn ≥ Vu/φ → Ukuran penampang memenuhi
Vn < Vu/φ → Ukuran penampang dibesarkan
• Vu ≤ φ Vn
• Vn = Vc + Vs

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 19
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

1
™ Kuat geser beton: Vc = f ' c .bw.d (SNI 2847 13.8.6)
6
Perhitungan lebih rinci: (SNI 2847 13.8.7)

⎛ Mu ⎞ ⎡⎛ Vu.d ⎞ ⎤
Vc = ⎜ 3,5 − 2,5 ⎟ ⎢⎜ f ' c + 120ρw ⎟ : 7 bw.d
⎝ Vu.d ⎠ ⎣⎝ Mu ⎠ ⎥⎦
⎛ Mu ⎞
Syarat: ⎜ 3,5 − 2,5 ⎟ < 2,5
⎝ Vu.d ⎠
1 '
Vcmak = fc bwd
2
Vu 1
™ Apabila: > Vc < Vc → pasang tulangan geser
φ 2
minimum
Vu
> Vc → pasang tulangan geser
φ
Vu
Vs = − Vc
φ
™ Kuat Geser Tulangan: (SNI 2847 13.8.8)

⎡ Av ⎛ 1 + ln d ⎞ Avh ⎛ 11 − ln d ⎞⎤
Vs = ⎢ s ⎜ 12 ⎟ + s ⎜ 12 ⎟⎥ fy.d
⎣ ⎝ ⎠ 2 ⎝ ⎠⎦
™ Tulangan Geser Minimum:
Vertikal (sengkang) → Av = 0,0015 . bw .s (SNI 2847 13.8.9)
s ≤ d/3 atau 500 mm
Horisontal → Av = 0,0025 . bw .s2 (SNI 2847 13.8.10)
s ≤ d/3 atau 500 mm

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 20
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

CONTOH SOAL:
1) Diketahui:

2-#6=5,68cm2 d h
4-#7=14,48cm2

bw
h=600mm
d=650mm
350 2400 350 b=350mm

1
2 Wu.ln (+)

(-)

Mu=62,5kNm

(+) (+)

(-)

Mu=199kNm

Penampang balok beton bertulang seperti gambar, beban kerja terdiri dari beban merata:
WD = 50 kN/m f’c = 30 Mpa
WL = 200 kN/m fy = 400 Mpa
Ditanya:
1. Hitung Vu dan Mu pada penampang kritis
2. Dengan rumus yang rinci, hitung tegangan geser Vc pada penampang kritis
3. Kontrol dan hitung kebutuhan tulangan geser
4. Gambar penulangan lengkap.

Penyelesaian:
™ λn/d = 2400/550 = 4,36 < 5 OK (SNI 2847 13.8.1)
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 21
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

= 1,2 x 50 + 1,6 x 200


= 380 kN/m

™ Letak penampang kritis:


Beban merata = 0,15 x 2400 = 360 mm = 0,36 m

1 1
™ Vu = Wu. ln = 380 . 2,4 = 456 kN
2 2
Vu pada penampang kritis (Vcr)

840
Vcr = × 456 = 319,2 kN
1200
1 ⎛ ln ⎞ 1 ⎛ 2400 ⎞
™ Vn = ⎜10 + ⎟ f ' c = ⎜10 + ⎟ 30
18 ⎝ d⎠ 18 ⎝ 550 ⎠
= 4,371 Mpa
(SNI 2847 13.8.4)

Vcr 319200
™ = = 2,760 Mpa < 4,371 Mpa
φ . bw . d 0,6 . 350 . 550
(Penampang Memenuhi)

™ Mencari Vc pada penampang kritis: (SNI 2847 13.8.7)

⎡ Mu ⎤ ⎡⎛ Vu . d ⎞ ⎤
Vc = ⎢3,5 − 2 ,5 ⎥⎢⎜ f ' c + 120 . ρ w . ⎟ : 7 ⎥ bw . d
⎣ Vu . d ⎦⎣⎝ Mu ⎠ ⎦
5,68
ρw = = 0,003
35 x 55
Mu = - 62,5 + Vu.x – ½ Wu.(x)2
= - 62,5 + 456 . (0,36) – ½ (380)(0,36)2
= 77,036 . 106 Nmm

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 22
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Mu = 77 ,036 = 0,439
Vu.d 319 ,2 . 0 ,55
Mu
3,5 – 2,5. = 3,5 – 2,5 . (0,439)
Vu.d
= 2,403 < 2,5

1 1
Vcmak= f' c = 30 = 2,739 Mpa (Menentukan)
2 2
Vcr
™ Vncr = = 2,760 Mpa > Vcmak = 2,739 Mpa
φ . bw . d
(Pasang Tulangan Geser)

Vsminimum = 1 (Mpa) = 0,333 Mpa


3
Vc + Vsmin = 2,739 + 0,333 = 3,072 Mpa > Vncr
Jadi: Vc < Vncr < [Vc + Vsmin]
2,739 < 2,760 < 3,072 Mpa
(diperlukan tulangan geser minimum)
Tulangan yang dipakai #3 luas tulangan = 71 mm2
Untuk Tulangan Vertikal (SNI 2847 13.8.9)
Avmin = 0,0015 . bw . s

s = 2 .(71 ) = 270,476 mm
0 ,0015 .(350 )
syarat: smak = d/5 = 550/5 = 110 mm (menentukan)
Untuk Tulangan Horisontal (SNI 2847 13.8.10)
Avhmin = 0,0025 . bw . s2
s = 2 . (71 )
0 , 0025 . (350 )
= 162,286 mm (menentukan)
syarat: s2mak = d/3 = 550/3 = 183,33 mm

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 23
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

KESIMPULAN
Digunakan tulangan #3 untuk sengkang vertikal D6 jarak 100 mm. Untuk sepanjang balok
dan tulangan #3 untuk tulangan horisontal dengan jarak ditetapkan 140 mm.

sengkang #3
2#6 I

h = 600

4#7
Batang horisontal #3 I
50 spesi 100 mm 50

350 2400 350

2#6
50
40
140
140
140
40
50
4#7

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 24
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

IV. TEGANGAN GESER PONS

• Perencanaan tegangan geser pons harus didasarkan pada

(SNI 2847 13.1.1)

φVn ≥ Vu
Vn =Vc +Vs

• Nilai Vc diambil dari nilai terkecil dari: (SNI 2847 13.12.2)

⎛ 2 ⎞ fc' bod
1) Vc = ⎜1+ ⎟
⎝ βc ⎠ 6
βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek pada kolom
(lihat gambar 12)

⎛αsd ⎞ fc' bod


Vc =⎜ +2⎟
⎝ bo ⎠ 12
2)

αo = 40 untuk kolom dalam, 30 untuk kolom tepi, 20 untuk kolom sudut

1 '
3)
Vc = fc bo d
3
• Av dan Vs harus dihitung sebagaimana perencanaan Tegangan Geser Lentur (SNI
2847 13.5)
• Penampang kritis pelat untuk geser harus tegak lurus terhadap bidang pelat dan

3
harus memotong setiap lengan profil penahan geser sejarak
4
( λv −( c1 /2) )
diukur dari muka kolom ke ujung lengan profil penahan geser. Penampang kritis
harus ditempatkan sedemikian hingga perimeter bo minimum, tetapi tidak perlu lebih

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 25
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

dekat daripada jarak d/2 terhadap perimeter penampang kolom. (SNI 2847
13.12.4.7)

1 '

Vn ≤ fc bo d pada penampang kritis (SNI 2847
3
13.12.4.8)
• Tegangan geser maksimum akibat gaya geser dan momen terfaktor tidak boleh
melebihi φVn: (SNI 2847 13.12.6)
1) Untuk komponen struktur tanpa tulangan geser:

φVn = φVc /(bo d )


2) Untuk komponen struktur yang menggunakan tulangan geser selain dari profil
penahan geser:

φVn = φ (Vc + Vs ) /(bo d )

PAKET B
MATERI V GESER LENTUR, GESER LENTUR DENGAN AKSIAL, STRUKTUR LENTUR 26
TINGGI KONSOL PENDEK DAN PONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

MATERI VI
PONDASI TELAPAK

I. GESER PONS
Tegangan Geser Pons
P
P
= Luas Bid Kritis
P
=
Kell Bid Kritis x h
= P
05h (a + h + b + h) x 2h
05h P
= (a + b + 2h) x 2h

ah Gambar 4.1.
Gambar Geser Pons

PAKET B 1
MATERI VI FONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

2. FONDASI TELAPAK (PELAT KAKI)


σP :
Tegangan perlawanan tanah
P
σP =
B.L

Momen ditinjau dua arah :


M1 = ½ q1 . L2 (kg.m)
q1 = L σ P (kg/m)
M2 = ½ q2 . L2 (kg.m)
σP
q2 = B (kg/m)
Usulan memperkecil tegangan
geser pons (tbpu) dilakukan dengan
memperbesar dasar kolom
perumusan (tbpu) dan
pengurangan
luas penampang kritis karena
adanya lubang disekitar beban.

Gambar 4.2.
Fondasi Telapak

PAKET B 2
MATERI VI FONDASI TELAPAK
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Untuk memperkaku pelat diberi Rib


Rib Searah :
P
σP =
B.L

Momen pelat :
M1 = ½ q1 . L2 (kg.m) Î q1 = B . σ P (kg/m)
Momen Rib :
M = ¼ P1.B
Gaya Geser
M = P1 ½ P

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK
3
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK
4
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Bila rib satu arah tidak cukup dipakai rib dua arah :

Keadaan plat pondasi dengan rib bersilang

Momen plat dihitung dengan tabel ”Moody”

Momen Rib = P1.1/3.B

Gaya Geser Rib = D = P1 = ¼ P

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK 5
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Bila momen besar dapat diperkecil atau dihapus dengan menggeser plat
fondasi (Biasanya pada fondasi tangga)

Kalau M = P.e (M-P.e) dapat dibuat kecil atau 0

Atau; e = M M – P.e = 0
P

P M
σP = e=
L.B P

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK 6
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gaya Geser Rib :


1 1 1
D = P1 + P2 = σ pi .L.B. + σ p 2.B. . .L
2 2 2

1 1
D = P1 + P2 = σ pi .L.B. + σ p 2.B. .L
2 4

Momen Rib :

M = P1. ¼ . B + P2. 1/3. B

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK
7
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

TORSI (PUNTIR)

III. PERILAKU TORSI STRUKTUR


Momen torsi yang bekerja pada komponen struktur seperti balok keliling dapat dihitung
dengan menggunakan prosedur analisis struktur biasa. Disain terhadap komponen tertentu
haruslah didasarkan pada keadaan batas saat kegagalan. Oleh karena itu, perilaku nonlinier
sistem struktur setelah retak torsi harus diidentifikasikan sebagai salah satu dari kedua kondisi
berikut: (1) tidak adanya redistribusi tegangan torsi ke anggota yang lain setelah retak dan (2)
adanya redistribusi tegangan dan momen torsi setelah retak yang mempengaruhi
kompatibilitas deformasi diantara anggota anggota yang berpotongan.
Resultan tegangan akibat torsi didalam balok statis tertentu dapat dievaluasi dari kondisi
kesetimbangan saja. Kondisi semacam itu membutuhkan disain untuk momen torsi eksternal
berfaktor-penuh, karena memungkinkan tidak adanya redistribusi tegangan torsi. Keadaan ini
seringkali diistilahkan sebagai torsi kesetimbangan. Sebuah balok tepi yang mendukung
kanopi kantilever seperti dalam Gambar 1 merupakan sebuah contoh yang seperti itu.

Balok

Gambar 1 – Torsi tanpa redistribusi (torsi kesetimbangan).

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 8
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Balok tepi tersebut haruslah didisain untuk menahan momen puntir berfaktor eksternal
total akibat slab kantilever; jika tidak, struktur tersebut akan mengalami keruntuhan.
Kegagalan tersebut diakibatkan karena balok tersebut tidak memenuhi kondisi kesetimbangan
gaya dan momen yang dihasilkan dari momen torsi eksternal yang besar.
Dalam sistem statis tertentu, asumsi kekakuan, kompatibilitas regangan di join, dan
redistribusi tegangan dapat mempengaruhi resultan tegangan, yang mengakibatkan reduksi
tegangan geser torsi yang dihasilkan. Penerapan reduksi diijinkan terhadap harga momen
berfaktor yang dipergunakan untuk disain anggota bilamana bagian momen ini dapat
diredistribusikan ke anggota yang berpotongan. Standar SNI 2847-2002 mengijinkan momen
torsi berfaktor maksimum pada penampang kritis d dari muka pendukung untuk anggota beton
bertulang sebagai berikut:

f c′ ⎛ Acp2 ⎞
Tu = φ ⎜ ⎟ (1)
3 ⎜⎝ p cp ⎟

dimana
Acp = luasan yang dibatasi oleh keliling luar irisan penampang beton
= x0y0
pcp = perimeter luar irisan penampang beton Acp
= 2(x0 + y0)

Untuk anggota beton prategang pada jarak ½h dari muka pendukung

f c′ ⎛ Acp2 ⎞ 3f
Tu = φ ⎜ ⎟ 1 + pc (2)
3 ⎜⎝ p cp ⎟
⎠ f c′

dimana f c′ = tegangan tekan rata-rata beton di sumbu pusat akibat prategang efektif sesudah
terjadinya semua kehilangan.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 9
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Pengabaian efek penuh momen torsi eksternal total dalam kasus ini secara praktis tidak
mengakibatkan kegagalan struktur tetapi dapat mengakibatkan retak yang berlebihan jika
(φ )( )
f c′ 3 Acp2 p cp harganya jauh lebih kecil dari momen torsi berfaktor aktual. Contoh torsi

kompatibilitas dapat dilihat dalam Gambar 2.

Balok keliling
AB

(a)

Balok
keliling

(b)
Gambar 2 – Redistribusi torsi (kompatibilitas): (a) tampak isometris panel ujung;
(b) denah sistem lantai satu-arah tipikal.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 10
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Balok-balok B2 menerapkan momen puntir Tu pada penampang-penampang 1 dan 2 dari


balok keliling AB dalam Gambar 2(b). Besarnya kekakuan relatif balok-balok AB dan balok-
balok transversal B2 menentukan besarnya rotasi di titik-titik perpotongan 1 dan 2. Karena
pembentukan sendi-sendi plastis torsi di dekat join-join A dan B, momen-momen ujung untuk
balok-balok B2 pada perpotongannya dengan balok keliling AB tidak akan ditransfer
sepenuhnya sebagai momen-momen puntir ke pendukung-pendukung kolom di A dan B.
Mereka akan jauh tereduksi, karena redistribusi momen mengakibatkan adanya transfer
sebagian besar momen-momen lentur ujung dari ujung-ujung 1 dan 2 ke ujung-ujung 3 dan 4,
juga bentang-tengah balok-balok B2. Tu pada setiap pendukung balok keliling A dan B dan di
penampang kritis pada jarak d dari pendukung-pendukung ini ditentukan dari Pers. (1) untuk
beton bertulang dan Pers. (2) untuk beton prategang.
Jika momen torsi berfaktor aktual akibat balok-balok B2 kurang dari yang diberikan oleh
Pers. (1) atau (2), balok tersebut boleh didisain untuk harga torsi yang lebih kecil. Momen
torsi untuk beton bertulang dapat diabaikan bilamana

φ f c′ ⎛ Acp2 ⎞
Tu < ⎜ ⎟ (3)
12 ⎜⎝ pcp ⎟⎠

dan untuk beton prategang

φ f c′ ⎛ Acp2 ⎞ 3 f pc
Tu < ⎜ ⎟ 1+ (4)
12 ⎜⎝ p cp ⎟⎠ f c′

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 11
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

IV. KEKUATAN MOMEN TORSI


Ukuran irisan penampang dipilih dengan dasar retak tak kelihatan yang tereduksi dan
pencegahan kehancuran beton permukaan yang diakibatkan oleh tegangan tekan miring akibat
geser dan torsi yang didefinisikan oleh suku kiri perumusan-perumusan dalam Pers. (5a) dan
(5b). Dimensi-dimensi geometri untuk kekuatan momen torsi baik pada anggota bertulang
maupun prategang dibatasi oleh perumusan-perumusan berikut

(a) Penampang pejal

⎛ V 2 f c′ ⎞
2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟ (5a)
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠

(b) Penampang berongga

⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞ ⎛ V 2 f c′ ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟ (5b)
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠

Untuk beton bertulang:

⎛ λ f c′ ⎞
Vc = ⎜ ⎟b d (5c)
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
Untuk beton prategang (fpe ≥ 0,4fpu):

⎛ λ f c′ V d⎞
Vc = ⎜ + 5 u ⎟bw d (5d)
⎜ 20 M u ⎟⎠

Vu d
≤ 1,0
Mu
(1 6)λ f c′bw d ≤ Vc ≤ 0,4λ f c′bw d

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 12
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

dimana
Aoh = luasan yang dilingkupi oleh garis pusat tulangan torsi transversal tertutup
yang terluar
ph = perimeter garis pusat tulangan torsi transversal tertutup yang terluar
λ = 1,0 untuk beton bobot-normal; 0,85 untuk beton bobot-ringan pasir; 0,75
untuk beton bobot ringan-semua.

Luasan Aoh untuk penampang yang berbeda diberikan dalam Gambar 3.

Gambar 3 – Parameter-parameter geometri torsi.

Jumlah tegangan pada suku kiri Pers. (5a) dan (5b) haruslah tidak melebihi tegangan
yang mengakibatkan retak geser ditambah (2 3)λ f c′ . Hal ini serupa dengan kekuatan

pembatas Vs ≤ (2 3)λ f c′bw d untuk geser tanpa torsi. Batas atas tegangan yang berkaitan

dengan kekuatan geser nominal Vc beton polos dalam web mengijinkan penerapan kedua
perumusan tersebut baik pada elemen beton bertulang maupun prategang.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 13
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

a. Ketebalan Dinding Penampang Berongga

Tegangan geser yang disebabkan oleh geser dan oleh torsi yang keduanya terjadi dalam
dinding penampang berongga, seperti terlihat dalam Gambar 4(a). Catat bahwa dalam
penampang pejal tegangan geser akibat torsi masih terkonsentrasi pada zona luar penampang
seperti dalam Gambar 4(b).

Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan


torsi geser torsi geser
(a) Penampang berongga (b) Penampang pejal

Gambar 4 – Gabungan tegangan torsi dan geser. Kasus (a): penambahan secara langsung
terjadi dalam dinding sebelah kiri kotak (Pers. 5b). Kasus (b): torsi bekerja pada penampang
dinding sebelah luar yang “menyerupai-tube” sementara tegangan geser bekerja pada lebar
penuh penampang pejal; tegangan-tegangan tersebut dikombinasikan memakai akar kuadrat
dari jumlah kuadrat (Pers. 5a).
Jika ketebalan dinding dalam penampang berongga bervariasi sekeliling perimeternya,
geometri penampang tersebut harus dievaluasi di suatu lokasi dimana suku kiri Pers. 5b
haruslah mempunyai harga maksimum. Juga, jika ketebalan dinding t < Aoh/ph, suku kiri Pers.
5b harus diambil sebagai

Vu Tu
+
bw d 1,7 Aoh t

Ketebalan dinding t merupakan ketebalan dimana tegangan-tegangannya dicek.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 14
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

V. TULANGAN WEB TORSI


Kekuatan torsi tambahan yang berarti akibat penambahan tulangan torsi dapat dicapai
hanya dengan menggunakan baik sengkang maupun batang longitudinal. Idealnya, volume
baja yang sama baik dalam sengkang tertutup maupun batang longitudinal haruslah
dipergunakan agar keduanya berpartisipasi secara sama didalam menahan momen puntir.
Prinsip ini merupakan dasar perumusan SNI didalam memproporsikan baja web torsi. Jika s
adalah spasi sengkang, Al adalah luasan irisan-penampang total batang longitudinal, dan At
adalah irisan-penampang satu kaki sengkang, tulangan transversal untuk torsi haruslah
didasarkan pada harga kekuatan momen torsi eksternal penuh Tn, yaitu, (Tu/φ), dimana

2 A0 At f yv
Tn = cot θ (6a)
s
dimana
A0 = luasan gros yang dibatasi oleh jalur alir geser
At = luasan irisan-penampang satu kaki sengkang tertutup transversal
fyv = kekuatan leleh tulangan torsi transversal tertutup tidak melebihi 400 MPa
θ = sudut diagonal tekan (strat) dalam analogi tras ruang untuk torsi

Dengan mentranspos suku-suku dalam Pers. 6a, luasan tulangan transversal menjadi

At Tn
= (6b)
s 2 A0 f yv cot θ

Luasan A0 harus ditentukan dengan analisis, kecuali bahwa Standar SNI 03-2847-2002
mengijinkan untuk mengambil A0 = 0,85Aoh sebagai pengganti analisis tersebut.
Tahanan torsi berfaktor φTn haruslah sama atau melebihi momen torsi eksternal
berfaktor Tu. Semua momen torsi diasumsikan dalam Standar SNI 03-2847-2002 ditahan oleh
sengkang tertutup dan baja longitudinal dengan tahanan torsi beton, Tc, yang tidak

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 15
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

diperhitungkan; yaitu, Tc = 0 dengan asumsi bahwa strat tekan beton antara retak-retak miring
mempunyai tahanan yang dapat diabaikan terhadap torsi. Geser Vc yang ditahan oleh beton
diasumsikan tidak berubah dengan adanya torsi.
Sudut θ yang dibentuk oleh diagonal tekan beton (strat) harus tidak diambil lebih kecil
dari 30° juga tidak lebih besar dari 60°. Sudut θ tersebut juga dapat diperoleh dengan analisis.
Tulangan longitudinal tambahan untuk torsi haruslah tidak kurang dari

At ⎛ f yv ⎞ 2
Al = ph ⎜ ⎟ cot θ (7)
s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠

dimana fyl = kekuatan leleh tulangan torsi longitudinal, tidak melebihi 400 MPa, dan Al =
luasan total baja torsi longitudinal dalam irisan penampang.
Sudut θ yang sama haruslah digunakan dalam Pers. 6 dan 7. Harus dicatat bahwa
bilamana θ menjadi lebih kecil jumlah sengkang yang disyaratkan oleh Pers. 6 berkurang.
Pada saat yang sama jumlah baja longitudinal yang disyaratkan oleh Pers. 7 bertambah.
Sebagai pengganti dari penentuan sudut θ dengan analisis, Standar SNI membolehkan
harga θ sama dengan :
(i) 45° untuk anggota nonprategang atau anggota dengan prategang kurang dari pada (ii)
(ii) 37,5° untuk anggota prategang dengan gaya prategang efektif lebih besar dari 40%
kekuatan tarik tulangan longitudinal.

a. Tulangan Torsi Minimum

Perlu untuk menyediakan luasan tulangan torsi minimum pada semua daerah dimana
momen torsi berfaktor Tu melebihi harga yang diberikan oleh Pers. 3 dan 4. Dalam kasus
seperti itu, luasan minimum sengkang tertutup transversal yang diperlukan haruslah

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 16
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

f c′ bw s
Av + 2 At = (8)
16 f yv

namun tidak boleh kurang dari (1/3)(bws/fyv).


Spasi maksimum harus tidak melebihi yang lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm.
Luasan total minimum tulangan torsi longitudinal tambahan harus ditentukan dengan

5 f c′ Acp ⎛A ⎞ f yv
Al , min = − ⎜ t ⎟ ph (9)
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

dimana At/s haruslah tidak diambil kurang dari (1/6)bw/fyv.


Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk torsi harus didistribusikan di
sekeliling perimeter sengkang tertutup dengan spasi maksimum sebesar 300 mm. Batang atau
tendon longitudinal harus ditempatkan di dalam sengkang tertutup, dengan paling sedikit
sebuah batang atau tendon longitudinal pada setiap sudut sengkang tersebut. Diameter batang
harus paling sedikit seperduapuluhempat (1/24) spasi sengkang, tetapi tidak kurang dari
batang D-10 (diameter 10 mm). Demikian juga, tulangan torsi harus menerus untuk jarak
minimum sebesar (bt + d) di luar titik yang secara teoritis diperlukan untuk torsi, karena retak-
retak diagonal torsi terjadi dalam bentuk melingkar yang memanjang melebihi retak-retak
akibat geser dan lentur. bt adalah lebar bagian irisan-penampang yang mengandung sengkang
penahan torsi. Penampang kritis pada balok adalah di jarak d dari muka pendukung untuk
elemen beton bertulang dan di h/2 untuk elemen beton prategang, d merupakan kedalaman
efektif dan h kedalaman total penampang.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 17
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

VI. PROSEDUR DISAIN UNTUK TORSI DAN GESER


TERKOMBINASI
Berikut merupakan ringkasan urutan tahap disain yang direkomendasikan. Diagram-alir
yang menggambarkan urutan operasi dalam bentuk grafis ditunjukkan dalam Gambar 5.

1. Klasifikasikan apakah torsi terapan merupakan torsi kesetimbangan atau kompatibilitas.


Tentukan penampang kritisnya dan hitung momen torsi berfaktor Tu. Penampang kritis
diambil sebesar d dari muka pendukung pada balok beton bertulang dan h/2 pada balok
( )( )
beton prategang. Jika Tu kurang dari φ f c′ 12 Acp2 p cp untuk anggota nonprategang

( )
atau kurang dari φ f c′ 12 (Acp2 p cp ) 1 + 3 f pc f c′ untuk anggota prategang, efek torsi

diabaikan.

2. Cek apakah momen torsi berfaktor Tu mengakibatkan torsi kesetimbangan atau


kompatibilitas. Untuk torsi kompatibilitas, batasi momen torsi disain sampai yang lebih
( )( )
kecil dari momen aktual Tu atau Tu = φ f c′ 3 Acp2 p cp untuk anggota beton bertulang

( )
dan Tu = φ f c′ 3 (Acp2 p cp ) 1 + 3 f pc f c′ untuk anggota beton prategang. Harga

kekuatan nominal disain Tn harus paling sedikit ekivalen dengan Tu/φ berfaktor, dengan
memproporsikan penampang tersebut sehingga:

(a) untuk penampang pejal

⎛ V 2 f c′ ⎞
2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ bw d 3 ⎟
⎝ ⎠

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 18
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

(b) untuk penampang berongga:

⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞ ⎛ V 2 f c′ ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
b d 2
⎝ w ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠

Jika ketebalan dinding kurang dari Aoh/ph, suku kedua perumusan harus diambil sebesar
Tu/(1,7Aoht).

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 19
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Mulai

Diberikan: pembebanan, kondisi pendukung, xo, yo, x1, y1, Acp, A0, Aoh, As, pcp, ph, t,
h, bw, d, untuk BP, tegangan rata-rata fpc setelah kehilangan, tegangan dan
kekuatan yang diperbolehkan, fyv, fyl, θ = 45° BB, θ = 37,5° BP

Vu dan Tu berfaktor yang dihitung di jarak d dari pendukung. Untuk torsi


f ′ ⎛ A2 ⎞ f ′ ⎛ A2 ⎞ 3f
kompatibilitas: Tu = φ c ⎜ cp ⎟ untuk BB, Tu = φ c ⎜ cp ⎟ 1 + pc untuk BP
3 ⎜⎝ pcp ⎟⎠ 3 ⎜⎝ pcp ⎠⎟ fc′

φ fc′ ⎛ Acp2 ⎞
Tu ≥ ⎜ ⎟ untuk BB
TIDAK 12 ⎜⎝ pcp ⎟
⎠ YA
φ fc′ ⎛ Acp2 ⎞ 3f
Tu ≥ ⎜ ⎟ 1 + pc untuk
12 ⎜⎝ pcp ⎟
⎠ fc′

Efek torsi dapat


diabaikan

Untuk penampang pejal:


2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu ph ⎞
2
⎛ V 2 fc′ ⎞⎟
TIDAK ⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ≤φ ⎜ c +
⎜ b d ⎟ + ⎜ 1,7 A2
YA
⎟ ⎜ 3 ⎟
⎝ w ⎠ ⎝ ⎠oh b d
⎝ w ⎠
Untuk penampang berongga, lihat Pers. (5b) untuk persamaan
interaksi dan Sub-bab 2.1 untuk ketebalan dinding.

Irisan penampang
harus diperbesar;

Gambar 5 – Diagram-alir untuk tulangan disain untuk geser dan torsi terkombinasi pada penampang
pejal: (a) baja web torsi; (b) baja web geser.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 20
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

At Tn
= dimana A0 = 0,85A0h
s 2 A0fyv cot θ

At ⎛⎜ fyv ⎞⎟
Al = ph cot 2 θ , tetapi tidak kurang dari
s ⎜ fyl ⎟
⎝ ⎠
5 fc′ Acp ⎛A ⎞ fyv A b
Al ,min = −⎜ t ⎟ ph dimana t ≥ w
12fyl ⎝ s ⎠ f yl s 6 fyv

Rutin untuk menghitung tulangan


geser, Av/s, Gambar 5(c)

fc′ bw s 1 bw s
Luasan sengkang total/dua kaki, Avt = 2 At + Av = namun harus tidak kurang dari
16 fyv 3 fyv
luasan dua kaki sengkang
Spasi pada sengkang tertutup, s =
Avt s
s diperbolehkan maksimum = yang lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm
Diameter batang minimum = s/24 atau batang D-10 untuk batang longitudinal

Susun sengkang dan tulangan


longitudinal, Al (Sub-bab 3)

Catatan: BB = beton bertulang


BP = beton prategang
Akhir

Gambar 5 – Lanjutan.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 21
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Sub- Mula

Beton bertulang:
⎛ λ f′ ⎞
Vc = ⎜ c ⎟
b d
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
Beton prategang:
⎛ λ f′ Vd⎞
Vc = ⎜ c
+ 5 u ⎟bw d
⎜ 20 Mu ⎟
⎝ ⎠
≥ (1 6 )λ f c′ bw d &

Vu
Vs = − Vc
φ

TIDA YA
Vs ≤ (2 3 )λ fc′ bw d

Perbesar
penampang; ulangi

Av V
= s
s fyv d

Akhir

Gambar 5 – Lanjutan.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 22
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

3. Pilih sengkang tertutup torsi perlu untuk digunakan sebagai tulangan transversal,
menggunakan kekuatan leleh maksimum sebesar 400 MPa, sehingga
At Tn
=
s 2 A0 f yv cot θ

Kecuali bilamana menggunakan harga-harga A0 dan θ yang diperoleh dari analisis,


gunakan A0 = 0,85A0h dan θ = 45° untuk anggota nonprategang atau anggota prategang
dengan gaya prategang efektif tidak kurang dari 40% kekuatan tarik tulangan
longitudinal. Tulangan longitudinal tambahan haruslah

At ⎛ f yv ⎞ 2
Al = ph ⎜ ⎟ cot θ
s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠

tetapi tidak kurang dari


5 f c′ Acp ⎛A ⎞ f yv
Al , min = − ⎜ t ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

dimana At/s harus tidak kurang dari bw/(6fyv). Spasi sengkang-sengkang transversal yang
diperbolehkan maksimum adalah yang lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm, dan batang
tersebut harus mempunyai diameter paling sedikit seperduapuluhempat (1/24) spasi
sengkang, tetapi tidak kurang dari diameter batang D-10.

4. Hitung tulangan geser perlu Av per satuan spasi dalam penampang transversal. Vu adalah
gaya geser eksternal berfaktor pada penampang kritis, Vc adalah tahanan geser nominal
beton dalam web, dan Vs adalah gaya geser yang ditahan oleh sengkang:

Av V
= s
s f yv d

dimana Vs = Vn – Vc dan

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 23
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

⎛ λ f c′ ⎞
Vc = ⎜ ⎟b d
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
untuk beton bertulang.
⎛ λ f c′ V d⎞
Vc = ⎜ + 5 u ⎟bw d
⎜ 20 M u ⎟⎠

untuk beton prategang jika fpe ≥ 0,4fpu. Batas-batas Vc untuk balok prategang adalah

Vu d
(1 6)λ f c′bw d ≤ Vc ≤ 0,4λ f c′bw d ; ≤ 1,0
Mu

dimana λ = 1,0 untuk beton bobot-normal


= 0,85 untuk beton bobot-ringan-pasir
= 0,75 untuk beton bobot-ringan-semua

Harga Vn harus paling sedikit sama dengan Vu/φ berfaktor.

5. Dapatkan Avt total, luasan sengkang tertutup untuk torsi dan geser, dan disain sengkang
sehingga
f c′ bw s
Avt = Av + 2 At =
16 f yv

namun tidak boleh kurang dari (1/3)(bws/fyv).

Teruskan sengkang dengan jarak bt + d di luar titik yang secara teoritis tidak lagi
memerlukannya, dimana bt = lebar irisan penampang yang mengandung sengkang
tertutup yang menahan torsi.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 24
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

VII. CONTOH 1: DISAIN TULANGAN WEB UNTUK TORSI DAN GESER


TERKOMBINASI PADA PENAMPANG BALOK-T

Sebuah irisan penampang balok-T mempunyai dimensi geometri yang ditunjukkan


dalam Gambar 6. Gaya geser eksternal berfaktor yang bekerja pada penampang kritis tersebut
mempunyai harga Vu = 178 kN. Penampang kritis tersebut dikenai oleh momen torsi berikut:
(a) momen torsi eksternal berfaktor kesetimbangan Tu = 50,9 kN-m; (b) Tu berfaktor
kompatibilitas = 7,3 kN-m; (c) Tu berfaktor kompatibilitas = 29,9 kN-m. Diberikan:

tulangan lentur As = 2194 mm2


f c′ = 27,6 MPa, beton bobot-normal

fyl = fyv = 414 MPa

Disain tulangan web yang diperlukan untuk penampang ini.

b = 1524 mm 102 mm

4hf 4hf = 408 mm


635 mm

bw = 356

Gambar 6 – Persegi-persegi komponen balok-T.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 25
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Penyelesaian: (a) Torsi kesetimbangan:

Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Asumsikan bahwa flens tersebut tidak dikekang oleh pengikat.

momen torsi kesetimbangan yang diberikan = 50,9 kN-m

Momen torsi total yang harus disediakan untuknya dalam disain.

Tu 50,9
Tn perlu = = = 67, 87 kN-m
φ 0,75
Acp = x0y0 = 356 × 635 = 226.060 mm2
pcp = 2(x0 + y0) = 2(356 + 635) = 1982 mm

Dari Pers. (3), momen torsi dimana torsi dapat diabaikan adalah

φ f c′ ⎛ Acp2 ⎞0,75 27,6 ⎛ 226.060 2 ⎞


Tu = ⎜ ⎟ = ⎜⎜ ⎟⎟
12 ⎜⎝ p cp ⎟⎠ 12 ⎝ 1982 ⎠
= 8,47 kN-m < 50,9 kN-m

Karenanya disain untuk torsi penuh.

Properti penampang (Tahap 2)

A0 = 0,85A0h, dimana Aoh adalah luasan yang dibatasi oleh garis pusat sengkang tertutup
terluar. Dengan mengasumsikan penutup bersih 40 mm dan sengkang ∅13, dari Gambar 7,

x1 = 356 – 2(40 + 6,5) = 263 mm


y1 = 635 – 2(40 + 6,5) = 542 mm
A0h = 263 × 542 = 142.546 mm2
A0 = 0,85A0h = 0,85(142.546) = 121.164 mm2
d = 635 – (40 + 13 + 12,5) = 569,5 mm
ph = 2(x1 + y1) = 2(263 + 542) = 1610 mm

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 26
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

2 D-13 102 mm

102 mm

569,5 mm
2 D-13 5 2 D-13
D-25
Sengkang ∅10 spasi
95 mm p-p
atau
sengkang ∅13 spasi 170
356 mm mm p-p
65,5 mm

Gambar 7 – Detail tulangan web, Contoh 1(a).

Gunakan θ = 45°, cot θ = 1,0.

Cek kecukupan penampang (Tahap 3)

Untuk penampang tersebut agar cukup, haruslah memenuhi Pers. (5a):

2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
2
⎛ V 2 f c′ ⎞⎟
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ⎜ c
+
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ bw d 3 ⎟⎠

⎛ f c′ ⎞⎟ ⎛ 27,6 ⎞
Vc = ⎜ bwd = ⎜
⎜ 6 ⎟
⎟ × 356 × 569,5 = 177.52 kN
⎜ 6 ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠

2 2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞ ⎛ 178.000 ⎞ ⎛ 50,9 × 10 6 × 1610 ⎞
2

⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟

⎝ 356 × 569,5 ⎠ ⎝ 1,7(142.546) ⎠
2 2
⎝ b w d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠
= 0,77 + 5,63 = 2,53 MPa
⎛ V 2 f c′ ⎞⎟ ⎛ 177,52 2 27,6 ⎞⎟
φ⎜ c
+ = 0,75⎜⎜ +
⎜ bw d
⎝ 3 ⎟⎠ ⎝ 356 × 569,5 3 ⎟⎠
= 0,75(0,88 + 3,50) = 3,28 MPa > 2,53 MPa.
Karenanya penampang tersebut cukup.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 27
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tulangan torsi (Tahap 4)

Dari Pers. (6),


At Tn 67,87 × 10 6
= =
s 2 A0 f yv cot θ 2 × 121.164 × 414 × 1,0

= 0,676 mm2/mm/satu kaki


Tulangan geser

⎛ f′⎞
Vc = ⎜ c ⎟ bwd = 177,52 kN
⎜ 6 ⎟
⎝ ⎠
178 1
Vn = = 237,33 kN > Vc; juga > Vc
0,75 2

untuk tulangan web geser minimum. Karenanya, sediakan sengkang geser.

Vs = Vn – Vc = 237,33 – 177,52 = 59,81 kN


Av Vs 59,81 × 10 3
= = = 0,254 mm2/mm/dua kaki
s f yv d 414 × 569,5
Avt 2 At A
= + v = 2 × 0,676 + 0,254 = 1,607 mm2/mm/dua kaki
s s s

Coba sengkang tertutup ∅10. Luasan dua kaki = 157,08 mm2.

luasan irisan penampang sengkang 157,08


s = = = 97,8 mm
Avt s perlu 1,607

Spasi yang diperbolehkan maksimum smaks = lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm, dimana
ph = 2(x1 + y1) = 1610 mm. Dari
sebelumnya ph/8 = 1610/8 = 201,25 mm > 97,8 mm.

f c′ bw s 27,6 356 × 95
Avt = Av + 2 At = = = 26,82 mm2
16 f yv 16 414

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 28
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

karenanya, dari Pers. (8),

Avt minimum yang mengontrol =


1 bw s 1 356 × 95
= = 27,23 mm2
3 f yv 3 414

kurang dari 157,08 mm2; tidak mengontrol. Karenanya gunakan sengkang tertutup ∅10 spasi
95 mm pusat ke pusat. Jika sengkang tertutup ∅13 digunakan, spasi dapat ditingkatkan
menjadi 170 mm p. ke p.
At f yv
Al = ph cot2θ
s f yl

414
= 0,676 × 1610 × 1,0 = 1089,13 mm2
414

5 f c′ Acp ⎛ At ⎞ f yv
Al minimum = –⎜ ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl
5 27,6 × 226.060 414
= – 0,676 × 1610 ×
12 × 414 414
= 1195,27 – 1089,13 = 101,14 mm2 < 1089,13mm2

Karenanya Al = 1089,13 mm2 mengontrol.

Distribusi baja longitudinal torsi

Al torsi = 1089,13 mm2. Asumsikan bahwa ¼Al ditempatkan ke sudut-sudut teratas dan
¼Al ditempatkan ke sudut-sudut terbawah sengkang, untuk ditambahkan pada batang-batang
lentur. Penyeimbangnya, ½Al, jadinya didistribusikan secara sama pada muka-muka vertikal
irisan penampang web balok dengan spasi pusat ke pusat tidak melebihi 300 mm.

Al 1089,13
ΣAs bentang-tengah = + As = + 2194 = 2466,28 mm2
4 4

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 29
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Sediakan lima batang D-25 pada sisi terbawah. Sediakan dua batang D-13 dengan
luasan sebesar 265,46 mm2 pada sisi teratas. Sediakan dua batang D-13 pada setiap muka
vertikalnya. Gambar 7 menunjukkan geometri irisan penampangnya.

(b) Torsi kompatibilitas


Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Diberikan Tu = 7,3 kN-m < Tu = 8,47 kN-m dari bagian (a). Karenanya abaikan torsi
dan sediakan sengkang untuk geser saja.
Dari bagian (a),
Av
= 0,254 mm2/mm/dua kaki; Avt min = 27,23 mm2 < 157,08 mm2 untuk sengkang ∅10,
s
karenanya tidak mengontrol.

Untuk sengkang ∅10, s = 157,08/0,254 = 619,18 mm pusat ke pusat.


d 569,5
s maksimum = = = 284,75 mm
2 2
Gunakan sengkang tertutup ∅10 spasi p-p 250 mm pada penampang kritis.

(c) Torsi Kompatibilitas

Momen torsi berfaktor (Tahap 1)


Karena Tu = 29,9 kN-m lebih besar dari 8,47 kN-m dari kasus (a); karenanya sengkang
harus disediakan. Karena ini merupakan torsi kompatibilitas, penampang tersebut dapat
didisain dengan Pers. (1) untuk
f c′ ⎛ Acp2 ⎞
⎟ = 0,75 27,6 ⎛⎜ 226.060 ⎞
2

Tu = φ ⎜ ⎟⎟
3 ⎜⎝ p cp ⎟
⎠ 3 ⎜⎝ 1982 ⎠

= 33,86 kN-m

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 30
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Ini > 29,9 kN-m; karenanya gunakan Tu = 29,9 kN-m untuk disain torsi penampang
tersebut.
Tu 29,9
Tn perlu = = = 39,87 kN-m
φ 0,75

Tulangan torsional (Tahap 2)


Dari kasus (a) A0 = 121.164 mm2, ph = 1610 mm.

At Tn 39,87 × 10 6
= =
s 2 A0 f yv cot θ 2 × 121.164 × 414 × 1,0

= 0,397 mm2/mm/satu kaki


Dari kasus (a)
Av
= 0,254 mm2/mm/dua kaki
s
Avt A A
= 2 t + v = 2 × 0,397 + 0,254 = 1,048 mm2/mm/dua kaki
s s s
Dengan menggunakan sengkang ∅10, s = 157,08/1,048 = 149,82 mm. Ini kurang dari ph/8 =
201,25 mm atau 300 mm. Karenanya, gunakan sengkang tertutup ∅10 dengan spasi p-p 150
mm di penampang kritis.

At ⎛ f yv ⎞ 2
Al = ph ⎜⎜ ⎟ cot θ = 0,397 × 1610 × 414 × 1,0 = 639,78 mm2
s ⎟ 414
⎝ f yl ⎠

5 f c′ Acp ⎛ At ⎞ f yv
Al,min = – ⎜ ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

5 27,6 × 226.060 414


= – 0,397 × 1610 ×
12 × 414 414

= 1195,27 – 639,78 = 555,49 mm2 < 639,78 mm2

Al = 639,78 mm2 mengontrol.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 31
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Distribusi batang longitudinal torsi

Al torsi = 639,78 mm2, maka Al/4 = 159,95 mm2. Dengan menggunakan logika yang
sama seperti yang diikuti dalam kasus (a), sediakan lima batang D-25 pada muka terbawah.
Luasan yang diperlukan, As + Al/4 = 2194 + 159,95 = 2353,95 mm2; luasan yang disediakan =
2454,37 mm2. Luasan yang diperlukan di sudut-sudut teratas dan di setiap muka vertikal =
159,95 mm2. Sediakan dua batang D-13 di dua sudut teratas dan di setiap sisi vertikal, yang
memberikan 265,46 mm2 pada setiap luasannya. Gambar 7 dan 8 memperlihatkan geometri
tulangan penampang tersebut.

2 D-13 102 mm

102 mm

569,5 mm
2 D-13 5 2 D-13
D-25
Sengkang ∅10 spasi
150 mm p-p

356 mm
65,5 mm

Gambar 8 – Detail tulangan web, Contoh 1(c).

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 32
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

REFERENSI

1. ACI Committee 318, Building Code Requirements for Concrete (ACI 318-05) dan Commentary
(ACI 318R-05), American Concrete Institute, Farmington Hills, MI, 2005, 444 hal.
2. BSN, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), Badan
Standarisasi Nasional, Indonesia, 2002, 278 hal.
3. Tavio, Disain Struktur Beton Bertulang sesuai SNI 03-2847-2002 dan SNI 03-1726-2002: Konsep
Dasar dan Aplikasinya, Jilid 1, 2, dan 3, Surabaya, Indonesia, 2006.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 33
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

SOAL EVALUASI

DISAIN BAJA WEB TORSI KESETIMBANGAN


Sebuah slab kanopi kantilever beton bobot-normal 2,13 m di atas balok menerus berbentang 7,32 m di
atas beberapa pendukung, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9. Ia menahan beban hidup layan
seragam sebesar 1,44 kN/m2 di atas kantilever. Disain balok keliling bentang interior A1-A2 untuk tarik
diagonal dan torsi. Asumsikan tidak ada angin atau gempa-bumi dan abaikan efek rangkak dan susut.
Diberikan:
f c′ = 27,6 MPa
fyl = fyv = 413,7 MPa
kolom eksterior = 305 mm × 508 mm
As bentang-tengah = 968 mm2
As pendukung = 1548 mm2
As′ pendukung = 516 mm2
7,32 m
508 mm 508 mm

1,22 m
3,66 m
2,44

2,13

Pusat
gravitasi
(a)

305 mm 2,13 m
762 mm

203 mm

697 mm

(b)
Gambar 9 – Denah dan elevasi penampang, Contoh 2: (a) denah; (b) penampang A-A.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 34
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

PENYELESAIAN:
Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Balok A1-A2 merupakan kasus torsi nonredistribusi karena tahanan torsi balok diperlukan untuk
menjaga kesetimbangan. Karenanya penampang tersebut harus didisain untuk menahan momen torsi
berfaktor eksternal total.

203
beban mati layan slab kantilever = 3
× 24 = 4,872 kN/m2
10

beban hidup layan = 1,44 kN/m2

beban berfaktor U = 1,2 × 4,872 + 1,6 × 1,44 = 8,15 kN/m2

beban total di atas slab kantilever = 8,15 × 7,32 × 2,13 = 127,08 kN

Beban ini bekerja di pusat gravitasi pembebanan yang ditunjukkan dalam Gambar 9(a), yang
mempunyai lengan momen = 1,22 m. Karenanya momen berfaktor maksimum di garis pusat
pendukung = ½ × (127,08 × 1,22) = 77,52 kN-m.
Catat bahwa reaksi di pendukung adalah setengah dari momen torsi total yang bekerja pada slab
tersebut, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 10, karena pusat gravitasi momen puntir adalah jalur-
tengah antara pendukung-pendukungnya. Karena beban tersebut terdistribusi seragam, variasi momen
torsi akan menjadi linier sepanjang bentang. Gambar 11 menunjukkan amplop torsi untuk balok ini.
Momen torsi berfaktor di penampang kritis d (697 mm) dari muka pendukung adalah
⎛ 254 + 697 ⎞
⎜ 3,66 − ⎟
Tu = 77,52 ⎜ 10 3 ⎟
⎜ 3,66 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 57,38 kN-m
57,38
Tn perlu = = 76,50 kN-m
0,75

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 35
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Gambar 10 – Distribusi momen torsi.

GP Pendukung GP Pendukung

76,50 kN-m
Bidang kritis d
φ fc′ ⎛ Acp2 ⎞
⎜ ⎟
12 ⎜⎝ pcp ⎟⎠

GP Bentang-tengah

x1 = 2145 mm
x2 = 3112 mm bt + d
697 mm
2709 mm Amplop torsi

76,50 kN-m
3406 mm

3,66 m 3,66 m

Gambar 11 – Amplop torsi untuk balok A1–A2, Contoh 2.

Distribusi gaya geser (Tahap 2)

Karena balok tersebut akan didisain untuk geser dan torsi terkombinasi, distribusi gaya geser sepanjang
bentang perlu ditentukan.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 36
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

⎛ 762 × 305 ⎞
beban tangkai balok berfaktor = ⎜ × 24 ⎟1,2 = 6,69 kN/m
⎝ ⎠
6
10

Geser berfaktor total di muka pendukung adalah

Vu = ½(6,69 × 7,32 + 127,08) = 88,04 kN

Vu di jarak d dari muka pendukung

⎡ 254 + 697 ⎤
⎢ 3,66 − 10 3 ⎥
= 88,04 ⎢ ⎥ = 65,16 kN
⎢ 3,66 ⎥
⎣⎢ ⎦⎥
65,16
Vn = = 86,88 kN
0,75

Properti-properti penampang (Tahap 3)

Dari Gambar 12, dengan mengasumsikan penutup bersih 40 mm dan sengkang ∅13 dan bahwa flens
tersebut tidak dikekang dengan pengikat tertutup,

Acp = 305 × 762 = 232.410 mm2


pcp = 2(x0 + y0) = 2(305 + 762) = 2134 mm
x1 = 305 – 2(40 + 6,5) = 212 mm
y1 = 762 – 2(40 + 6,5) = 669 mm
ph = 2(x1 + y1) = 2(212 + 669) = 1762 mm
d = 762 – (40 + 13 + 12,5) = 696,5 mm, katakan 697 mm
A0h = 212 × 669 = 141.828 mm2
A0 = 0,85A0h = 120.554 mm2
θ = 45°, cot θ = 1,0

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 37
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

203 mm

762 mm
hw = 559 mm
< 4hf = 812 mm

305 mm

Gambar 12 – Persegi-persegi komponen.

Cek jika torsi harus diperhitungkan

Dari Pers. (3),

φ f c' ⎛ Acp2 ⎞ 0,75 27,6 ⎛ 232.410 2 ⎞


Tu = ⎜ ⎟ = ⎜⎜ ⎟⎟
12 ⎜⎝ p cp ⎟⎠ 12 ⎝ 2134 ⎠

= 8,31 kN-m < 57,25 kN-m

Karenanya, momen torsi harus diperhitungkan.

Cek kecukupan penampang (Tahap 3)


⎛ f c′ ⎞ ⎛ 27,6 ⎞
Vc = ⎜ ⎟ bwd = ⎜ ⎟ × 305 × 697
⎜ 6 ⎟ ⎜ 6 ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
= 186,14 kN
2 2 2
⎞ ⎛ 57,38 × 10 6 × 1762 ⎞
2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞ ⎛ 65,16 × 10 3
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟

⎝ 305 × 697 ⎠ ⎝ 1,7(141.828)
2 2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 A0 h ⎠ ⎠

= 0,094 + 8,740 = 2,972 MPa

⎛ V 2 f c′ ⎞⎟ ⎛ 186,14 × 10 3 2 27,6 ⎞
φ⎜ c
+ = 0,75⎜⎜ + ⎟
⎜ bw d 3 ⎟ 305 × 697 3 ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
= 0,75(0,876 + 3,502)
= 3,283 MPa > 2,972 MPa;
karenanya penampang cukup

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 38
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Karena ini merupakan torsi kesetimbangan, tidaklah perlu untuk mengevaluasi harga
Tn dimana penampang tersebut dapat menahannya dengan menggunakan Pers. (1).

Tulangan torsi (Tahap 3)


Dari Pers. (6b),
At Tn 76,50 × 10 6
= =
s 2 A0 f yv cot θ 2 × 120.554 × 413,7 × 1,0

= 0,767 mm2/mm/satu kaki

Tulangan geser (Tahap 4)

Vc = 186,14 kN dari sebelumnya. Vn perlu = 86,88 kN dari sebelumnya < 186,14 kN. Juga <
½Vc; karenanya tidak ada tulangan geser minimum yang diperlukan.

Avt 2 At A
= + v = 2 × 0,767 + 0 = 1,534 mm2/mm/dua kaki
s s s

Coba sengkang tertutup ∅10. Luasan dua kaki = 2 × 78,54 mm2 = 157,08 mm2.

luasan irisan penampang sengkang 157,08


s = = = 102,4 mm
Avt s perlu 1,534

Spasi yang diperbolehkan maksimum smaks = lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm, dimana ph =
2(x1 + y1) = 1762 mm. Dari sebelumnya ph/8 = 1762/8 = 220,25 mm > 102,4 mm.

f c′ bw s 27,6 305 × 100


Avt = Av + 2 At = = = 24,21 mm2
16 f yv 16 413,7

karenanya, dari Pers. (8),

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 39
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Avt minimum yang mengontrol =


1 bw s 1 305 × 100
= = 24,57 mm2
3 f yv 3 413,7

kurang dari 157,08 mm2; tidak mengontrol. Karenanya gunakan sengkang tertutup ∅10 spasi
100 mm pusat ke pusat.

Maka dari itu, sediakan sengkang tertutup ∅10 spasi pusat ke pusat 100 mm di penampang
kritis sampai dengan muka pendukung. Karena spasi maksimum adalah 220,25 mm dan Vc
lebih besar dari Vu/φ berfaktor, peningkatan spasi sepanjang bentang menuju bentang-tengah
ditentukan hanya dengan berdasarkan pada penurunan Tn sepanjang bentang tersebut.
Asumsikan bahwa sengkang tersebut mulai dispasikan dengan s = 220 mm di bidang sejarak
x1 dari muka pendukung, yang mempunyai momen torsi Tn1.

Untuk s = 220 mm,

Avt 157,08
= = 0,714 mm2/mm/2 kaki
s 220
0,714
Tn1 = × 76,50 = 35,61 kN-m
2 × 0,767

Dari segitiga-segitiga yang serupa dalam Gambar 12,

⎛ 35,61 ⎞
x1 = 697 + ⎜⎜ 2709 − × 2709 ⎟⎟ = 2145 mm
⎝ 76,50 ⎠

Torsi tidak diperhitungkan di Tn2 jika

φ f c′ ⎛ Acp2 ⎞
Tu < ⎜ ⎟
12 ⎜⎝ p cp ⎟⎠

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 40
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

φ 27,6 ⎛ 232.410 2 ⎞
Tn2 = ⎜⎜ ⎟⎟ = 8,31 kN-m
12 ⎝ 2134 ⎠
⎛ 8,31 ⎞
x2 = 697 + ⎜⎜ 2709 − × 2709 ⎟⎟ = 3112 mm
⎝ 76 ,50 ⎠

Teruskan sengkang-sengkang tertutup dengan suatu jarak bt + d di luar x2, yaitu, 3112 + 305 +
697 = 4114 mm; jadinya gunakan sengkang tertutup sepanjang bentang. Gambar 13
menunjukkan secara skematis spasi sengkang tertutup ∅10.

GP Pendukung (kolom) GP Bentang-tengah

22 spasi berjarak 100 mm 5 spasi 220 mm


Tulangan memanjang

2200 mm 1100 mm

254 mm 106 mm

3,66 m

Gunakan 56 sengkang ∅10 untuk seluruh bentang

Gambar 13 – Susunan sengkang tertutup untuk Contoh 2.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 41
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Tulangan torsi longitudinal

Dari Pers. (7),

At ⎛⎜ f yv ⎞⎟ 2 413,7
Al = ph cot θ = 0,767 × 1762 × × 1,0 = 1351,37 mm2
s ⎜ f ⎟ 413, 7
⎝ yl ⎠

Dari Pers. (9),

5 f c′ Acp ⎛ A ⎞ f yv
Al,min = – ⎜ t ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl
5 27,6 (232.410 ) 413,7
= – 0,767 × 1762 × = –121,64 mm2 ≅ 0
12(413,7 ) 413,7

Gunakan Al = 1351,37 mm2. Untuk mendistribusikan Al secara sama di semua empat muka
balok tersebut, gunakan ¼Al di setiap muka vertikal dengan ¼Al di dua sudut teratas dan ¼Al
di dua sudut terbawah atau sisi tarik yang ditambahkan pada tulangan lenturnya. Al/4 =
1351,37/4 = 337,84 mm2. Gunakan dua batang D-16 = 402,12 mm2 di setiap sisi vertikal baik
untuk penampang pendukung maupun bentang-tengah.

Penampang pendukung:

Al
ΣAs = + As = 337,84 + 1548 = 1885,84 mm2
4

Gunakan empat batang D-25 = 1963,5 mm2.

Al
Σ As′ = + As′ = 337,84 + 516 = 853,84 mm2
4

Gunakan dua batang D-25 = 981,7 mm2.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 42
KURSUS APLIKASI TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON TERKINI
DI INDONESIA

Penampang bentang-tengah:
Al
ΣAs = + As = 337,84 + 968 = 1305,84 mm2
4
Gunakan tiga batang D-25 = 1472,6 mm2 di sisi terbawah.
Karena momen torsi berkurang sebagaimana bentang-tengah didekati, dua dari batang
longitudinal D-25 teratas dapat dipotong sebelum mencapai penampang bentang-tengah.
Gambar 14(a) dan (b) memberikan detail tulangan balok pada penampang pendukung dan
bentang-tengah.

Tulangan slab Tulangan slab


65 mm 4 D-25 diteruskan melalui balok 2 D-25 diteruskan melalui balok

203 mm 203 mm

2 D-16
762 mm
2 D-16 2 D-16 2 D-16

2 D-25 3 D-25
Sengkang Sengkang
tertutup ∅10 tertutup ∅10

305 mm 305 mm
65 mm (a) 65 mm (b)
Tak berskala

Gambar 14 – Detail tulangan web: (a) penampang pendukung; (b) penampang bentang-tengah.

PAKET B
MATERI VI FONDASI TELAPAK DAN TORSI 43

Anda mungkin juga menyukai