I. Pada modul ini anda diminta dapat merencanakan proporsi atau perbandingan jumlah semen,
agregat halus, agregat kasar dan air yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton.
Beberapa hal yang perlu dipahami, yaitu:
1. Salah satu kelemahan beton adalah material utama untuk campuran beton seperti agregat
kasar dan halus diperoleh dari sumber alam lokal yang mempunyai karakteristik dan sifat yang
berbeda tergantung kondisi lokal asal agregat itu. Sifat material agregat yang memenuhi syarat
ataupun yang tidak sama-sama dapat menghasilkan campuran beton yang tidak bermutu.
Konsekuensinya, harus ada standar pembuatan beton yang sama agar beton yang dihasilkan
mempunyai kuat tekan atau mutu yang baik. Semua orang bisa membuat beton tapi tidak
semua orang bisa membuat beton yang bermutu kecuali mereka yang memahami dan
melaksanakan standar pembuatan beton yang benar.
2. Berdasarkan hal itu, maka telah ditetapkan standar bahwa sebelum dilakukan pembuatan
beton harus dilakukan dahulu tahapan perencanaan campuran beton (concrete mix design). Di
Indonesia standart yang mengatur tentang mix design adalah SNI 2834-2020 tentang Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal dan SNI 2847-2013 Pasal 5 tentang Kualitas
Pencampuran dan Pengecoran Beton.
3. Selain mengatur perbandingan campuran bahan penyusun beton, mix design bermanfaaat
untuk meningkatkan kinerja beton yaitu membuat beton ketika masih lunak/segar dapat
mempunyai workabilitas (kemudahan untuk dikerjakan) dan kohesifitas yang baik serta ketika
beton menjadi keras, mempunyai kekuatan dan durabilitas yang tinggi. Kesalahan atau ketidak
tahuan tentang mix design beton mengakibatkan kinerja beton dapat berkurang, salah satu
penyebab terjadinya keruntuhan struktur beton.
4. Menurut SNI, Langkah-langkah utama mix design beton terdiri dari 1) menguji sifat agregat
kasar, agregat halus, semen dan air yang dipakai, 2) Membuat mix design beton 3)
Melaksanakan pencampuran beton berdasarkan point 1 dan 2.
b) Jika pihak pembuat beton (anda, pabrik beton ready mix, laboratorium dsb) tidak mempunyai
data standart deviasi maka nilai margin (m) ditentukan dengan Tabel 5.3.2.2 seperti di atas.
Sesuai point 2.b, dimana tidak tersedia data standar deviasi ( Sd = 0) dan mutu beton
rencana f’c = 25 Mpa (21 < f’c< 35), gunakan Tabel 5.3.2.2 di atas, maka didapat nilai margin
(m) = 8,3
8. Tentukan faktor air - semen (FAS) bebas dari tabel 2 dan grafik 1, sbb:
➢ Tabel 2:
Fakto air semen adalah perbandingan jumlah air terhadap jumlah semen. Paraneter FAS
merupakan paramater penting dalam kuat tekan/mutu beton. Karena dari FAS dapat
ditentukan jumlah semen dan jumlah air yang dibutuhkan. Semakin tinggi FAS maka
campuran beton semakin encer dan mutu beton semakin rendah. Sebaliknya semakin
rendah FAS, maka scampura beton semakin kental dan mutu beton semakin tinggi.
Pada pembuatan beton ini, sudah ditetapkan dipakai Semen Portland Tipe 1, kuat tekan
rencana f’c pada umur 28 hari, bentuk benda uji silinder dan jenis agregat kasar batu
pecah, maka dari tabel 2 dapat ditentukan perkiraan kuat tekan beton sesuai FAS=0,5 dan
agregat kasar yang biasa dipakai di indonesia yaitu sebesar 37 Mpa = 370 kg/cm2.
➢ Grafik 1:
a. Tarik garis vertikal pada sumbu X melalui titik FAS = 0,50 kemudian tarik garis mendatar
pada sumbu Y melalui nilai kuat tekan beton 28 hari yang didapat dari tabel 2 (37 Mpa)
maka didapat titik perpotongannya (titik 1).
b. Melalui titik potong 1 yang diperoleh dari langkah a, buat garis kurva baru berbentuk
sama dengan kurva di atas dan di bawahnya.
c. Tarik garis mendatar pada sumbu Y melalui kuat tekan beton target f’cr = 33,20 Mpa
(langkah 4) hingga memotong kurva baru yang diperoleh dari langkah b. Maka akan
didapat titik perpotongannya (titik 2).
d. Melalui titik potong 2 yang diperoleh dari langkah c, tarik garis vertikal ke bawah sampai
memotong sumbu X maka akan didapat suatu titik perpotongan yang merupakan nilai
FAS bebas yang dicari, yaitu FAS = 0,54.
1
370 Kurva
333 2 baru
0,54
FAS
9. Tetapkan FAS maksimum sesuai Tabel 4 (tetapkan dulu kondisi lokasi balok, pelat dan kolom
yang mau dicor, misalnya di lokasi yang terlindung dari hujan dan matahari secara langsung).
Di dapat FAS max = 0,60
10. Jika FAS yang diperoleh dari langkah 8 tidak sama dengan FAS maksimum maka untuk
perhitungan selanjutnya dipakai harga FAS terkecil antara langkah 8 dan langkah 9.
Langkah 8 : FAS = 0,54 (*)
Langkah 9 : FAS = 0,60 maka dipakai FAS = 0,54
11. Tetapkan nilai slump rencana (dengan memperhatikan elemen struktur yang akan dicor)
dengan Tabel Pasal 4.2.3 -SNI 2834-2000.
Nilai slump adalah ukuran dari workabilitas beton (kemudahan beton segar untuk diangkut,
dialirkan dan dipadatkan). Nilai slump diperoleh dari slump test di lapangan. Beton yang
workable adalah beton yang tidak terlalu kental dan tidak terlalu encer. Beton yang tidak
workable dapat menyebabkan cacat hasil pengecoran yaitu terlalu kental menyebabkan
segregasi (keropos) dan terlalu encer menyebabkan bleeding (air semen keluar ke
permukaan beton keras). Sebagai pedoman untuk menentukan nilai slump rencana
gunakan Tabel Pasal 4.2.3 .
Pengecoran beton seperti dijelaskan di langkah 1 adalah untuk pelat, balok dan kolom,
sehingga dari Tabel Pasal 4.2.3, didapat slump min. 75 mm, maks. 150 mm (75 – 150 mm)
12. Tentukan ukuran agregat kasar maksimum (diambil dari hasil pengujian analisa saringan).
Di bawah ini Tabel Hasil uji analisa saringan agregat kasar (batu pecah) yang anda terima dari
laboratorium – (penjelasan analisa saringan batu pecah di modul 4.)
Dari Tabel di atas , butiran agregat maksimum tertahan saringan (berat 172,50 gr) terdapat
di nomor saringan 19,10 mm , berarti ukuran agregat kasar maksimum sebesar 19,10 mm ~
dibulatkan 20 mm
13. Tetapkan kadar air bebas berdasarkan data langkah 6 , langkah 11 dan langkah 12.
Kadar air bebas adalah jumlah air yang ditambahkan pada campuran beton.
Kadar air bebas = 2/3*Wh + 1/3*Wk
Wh, Wk ditentukan dengan Tabel 3 dengan melihat:
- Langkah 6 : jenis agregat kasar batu pecah ; agregat batu tak terpecahkan (pasir)
- Langkah 11 : slump rencana 75-150 mm
- Langkah 12 : ukuran agregat kasar max = 20 mm Slump :
75-150
Dari Tabel 3 :
Jumlah air untuk pasir = 195 kg/m3 (Wh) ; Jumlah air untuk batu pecah = 225 kg/m3 (Wk)
Sehingga kadar air bebas = 2/3*Wh + 1/3*Wk = 2/3*195+1/3*225 = 205 kg/m3
14. Hitung jumlah semen yaitu kadar air bebas (langkah 13) dibagi FAS (langkah 10).
Jumlah semen = kadar air bebas/FAS = 205 /0,54 = 380 kg/m3
15. Tentukan jumlah semen minimum per m3 beton sesuai tabel 4.
Lokasi pengecoran : terlindung dari hujan dan matahari
Dari tabel 4, didapat jumlah semen minimum = 275 kg/m3
16. Tentukan jumlah semen yang dipakai yaitu yang terbesar antara jumlah semen (langkah 14)
dan langkah 15.
Jadi jumlah semen yang dipakai = 380 kg/m3
17. Tetapkan zone gradasi agregat halus (diambil dari hasil uji analisa saringan)
Di bawah ini Tabel Hasil uji analisa saringan agregat halus (pasir) yang anda terima dari
laboratorium – (penjelasan analisa saringan pasir di modul 4.)
Dari tabel di atas perhatikan nilai-nilai pada kolom % kumulatif lolos ayakan/saringan
hubungkan dengan nilai-nilai pada kolom nomor saringan, maka didapat titik-titik
perpotongan, kemudian hubungkan titik-titik perpotongan tersebut akan membentuk kurva
gradasi pasir, yang hasilnya adalah:
Batas atas
zone 4
Batas atas
Batas bwh zone 1
zone 4
Bata bwh
zone 1
Batas atas
zone 2
Batas bwh
zone 2
Batas atas
zone 3
Batas bwh
zone 3
Kemudian diamati kurva gradasi agregat halus (pasir) yang baru digambar (garis hitam)
berada/terletak di dalam zone standar kurva gradasi SNI (garis penuh-zone 1, garis putus-
putus-zone 2, garis penuh titik-zone 3, garis titik-titik-zone 4) yang mana ? ??
Dari pengamatan, maka kurva gradasi (garis hitam) berada dominan di dalam zone 2 yaitu
garis putus-putus (warna coklat), jadi agregat halus (pasir) yang dipakai berada di Zone 2
(pasir agak kasar).
18. Tentukan prosentase agregat halus (pasir) dalam agregat gabungan (batu pecah + pasir)
dengan memakai Grafik 13 s/d 15., Penentuan grafik mana yang dipakai tergantung pada FAS
(langkah 10) , nilai slump (Langkah 11), ukuran agregat kasar maksimum (langkah 12), dan
zone kurva gradasi agregat halus (pasir) (langkah 17).
Langkah 10: FAS = 0,54
Langkah 11: Ukuran agregat kasar (batu pecah) max = 20 mm
Langkah 12: Nilai slump= 75 – 150 mm
Langkah 17: Zone agregar halus (pasir)= Zone 2
Maka dipakai Grafik 14, cara menggunakan grafik sbb:
- Ploting titik pada sumbu X dengan nilai FAS = 0,54
- Dari titik itu tarik garis vertikal ke atas sampai memotong sebuah garis baru (putus-
putus) yang dibuat dengan membagi tengah area zone 2.
- Dari titik perpotongan yang terjadi tarik garis mendatar ke kiri sampai memotong sumbu
Y, dan didapat nilai 40. Nilai ini merupakan % agregat halus terhadap agregat gabungan
yaitu sebesar 40%.
Garis bagi
Zone 2
42
40
FAS
0,5
0,54
Grafik 14.
Prosentase Agregat Halus Terhadap Agregat Gabungan
dengan Ukuran Butir Maksimum 20 mm
19. Hitung prosentase agregat kasar dalam agregat gabungan yaitu (100% - % agregat halus).
Prosentase agregat kasar terhadap agregat gabungan= 100 % - 40 % = 60 %
2200
2,39
205
24. Hitung jumlah agregat gabungan dengan persamaan: berat jenis beton (langkah 23) - jumlah
semen (langkah 16) - kadar air bebas (langkah 13).
Langkah 23: berat jenis beton basah = 2200 kg/m3
Langkah 16: jumlah semen = 380 kg/m3
Langkah 13: kadar air bebas = 205 kg/m3
Jumlah agregat gabungan = 2200 – 380 - 205 = 1615 kg/m3
25. Hitung jumlah agregat halus (pasir) dengan persamaan:i langkah 18 x langkah 24.
Langkah 18: % agregat halus (pasir) terhadap agregat gabungan = 40%
Langkah 24: jumlah agregat gabungan = 1615 kg/m3
Jumlah agregat halus (pasir) = 40% * 1615 = 646 kg/m3
26. Hitung jumlah agregat kasar (batu pecah) dengan persamaan: langkah 19 x langkah 24.
Langkah 19: % agregat kasar (batu pecah) terhadap agregat gabungan = 60%
Langkah 24: jumlah agregat gabungan = 1615 kg/m3
Jumlah agregat kasar (batu pecah) = 60% * 1615 = 969 kg/m3
Setelah langkah 26, masukan semua nilai dan ketetapan dari langkah 1 sampai dengan langkah 26
pada Tabel Formulir Perencanaan Beton, seperti di bawah ini:
Catatan:
1) Apabila pasir dan batu pecah tidak dalam keadaan kering SSD maka jumlah pasir dan batu
pecah harus dikoreksi terhadap kadar air dalam agregat.
2) Lakukan penakaran batu pecah, pasir, semen dan air sesuai hasil mix design untuk pembuatan
benda uji silinder trial mix yang nantinya hasil uji kuat tekan silinder trial mix ini dipakai untuk
memeriksa nilai mutu beton f’c (yang diambil pada langkah 1) apakah sesuai atau tidak.
Kemudian buat perbandingan semen, agregat halus (pasir), agregat kasar (batu pecah), air dalam
perbandingan berat dan volume per 1 m3 beton sbb:
Demikian, perencanaan campuran beton (concrete mix design) secara lengkap telah dibahas mulai
langkah 1 s/d langkah 26 dilanjutkan menentukan perbandingan semen, pasir, batu pecah dan air
dalam 1 m3 beton.
Permasalahan selanjutnya adalah bagaimana memvalidasi hasil mix design beton ini yaitu apakah
mutu beton rencana f’c = 25 Mpa dalam mix design dapat diterima atau tidak ??
Validasi Mutu Beton Rencana dalam Mix Design:
Langkah awal adalah dengan membuat benda uji trial mix. Benda uji trial mix adalah benda uji
silinder beton 150x300 mm yang dibuat untuk memeriksa apakah mutu beton hasil mix design
dapat diterima atau tidak. Pembuatan benda uji dilakukan oleh pihak laboratorium beton yang
ditunjuk.
Hasil perhitungan mix design yang sudah anda rencanakan dibawa ke pihak laboratorium beton
dengan permintaan untuk dibuatkan 9 benda uji silindernya dan ditekan pada saat umur 28 hari
untuk mengetahui kuat tekannya.
Contoh:
Berdasarkan permintaan anda, pihak laboratorium membuat 9 benda uji trial mix berdasarkan mix
design anda dan melakukan uji tekan pada umur 28 hari. Hasil uji tekan seperti tabel di bawah ini.
Selanjutnya, dengan hasil uji tekan di atas, anda melakukan evaluasi penerimaan mutu beton
rencana f’c=25 Mpa dalam mix design dapat diterima atau tidak.
Evaluasi penerimaan mutu beton rencana f’c =25 Mpa dalam mix design:
1. Hitung kuat tekan benda uji beton individu (f’ci)
f’ci = P / A , P = beban tekan hancur (N) ; A = luas silinder = ¼**D2 (mm2)
2. Hitung kuat tekan benda uji beton rata-rata (f’cr)
f’cr = (f’ci) / N , n = jumlah benda uji
3. Hitung standar deviasi (Sd)
Standar deviasi adalah nilai statistik yang digunakan untuk menentukan sebaran data dalam
sampel, dan seberapa dekat data individu ke rata-rata – nilai sampel. Standar deviasi
dihitung sebagai akar kuadrat dari varian dengan menentukan variasi antara setiap data
relatif terhadap rata-rata. Jika data lebih jauh dari rata-rata, ada penyimpangan yang lebih
tinggi dalam kumpulan data; dengan demikian, semakin menyebar data, semakin tinggi
standar deviasi.
Berikut rumus standar deviasi:
4. Hitung kuat tekan beton yang terjadi f’c dengan persamaan Tabel 5.3.2.1 - SNI 2847-2013
Contoh penggunaan mix design beton untuk menghitung kebutuhan batu pecah, pasir dan semen, air
Pengecoran yang anda rencanakan adalah pengecoran balok, kolom dan pelat lantai suatu rumah
tinggal 2 lantai dengan mutu f’c = 25 Mpa. Total volume beton yang dicor 100 m3. Hitung kebutuhan
pasir, batu pecah, semen dan air untuk membuat beton tersebut (dalam perbandingan berat dan
perbandingan volume).
Jawab:
1) Perbandingan berat:
Kebutuhan untuk 1m3 beton (ambil dari mix design beton)
Pasir = 646 kg
Batu Pecah = 969 kg
Semen = 380 kg
Air = 205 kg
Kebutuhan untuk 100 m3 beton adalah:
Pasir = 100 * 646 = 64600 kg
Batu Pecah = 100 * 969 = 96900 kg
Semen = 100 *380 = 38000 kg
Air = 100 * 205 = 20500 kg
2) Perbandingan volume:
Kebutuhan untuk 1m3 beton (ambil dari mix design beton)
Pasir = 446 m3
Batu Pecah = 775 m3
Semen = 330 m3
Air = 205 m3
Kebutuhan untuk 100 m3 beton adalah:
Pasir = 100 * 446 = 44600 m3
Batu Pecah = 100 * 775 = 77500 m3
Semen = 100 *330 = 33000 m3
Air = 100 *205 = 20500 m3
TABEL FORMULIR RENCANA CAMPURAN BETON
(SNI 2834-2000 DAN SNI 2847-2013)
No. PARAMETER REFERENSI PERHITUNGAN NILAI
1 Kuat Tekan Beton Rencana (f’c) Ditetapkan pada Umur 28 Hari ….. Mpa
2 Standar Deviasi (Sd) SNI 2847-2013, Ps. 5.3.1 dan Ps. 5.3.2 ….. Mpa
3 Margin (M) = Nilai Tambah SNI 2847-2013, Ps. 5.3.1 dan Ps. 5.3.2 ….. Mpa
4 Kuat Tekan Beton Rata-rata Perlu (f’cr) SNI 2847-2013, Ps. 5.3.1 dan Ps. 5.3.2 ….. Mpa
5 Jenis Semen Ditetapkan (tipe I, II, III, IV, V)
6 Jenis Agregat Kasar Ditetapkan Pecah / tidak
7 Jenis Agregat Halus Ditetapkan Alam/Pecah
8 Faktor Air-Semen Ditetapkan dari Tabel 2 dan Grafik 1
9 Faktor Air-Semen Maksimum Ditetapkan dari Tabel 4
10 Faktor Air-Semen yang Dipakai Terkecil antara (8) dan (9)
11 Slump Rencana Ditetapkankan dari Tabel Pasal 4.2.3 ….. mm
12 Ukuran Agregat Kasar Maksimum Ditentukan dari Hasil Analisa Ayakan ….. mm
13 Kadar Air Bebas Ditetapkan dari Tabel 3 ….. kg/m3
14 Jumlah Semen (13) : (10) ….. kg/m3
15 Jumlah Semen Minimum Ditetapkan dari Tabel 4 ….. kg/m3
16 Jumlah Semen yang Dipakai Terbesar antara (14) dan (15) ….. kg/m3
17 Susunan Butir Agregat Halus Ditentukan dari Hasil Analisa Ayakan Zone ……
18. % Agregat Halus Thd Agregat Gabungan Ditentukan dari Grafik 13 s/d 15 ….. %
19 % Agregat Kasar Thd Agregat Gabungan 100 % – (18) ….. %
20 Berat Jenis Agregat Halus (SSD) Ditentukan dari Hasil Pengujian ….. g/cm3
21 Berat Jenis Agregat Kasar (SSD) Ditentukan dari Hasil Pengujian ….. g/cm3
22 Berat Jenis Agregat Gabungan [ (18 )x (20) + (19) x (21) ] ….. g/cm3
23 Berat Jenis Beton Basah Ditetapkan dari Grafik 16 ….. kg/m3
24 Jumlah Agregat Gabungan (23) – (13) – (16) ….. kg/m3
25 Jumlah Agregat Halus (18) x (24) ….. kg/m3
26 Jumlah Agregat Kasar (19) x (24) ….. kg/m3
No. JUMLAH SEMEN (kg) PASIR (kg) BT. PECAH (kg) AIR (kg)
Berat Material
1 Perbandingan Berat
JUMLAH SEMEN (m3) PASIR (m3) BT. PECAH (m3) AIR (m3)
2 Vol. Material (= Berat / Berat Isi )
Perbandingan Volume
TABEL DAN GRAFIK UNTUK CONCRETE MIX DESIGN (SNI 2834-2002 dan SNI 2847-2013)
Tabel dan grafik yang digunakan sesuai urutan langkah-langkah mix design adalah :
1. Tabel 5.3.1.2 : Faktor Modifikasi Standar Deviasi (Sd) untuk jumlah benda uji 14 - 29 buah
2. Tabel 5.3.2.1 : Kuat Tekan Beton Rata2 Perlu f’cr jika Data Hasil Uji ada untuk Menentukan Sd
3. Tabel 5.3.2.2 : Kuat Tekan Beton Perlu f’cr jika Data Hasil Uji Tidak Ada untuk Menentukan Sd
4. Tabel Ps. 4.3.2: Nilai Slump untuk Berbagai Pekerjaan Beton
5. Tabel 2 : Kuat Tekan Beton Rencana untuk FAS = 0,50
6. Tabel 3 : Kadar Air Bebas untuk Berbagai Nilai Slump
7. Tabel 4 : Jumlah Semen Minimum dan FAS Maksimum
8. Grafik 1 : Grafik Hubungan FAS – Kuat Tekan Untuk Benda Uji Silinder 15 x 30 cm
9. Grafik 13 s/d 15 : Prosentase Agregat Halus terhadap Agregat Gabungan
10. Grafik 16 : Berat Jenis Beton Basah
➢ SNI 2847-2013:
➢ SNI 2834-2000:
Tabel Pasal 4.2.3 : Nilai Slump untuk Berbagai Pekerjaan Beton
PEKERJAAN BETON SLUMP (mm)
Minimum Maksimum
Dinding Penahan, Pelat pondasi beton bertulang 50 125
Pelati beton tidak bertulang, kaison, struktur di bawah tanah 25 90
Pelat, balok , kolom dan dinding geser 75 150
Perkerasan beton untuk jalan, Slab 50 75
Pembetonan masal 25 75
Tabel 2
Perkiraan Kuat Tekan Beton Dengan FAS = 0.50 dan Jenis Semen serta Agregat Kasar
yang Biasa Dipakai Di Indonesia
Grafik 13. Prosentase Agregat Halus Terhadap Agregat Gabungan
dengan Ukuran Butir Maksimum 40 mm
Grafik 16. Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran dan
Berat Jenis Beton Basah
.