BETON (SNI-03-2847-2002)
(MIX DESIGN)
A. PENDAHULUAN
Tujuan utama mempelajari sifat-sifat dari beton adalah untuk perencanaan
dari campuran (mix design), yaitu pemilihan dari bahan-bahan beton yang memadai
serta menentukan kuantitas masing-masing bahan untuk menghasilkan beton yang
seekonomis mungkin. Apabila tidak tersedia cukup data yang menunjukkan bahwa
suatu campuran beton tertentu yang diharapkan dapat menghasilkan mutu beton yang
disyaratkan dan atau bahwa Deviasi Standart Rencana yang diusulkan benar-benar
akan tercapai dalam pelaksanaan yang sesungguhnya, maka harus diadakan
percobaan pendahuluan. Sebagai persiapannya dianjurkan untuk mengadakan dulu
percobaan-percobaan di laboratorium.
Perencanaan campuran merupakan bagian yang terpenting dari suatu
pelaksanaan struktur beton. Sebelum diadakan perencanaan campuran, semua bahan
dasar dari semen, pasir, kerikil, atau batu pecah dan air harus diperiksa terlebih
dahulu mutunya.
Suatu campuran beton harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Campuran yang seekonomis mungkin.
Masalah ekonomi berkaitan dengan suatu pelaksanaan pembuatan campuran
beton. Dalam pembuatan campuran beton diharapkan mempunyai ruang pori
adukan yang minimum, karena makin minimum ruang porinya makin sedikit
pasta yang dipergunakan, sehingga kebutuhan juga berkurang. Oleh karena
itu yang paling menentukan perencanaan campuran beton adalah bahan atau
material.
Dengan melihat harga semen yang lebih mahal dari pada harga agregat maka
dengan mengurangi kadar semen suatu faktor penting dalam menurunkan biaya
pembuatan beton. Hal ini dilakukan dengan cara memakai slump yang rendah
sesuai dengan batas yang diizinkan, memakai ukuran butir maksimum agregat
dan bila perlu dipakai bahan admixture. Keuntungan yang diperoleh
1
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
2
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Data Perencanaan
a. Tegangan Karakteristik Rencana : 18 MPa (Silinder)
b. Jenis Pekerjaan : Kolom
c. Umur : 28 hari
d. Kemungkinan Gagal : 5%
e. Jenis Semen : Tipe 1, yaitu semen biasa yang cepat
mengeras
f. Jenis Agregat Kasar : Batu Pecah (dari stone crusher)
g. Berat Jenis Agregat Kasar : 2,70 kg/cm3
h. Ukuran Agregat Kasar : 40 mm (Zona I)
i. Jenis Agregat Halus : Pasir Katunun
j. Berat jenis Agregat Halus : 2,57 kg/cm3
k. Ukuran Agregat Halus : Pasir Halus (Zona III)
3
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa Kendali 8,4
∑( )
Rumus: Sd = √
...........................................(1.1)
Dimana:
x = tegangan untuk benda uji (MPa)
n = jumlah data
Untuk Faktor pengali Deviasi Standar dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2 Faktor pengali Deviasi Standar Bila Data Hasil Uji yang
Tersedia Kurang dari 30
Jumlah Data 30 25 20 15 < 15
= +M ……………………….(1.3)
5
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Cara Pertama
Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata – rata perlu pada
umur tertentu, ditetapkan nilai faktor air semen dengan dengan melihat
Gambar1.1 Langkah penetapannya dilakukan dengan cara berikut ini:
a. Pada sumbu vertikal tetapkan nilai . Lalu tarik ke kanan sampai
memotong kurva yang sesuai.
b. Dari titik potong tersebut tarik lah garis ke bawah, dibaca nilai FAS yang
dicari.
Tabel 1.4 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) Dengan f.a.s 0,5
Kuat Tekan (MPa) Pada Umur
Jenis Agregat
Jenis Semen 3 7
Kasar 28 Hari 91 Hari
Hari Hari
Semen Portland Alami 17 23 33 40
(Tipe I, II, III) Batu Pecah 19 27 37 45
Semen Portland Alami 21 28 38 44
(Tipe III) Batu Pecah 25 33 44 48
Sumber: SNI 03-2834-2000
Untuk Umur 28 Hari , Jenis Semen Tipe I didapat Kuat Tekan 37 MPa.
Gambar 1.2. Hubungan Antara Kekuatan Tekan Beton dan Faktor Air Semen
untuk umur 28 Hari dan = 25 MPa
Faktor air-semen didapatkan dari Gambar 1.2 untuk Umur 28 Hari dan
Kuat Tekan 25 MPa, sebesar 0,63
7
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Cara ketiga
Menggunakan Faktor Air Semen Maksimum
Nilai faktor air semen dengan melihat persyaratan untuk berbagai
pembetonan dan lengkungan khusus, beton yang berhubungan dengan air
tanah mengandung sulfat, dan untuk beton bertulang terendam air. Ketiga hal
tersebut terlihat dari Tabel 1.4, 1.5 dan 1.6 berikut ini:
Tabel 1.5 Beton terkena pengaruh lingkungan khusus
Jumlah Semen
Deskripsi Min. Dalam 1m³ FAS
beton (kg)
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan Keliling Non Korosif. 275 0,60
b. Keadaan Keliling Korosif, disebabkan 325 0,52
oleh kondensasi atau uap korosif.
Beton diluar Ruang Bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 325 0,60
matahari langsung.
b. Terlindung dari hujan dan terik 275 0,60
matahari langsung.
Beton yang masuk dalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering 325 0,55
berganti –ganti.
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari - -
tanah atau air tanah.
Beton yang terus menerus berhubungan
dengan air
a. Air Tawar -
b. Air Laut -
Sumber: SNI 03-2834-2000
Jadi, dengan cara ketiga dengan keadaan beton non korosif maka
didapatkan jumlah Semen Min. Dalam 1m³ beton (kg) 275 dan FAS 0,60
8
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
9
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Untuk penggunaan beton (Kolom) dari tabel diambil Nilai Slump dengan
rentang antara 75 - 150 mm.
10. Ukuran Maksimum Agregat
Penetapan butir maksimum diperoleh melalui pengayakan, dan tidak boleh
melebihi ketentuan-ketentuan berikut ini:
a. ¾ kali jarak bersih minimum antar tulangan atau berkas baja tulangan atau
tandon prategang atau selongsong.
b. 1/3 kali tebal plat
c. 1/5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan
Untuk penetapan butir maksimum dapat menggunakan diameter maksimum
40 mm, 20 mm, dan 10 mm.
Dari Analisa saringan didapatkan ukuran maksimum agregat 40 mm.
11. Kebutuhan Air
Kebutuhan air ditentukan sebagai berikut:
a. Agregat tak dipecah dan dipecah (jenis agregat sama) dapat dipergunakan
Tabel 1.9
Tabel 1.9 Penentuan Kebutuhan Air
Ukuran Max Kebutuhan air per m3 beton (liter)
Agregat kasar Jenis Agregat Slump (mm)
(mm) 0 – 10 10 – 30 30 - 60 60 – 180
10 Alami 150 180 205 225
10
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Dimana:
A = Kebutuhan air
Ah = perkiraan jumlah air untuk agregat halus
Ak = perkiraan jumlah air agregat kasar pada Tabel 1.9
Nilai kadar air bebas dari Tabel 1.9 berbeda karena digunakan agregat
halus dan agregat kasar dari jenis yang berbeda (alami dan pecahan) maka
digunakan persamaan, A = 2/3 Ah + 1/3 Ak
Dimana:
Kadar air bebas agregat halus (alami) = 175 liter/m3.
Kadar air bebas agregat kasar (pecahan) = 205 liter/m3.
Kadar air bebas agregat campuran = 2/3 x 175 + 1/3 x 205 = 185 liter/m3.
Sehingga didapatkan kebutuhan air 185 liter/m3.
12. Kebutuhan Semen Rencana
Kadar semen merupakan jumlah semen yang dibutuhkan per m 3 beton sesuai
faktor air semen yang didapat dari membagi kadar air bebas dengan faktor air
semen. Nilai kebutuhan semen rencana dapat dihitung berdasarkan rumus
kb ........................................ (1.5)
berikut: ksr
f .a.s
Dimana:
12
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
13
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
0,50 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
0,30 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
14
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
80 B1
70 A2
60
B2
50
A3
40
B3
30
A4
20
10 B4
0 Saringan
0 2 4 6 8 10
Lubang Ayakan (mm)
Dari gambar didapat untuk agregat halus termasuk daerah 3 (Pasir Agak
Halus)
15
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Dari Gambar 1.4 diatas proporsi pasir untuk nilai slump 75 – 150 mm
berada pada grafik 60 – 180 mm dan Ukuran Maksimum agregat 40 mm
didapat presentase agregat halus sebesar 32%.
16
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Gambar 1.5 Grafik hubungan kandungan air, berat jenis agregat campuran
dan berat beton
17
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Untuk kebutuhan air 185 Liter dan BJ Agr.Gabungan 2,66 t/m 3didapat BJ
Beton 2415 kg/m3.
a. Kebutuhan Agregat Gabungan (Berat Pasir + Berat Kerikil)
Kag = Bjb – Ks – Ka ....... (Pers. 1.5)
Dimana: Kag : Kebutuhan agregat gabungan (kg)
Bjb : Berat jenis beton basah (kg)
Ks : Kebutuhan semen (kg)
Ka : Kebutuhan air (kg)
Maka:
Kag= 2415 – 330 – 185 = 1900 Kg
b. Kebutuhan Agregat Halus
Kah= Kag x % Ah ....... (Pers. 1.6)
Dimana: Kah : Kebutuhan agregat halus (kg)
Kag : Kebutuhan agregat gabungan (kg)
% Ah : Prosentase Agregat Halus (kg)
Maka:
Kah= 1900 Kg x 32 % = 608 Kg
c. Kebutuhan Agregat Kasar
Kak= Kag– Kah....... (Pers. 1.7)
Dimana: Kak : Kebutuhan agregat kasar (kg)
Kag : Kebutuhan agregat gabungan (kg)
Kah : Kebutuhan Agregat halus (kg)
Maka:
Kebut. Agr. Kasar = 1900 Kg – 608 Kg = 1292 Kg
Jadi perbandingan berat (SSD) bahan dari pengecoran:
18
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Ah A1
Pasir = B + x B
100
Ak A2
Kerikil = C + x C
100
Dimana:
A = Jumlah kebutuhan air (L/m3)
B = Jumlah kebutuhan pasir (kg/m3)
C = Jumlah kebutuhan kerikil (kg/m3)
Ah = Kandungan air dalam pasir (%)
Ak = Kandungan air dalam kerikil (%)
A1 = Kandungan air pada pasir jenuh kering muka (%)
A2 = Kandungan air pada kerkil jenuh kering muka (%)
Adapun untuk koreksi terhadap kondisi bahan dapat dilihat pada Tabel 1.16
berikut:
Tabel 1.16 Koreksi terhadap kondisi bahan
Bahan (kg/m3) Absorption (%) Kadar Air (%)
Semen = 330 - -
Air = 180 - -
Pasir = 608 2,88 5,80
Kerikil = 1292 0,50 1,50
19
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Ak A2
c. Batu Pecah = x C = 1,50 –0,50 x 1292
100 100
= 13 kg/m3
Kebutuhan Kerikil = 1292 + 13
= 1305 kg/m3
d. Air = 185 Liter/m3
21. Koreksi Terhadap Kondisi Bahan
Untuk percobaan diperlukan 6 benda uji, maka Volume benda uji:
Silinder = 6 (1/4*π*D2*t) = 6(1/4*3,14*0,152*0,3)= 0,0318 m3
Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk menjaga
kemungkinan susut, jadi diperlukan material = (0,2 x 0,0318) + 0,0318
= 0,0382 m3= 38,2 liter
Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai berikut:
20
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
21
BAB II
PERCOBAAN SLUMP BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan slump beton merupakan
ukuran kekentalan beton segar. Sehingga akan diketahui apakah sampel yang dibuat
telah memenuhi slump yang telah ditentukan pada perhitungan sebelumnya (pada
Bab I).
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk percobaan slumb beton adalah sebagai
berikut:
1. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm,
bagian atas 10 cm, dan tinggi 30 cm, bagian atas dan bagian bawah terbuka.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujung dibulatkan
dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Pelat logam dengan permukaan yang kokoh rata dan kedap air (talam).
4. Sendok cekung.
5. Cetok.
6. Alat ukur penurunan, bisa menggunakan mistar atau roll meter.
C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk percobaan slumb beton adalah contoh beton
segar sebanyak-banyaknya sama dengan isi cetakan.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan Slump beton dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah
2. Letakkan cetakan diatas pelat
3. Isi cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapisan, tiap lapisan
berisi kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara bagian bawah tiap-tiap lapisan.
22
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
E. PERHITUNGAN
Berikut merupakan hasil prcobaan Test Slump Beton:
Tabel 2.1 Hasil percobaan Test Slump Beton
Percobaan Penurunan (cm) Keterangan
1 0 Tidak sesuai
2 4 Tidak sesuai
3 12,6 Sesuai dengan slump yang
direncanakan yaitu 7,5 cm – 15 cm
Sumber: Hasil Praktikum di Laboratorium
F. KESIMPULAN
Percobaan uji slump dilakukan sebanyak 3 kali. Percobaan pertama pengujian
slump gagal atau hasil uji tidak memenuhi dari batas yang disyaratkan, hal ini
dikarenakan kekurangan air dalam adukan. Setelah ditambahkan air sebanyak 1000
ml adukan beton diaduk kembali, hasil uji tidak memenuhi dari batas yang
disyaratkan yaitu 4 cm. Hal ini disebabkan adukan beton yang kurang merata.
Setelah adukan beton diaduk, maka uji slump kembali dilakukan sehingga
didapatkan nilai slump sebesar 12,6 cm dan telah memenuhi persyaratan slump yang
direncanakan, yaitu antara 7,5 cm - 15 cm untuk kolom.
23
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
G. GAMBAR
Adapun gambar langkah-langkah dalam percobaan Test Slump Beton pada
Gambar 2.1 – 2.4 berikut:
24
BAB III
PEMERIKSAAN BERAT ISI BETON
DAN BANYAKNYA BETON PER ZAK SEMEN
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi beton dan
banyaknya beton per zak semen.
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan berat isi beton adalah
sebagai berikut:
1. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
2. Tongkat pemadat, dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujungnya
dibulatkan dan sebaiknya dibuat dari baja tahan karat.
3. Alat perata.
4. Takaran dengan kapasitas dan penggunaannya sebagai berikut :
Kapasitas 6 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 25 mm
Kapasitas 10 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 37,5 mm
Kapasitas 14 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 50 mm
Kapasitas 28 liter : Ukuran maksimum agregat kasar 50 mm
Didalam percobaan ini menggunakan agregat ukuran maksimal 40 mm jadi
digunakan takaran/bohler dengan kapasitas 28 liter. Hasil pengukuran volume
takaran adalah 2830 cm3.
C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk pemeriksaan berat isi beton adalah contoh
beton segar sebanyak-banyaknya dengan kapasitas takaran/bohler.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pemeriksaan berat isi beton dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Timbang dan catat berat takaran (W1).
25
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
2. Isilah takaran dengan benda uji dalam tiga lapis, dalam tiap lapis dipadatkan
dengan 25 kali tusukan secara merata.
3. Setelah selesai pemadatan, ketuklah sisi takaran perlahan-lahan sampai tidak
tampak gelembung-gelembung udara.
4. Ratakan permukaan pada benda uji dan tentukan beratnya (W2).
E. HASIL PERCOBAAN
1. Berat beton segar + bohler W2 = 10000 gr = 10,000 kg
2. Berat bohler W1 = 3880 gr = 3,880 kg
3. Volume bohler V = 2830 cm3 = 0,00283 m3
4. Berat per zak semen = 50000 gr = 50,000 kg
F. PERHITUNGAN
Perhitungan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Berat Isi Beton:
( - 1)
γ non aditif =
(1 -3 )
= 3
= 33 1 3
= 0,152 kg
26
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
= 6,579 zak/ m3
G. KESIMPULAN
Dalam percobaan ini didapat data sebagai berikut:
1. Berat isi beton = 2163 kg/m3.
2. Berat beton per zak semen = 328 kg.
3. Banyaknya beton per zak semen = 0,152 kg.
4. Banyaknya semen per m3 = 5,579 zak/ m3.
H. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan pemeriksaan berat isi beton dapat dilihat
pada Gambar 3.1 – 3.2 berikut:
27
BAB IV
PEMERIKSAAN KEKUATAN TEKAN BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kekuatan tekan beton
berbentuk kubus dan silinder yang dibuat dan dirawat di laboratorium. Kekuatan
tekan adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah
sebagai berikut:
1. Silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
2. Vibrator.
3. Tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 60 cm dengan ujung dibulatkan
dan terbuat dari baja anti karat.
4. Bak pengaduk beton kedap air dengan mesin pengaduk.
5. Timbangan dengan ketelitian 0.3 % dari berat contoh.
6. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
7. Satu set alat pemeriksaan slump.
8. Satu set alat pemeriksaan berat isi beton.
C. BAHAN
Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton adalah
sebagai berikut:
1. Air bersih.
2. Agregat halus (Pasir).
3. Agregat kasar (Kerikil).
4. Semen Portland Type I.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur pemeriksaan kekuatan tekan beton dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Pembetonan Beton Segar
28
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
29
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
5. Pengujian
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah
beban maksimum yang terjadi selama pemerikasaan benda uji.
E. PERHITUNGAN
P 2
Rumus kekuatan tekan beton: A kg/cm
NO BUAT TEST (hari) (kg) KODE (cm2) (kg) UMUR TEST MPa
28 HARI
(kg/cm2)
(HT/FU)
1 2/12/16 16/11/16 28 13,26 I 176,625 28.000 1,00 158,52 15,852
2 2/12/16 16/11/16 28 13,30 II 176,625 29.000 1,00 164,50 16,450
3 2/12/16 16/11/16 28 13,42 III 176,625 35.000 1,00 198,52 19,852
4 2/12/16 16/11/16 28 13,38 IV 176,625 31.000 1,00 175,51 17,551
5 2/12/16 16/11/16 28 13,60 V 176,625 32.000 1,00 181,51 18,151
6 2/12/16 16/11/16 28 13,22 VI 176,625 30.000 1,00 169,85 16,985
Sumber; Hasil Perhitungan kelompok XXIV
Tabel 4.3 Tabel Perhitungan Simpangan Beton Normal
= = 17,474 ( -
(MPa)
(MPa)
15,852 17,474 2,629
30
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
( - )
Sd = √ 1 3
=√ = 1,42 MPa
-1 -1
1 1 1
3 = 3
=1 3 1 ( n )
1 1 1 11 1
3 = 3
=1 1 ( n )
2. Rata-rata dua buah benda uji tidak boleh f’c – 3,5 Mpa (14,5 Mpa)
1 1
= =1 1 1 1 ( n )
1 1 1
= =1 1 ( n )
1 11 1
= =1 1 ( n )
F. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Sesuai SNI-03-2847-2002 Pasal 7.6 Kuat tekan suatu mutu beton dapat
dikategorikan memenuhi syarat jika dua hal berikut dipenuhi:
a. Setiap nilai rata-rata dari tiga uji kuat tekan yang berurutan mempunyai
31
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
2. Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat dikesimpulan bahwa hasil uji kuat
tekan beton yang telah dilakukan memenuhi persyaratan (1.b) dari SNI-03-
2847-2002 Pasal 7.6.
G. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan Kuat Tekan Beton dapat dilihat pada
Gambar 4.1- 4.3 sebagai berikut:
32
BAB V
TEGANGAN REGANGAN PADA BETON
A. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan grafik perbandingan antara
tegangan dengan regangan dari sampel beton.
B. PERALATAN
Peralatan yang dipergunakan untuk percobaan tegangan dan regangan pada
beton adalah sebagai berikut:
1. Silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
2. Mesin tekan, kapasitas sesuai dengan keruntuhan.
3. Dial pembaca perpendekan sampel.
C. BAHAN
Bahan yang dipergunakan untuk percobaan tegangan dan regangan pada
beton adalah sebagai berikut:
1. Air bersih.
2. Agregat halus (Pasir Katunun).
3. Agregat kasar (Batu Pecah).
4. Semen Portland Tipe I.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Persiapan Pengujian tegangan regangan adalah sebgai berikut:
a. Ambillah benda uji yang akan ditentukan kekuatannya dari bak pertama
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
2. Prosedur Pengujian regangan adalah sebgai berikut:
a. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan berkisar
antara 2-4 km/cm3 per detik.
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah nilai
perpendekan setiap kenaikan 2000 kg beban yang terjadi selama
pemerikasaan benda uji.
33
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
E. PERHITUNGAN
ΔL
34
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.2 sebagai berikut:
180
160
140
Tegangan (Kg/cm2)
120
100
80
60
40
20
0
0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08
Regangan
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Kedua
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
0 176.63 0.10 300 0.00 0.000
2000 176.63 0.30 300 11.32 0.001
4000 176.63 0.40 300 22.65 0.001
6000 176.63 0.50 300 33.97 0.002
8000 176.63 0.70 300 45.29 0.002
10000 176.63 0.80 300 56.62 0.003
12000 176.63 0.85 300 67.94 0.003
14000 176.63 0.90 300 79.26 0.003
16000 176.63 1.00 300 90.58 0.003
18000 176.63 1.10 300 101.91 0.004
20000 176.63 1.20 300 113.23 0.004
22000 176.63 1.30 300 124.55 0.004
24000 176.63 1.80 300 135.88 0.006
26000 176.63 5.40 300 147.20 0.018
28000 176.63 6.00 300 158.52 0.020
29000 176.63 7.50 300 164.19 0.025
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
35
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.3 sebagai berikut:
180
160
Tegangan (Kg/cm2) 140
120
100
80
60
40
20
0
0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03
Regangan
Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Ketiga
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
0 176.63 300 0.00
2000 176.63 300 11.32
4000 176.63 300 22.65
6000 176.63 300 33.97
8000 176.63 300 45.29
10000 176.63 300 56.62
12000 176.63 300 67.94
14000 176.63 300 79.26
16000 176.63 300 90.58
18000 176.63 300 101.91
20000 176.63 300 113.23
22000 176.63 300 124.55
24000 176.63 300 135.88
26000 176.63 300 147.20
28000 176.63 300 158.52
30000 176.63 300 169.85
32000 176.63 300 181.17
34000 176.63 300 192.49
35000 176.63 300 198.15
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
36
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.4 sebagai berikut:
180
160
Tegangan (Kg/cm2) 140
120
100
80
60
40
20
0
0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03
Regangan
Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Keempat
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
0 176.63 1.2 300 0.00 0.004
2000 176.63 1.4 300 11.32 0.005
4000 176.63 1.5 300 22.65 0.005
6000 176.63 1.6 300 33.97 0.005
8000 176.63 1.7 300 45.29 0.006
10000 176.63 1.8 300 56.62 0.006
12000 176.63 1.9 300 67.94 0.006
14000 176.63 2 300 79.26 0.007
16000 176.63 2.2 300 90.58 0.007
18000 176.63 2.4 300 101.91 0.008
20000 176.63 2.6 300 113.23 0.009
22000 176.63 2.7 300 124.55 0.009
24000 176.63 2.9 300 135.88 0.010
26000 176.63 3.1 300 147.20 0.010
28000 176.63 3.3 300 158.52 0.011
30000 176.63 3.5 300 169.85 0.012
31000 176.63 4.3 300 175.51 0.014
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
37
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.5 sebagai berikut:
200
180
160
Tegangan (Kg/cm2)
140
120
100
80
60
40
20
0
0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02
Regangan
Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Kelima
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
0 176.63 0.10 300 0.00 0.000
2000 176.63 0.20 300 11.32 0.001
4000 176.63 0.30 300 22.65 0.001
6000 176.63 0.40 300 33.97 0.001
8000 176.63 0.50 300 45.29 0.002
10000 176.63 0.60 300 56.62 0.002
12000 176.63 0.70 300 67.94 0.002
14000 176.63 0.80 300 79.26 0.003
16000 176.63 1.00 300 90.58 0.003
18000 176.63 1.10 300 101.91 0.004
20000 176.63 1.30 300 113.23 0.004
22000 176.63 1.40 300 124.55 0.005
24000 176.63 1.50 300 135.88 0.005
26000 176.63 1.70 300 147.20 0.006
28000 176.63 2.10 300 158.52 0.007
30000 176.63 2.60 300 169.85 0.009
32000 176.63 3.90 300 181.17 0.013
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
38
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.6 sebagai berikut:
200
180
160
Tegangan (Kg/cm2)
140
120
100
80
60
40
20
0
0.00 0.00 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
Regangan
Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Tegangan Regangan pada Sampel Beton Keenam
Beban Luas penampang Perpendekan Tinggi Awal Tegangan Regangan
Kg cm2 mm mm kg/cm2
0 176.63 300 0.00 0.000
2000 176.63 300 11.32
4000 176.63 300 22.65
6000 176.63 300 33.97
8000 176.63 300 45.29
10000 176.63 300 56.62
12000 176.63 300 67.94
14000 176.63 300 79.26
16000 176.63 300 90.58
18000 176.63 300 101.91
20000 176.63 300 113.23
22000 176.63 300 124.55
24000 176.63 300 135.88
26000 176.63 300 147.20
28000 176.63 300 158.52
30000 176.63 300 169.85
Sumber: Hasil Perhitungan Kelompok XXIV
39
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI KELOMPOK
XXIV
Dari data tegangan dan regangan maka dapat dibuat grafik yang ditampilkan
pada Gambar 5.7 sebagai berikut:
180
160
Tegangan (Kg/cm2) 140
120
100
80
60
40
20
0
0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03
Regangan
F. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari pemeriksaan tegangan dan regangan beton adalah
bahwa sampel pertama, kedua, dan kelima terdapat peningkatan nilai tegangan dan
regangan di tengah pemeriksaan atau pengujian sedangkan pada sampel beton ketiga
terjadi peningkatan tegangan regangan yang relatif. Hal ini menandakan bahwa nilai
tegangan regangan yang terjadi masing-masing tergantung dari nilai kuat tekan
karakteristik yang dicapai.
G. GAMBAR
Adapun gambar dalam percobaan Tegangan Regangan paada Beton dapat
dilihat pada Gambar 5.4 sebagai berikut:
Gambar 5.4 Sampel Beton dan Alat Dial Pembaca Perpendekan Sampel
40