Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 – 2500 kg/m 3 menggunakan
agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan.
1. Menentukan kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan (fc’) pada umur
tertentu.
Perlu dicatat bahwa nilai fc’ berarti kuat tekan beton dengan benda uji berbentuk silinder.
Jika yang diketahui adalah nilai K, maka nilai kuat tekan beton perlu dikonversi. Lebih
lanjut tentang konversi ini dapat dibaca di Buku Pedoman Pekerjaan Beton PT Wijaya
Karya. Uraian singkat tentang konversi ini adalah sebagai berikut (Rumusan berdasarkan
PBBI’71 juga dicantumkan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan):
Tabel 2. Rumus Konversi dari K (fck’ atau σbk) ke C (f’c) atau Konversi Kubus ke Silinder
Rumus Keterangan dan Satuan Referensi
f’c = [0.76 + 0.210 ⋅log( fck' /15)f ' ck ] fck’ = kuat tekan karakteristik SNI T-15-1991-03
beton Kubus (Mpa)
K = kuat tekan karakteristik PBBI’71
C = 0.83 x K beton Kubus (kg/cm2) SK SNI T-15-1991-03
Jika umur beton yang dikehendaki saat diuji belum mencapai 28 hari, maka harus
dikonversi juga dengan konstanta sebagai berikut :
Tabel 3. Nilai Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal pada Berbagai Umur untuk Benda
Uji Silinder yang Dirawat di Laboratorium
Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365 Referensi
Semen Portland Tipe I 0.46 0.70 0.88 0.96 1.00 - - SNI T-15-1990-03
Semen Portland Biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35
Semen Portland dengan PBBI’71
Kuat Awal Tinggi 0.55 0.75 0.90 0.95 1.00 1.15 1.20
*Beton tidak menggunakan bahan tambahan ataupun agregat ringan
2. Menetapkan deviasi standar (SD)
1. Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa
yang lalu.
Deviasi standar yang didapat dari pengalaman lapangan selama produksi beton harus
dihitung menurut rumus:
n _
∑(xi − x)2
i=1
SD =
n −1
Dimana :
SD = deviasi standar
xi = kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
_
xi = kuat tekan beton rata-rata menurut rumus :
n
_ ∑ xi
x = i=1n
14 = jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil uji
adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji)
Catatan : Contoh perhitungan dan detail tentang standar deviasi dapat dipelajari pada
Bab IV. Pengujian dan Evaluasi Pekerjaan Beton
Data hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus :
1 Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu dan kondisi produksi
yang serupa dengan pekerjaan yang diusulkan
2 Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan, f’c, yang nilainya dalam batas ±7
MPa dari nilai f’c yang ditentukan
3 Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil
uji berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji diambil dalam produksi selama
jangka waktu tidak kurang dari 45 hari
4 Bila suatu produksi beton hanya memiliki data hasil uji yang memenuhi syarat
sebanyak 15-29 hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah
perkalian deviasi standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut dengan faktor
pengali dari tabel dibawah ini :
2. Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa pada masa
yang lalu / bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai tambah (margin/M)
langsung diambil sebesar 12 Mpa.
3. Menghitung nilai tambah (M)
1. Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung ke Langkah 4
2. Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar SD, maka dilakukan dengan
rumus berikut:
M = k * SD
f’cr = f’c + M
Tabel 6. Perkiraan Kekuatan Tekan(N/mm2) Beton dengan Faktor Air Semen 0.5 dan
Jenis Semen dan Agregat Kasar yang Biasa Dipakai di Indonesia
Kekuatan Tekan (N/mm2) pada Umur (Hari)
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar
3 7 28 91 Benda Uji
Portland tipe I, dan Batu tak dipecahkan 17 23 33 40
semen tahan sulfat Batu pecah 19 27 37 45 Silinder
tipe II dan V Batu tak dipecahkan 20 28 40 48
Kubus
Batu pecah 23 32 45 54
Portland Tipe III Batu tak dipecahkan 21 28 38 44
Silinder
Batu pecah 25 33 44 48
Batu tak dipecahkan 25 31 46 53
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
Catatan :
1* 1 N/mm2 = 1 MN/m2 = 1 MPa
2* Kuat tekan silinder (dia.150 mm, h=300 mm) = 0.83 kuat tekan kubus (150x150x150 mm 3)
Lukislah titik A pada Gambar Hubungan Kuat Tekan dan Faktor Air Semen (Pilih
Grafik 1 untuk Silinder atau Grafik 2 untuk Kubus) dengan FAS 0.5 sebagai absis dan
kuat tekan beton yang diperoleh dari Tabel 6 diatas sebagai ordinat. Dari titik A dibuat
grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya.
Selanjutnya tarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang
dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik kebawah untuk
mendapatkan FAS yang dicari.
Grafik Hubungan
Kuat Tekan vs FAS
Benda Uji Berbentuk Silinder
(diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
(Benda Uji Berbentuk Silinder Dia. 150 mm Tinggi 300 mm)
Grafik Hubungan
Kuat Tekan vs FAS
Benda Uji Berbentuk Kubus
(Ukuran 150 x 150 x 150 mm)
Tabel 8. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang
Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3) Kandungan
Dalam Tanah semen minimum Faktor
SO3 (kg/m3) Air-
SO3 dalam dalam
Total Jenis Semen Semen
campuran air air
SO3 Ukuran Maks. (FAS)
: tanah = 2:1 tanah
(%) Agregat (mm) Maks.
(g/lt) (g/lt) 40 20 10
Tipe I dengan atau tanpa
<0.2 <0.1 <0.3 Pozzolan (15-40%) 280 300 350 0.5
Tabel 11. Perkiraan Kebutuhan Air (liter) Per Meter Kubik Beton
Besar Ukuran Jenis Slump (mm)
Maksimum
Agregat (mm) Batuan 0-10 10-30 30-60 60-180
Alami 150 180 205 225
10 Batu pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 195
20 Batu pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40 Batu pecah 155 175 190 205
Catatan:
1• Koreksi suhu diatas 200C, setiap kenaikan 50C harus ditambah air 5 liter per m3 adukan
beton
2• Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus ditambah air ± 10 liter per
m3 adukan beton
2. Untuk agregat campuran (gabungan antara agregat tak dipecah dan agregat dipecah),
dihitung menurut rumus berikut :
A = 0.67Ah + 0.33 Ak
3
Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m beton)
Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya
Tabel 12. Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan
Khusus
Semen Minimum
Jenis Pembetonan (kg/m3 beton)
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan keliling non-korosif 275
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap
korosif 325
Beton diluar ruang bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 325
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 275
Beton yang masuk kedalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah Tabel 8
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 9
Berat jenis agregat ditentukan berdasarkan dengan data hasil uji laboratorium, bila tidak
tersedia dapat dipakai nilai dibawah ini :
Agregat tak dipecah / alami = 2.6 gr/cm3
Agregat dipecah = 2.7 gr/cm3
Gambar 6. Perkiraan Berat Jenis Beton Basah yang Dimampatkan Secara Penuh
Jika kadar air agregat melebihi kemampuan penyerapan agregat, maka agregat sudah
mengalami kejenuhan dan mengandung air berlebih, maka harus mengurangi kadar air
bebas agar komposisi tetap seimbang, dan demikian pula sebaliknya.
Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus berikut:
1. Soal
Dibawah ini diberikan tabel mix design secara praktis yang dapat diikuti jika terdapat kendala
dalam menentukan mix design secara analitis. Perlu dicatat bahwa nilai ini hanya
pendekatan dan tetap disarankan agar proyek juga tetap melakukan trial mix.
Setelah membuat mix design, trial mix dalam volume yang kecil (misalnya 0.1 atau 0.05 m 3)
akan dibuat untuk memastikan mix design tersebut telah sesuai. Trial mix ini harus diuji dari
segi:
1 Kuat Tekan
2 Slump
3 Sifat-sifat lain yang sesuai spesifikasi
Sebelum membuat penyesuaian, sebaiknya diperiksa kembali untuk memastikan bahwa
ketidaktepatan hasil tidak terjadi akibat:
1 Kesalahan perhitungan matematis sedehana atau salah baca angka
2 Sarana batching berbeda dari rencana semula
3 Timbangan tidak bekerja secara memuaskan
Biasanya sedikit penyesuaian akan diperlukan dan sebaiknya mengacu pada cara-cara
penyesuaian dibawah ini:
1 Penyesuaian Kuat Tekan atau Durabilitas:
Menyesuaikan Faktor Air-Semen / FAS sesuai dengan grafik hubungan Kuat Tekan-FAS.
Misal: untuk meningkatkan kekuatan dan durabilitas, maka FAS harus dikurangi.
80
70
50
40
30
20
10
0
0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Dibawah ini adalah panduan praktis untuk penyesuaian proporsi campuran berdasarkan
output trial mix yang ingin diperbaiki.
3
Tabel 17. Panduan Praktis Penyesuaian Trial Mix (per 1 m Beton)
Penyesuaian Korektif
Hasil Sebab yang Mungkin Air Semen Pasir Agregat
Kasar
Slump 1. Perkiraan kadar air Kurangi Tetap Naikkan Tetap
terlalu pasir yang terlalu penambahan sebesar 5 kg
tinggi rendah atau perkiraan air sebesar 5 untuk setiap
daya serap agregat kg untuk tiap perubahan
yang terlalu tinggi 20 mm slump slump sebesar
20 mm
2. Perkiraan kebutuhan Air dan semen dikurangi Pasir dan agregat kasar
air yang terlalu besar, sebagaimana ditunjukkan ditambahkan sebagaimana
sebagai contoh: kerikil Tabel Koreksi Air, Semen ditunjukkan Tabel Koreksi Air,
yang permukaannya dan Agregat untuk Slump Semen dan Agregat untuk
halus memerlukan air Selain 80 mm Slump Selain 80 mm
yang lebih sedikit
ketimbang batu pecah
yang kasar.
Slump 1. Perkiraan kadar air Naikkan Tetap Turunkan Tetap
terlalu pasir yang terlalu tinggi penambahan sebesar 5 kg
rendah atau perkiraan daya air sebesar 5 untuk setiap
serap agregat yang kg untuk tiap perubahan
terlalu rendah 20 mm slump slump sebesar
20 mm
2. Perkiraan kebutuhan Air dan semen ditambahkan Pasir dan agregat kasar
air yang terlalu kecil sebagaimana ditunjukkan dikurangi sebagaimana
Tabel Koreksi Air, Semen ditunjukkan Tabel Koreksi Air,
dan Agregat untuk Slump Semen dan Agregat untuk
Selain 80 mm Slump Selain 80 mm
Terlalu 1. Kesalahan asumsi Tetap Tetap - 50 kg + 50 kg
banyak yang menganggap pasir
pasir lebih kasar dari yang
seharusnya
2. Specific gravity Tetap Tetap Tetap SG(agr)
agregat kasar lebih x
besar dari 2.65 2.65
3. Specific gravity dari Tetap Tatap SG( pasir) Tetap
pasir lebih kecil dari x
2.60 2.60
Kekurang 1. Kesalahan asumsi Tetap Tetap + 50 kg - 50 kg
an pasir yang menganggap pasir
lebih halus dari yang
seharusnya
2. Specific gravity Tetap Tetap Tetap SG(agr)
agregat kasar lebih kecil x
dari 2.65 2.65
3. Specific gravity dari Tetap Tetap SG( pasir) Tetap
pasir lebih besar dari x
2.60 2.60
Keras 1. Pengaruh ukuran Tetap Tetap Tetap a).
material 20mm–50kg
a). Ukuran maksimum 40mm+50kg
agregat 40 mm
b). Ukuran maksimum b).
agregat 20 mm 10mm-50kg
20mm+50kg
Note : Kesalahan perhitungan sebesar 1% dalm perkiraan kadar air, baik pasir maupun agregat kasar,
akan menyebabkan 10 kg kesalahan (kira-kira) dalam penambahan air dan berat agregat.
Beberapa tampilan beton yang mungkin didapat saat trial mix adalah :