Anda di halaman 1dari 11

BAB VII

PERENCANAAN CAMPURAN BETON

7.1 Pendahuluan
Pada dasarnya, beton terdiri dari agregat, semen hidrolism air, dan boleh mengandung
bahan bersifat semen lainnya dan atau bahan tambahan kimia lainnya. Beton dapat
mengandung sejumlah rongga udara yang terperangkap atau dapat juga rongga udara yang
sengaja dimasukkan melalui penambahan bahan tambahan. Bahan tambahan kimia sering
digunakan untuk mempercepat, memperlambat, memperbaiki sifat kemudahan pengerjaan
(workability), mengurangi air pencampur, menambah kekuatan, atau mengubah sifat-sifat lain
dari beton yang dihasilkan. Proses ini harus direncanakan agar mendapatkan perbandingan
bahan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan mutu yang diinginkan.Dalam praktek
lapangan, hal ini berguna bagi para perencana suatu konstruksi yang pelaksanaannya
menggunakan proporsi dari campuran beton.

7.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan campuran ini adalah mendapatkan suatu campuran beton yang
dapat menghasilkan suatu campuran beton yang bermutu.

7.3 Ruang Lingkup


Tata cara pelaksanaan ini mencakup persyaratan umum serta ketentuan teknis
perencanaan campuran beton tanpa menggunakan bahan tambahan lainnya. Metode ini
memberikan perkiraan awal pemilihan campuran yang diperiksa lebih lanjut dengan
percobaan di laboratorium sesuai dengan di apangan, dan bila perlu disesuaikan, untuk
mendapat karakterisik atau sifat-sifat khusus yang diinginkan dari beton yang dihasilkan.

7.4 Proporsi Campuran


Pemilihan proporsi campuran beton harus dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan
sebagai berikut,
1. Perencanaan campuran beton ditentukan berdasarkan hubungan Antara kuat tekan
dan faktor air semen.
2. Untuk beton dengan nilai fc’ lebih dari 20 MPa, proporsi campuran serta
pelaksanaan produksinya harus didasarkan pada perbandingan berat.
3. Untuk beton dengan nilai fc’ hingga 20 MPa, pelaksanaan produksinya dapat
menggunakan perbandingan volume. Perbandingan volume ini harus didasarkan
pada perencanaan proporsi campuran dalam berat yang dikonversikan ke dalam
volume melalui berat isi dari masing-masing bahan.

7.5 Mutu dan Karateristik Beton


Pada pengujian beton, terdapat dua standar bentuk beton yang akan diuji guna
menyesuaikan kekuatannya di lapangan, yakni bentuk kubus dan silinder. Perbandingan
kekuatan tekan beton kubus dan beton silinder dapat ditunjukkan dalam tabel berikut,
Tabel 7.1 Tabel perbandingan kuat tekan beton
Benda uji Perbandingan kekuatan tekan
Kubus 15x15x15 cm 1.00
Kubus 20x20x20 cm 0.95
Silinder diameter 15,tinggi 30 cm 0.83

Secara umum, beton memiliki beberapa kode yang menunjukkan mutu beton serta
karakteristik beton tersebut. Untuk mutu beton, biasanya kode yang digunakan adalah kuat
tekan beton teresbut (fc’). Misal, beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan
minimum adalah 25 MPa pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton
diameter 15 cm, tinggi 30 cm. Kode ini mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang
merujuk pada ACI (American Concrete Institute).Satuan kuat tekan beton dinyatakan dengan
Mega Pascal (MPa), dimana, 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2. Dalam kode yang lain,
karakteristik beton dinyatakan dengan kode K. Misal, Beton dengan mutu K-250 menyatakan
kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan
menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15 cm.Kode ini mengacu pada PBI 71 yang
merujuk pada standar eropa lama, sehingga perbandingan Antara kode beton pada PBI 71 dan
SNI dapat ditunjukkan sebagai berikut,
Fc’ = 0.083*K
Dimana, fc’ = kode mutu beton SNI, K = kode karakteristik beton PBI 71

7.6 Bahan Rencana Uji


Bahan yang akan dilakukan perancangan pembuatan beton antara lain,
1. Air, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Semen, sesuai dengan SNI-15-2049-1994 tentang mutu dan cara uji semen Portland
3. Agregat, sesuai dengan SNI-03-1750-1990 tentang mutu dan cara uji agregat beton.

7.7 Perencanaan Proporsi Campuran


Dalam perencanaan proporsi campuran beton, hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Kuat tekan yang diinginkan
Suatu kelebihan pada material beton terletak pada fleksibilitasnya di dalam
menentukan seberapa besar kuat tekan yang diinginkan. Di dalam buku teknologi beton
yang ditulis oleh Ir. Kardiyono (2009), terdapat beberapa jenis penggunaan beton,
antara lain,
Tabel 7.2 Tabel jenis beton dan kuat tekan
Jenis Beton Kuat Tekan (MPa)
Beton sederhana (plain concrete) <15 MPa
Beton normal (biasa) 15 – 30 MPa
Beton prategang 30 - 40 MPa
Beton kuat tekan tinggi 40 – 80 MPa
Beton kuat tekan sangat tinggi >80 MPa
Dalam praktek lapangan sehari-hari, sering digunakan beton dengan jenis beton
normal. Dalam mengatasi penyimpangan yang mungkin terjadi, tidak jarang pelaksana
wajib memberikan angka aman pada perencanaan beton yang akan dibuat. Nilai ini
digunakan guna mengantisipasi kemungkinan yang terjadi di lapangan saat pelaksanaan
pembuatan beton. Nilai aman dalam perencanaan campuran ini disebut dengan margin.
Margin (nilai tambah) dalam perencanaan diambil dengan tahapan sebagai berikut,
a. Jika pelaksana mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai tambah ditulis
berdasarkan nilai deviasi standar S (dari bagian Lampiran no.1) dengan rumus
berikut (diambil yang terbesar)
m = 1.34 x S atau m = 2.33 S - 3.5
b. Jika pelaksana mempunyai tidak memiliki pengalaman lapangan, maka nilai
tambah diambil dari tabel berikut,
Tabel 7.3 Tabel nilai margin
Kuat tekan yang disyaratkan, fc (Mpa) Kuat tekan rata-rata perlu (Mpa)
fc < 21 fcr = fc + 7,0
21 ≤ fc ≤ 35 fcr = fc + 8,3
fc > 35 fcr = 1,10 fc + 5,0

2. Slump
Bila slump tidak diisyaratkan, gunakan Tabel . rentang nilai slump tersebut berlaku
bila beton dipadatkan dengan digetar.
Tabel 7.4 Nilai slump yang dianjurkan untuk berbagai pekerjaan konstruksi
Slump
Tipe Konstruksi (mm)
Maksimum Minimum
Pondasi beton bertulang (dinding dan pondasi telapak) 75 25
Pondasi telapak tanpa tulangan, pondasi tiang pancang, 75 25
dinding bawah tanah
Balok dan dinding bertulang 100 25
Kolom bangunan 100 25
Perkerasan dan pelat lantai 75 25
Beton massa 50 25
*Slump dapat ditambah bila digunakan bahan tambahan kimia, asalkan beton yang
diberi bahan tambahan tersebut memiliki rasio air-semen atau rasio-air-bahan bersifat
semen yang sama atau lebih kecil dan tidak menunjukkan seregasi yang berarti atau
bliding berlebihan.
*Slump boleh ditambah 25 mm untuk metode pemadatan selain dengan penggetaran

3. Besar butir agregat maksimum


Ukuran nominal agregat kasar maksimum dengan gradasi yang baik memiliki
rongga udara yang lebih sedikit dibandingkan dengan agregat berukuran lebih kecil.
Dengan demikian, eton dengan agregat berukuran lebih besar membutuhkan lebih
sedikit adukan mortar per satuan isi beton.
Secara umum ukuran nominal agregat maksimum harus yang terbesar yang dapat
diperoleh secara ekonomi dan tetap menurut dimensi komponen struktur/konstruksinya.
Ukuran nominal agregat maksimum tidak boleh melebihi :
a. 1/5 dari ukuran terkecil dimensi antara dinding-dinding cetakan/bekisting
b. 1/3 tebal pelat lantai
c. ¾ jarak minimum antar masing-masing batang tulangan, berkas-berkas
tulangan, atau tendon tulangan pra-tegang (pretensioning strands)
Bila diinginkan beton berkekuatan tinggi, maka hasil terbaik dapat diperoleh
dengan ukuran nominal agregat maksimum yang lebih kecil karena hal ini akan
memberikan kekuatan lebih tinggi pada rasio air-semen yang diberikan.

4. Perkiraan air pencampur dan kandungan udara


Tabel 7.5 Perkiraan kebutuhan air pencampur dan kadar udara untuk
berbagai slump dan ukuran nominal agregat maksimum batu pecah
Air (kg/m³) untuk ukuran nominal agregat maksimum batu pecah
Slump 9,5 12,5 19 25 37,5 50 75 150
(mm) mm* mm* mm* mm* mm* mm* mm* mm*
Beton tanpa tambahan udara
25 - 50 207 199 190 179 166 154 130 113
75 - 100 238 216 205 193 181 169 145 124
150 - 175 243 228 216 202 190 178 160 -
> 175* - - - - - - - -
Banya udara
3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,3 0,2
dalam beton (%)
Beton dengan tambahan udara
25 - 50 181 175 168 160 150 142 122 107
75 - 100 202 193 184 175 165 157 133 119
150 - 175 216 205 197 184 174 166 154 -
> 175* - - - - - - - -
Jumlah kadar
udara yang
disarankan
untuk tingkat
pemaparan
sebagai berikut :

ringan (%) 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0

sedang (%) 6,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 3,5 3,0

berat (%) 7,5 7,0 6,0 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0
Banyaknya air untuk tiap satuan isi beton yang dibutuhkan agar menghasilkan slump
tertentu tergatung pada :
a. Ukuran nominal maksimum, bentuk partikel dan gradaasi agregat
b. Temperatur beton
c. Perkiraan kadar udara, dan:
d. Penggunaan bahan tambahan kimia
Bentuk partikel agregat tidak selalu merupakan indicator, baik lebih tinggi atau lebih
rendah dari kekuatan rencana.

5. Rasio Air Semen


Rasio air semen yang diperlukan tidak hanya ditentukan oleh syarat kekuatan, tetapi
juga karena faktor keawetan. Oleh karena agregat dan semen yang berbeda umumnya
menghasilkan kekuatan yang berbeda untuk rasio air semen yang sama, sangat
dibutuhkan hubungan antara kekuatan dengan rasio air semen dari bahan-bahan yang
sebenarnya akan dipakai. Kekuatan rata-rata harus melebihi kekuatan yang disyaratkan
dengan perbedaan yang cukup tinggi untuk menggunakan hasil uji yang rendah dalam
rentang batas tertentu
Tabel 7.6 Hubungan antara rasio air-semen (w/c) atau rasio air-bahan
bersifat{w/(c+p)} dan kekuatan beton
Kekuatan tekan Rasio air-semen (berat)
pada 28 hari (Mpa) Beton tanpa Beton dengan
tambahan udara tambahan udara

40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,79 0,70
*Nilai-nilai ini adalah perkiraan rata-rata kekuatan beton yang mengandung tidak lebih
dari 2% udara untuk beton tanpa tambahan udara dan 6% kadar udara total untuk beton
dengan tambahan udara. Untuk rasio air-semen yang tetap, kekuatan beton berkurang
bila kadar udara bertambah.

6. Perkiraan kadar agregat kasar


Agregat dengan ukuran nominal maksimum dan gradasi yang sama akan
menghasilkan beton dengan sifat pengerjaan yang memuaskan bila sejumlah tertentu
volume agregat (kondisi kering oven) dipakai untuk tiap satuan volume beton.
Untuk beton dengan tingkat kemudahan pengerjaan yang lebih baik bila pengecoran
dilakukan memakai pompa, atau bila beton harus ditempatkan ke dalam cetakan dengan
rapatnya tulangan baja, dapat mengurangi kadar agregat kasar sebesar 10% dari nilai
yang ada dalam Tabel 7.7. Namun demikian tetap harus berhati-hati untuk meyakinkan
agar hasil uji slump, rasio air-semen atau rasio air-(semen+bahan bersifat semen), dan
sifat-sifat kekuatan dari beton tetap memenuhi rekomendasi.serta memenuhi persyaratan
spesifikasi proyek yang bersangkutan.
Tabel 7.7 Volume agregat kasar per satuan volume beton
Ukuran Volume agregat kasar kering oven per satuan
agregat volume beton untuk berbagai modulus
maksimum kehalusan dari agregat halus
(mm) 2,40 2,60 2,80 3,00
9,5 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
19 0,66 0,64 0,62 0,60
25 0,71 0,69 0,67 0,65
37,5 0,75 0,73 0,71 0,69
50 0,78 0,76 0,74 0,72
75 0,82 0,80 0,78 0,76
15 0,87 0,85 0,83 0,81
Volume ini dipilih dari hubungan empiris untuk menghasilkan beton dengan sifat
pengerjaan untuk pekerjaan konstruksi secara umum. Untuk beton yang lebih kental
(kelecakan rendah), seperti untuk konstruksi lapis lantai (pavement), nilainya dapat
ditambah sekitar 10%

7. Perkiraan kadar agregat halus


Bila berat per satuan volume beton dapat dianggap atau diperkirakan dari
pengalaman, maka berat agregat halus yang dibutuhkan adalah perbedaan dari berat
beton segar dan berat total dari bahan lainnya. Umumnya, berat satuan dari beton telah
diketahui dengan ketelitian cukup dari pengalaman sebelumnya yang memakai bahan-
bahan yang sama.
Dalam hal infomasi semacam ini tidak diperoleh, Tabel dapat digunakan untuk
perkiraan awal. Sekalipun bila perkiraan berat beton per m³ tadi adalah perkiraan cukup
kasar, proporsi campuran akan cukup tepat untuk memungkinkan penyesuaian secara
mudah berdasarkan campuran percobaan seperti yang akan ditunjukkan dalam contoh.
Tabel 7.8 Perkiraan awal berat beton segar
Ukuran agregat Perkiraan awal berat beton, kg/m³
maksimum Beton tanpa tambahan Beton dengan tambahan
(mm) udara udara

9,5 2280 2200


12,5 2310 2230
19 2345 2275
25 2380 2290
37,5 2410 2350
50 2445 2345
75 2490 2405
150 2530 2435
8. Koreksi proporsi campuran
Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan
jenuh kering, sehingga di lapangan yang pada umumnya keadaan agregatnya tidak
jenuh kering muka, harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi
harus dilakukan minimum satu kali per hari. Jika kadar air agregat melebihi
kemampuan penyerapan agregat, maka agregat sudah mengalami kejenuhan dan
mengandung air berlebih, maka harus mengurangi kadar air bebas agar komposisi tetap
seimbang, dan demikian pula sebaliknya.

7.8 Daftar Isian Analisis Perencanaan Campuran


Daftar isian analisis perencanaan campuran beton ditulis dari formulir isian (terlampir)
sebagai berikut,
1. Kuat tekan yang disyaratkan = MPa
2. Margin (belum berpengalaman) = MPa
3. Kuat tekan rencana = MPa
4. Jenis semen =
5. Jenis agregat kasar = alami / batu pecah
6. Jenis agregat halus = alami / batu pecah
7. Ukuran agregat maksimum = mm
8. Kadar air bebas = kg/m³
9. Rasio Air Semen =
10. Nilai Slump = mm
11. Berat semen (8/9) = kg/m³
12. Modulus Kehalusan Agregat Halus =
13. Volume Agregat Kasar Per Satuan Volume Beton = m³
14. Berat Volume Kering Agregat Kasar = kg/m³
15. Berat Agregat Kasar = kg/m³
16. Perkiraan Awal Berat Beton = kg/m³
17. Berat Agregat Halus =
18. Volume Absolut
a. Volume Air = m³
b. Volume Padat Semen = m³
c. Volume Absolut Agregat Kasar = m³
d. Jumlah Volume Padat Selain Agregat Halus = m³
e. Volume Agregat Halus Yang Dibutuhkan = m³
f. Berat Agregat Halus Kering Yang Dibutuhkan = kg/m³

Sehingga, dari daftar isian tersebut didapat komposisi :


a) Susunan campuran beton untuk 1 m3
 Semen = kg
 Air = kg
 Pasir = kg
 Kerikil = kg
b) Susunan campuran beton untuk 1 zak Semen
 Semen = kg
 Air = kg
 Pasir = kg
 Kerikil = kg

c) Susunan campuran beton untuk 1 kg semen


 Semen = kg
 Air = kg
 Pasir = kg
 Kerikil = kg

Untuk pelaksanaan di lapangan, angka teoritis yang telah dihasilkan masih diperlukan
suatu angka koreksi karena adanya kadar air yang terdapat di dalam agregat, maka dilakukan
penyesuaian dengan memperhitungkan jumlah air bebas yang terdapat di dalam agregat atau
kadar air yang masih dibutuhkan oleh masing - masing agregat, baik agregat halus maupun
kasar. Maka, didapatkan komposisi campuran beton yang akan dilakukan di lapangan, yaitu,
 Semen = kg
 Air = kg
 Pasir = kg
 Kerikil = kg

7.9 Cara Perhitungan Proporsi Campuran


Perhitungan dari perencanaan campuran ini dapat dijabarkan sebagai berikut,
 Kuat tekan beton yang disyaratkan = 17 MPa
 Pengecoran adukan beton dengan nilai slump rencana = 75-100 mm
 Agregat kasar : batu pecah,
- Ukuran agregat maksimum butir = 40 mm
- Berat jenis (SSD) =
- Absorpsi (penyerapan) = 1,63%
- Kadar air saat pelaksanaan = 0,897%
 Agregat halus : pasir alami,
- Berat jenis (SSD) =
- Absorpsi (penyerapan) = 3,1%
- Kadar air saat pelaksanaan = 1,567%
Cara perhitungan susunan campuran dapat disusun sebagai betikut,
1. Ditentukan kuat tekan beton yang disyaratkan f'c pada umur 28 hari f'c = 17 Mpa
2. Ditentukan perhitungan nilai tambah margin (m)
Dimana nilai tambah margin dilihat pada Tabel 7.3 dan didapat sebesar = 7 Mpa
3. Ditentukan kuat tekan rata-rata perlu (f'cr) 24 Mpa
4. Ditentukan jenis semen : Semen portland type I
5. Ditentukan jenis agregat kasar : pecahan batu
6. Ditentukan jenis agregat halus : pasir alami
7. Ditentukan besar butir agregat maksimum 27,5 mm berdasarkan hasil analisa
gradasi agregat kasar
8. Kadar air bebas, banyaknya air pencampur untuk beton tanpa tambahan udara
dengan slump 75 mm sampai dengan 100 mm dan besar butir agregat maksimum
yang dipakai adalah 37,5 mm adalah 181 kg/m³ berdasarkan Tabel 7.5
9. Rasio Air Semen untuk beton berkekuatan 24 MPa adalah 0,62 berdasarkan hasil
interpolasi dari Tabel 7.6
10. Nilai Slump yang diisyaratkan 75 mm sampai dengan 100 mm berdasarkan Tabel 7.4
11. Ditentukan jumlah berat semen Portland = 292 kg/m³, didapat dari
Wsemen = (1/fas) x Wair
= (1/0,62) x 181 kg/m³
= 292 kg/m³
12. Ditentukan modulus kehalusan agregat halus 2,8 berdasarkan hasil analisa gradasi
agregat halus
13. Ditentukan volume agregat kasar per satuan volume beton 0,71 m³, berdasarkan
Tabel 7.7
14. Berat volume kering agregat kasar sebesar 1600 kg/m³
15. Ditentukan berat kering agregat kasar adalah 0,71 m³ x 1600 kg/m³ = 1136 kg.
16. Ditentukan perkiraan awal berat beton diperkirakan sebesar 2410 kg, berdasarkan
Tabel 7.8
17. Ditentukan banyaknya agregat halus atas dasar massa (berat)
Berat berat yang sudah diketahui adalah
a. Air = 181 kg
b. Semen = 292 kg
c. Agregat kasar = 1136 kg +
Jumlah = 1609 kg
Jadi, berat agregat halus = 2410 kg – 1609 kg = 801 kg
18. Ditentukan banyaknya agregat halus atas dasar volume absolut
a. Volume Air = 181
1000 = 0,181 m³
292
b. Volume Padat Semen = = 0,093 m³
3,15 𝑥 1000
1136
c. Volume Absolut Agregat Kasar = = 0,424 m³
2,681 𝑥 1000
d. Volume udara terperangkap = 1% x 1000 = 0,010 m³
e. Jumlah volume padat bahan selain agregat halus
Jumlah volume = 0,181 m³ + 0,093 m³ + 0,424 m³ + 0,010 m³
= 0,708 m³
f. Volume Agregat Halus Yang Dibutuhkan = 1 m³ - 0,708 m³
= 0,292 m³
g. Berat Agregat Halus Kering Yang Dibutuhkan = 0,292 m³ x 2,64 x 1000
= 771 kg
Perbandingan berat campuran satu meter per kubik beton yang dihitung dengan dua
cara perhitungan diatas adalah sebagai berikut :
Berdasarkan perkiraan Berdasarkan perkiraan
massa beton (kg) volume absolut bahan (kg)
Air (berat bersih) 181 181
Semen 292 292
Agregat kasar (kering) 1136 1136
Agregat halus (kering) 801 771

19. Koreksi terhadap kandungan air


Pengujian menunjukkan kadar air sebesar 2% pada agregat kasar dan 6% pada
agregat halus. Jika proporsi campuran percobaan dengan anggapan berat (massa) yang
digunakan, maka berat (massa) penyesuaian dari agregat menjadi
a. Agregat kasar (basah) = 1136 x (1+0,02) = 1159 kg
b. Agregat halus (basah) = 801 x (1+0,06) = 849 kg
Air yang diserap tidak menjadi bagian dari air pencampur dan harus dikeluarkan
dari penyesuaian dalam air yang ditambahkan. Dengan demikian, air pada permukaan
yang diberikan dari
- Agregat kasar = % kadar air - % penyerapan air
= 2% - 0,5% = 1,5%
- Agregat halus = % kadar air - % penyerapan air
= 6% - 0,7% = 5,3%
Dengan demikian, kebutuhan perkiraan air yang ditambahkan
adalah Air = 181 kg – (1136kg x 1,5%) – (801 kg x 5,3%)
= 122 kg
Perkiraan berat campuran untuk 1 m³ beton menjadi :
- Air (yang ditambahkan) = 122 kg
- Semen = 292 kg
- Agregat kasar (basah) = 1159 kg
- Agregat halus (basah) = 849 kg +
Jumlah = 2422 kg

Saat melakukan praktikum, benda uji bisa berupa kubus atau silinder
 Silinder standar mempunyai diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, maka volume 1
sample silinder beton untuk pengujian adalah sebesar :
Vol.Silinder = 0.25 * π * d2 *t
= 0.25 * π * 0,152 * 0,3 = 0,0053 m3

Jika benda uji yang akan di buat adalah sebanyak 3 sample silinder maka,
Vol. benda uji = 3 * vol.silinder * 1,3
= 3 * 0,0053 * 1,3
= 0,02067 m3
Kebutuhan material untuk pembuatan 3 sample silinder adalah:
Air (Yang ditambahkan) : 122 kg x 0,02067 = 2,52174 kg
Semen : 292 kg x 0,02067 = 6,03564 kg
Ag. Kasar (Basah) : 1159 kg x 0,02067 = 23,95653 kg
Ag. Halus (Basah) : 849 kg x 0,02067 = 17,54883 kg

 Kubus standar dengan ukuran sisi 15 cm, maka volume 1 sample kubus beton
untuk pengujian adalah sebesar :
Vol.Kubus = 0.15 * 0.15 * 0.15
= 0,003375 m3
Jika benda uji yang akan di buat adalah sebanyak 5 sample kubus
maka Vol. benda uji = 5 * vol.kubus * 1,3
= 5 * 0, 0,003375 * 1,3
= 0,0219375 m3

Kebutuhan material untuk pembuatan 5 sample kubus adalah :


Air (Yang ditambahkan) : 122 kg x 0,0219375 = 2,676 kg
Semen : 292 kg x 0,0219375 = 6,406 kg
Ag. Kasar (Basah) : 1159 kg x 0,0219375= 25,426 kg
Ag. Halus (Basah) : 849 kg x 0,0219375 = 18,625 kg

Anda mungkin juga menyukai