7.1 Pendahuluan
Pada dasarnya, beton terdiri dari agregat, semen hidrolism air, dan boleh mengandung
bahan bersifat semen lainnya dan atau bahan tambahan kimia lainnya. Beton dapat
mengandung sejumlah rongga udara yang terperangkap atau dapat juga rongga udara yang
sengaja dimasukkan melalui penambahan bahan tambahan. Bahan tambahan kimia sering
digunakan untuk mempercepat, memperlambat, memperbaiki sifat kemudahan pengerjaan
(workability), mengurangi air pencampur, menambah kekuatan, atau mengubah sifat-sifat lain
dari beton yang dihasilkan. Proses ini harus direncanakan agar mendapatkan perbandingan
bahan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan mutu yang diinginkan.Dalam praktek
lapangan, hal ini berguna bagi para perencana suatu konstruksi yang pelaksanaannya
menggunakan proporsi dari campuran beton.
7.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan campuran ini adalah mendapatkan suatu campuran beton yang
dapat menghasilkan suatu campuran beton yang bermutu.
Secara umum, beton memiliki beberapa kode yang menunjukkan mutu beton serta
karakteristik beton tersebut. Untuk mutu beton, biasanya kode yang digunakan adalah kuat
tekan beton teresbut (fc’). Misal, beton dengan mufu fc' 25 menyatakan kekuatan tekan
minimum adalah 25 MPa pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton
diameter 15 cm, tinggi 30 cm. Kode ini mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang
merujuk pada ACI (American Concrete Institute).Satuan kuat tekan beton dinyatakan dengan
Mega Pascal (MPa), dimana, 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2. Dalam kode yang lain,
karakteristik beton dinyatakan dengan kode K. Misal, Beton dengan mutu K-250 menyatakan
kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 250 kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan
menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15 cm.Kode ini mengacu pada PBI 71 yang
merujuk pada standar eropa lama, sehingga perbandingan Antara kode beton pada PBI 71 dan
SNI dapat ditunjukkan sebagai berikut,
Fc’ = 0.083*K
Dimana, fc’ = kode mutu beton SNI, K = kode karakteristik beton PBI 71
2. Slump
Bila slump tidak diisyaratkan, gunakan Tabel . rentang nilai slump tersebut berlaku
bila beton dipadatkan dengan digetar.
Tabel 7.4 Nilai slump yang dianjurkan untuk berbagai pekerjaan konstruksi
Slump
Tipe Konstruksi (mm)
Maksimum Minimum
Pondasi beton bertulang (dinding dan pondasi telapak) 75 25
Pondasi telapak tanpa tulangan, pondasi tiang pancang, 75 25
dinding bawah tanah
Balok dan dinding bertulang 100 25
Kolom bangunan 100 25
Perkerasan dan pelat lantai 75 25
Beton massa 50 25
*Slump dapat ditambah bila digunakan bahan tambahan kimia, asalkan beton yang
diberi bahan tambahan tersebut memiliki rasio air-semen atau rasio-air-bahan bersifat
semen yang sama atau lebih kecil dan tidak menunjukkan seregasi yang berarti atau
bliding berlebihan.
*Slump boleh ditambah 25 mm untuk metode pemadatan selain dengan penggetaran
ringan (%) 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0
sedang (%) 6,0 5,5 5,0 4,5 4,5 4,0 3,5 3,0
berat (%) 7,5 7,0 6,0 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0
Banyaknya air untuk tiap satuan isi beton yang dibutuhkan agar menghasilkan slump
tertentu tergatung pada :
a. Ukuran nominal maksimum, bentuk partikel dan gradaasi agregat
b. Temperatur beton
c. Perkiraan kadar udara, dan:
d. Penggunaan bahan tambahan kimia
Bentuk partikel agregat tidak selalu merupakan indicator, baik lebih tinggi atau lebih
rendah dari kekuatan rencana.
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,79 0,70
*Nilai-nilai ini adalah perkiraan rata-rata kekuatan beton yang mengandung tidak lebih
dari 2% udara untuk beton tanpa tambahan udara dan 6% kadar udara total untuk beton
dengan tambahan udara. Untuk rasio air-semen yang tetap, kekuatan beton berkurang
bila kadar udara bertambah.
Untuk pelaksanaan di lapangan, angka teoritis yang telah dihasilkan masih diperlukan
suatu angka koreksi karena adanya kadar air yang terdapat di dalam agregat, maka dilakukan
penyesuaian dengan memperhitungkan jumlah air bebas yang terdapat di dalam agregat atau
kadar air yang masih dibutuhkan oleh masing - masing agregat, baik agregat halus maupun
kasar. Maka, didapatkan komposisi campuran beton yang akan dilakukan di lapangan, yaitu,
Semen = kg
Air = kg
Pasir = kg
Kerikil = kg
Saat melakukan praktikum, benda uji bisa berupa kubus atau silinder
Silinder standar mempunyai diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, maka volume 1
sample silinder beton untuk pengujian adalah sebesar :
Vol.Silinder = 0.25 * π * d2 *t
= 0.25 * π * 0,152 * 0,3 = 0,0053 m3
Jika benda uji yang akan di buat adalah sebanyak 3 sample silinder maka,
Vol. benda uji = 3 * vol.silinder * 1,3
= 3 * 0,0053 * 1,3
= 0,02067 m3
Kebutuhan material untuk pembuatan 3 sample silinder adalah:
Air (Yang ditambahkan) : 122 kg x 0,02067 = 2,52174 kg
Semen : 292 kg x 0,02067 = 6,03564 kg
Ag. Kasar (Basah) : 1159 kg x 0,02067 = 23,95653 kg
Ag. Halus (Basah) : 849 kg x 0,02067 = 17,54883 kg
Kubus standar dengan ukuran sisi 15 cm, maka volume 1 sample kubus beton
untuk pengujian adalah sebesar :
Vol.Kubus = 0.15 * 0.15 * 0.15
= 0,003375 m3
Jika benda uji yang akan di buat adalah sebanyak 5 sample kubus
maka Vol. benda uji = 5 * vol.kubus * 1,3
= 5 * 0, 0,003375 * 1,3
= 0,0219375 m3